Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan
oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan
adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan
dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari
makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu
dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah
menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983
tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar
dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan
kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.Keracunan merupakan
masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit keracunan itu?


2. Dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan ?

1
1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham
tentang Asuhan Keperawatan Keracunan
2. Tujuan khusus
Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa terdapat
di masyarakat
Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kronik
Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan
akut
Dapat membicarakan dan membuat saran – saran tentang cara – cara untuk
mencegah keracunan umum beserta sarana yang di perlukan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu,
seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan
terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono
2001 : 1 )

2.2. Etiologi

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung


bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut
antara lain:
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara
lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas
(nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor,
air raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena
toluene, vinil klorida fenol ).

3
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis :
sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis :
jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

2.3. Manifestasi Klinik

1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.


2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak
berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa

2.4. Pathofisiologi

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan


akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan
pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular
diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme
pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya
depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia

4
2.5. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
2.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus
diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian
terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan penurunan
kesadaran harus dilakukan secara cepat.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat
mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar
atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20
menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau
pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah
lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila

5
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Pemberian antidot/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah
mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis,
febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
5. Penilaian Klinis
6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai.
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang
obat yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi
autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran pupil,keringat,air liur,
dan aktivitas peristaltik usus.

6
7. Dekontaminasi
Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit
sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan
parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya.
Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
8. Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara
holistik dan efektif dalam biaya.
9. Observasi dan konsultasi
10. Rehabilitasi

2.7. Pemeriksaan Penunjang

1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting
untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut :
Ringan 40 – 70 %
Sedang 20 – 40 %

Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.


3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas.
Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan
organ – organ lainnya.

7
2.8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap) tidak banyak membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit
serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering
diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus
bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi
ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik,
hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah,
hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,


2. Riwayat Penyakit sekarang :
3. Keluhan utama :
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
b. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat)
,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
d. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram
otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia),
koma,syok.
f. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah

9
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif
h. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan
berulang Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.

10
3.2. Diagnosa keperawatan

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan


2. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan muntah, diare
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3.3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 :
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan.
Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda vital. 1. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2. Berikan O2 sesuai anjuran dokter 2. Terapi oksigen meningkatkan suplai
oksigen ke jantung
3. Jika pernafasan depresi ,berikan 3. Ventilator bisa membantu memperbaiki
oksigen(ventilator) dan lakukan depresi jalan napas
suction.
4. Berikan kenyamanan dan istirahat 4. Kenyamanan fisik akan memperbaiki
pada pasien dengan memberikan kesejahteraan pasien dan mengurangi
asuhan keperawatan individual kecemasan,istirahat mengurangi
komsumsi oksigen miokard

11
Diagnosa Keperawatan 2. :
Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan
tingkat kesadaran klien (komposmentis)

INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Monitor vital sign tiap 15 menit U 1. bila ada perubahan yang bermakna
merupakan indikasi penurunan
kesadaran

2. 2. Catat tingkat kesadaran pasien U 2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi


1. penurunan aliran darah otak.

2. 3. Kaji adanya tanda-tanda distress 4. Gejala tersebut merupakan


pernapasan,nadi cepat,sianosis dan manifestasi dari perubahan pada
kolapsnya pembuluh darah otak, ginjal, jantung dan paru.
3.
4. 4. Monitor adanya perubahan tingkat 4. Tindakan umum yang bertujuan
kesadaran untuk keselamatan hidup, meliputi
resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi

5. kolaborasi dengan tim medis dalam 5. Anti dotum (penawar racun) dapat
pemberian anti dotum membantu mengakumulasi
penumpukan racun

12
Diagnosa keperawatan 3. :
Defisit volume cairan berhubungan dengan muntah, diare
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat

INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Awasi intake dan output, karakter serta
U 1. untuk mengetahui pemasukan dan
jumlah feses pengeluaran kebutuhan cairan klien

2. 2. Observasi kulit kering berlebihan dan


U 2. untuk mengetahui apakah klien
membran mukosa, penurunan turgor kekurangan cairan dengan mengamati
kulit sistem integuman
5.
3. Kolaborasi pemberian 7.
cairan 3. untuk membantu menormalkan
paranteral sesuai indikasi kembali cairan tubuh klien
6.

Diagnosa keperawatan 4. :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Nutrisi Adekuat

INTERVENSI RASIONAL
1. Catat adanya muntah U 1. untuk mengetahui frekuensi cairan
yang keluar pada saat klien muntah

2. Berikan makanan dengan porsi 2. untuk membantu klien agar tidak


sedikit tapi sering kekurangan nutrisi

3. berikan makanan halus, hindariU 3. untuk membantu klien agar dapat


makanan kasar sesuai indikasi mencerna makanan dengan lancar serta
tidak lagi mengalami mual, muntah

4. 4. Kolaborasi pemberian antisida sesuai


Nt 4.untuk mengurangi nyeri pada abdomen
indikasi

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu

B. Saran

Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah,1996,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Mansjoer Arif,2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media


Aesculapius,FKUI,Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai