PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2
Riwayat kontak dan pengobatan :
Riwayat berobat ke puskesmas tanpa cek darah dengan suspek hepatitis. Riwayat
mendapat transfusi tidak ada, minum jamu-jamuan disangkal. Pasien belum
pernah mendapatkan vaksin hepatitis saat dewasa.
Riwayat kebiasaan : Merokok dan minum alkohol. Riwayat berpergian ke daerah
endemis malaria tidak ada.
Riwayat keluarga : Adik kandung pernah menderita keluhan yang sama
Riwayat alergi : Tidak ada alergi obat-obatan dan makanan
TB = 167 cm
𝐵𝐵 54
Status Gizi =𝑇𝐵2=1,67𝑥1,67 = 19,42 kg/m2=>Gizi baik
Leher : Faring tidak hiperemis, Tonsil (T1/T1), tidak ada massa tumor,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran tiroid, DVS R-2cm.
3
Thorax :
I : Normochest, pengembangan dada simetris kiri dan kanan, tidak tampak
retraksi, tidak tampak jejas,
P : Nyeri tekan(-), massa tumor(-), krepitasi(-), vocal fremitus (ki=ka)
P : Sonor, batas paru hepar ICS V anterior dextra, batas paru belakang ICS IX
posterior dextra.
A : Bunyi pernafasan vesikuler, bunyi tambahan : Wheezing Ronkhi
- - - -
- - - -
- -
Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
P : Batas atas jantung kanan = ICS II linea parasternalis dextra, batas jantung
atas kiri = ICS II linea parasternalis sinistra, batas jantung bawah kiri = ICS
IV linea midclavicularis sinistra
A : Bunyi jantung I/II murni reguler ,bising (-)
Abdomen :
I : Terlihat pembesaran region hipocondrium destra
A : Peristaltik usus kesan normal, bising usus (+) kesan normal
P : Hepar teraba 3 jari di bawah arcus costa, tepi tajam, permukaan rata, nyeri
tekan (+), massa tumor (-), lien tidak teraba
P : Tympani, ascites (-)
4
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Hematologi Lengkap Hasil Unit Nilai rujukan
Leukosit 4,6 103/ul 4.0-10.0
Eritrosit 5.48 106/ul 4.50-6.20
Hemoglobin 15.9 g/dl 13,0-17,0
Hematokrit 47,0 % 40,1-51,0
MCV 85,8 fL 79,0-92,2
MCH 29,0 Pg 25,6-32,2
MCHC 33,8 g/L 32,2-36,5
Trombosit 167 103/ul 150-400
Neutrofil 45,3 % 50-70
Limfosit 40,7 % 20-40
Monosit 11,6 % 2-8
Eosinofil 2,0 % 0-4
Basofil 0,4 % 0-1
Kimia Darah
HBsAg : Positif
2.5 DIAGNOSIS
Hepatitis B
2.7 KOMPLIKASI
Sirosis Hati, Enselopati Hepatik, Kanker Hati
5
2.8 RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN LAIN
Non Medikamentosa :
Asupan kalori dan cairan yang adekuat
Diet rendah lemak
Pembatasan aktifitas fisik
Medikamentosa :
Pemberian cairan
Antiemetik
Vitamin hati
USG Abdomen
Kontrol SGPT dan SGOT
Bilirubin direct
Ig M dan Ig G Anti-HBc
6
2.9 FOLLOW UP
03/04/2017
S: P:
A:
• Hepatitis B Akut
7
04/04/2017
S: P:
A:
• Hepatitis B Akut
8
Hasil USG Abdomen
9
05/04/2017
S: P:
• Nadi: 64x/mnt
• Napas: 20x/mnt
• Suhu: 36,00C
• Anemis (-), ikterus (+)
• Peristaltik usus (+) kesan normal
A:
• Hepatitis B Akut
10
06/04/2017
S: P:
• Nadi: 62x/mnt
• Napas: 22x/mnt
• Suhu: 36,50C
• Anemis (-), ikterus (+)
• Peristaltik usus (+) kesan normal
A:
• Hepatitis B Akut
11
07/04/2017
S: P:
