PENGELOLAAN KASUS
5
6
dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID,
2009)
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Suraatmaja, 2007). Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada
anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta
dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus
(enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis
(Wong, 2009).
Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari
frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare
atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari
normal. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare adalah penyakit
dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari) (Sinthamurniwaty, 2006).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering
dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana
seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).
7
2. Etiologi
a. Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002;
Pitisuttithum, 2002)
1) Virus :
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Beberapa jenis virus penyebab diare akut :
8
3) Protozoa :
a) Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme
patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi
absorbsi dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-
oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status
nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas
yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare
persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan
endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah
terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi
dengan faty stools,nyeri perut dan gembung.
b) Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini
bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya
mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki
dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh
E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik
dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang
fulminant.
c) Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 –
15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada
bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala
klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan
biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim
kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis
merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan
resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
d) Microsporidium spp
e) Isospora belli
f) Cyclospora cayatanensis
11
4) Helminths :
a) Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing
dewasa dan larva, menimbulkan diare.
b) Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada
berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi,
termasuk diare dan perdarahan usus..
c) Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus,
terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala
klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen.
d) Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan
appendix. Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan
nyeri abdomen.
b. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare
yang dikelompokan sebagai berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990;
Dep Kes RI, 1999; Yatsuyanagi, 2002)
1) Infeksi :
a) Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus
Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ
Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)
b) Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
c) Parasit
(1) Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium
Coli, Crypto Sparidium)
(2) Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis
Huminis)
(3) Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
2) Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3) Alergi: alergi makanan
4) Keracunan :
a) Keracunan bahan-bahan kimia
12
usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih
50-100 gr sebagai tinja.
Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
a) Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum
b) Mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu
c) Mencegah bakteri untuk berkembang biak.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat
hubungannya satu dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada
intraluminal akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga
meningkatkan gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas
khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim
dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain
akan mengalami gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam
penyebab dari diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam
kelainan pokok yang berupa :
a) Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat
menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga
cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu
yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu.
Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam
kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara
langsung pada permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus
turut memegang peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut.
Hormon-hormon saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi
air pada mukosa. usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin,
kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat
menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinger
Ellison atau pada Jejunitis.
14
4. Klasifikasi
a. Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1) Lama waktu diare
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization
Global Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase
tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya
sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi
(Wong, 2009).
b) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2) Mekanisme patofisiologik
a) Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c) Malabsorbsi asam empedu.
d) Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit.
e) Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f) Gangguan permeabilitas usus.
g) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
16
d) Katabolisme
Pada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi
metabolisme dan fungsi endokrin, pada penderita infeksi sistemik
terjadi kenaikan panas badan. Akan memberikan dampak
peningkatan glikogenesis, glikolisis, peningkatan sekresi glukagon,
serta aldosteron, hormon anti diuretic (ADH) dan hormon tiroid.
Dalam darah akan terjadi peningkatan jumlah kholesterol,
trigliserida dan lipoprotein. Proses tersebut dapat memberi
peningkatan kebutuhan energy dari penderita dan akan selalu disertai
kehilangan nitrogen dan elektrolit intrasel melalui ekskresi urine,
peluh dan tinja.
e) Kehilangan langsung
Kehilangan protein selama diare melalui saluran cerna
sebagai Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita
campak dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli.
Melihat berbagai argumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa diare
mempunyai dampak negative terhadap status gizi penderita.
f) Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahananisi
usus
Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan
kerusakan mukosa usus keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan
pencernaan karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah
timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna sehingga dapat
menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa substansi
karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah
ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan
bakteri tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi
usus. Bakteri tumbuh lampau akan memberi kemungkinan terjadinya
dekonjugasi garam empedu sehingga terjadi peningkatan asam
empedu yang dapat menimbulkan kerusakan mukosa usus lebih
lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai dengan gangguan
23
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah
sebagai berikut :
a. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya
inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit
diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang
tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare.
Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus
diperiksa.
b. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit,
infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab
diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian.
Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga
ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
c. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat
feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari
1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari
10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
d. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan
suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah
positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test
standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan
pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan
malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
e. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan
diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas
24
7. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
yaitu:
a. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
1) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih :
- Keadaan Umum : Baik
- Mata : Normal
- Rasa haus : Normal, minum biasa
- Turgor kulit : Kembali cepat
26
Gambar 2.2
Cara Membuat dan Memberikan Oralit
Tabel 2.3
Rehidrasi Parenteral Rencana Pengobatan C Pada Diare
Rehidrasi parenteral :
- RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
- D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
- D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
- Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
- Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat
tetesan infuse
- Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum.
Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
- Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih
rencana A, B, C untuk melanjutkan pengobatan.
2) Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat,
kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
31
8. Penyimpangan KDM
Skema 2.1
Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia
Mikro Organisme
Intoleransi aktivitas
33
9. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Defisit volume cairan
c. Hipertermia
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Intoleransi aktivitas
f. Takut
g. Kecemasan
h. Kurang pengetahuan
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 s / d 4 × / hari dengan konsitensi cairan lebih banyak dari
ampas.
d. Severity
Bayi terlihat lemah
e. Time
Hal ini dialami bayi sejak 3 hari yang lalu
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami :
Bayi pertama kali mengalami penyakit demam setelah mendapat imunisasi
DPT.
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Pengobatan yang dilakukan oleh keluarga tidak ada hanya memberikan ASI.
c. Pernah dirawat / dioperasi
Bayi tersebut tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami operasi.
d. Lama dirawat
Tidak pernah di rawat di rumah sakit.
e. Alergi
Bayi tidak ada mengalami alergi karena obat maupun makanan.
f. Imunisasi
Bayi sudah mendapatkan imunisasi HB0 dan DPT.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua
Orang tua sibayi tidak ada mengalami penyakit.
b. Saudara kandung
Pasien ini adalah anak keduadari dua bersaudara.
c. Penyakit keturunan
Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Anggota kelurga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
e. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga pasien belum ada yang meninggal
f. Penyebab meninggal
Tidak ada yang meninggal dunia dari riwayat kesehatan keluarga.
43
g. Genogram
50 47 50
55 47
52
30 28 25 30 24
7 80
32 28
4 6BL
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
G1 : Kakek dan nenek klien dari ayah dan ibu masih hidup dan dalam
keadaan sehat serta tidak mengalami penyakit keturunan.
G2 : Ayah klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara dan ibu klien
anak ke-2 dari 3 bersaudara, semua saudara ayah dan ibu klien
dalam keadaan sehat dan tidak ada yang menderita penyakit
keturunan.
G3 : Klien, merapakan anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak klien
dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit yang sama
dengan klien.
b. Keadaan emosi
Klien hanya bisa menangis dan gelisah saat sedang BAB dan BAK.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti: anak
2) Hubungan dengan keluarga: klien sebagai anak dikeluarga
3) Hubungan dengan orang lain: hubungan dengan orang lain sebagai
tetangga di lingkungan.
4) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada hambatan
hanya saja klien masih bayi dan belum bisa bersosialisasi kepada teman
di lingkungannya dan belum bisa mengikuti aktivitas dan kegiatan
dilingkungannya.
d. Spiritual Nilai dan keyakinan: klien mengikutin dan menaati nilai sesuai
keyakinan dan peraturan yang ada ditengah-tengah keluarga klien. Dan itu
masih di lakukan oleh kedua orang tuanya karena klien masih bayi belum
bisa melakukan peraturan yang ada di keyakinannya. Kegiatan ibadah: klien
belum bisa mengikuti kegiatan ibadah dan kumpulan di lingkungannya
karna klien masih bayi.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Bayi terlihat lemas, gelisah, rewel dan badan semakin menurun.
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh : 38 ºC
2) Pernafasan : 25× / menit
3) Nadi : 100× / menit
4) TB : 65 cm
5) BB : 6 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala dan rambut
a) Bentuk : bentuk oval tidak ada massa atau benjolan
b) Ubun-ubun : ubun-ubun belum menutup
c) Kulit kepala : kulit kepala bayi bersih
45
2) Rambut
a) Penyebaran dan keadaan rambut: rambut bayi sedikit dan hitam,
rambut lurus
b) Bau : tidak ada bau dari rambut
3) Wajah
a) Warna kulit : warna kulit sawo matang.
b) Struktur wajah : struktur wajah oval.
4) Mata
a) Kelengkapan dan kesimetrisan: mata lengkap dan simetris tidak ada
gangguan atau sakit pada mata.
b) Mata: cekung
5) Hidung
a) Tulang hidung dan posisi septum nasi: lengkap dan simetris
b) Lubang hidung: simetris dan bersih tidak ada sinusitis
c) Cuping hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung
6) Telinga
a) Bentuk telinga: bentuk telinga pasien normal, simetris antara telinga
kanan dan kiri
b) Ukuran telinga: ukuran telinga kanan dan kiri sama besar
c) Lubang telinga: kedua lubang telinga pasien bersih
d) Ketajaman pendengaran: bayi belum tau apa-apa tentang yang
dilakukan.
