Eka 439 Ap - Kelompok 3 - RMK Sap 2 Audit1 (Standar Pengauditan)
Eka 439 Ap - Kelompok 3 - RMK Sap 2 Audit1 (Standar Pengauditan)
Akuntansi Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan
pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA
merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar
auditing.
Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted
Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA)
I. STANDAR UMUM
Standar umum dari pengauditan adalah sebagai berikut :
1. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan
memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.
Seorang auditor diharapkan senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli
dalam bidang akuntansi dan pada bidang audit. Keahlian auditor bisa didapat
melalui pendidikan formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang
didapatkan saat mengikuti pelatihan teknis yang cukup. Auditor junior atau
asisten auditor yang baru memasuki karir bidang auditing harus mendapatkan
pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi yang memadai
serta review atas pekerjaan yang diterima dari atasan yang lebih
berpengalaman. Pelatihan yang didapatkan maksudnya mencakup pelatihan
kesadaran untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bidang bisnis dan profesinya. Auditor harus mempelajari, memahami dan
menerapkan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang
telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
P E N G A U D I TA N I 1
2. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua
hal yang berhubungan dengan audit.
Pada standar ini mewajibkan bagi auditor bersikap independen dalam arti
seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh oknum tertentu karena
pekerjaannya sangat berguna untuk kepentingan umum. Masyarakat umum
pun memberikan kepercayaan atas sikap independensi auditor yang sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Sikap intelektual dan jujur
sangat dijunjung tinggi sebagai profesi auditor. Profesi akuntan publik telah
menetapkan aturan yang disebut sebagai Kode Etik Akuntan Indonesia agar
setiap anggota menjaga diri dari kehilangan kepercayaan dan persepsi
independensi dari masyarakat. Sebenarnya sikap independensi secara intristik
adalah masalah mutu pribadi, sehingga bukan merupakan aturan yang
dirumuskan untuk diuji secara objektif. Ada tiga aspek independensi:
a. Independensi senyatanya, auditor tidak memiliki kepentingan
ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan sebenarnya.
b. Independensi dalam penampilan, auditor harus menjaga kedudukannya
sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap
independensinya.
c. Independensi dari keahlian, auditor harus memiliki kecakapan dan
mampu menyelesaikan tugasnya dengan menggunakan segala
kemahiran jabatannya sebagai pemeriksa dengan ahli dan seksama.
P E N G A U D I TA N I 1
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi
masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan
yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit
kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung
atas banyak faktor, termasuk komplesitas masalah dan kualifikasi orang yang
melaksanakan audit (Standar Profesional Akuntan Publik, SA Seksi 311:2011).
3. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan
prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat
menyangkut laporan keuangan yang di audit.
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk
tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen; dalam hal ini
P E N G A U D I TA N I 1
bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence)
yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat
bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan. Relevansi, obejktivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain
yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi
bukti (Standar Profesional Akuntan Publik, SA Seksi 326:2011).
P E N G A U D I TA N I 1
3. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informative belum
memadai, maka auditor harus menyatakannya dalam laporan audit.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di
Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas
hal-hal material, diantaranya bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta
catatan atas laporan keuangan. Auditor harus selalu mempertimbangkan
apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan
dengan keadaan dan fakta yang diketahuinya pada saat audit.
Dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan, auditor
menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar kepercayaan
bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut. Tanpa kepercayaan,
auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menanyatakan pendapat atas laporan keuangannya.
P E N G A U D I TA N I 1
auditor. Pernyataan tersebut memiliki status GAAS dan sering kali disebut sebagai standar
audit atau GAAS, meskipun bukan bagian dari kesepuluh standar audit yang berlaku umum.
Standar audit yang berlaku umum dan PSA dianggap sebagai literature terotorisasi, dan setiap
anggota yang melakukan audit atas laporan keuangan historis diharuskan mengikuti standar–
standar ini menurut kode etik IAPI. DSPAP mengeluarkan pernyataan baru bila timbul
permasalahan audit yang cukup penting hingga layak mendapat interpretasi resmi.
P E N G A U D I TA N I 1
mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan. Kantor akuntan
publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
dalam pelaksanaan audit. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
berkaitan dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu
berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.
Oleh karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan
standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan serta prosedur
pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap
pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan
publik secara keseluruhan.
P E N G A U D I TA N I 1
DAFTAR PUSTAKA
P E N G A U D I TA N I 1