• Nadi: 64x/mnt
• Napas: 20x/mnt
• Suhu: 36,00C
• Anemis (-), ikterus (+)
• Peristaltik usus (+) kesan normal
A:
• Hepatitis B Akut
12
08/04/2017
S: P:
• Nadi: 64x/mnt
• Napas: 20x/mnt
• Suhu: 36,00C
• Anemis (-), ikterus (-)
• Peristaltik usus (+) kesan normal
• Hasil SGPT : 202 U/L
SGOT : 210 U/L
A:
• Hepatitis B Akut
2.10 RESUME
Pasien An, RP, laki-laki, 22 tahun, masuk ke perawatan interna Amarilis
3B di RSUD Kota Makassar dengan keluhan nyeri perut (+) regio hipocondrium
dextra dialami sejak 1 minggu yang lalu, nyeri perut terasa terus-menerus dan
memberat 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, mual (+) dan rasa penuh
(+) pada perut. Nafsu makan menurun (+). Demam (+) sejak 1 minggu yang lalu
dan menurun 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh
13
mata berwarna kuning 1 hari yang lalu dan merasa lemas. BAK warna kuning
pekat seperti teh dan BAB lancar. Riwayat kebiasaan merokok dan minum
alkohol. Riwayat adik kandung menderita keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan sakit sedang, gizi baik, dan compos
mentis. Didapatkan sklera tampak ikterus, pada abdomen hepar teraba 3 jari di
bawah arkus costa, tepi kasar, permukaan rata, nyeri tekan (+). Pemeriksaan tes
fungsi hati SGOT dan SGPT meningkat, serta tes serologis HBsAg Positif.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan
diagnosis Hepatitis akut et causa virus hepatitis B. Penanganan yang telah
dilakukan meliputi terapi non medikamentosa : asupan kalori dan cairan yang
adekuat, diet rendah lemak, dan pembatasan aktifitas fisik. Medikamentosa yaitu
pemberian IVFD Futrolit 28 tpm, drips sohobion 1g/TGC, domperidon 3x1,
curcuma 3x1, heplav 1x1 dan proliva 2x1.
2.11 PROGNOSIS
Qua ad vitam : Dubia
Qua ad sanitionam : Dubia ad malam
Qua ad fungtionam : Dubia ad malam
14
DISKUSI & PEMBAHASAN
15
Adapun ditemukan hepatomegali yang merupakan reaksi imun tubuh
terhadap sel hepatosit yang terinfeksi HBV dengan tujuan untuk mengeliminir
HBV tersebut.5 Pembesaran hati yang terjadi pada pasien mendesak lambung
sehingga pasien merasa tidak nyaman dan nafsu makan berkurang. Peningkatan
bilirubin juga berpengaruh pada sistem ekskresi, baik disebabkan oleh faktor
fungsional maupun obstruktif, terutama menyebabkan terjadinya
hiperbilirubinemia terkonjugasi. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, sehingga
dapat dieskresi dalam urin dan menimbulkan bilirubinuria serta urin yang gelap.9
Pada pemeriksaan darah rutin pada awal masuk di Rumah Sakit
didapatkan hasil neutrofil 45,3%, limfosit 40,7%, dan monosit 11,6%
menandakan terjadinya proses infeksi. Pada hari ke-2 perawatan hasil dari SGOT
1668 dan SGPT 1125 dimana pada stadium akut VHB ditandai dengan SGOT dan
SGPT meningkat >10 kali nilai normal.6,7
Pengobatan yang dilakukan yaitu resusitasi cairan dengan IVFD Futrolit,
proliva untuk vitamin hati, heplav untuk antivirus, domperidon untuk
menghambat perangsangan muntah pada chemoreseptor trigger zone.