7) Mulut dan faring
a) Keadaan bibir : mukosa bibir kering
b) Keadaan gusi dan gigi : gusi bersih
c) Keadaan lidah : bersih dan tidak ada putih-putih karenah ASI
8) Leher
a) Posisi trachea: posisi trakea pasien berada di tengah
b) Suara: bayi hanya bisa menangis
c) Denyut nadi karotis : dapat teraba dengan jelas
d) Kelenjar limfe: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
e) Tyroid: tidak ditemukan adanya pembengkakan thyroid
46
9) Pemeriksaan integumen
a) Kebersihan : bayi bersih.
b) Kehangatan : urin bayi hangat
c) Turgor : bersih, bila dicubit kulit kembalinya lambat > 2 detik
10) Pemeriksaan paru
a) Palpasi getaran suaran: tidak ada suara tambahan
b) Perkusi : bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
11) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi (bentuk, benjolan): tidak ada benjolan atau massa pada
abdomen
b) Auskultasi: tympany
c) Palpasi(tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): tidak ada
nyeri
d) Perkusi (suara abdomen) : sonor
12) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a) genitalia (rambut pubis, lubang uretra): lubang uretra pada puncak
glen penis.
b) anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
lubang anus paten, perineum bersih
c) testis: testis dapat diraba di dalam setiap skrotum
d) skrotum: skrotum lengkap ada dua, edema, pendulus dan tertutup
dengan rugae.
e) Pigmentasi: lebih gelap pada kulit kelompok etnik
8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola makan dan minum
1) Frekuensi makanan / hari: minum ASI 8× / hari
2) Nafsu / selera makan: minum ASI dan ditambah susu Formula
3) Mual dan muntah: muntah bila bayi banyak bergerak setelah minum ASI
4) Waktu pemberian makan: setiap hari minimal 8× / hari atau lebih
5) Jumlah dan jenis makan : 100 ml ASI
b. Perawatan diri / personal hygiene
1) Kebersihan tubuh: bayi bersih.
47
2) Kebersihan gigi dan mulut: mulut bersih, tidak bau belum mempunyai
gigi
c. Pola kegiatan / aktifitas
Pasien tidak mempunyai kegiatan atau aktifitas karna pasien masih bayi
berumur 5 bulan.
9. Tabulasi Data
a. Ibu klien mengatakan anaknya BAB lebih dari 3 s/d 4 ×/hari dengan
konsitensi cairan lebih banyak dari ampas.
b. Ibu klien mengatakan bayinya gelisah dan rewel terus
c. Bayi nampak selalu menangis.
d. Mukosa bibir kering
e. Ibu klien mengatakan badan anaknya semakin kurus
f. Kulit kering dan turgur kembali lambat
g. Bayi nampak ada rasa haus.
h. Warna urine kekuningan
i. Bayi terlihat lemas, gelisah dan rewel.
j. Ibu klien mengatakan memberi minum ASI 100ml ditambah susu formula
100ml
k. Intake : 150 ml
l. Output : 200 ml
m. Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh : 38 ºC
Pernafasan : 25× / menit
Nadi : 100× / menit
TB : 65 cm
BB : 6 kg
10. Klasifikasi Data
a. Data Subyektif :
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB lebih dari 3 s/d 4×/hari dengan
konsitensi cairan lebih banyak dari ampas.
- Ibu klien mengatakan bayinya gelisah dan rewel terus.
48
No Intervesi Keperawatan
Dx
1 NOC NIC
- Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan
- Hydration output yang akurat
- Nutritional Status : Food and 2. Monitor status hidrasi
Fluid Intake (kelembaban membran
Setelah dilakukan tindakan mukosa, nadi adekuat,
keperawatan selama 3 hari tekanann darah ortostatik), jika
defisit volume cairan teratasi diperlukan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor vital sign setiap 15
- Mempertahankan urin output menit – 1 jam
sesuai dengan usia dan BB, BJ 4. Kolaborasi pemberian cairan
urine normal, IV
- Tekanann darah, nadi, suhu 5. Berikan cairan oral
tubuh dalam batas normal 6. Dorong keluarga untuk
- Tidak ada tanda tanda membantu pasien makan
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
51
yang berlebihan
- Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
- Jumlah dan iramapernapasan
dalam batas normal
- Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
- pH urin dalam batas normal
- Intake oral dan intravena
adekuat
2 NOC NIC
d. Nutritional status: Adequacy 1. Kaji adanya alergi makanan
of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
e. Nutritional Status : food and untuk menentukan jumlah
Fluid Intake kalori dan nutrisi yang
f. Weight Control dibutuhkan pasien
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor adanya penurunan
keperawatan selama….nutrisi BB dan gula darah
kurang dapat teratasi dengan 4. Monitor lingkungan selama
indikator: makan
- Albumin serum 5. Jadwalkan pengobatan dan
- Pre albumin serum tindakan tidak selama jam
- Hematokrit makan
- Hemoglobin 6. Monitor turgor kulit
- Total iron binding capacity 7. Monitor mual dan muntah
- Jumlah limfosit 8. Monitor intake nuntrisi
9. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
10. Anjurkan banyak minum
11. Pertahankan terapi IV line
52
Tabel 2.7
Implementasi dan Catatan Perkembangan Hari Pertama
No. Hari /
Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi
Dx Tanggal
1. Senin 23 08.00 1. Mempertahankan catatan 09.10
Mei 2016 intake dan output yang S:
akurat - Ibu klien
Hasil : mengatakan
- Input : 100 ml anaknya BAB
- Out put : 120 ml lebih dari 3 s/d
08.10 2. Memonitor status hidrasi 4×/hari dengan
Hasil : konsitensi cairan
- Turgur kulit jelek lebih banyak dari
- Mukosa bibir kering ampas.
08.20 3. Memonitor vital sign - Ibu klien
setiap 15 menit – 1 jam mengatakan
Hasil : bayinya gelisah
- S : 380C dan rewel terus.
53
- HR : 25 x / menit
- RR : 100 x / menit O:
08.30 4. Berkolaborasi pemberian - Bayi nampak
cairan IV selalu menangis.
Hasil : - Mukosa bibir
- IVFD Rl 10 tts / m kering
08.40 5. Memberikan cairan oral - Kulit kering dan
Hasil : turgur kembali
- Klien minum air putih 1 lambat (kembali
gelas (250 cc) dalam 2 detik)
08.50 6. Mendorong keluarga - Bayi nampak ada
untuk membantu pasien rasa haus.
makan - Warna urine
Hasil : kekuningan
- Kelurga memberikan - Intake : 150 ml
makanan tinggi serat - Output : 200 ml
dan protein kepada - Tanda-tanda vital
klien. S : 38 ºC
P : 25×/ menit
N :100×/ menit
TB : 50 cm
BB : 6 kg
A:
- Masalah belum
teratasi
P:
- Intervensi
1, 2, 3 dan 5
dilanjutkan.
Tabel 2.8
Implementasi dan Catatan Perkembangan Hari Kedua
No. Hari / Tindakan
Waktu Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
1. Selasa 23 08.00 1. Mempertahankan 09.00
Mei 2016 catatan intake dan S:
output yang akurat - Ibu klien
Hasil : mengatakan
- Input : 100 ml anaknya BAB
- Out put : 120 ml 1x/hari dengan
08.10 2. Memonitor status konsitensi sudah
hidrasi ada ampas.
Hasil : - Ibu klien
- Turgur kulit jelek mengatakan
- Mukosa bibir bayinya tidak
kering gelisah dan tidak
08.20 3. Memonitor vital rewel lagi.
sign setiap 15 menit
– 1 jam O:
Hasil : - Bayi nampak
- S : 380C tenang dan tidak
- HR : 25 x / menit menangis.
- RR : 100 x / menit - Mukosa bibir
08.30 4. Memberikan cairan lembab.
oral - Kulit lembab dan
Hasil : turgur normal.
- Klien minum air - Intake : 250 ml
putih 1 gelas (250 - Output : 200 ml
cc) - Tanda-tanda vital
08.40 5. Mendorong keluarga S : 37 ºC
untuk membantu P : 25×/ menit
pasien makan N :100×/ menit
57
Hasil : TB : 50 cm
- Kelurga BB : 6 kg
memberikan
makanan tinggi A :
serat dan protein - Masalah teratasi
kepada klien. P:
- Intervensi
Dihentikan.
2. Senin 23 09.30 1. Jadwalkan 11. 00 wita
Mei 2016 pengobatan dan S :
tindakan tidak - Ibu mengatakan
selama jam makan. anaknya sudah
Hasil : mau isap ASI.
- Selama pasien O :
makan tidak ada - Bayi nampak
jadwal tindakan tenenag dan tidak
perawatan dan menangis.
pengobatan. - Intake : 250 ml
09.40 2. Monitor turgor kulit - Output : 200 ml
Hasil : - Tanda-tanda vital
- Turgor kulit jelek S : 37 ºC
10.00 3. Monitor intake P: 25× / menit
nuntrisi Nadi :100×/menit
Hasil : TB : 65 cm
- Intake : 150 ml BB : 6 kg
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi
dihentikan, pasien
rencana pulang