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis B (HBV). Virus hepatitis merupakan DNA hepatotropik. Masa
inkubasinya 15-180 hari.5,9
Virus Hepatitis B merupakan suatu anggota famili hepadnavirus yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut
menjadi sirosis hati atau kanker hati.3
Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan
Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau
laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan.3
17
Gen C yang mengkode protein inti (HBcAg) dan HBeAg, gen P yang
mengkode enzim polimerase yang digunakan untuk replikasi virus, dan
terakhir gen X yang mengkode protein X (HBx), yang memodulasi sinyal sel
host secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi ekspresi gen virus
ataupun host, dan belakangan ini diketahui berkaitan dengan terjadinya
kanker hati.7
18
IV. PENULARAN HEPATITIS B
Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan menembus
membran mukosa, terutama berhubungan seksual. Penanda HBsAg telah
diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu
saliva, air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal, asites, dan air susu ibu.
Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan saliva) telah diketahui
infeksius.8,11
Jalur penularan infeksi VHB di Indonesia yang terbanyak adalah secara
parenteral yaitu secara vertikal (transmisi) maternal-neonatal atau horisontal
(kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual, iatrogenik,
penggunaan jarum suntik bersama). Virus Hepatitis B dapat dideteksi pada
semua sekret dan cairan tubuh manusia, dengan konsentrasi tertinggi pada
serum.12
V. PATOFISIOLOGI
Infeksi VHB merupakan proses dinamis yang melibatkan interaksi antara
virus, hepatosit dan sistem imun pasien. Infeksi VHB pada dewasa muda
yang imunotoleran umumnya menyebabkan hepatitis B akut (>90%) dan
hanya 1% yang menjadi infeksi kronis. Masa inkubasi VHB rata-rata 75 hari
(rentang 30-180 hari). pada infeksi VHB akut, penanda serum HbsAg serum
akan diikuti dengan peningkatan enzim aminotransferase dan munculnya
19
gejala klinis (ikterik) pada 2-6 minggu setelahnya. Penanda HbsAg jarang
terdeteksi 1-2 bulan setelah awitan ikterus, dan jarang menetap hingga 6
bulan. Hepatitis B akut pada umumnya sembuh secara spontan dan
membentuk antibody secara alami ditandai dengan anti HBs positif, IgG, anti
HBc positif dan anti HBe positif.
20
Efek sitopatik langsung dari virus. Pada pasien imunosupresi dengan replika
tinggi, akan tetapi tidak ada bukti langsung. Hepatosit yang terinfeksi dapat
mensintesis dan mensekresikan protein permukaan noninfektif (HBsAg)
dalam jumlah besar yang muncul dalam sel dan serum. Setelah terpajan virus,
terjadi masa inkubasi asimtomatik yang lama diikuti penyakit akut yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Perjalanan alami
penyakit akut dapat diikuti melalui penanda serum:13,14
a. HBsAg muncul sebelum onset gejala, memuncak selama gejala penyakit
muncul, kemudian menurun sampai tidak terdeteksi dalam 3-6 bulan.
b. HBeAg. HBV-DNA dan DNA polymerase muncul dalam segera setelah
HBsAg dan semuanya menandakan replikasi virus aktif. Menetapnya
HBeAg merupakan indikator penting terjadinya replikasi virus yang
berkelanjutan, daya tular dan kemungkinan perkembangan menuju
hepatitis kronis.
c. IgM anti-HBc mulai terdeteksi dalam serum segera sebelum onset gejala,
bersamaan dengan mulai meningkatnya kadar aminotransferase serum
(menunjukkan kerusakan hati). Dalam beberapa bulan, IgM anti-HBc
digantikan oleh IgG anti-HBc.
d. Munculnya antibodi anti-HBc mengisyaratkan infeksi akut telah
memuncak dan sekarang mulai mereda.
e. IgG anti-HBs belum meningkat sampai penyakit akut berlalu dan biasanya
tidak terdeteksi selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah
hilangnya HBsAg. Anti-HBs dapat menetap seumur hidup, memberikan
perlindungan, ini merupakan dasar strategi vaksinasi saat ini yang
menggunakan HBsAg noninfeksiosa.
21
gejalanya menyerupai hepatitis virus yang lain tetapi dengan intensitas yang
lebih berat.12
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:4
1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-90
hari.
2. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus. Awitannya singkat atau insidous ditandai dengan malaise umum,
mialgia, artalgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Diare
atau konstipasi dapat terjadi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di
kuadran kanan atas atau epigastrum, kadang diperberat dengan aktivitas akan
tetapi jarang menimbulkan kolestitis.
3. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah
timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali
dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat
dan kembalinya nafsu makan. Sekitar 5-10% kasus perjalanan klinisnya
mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminan.
Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang
berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.
Perjalanan hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga fase penting yaitu :4
1. Fase Imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus tinggi
dalam darah, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Virus Hepatitis
B berada dalam fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat tinggi.
22
2. Fase Imunoaktif (Clearance)
Sekitar 30% individu persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi virus
yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari
kenaikan konsentrasi ALT. Fase clearance menandakan pasien sudah mulai
kehilangan toleransi imun terhadap VHB.
3. Fase Residual
Tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel
hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat
menghilangkan sebagian besar partikel virus tanpa ada kerusakan sel hati
yang berarti. Fase residual ditandai dengan titer HBsAg rendah, HBeAg yang
menjadi negatif dan anti-HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT
normal
23
Diagnosis serologis telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan dari IgM
antibodi terhadap antigen core hepatitis
a. (IgM anti-HBc dan HBsAg).
- Keduanya ada saat gejala muncul
- HBsAg mendahului IgM anti-HBc
- HBsAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa secara
rutin
- HBsAg dapat menghilang biasanya dalam beberapa minggu
sampai bulan setelah kemunculannya, sebelum hilangnya IgM anti-
HBc
b. HBeAg dan HBV DNA
- HBV DNA di serum merupakan petanda yang pertama muncul,
akan tetapi rutin diperiksa
- HBeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HBsAg
- Kedua petanda tersebut akan menghilang beberapa minggu atau
bulan pada infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul
anti-HBs dan anti-HBe menetap
- Tidak diperlukan untuk diagnosis rutin
c. IgG anti-HBc
- Menggantikan IgM anti-HBc pada infeksi yang sembuh
- Membedakan infeksi lampau atau infeksi berlanjut
- Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV
d. Antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs)
- Antibodi terakhir yang muncul
- Merupakan antibodi penetral
- Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan
terhadap reinfeksi
- Dimunculkan dengan vaksinasi HBV
24
VIII. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana hepatits B akut tidak membutuhkan terapi antiviral dan
prinsipnya adalah suportif. Pasien dianjurkan beristirahat cukup pada
periode simptomatis. Hepatitis B immunoglobulin (HBIg) dan
kortikosteroid tidak efektif. Lamivudin 100 mg/hari dilaporkan dapat
digunakan pada hepatitis fulminan akibat eksaserbasi akut HVB.
Pada HBV kronis, tujuan terapi adalah untuk mengeradikasi infeksi
dengan menjadi normalnya nilai aminotransferase, menghilangnya
replikasi virus dengan terjadinya serokonversi HBeAg menjadi antiHBe
dan tidak terdeteksinya HBV-DNA lagi. Bila respons terapi komplit, akan
terjadi pula serokonversi HBsAg menjadi anti HBs, sehingga sirosis serta
karsinoma hepatoseluler dapat dicegah.
Berdasarkan rekomendasi APASL (Asia Pacific Association for Study of
the Liver), anak dengan HBV dipertimbangkan untuk mendapat terapi
antiviral bila nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas normal selama lebih
dari 6 bulan, terdapat replikasi aktif (HBeAg dan/atau HBV-DNA positif).
Sebaiknya biopsy hati dilakukan sebelum memulai pengobatan untuk
mengetahui derajat kerusakan hati. Interferon dan lamivudin telah disetujui
untuk digunakan pada terapi hepatitis B kronis
Efektivitas Dosis Resistensi
Peg-IFN-2a 180pg/minggu SC
Peg-IFN-2b 1-1,5
ug/KgBB/minggu
SC
Analog <50% 70% pada 5 tahun
Nukleos(t)ida
25
Lamivudin (3TC) <90% 100 mg/ hari PO <1%
26
DAFTAR PUSTAKA
27
14. Alto, Palo. Physician’s Guide to Hepatitis B Silent Killer. USA: Stanford
University: 2014: 1-22.
28