HASIL PENELITIAN
Tobacco Survey pada siswan SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang.
Sampel penelitian berjumlah 380 siswa. Pada semua sampel yang memenuhi
5.1 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan
SMAN 15
Dan SMAN 15 di kota Padang pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,dan SMAN 15
Klasifikasi SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)
Perokok 49 (12,90%)
Bukan Perokok 331(87.10%)
Total 380 (100%)
Pada tabel 5.1 dilihat bahwa hanya sekitar 1/8 siswa adalah seorang
SMAN 13, dan SMAN 15 berdasarkan usia pertama kali mulai merokok
SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat dilihat
Pada tabel 5.2 dilihat bahwa pelajar yang pernah mencoba rokok
5.3 Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 13,
3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 berdasarkan jenis
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,
dan SMAN 15 di Kota Padang Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada tabel 5.3 dilihat bahwa sebagian besar siswa laki-laki pernah
mencoba rokok dan dapat ditemukan juga sebagian kecil siswa perempuan pernah
mencoba rokok.
siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa Tentang Bahaya Rokok SMAN 3,
SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang
Pada tabel 5.4 dilihat bahwa hampir seluruh siswa memiliki pengetahuan
SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Larangan Merokok Pada Siswa SMAN 3,
SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang
larangan merokok ditempat umum, namun sebagian kecilnya tidak setuju dengan
5.6 Distribusi Frekuensi Perokok Pasif Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,
13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.6.
. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Perokok Pasif Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN
15 di Kota Padang
Pada tabel 5.6 dilihat bahwa lebih separuh siswa yang mendapat paparan
Anti Merokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota
padang
merokok pada siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Peran Media Dalam Memberikan Pesan Anti Merokok
Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang
Pada tabel 5.7 dilihat bahwa sebagian besar siswa pernah melihat pesan
anti merokok melalui media, iklan rokok di papan reklame pinggir jalan, dan juga
Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di
Kota padang
tentang bahaya merokok pada siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Peran Sekolah Dalam Memberikan Pelajaran Tentang
Bahaya Rokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang
Pada tabel 5.8 dilihat bahwa sebagian besar siswa berpendapat bahwa
SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang adalah perokok. Pada penelitian
sebelumnya oleh Khairsyaf (2013), tentang profil merokok pada siswa 3 SMP di
kota Padang, diketahui bahwa didapatkan 37% pelajar merupakan merokok. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh Maseda (2013), yang dilakukan pada SMAN 1
Tompasobaru didapatkan 40,6 % siswa adalah perokok dan 59,4 % siswa bukan
hasil 18,3 % siswa dilaporkan merokok. Hasil laporan GYTS Kamboja (2014)
menunjukkan bahwa siswa yang merokok sebanyak 6,3 %. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh Rizaldy(2016), yang dilakukan pada siswa SMKN 1 Padang
didapatkan 37,8 % siswa adalah perokok dan 62,2 % siswa bukan perokok.
6.2 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan
Pada tabel 5.2 dilihat bahwa pelajar yang tidak pernah mencoba rokok
yaitu 254 orang (66,80%), pernah mencoba rokok pada kelompok usia < 7 tahun
yaitu 8 orang (2,10%), pada kelompok usia 8-9 tahun yaitu 14 orang (3,70%),
pada kelompok usia 10-11 tahun yaitu 14 orang (3,70%), pada kelompok usia 12-
13 tahun yaitu 34 orang (8,90%), pada kelompok usia 14-15 tahun yaitu 56 orang
(14,70%).
sebelumnya oleh Komasari dan helmi (2002) yang menunjukkan usia pertama kali
merokok yaitu pada tingkat SLTP (62,67%) dan SMA (16%) dan berpendapat
perilaku merokok karena perngaruh teman sebaya dan didukung sikap permisif
dari orang tua. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Kusgoyo,
Putri, dan Zhahroh (2012) yang mengatakan bahwa usia mulai merokok yaitu
pada usia 7-15 tahun, hal tersebut memperlihatkan bahwa pada umumnya subyek
prevalensi perokok laki laki paling tinggi menurut hasil adalah pada umur 15-19
tahun atau seusia remaja di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Data
berdasarkan Riskesdas (2013) prevalensi anak usia 5-9 tahun yang mulai merokok
sebesar 1,6 % dan anak usia 10-14 tahun sebesar 18 %, mereka dengan mudah
mencoba rokok yaitu 119 orang (31,3%), perempuan yang pernah mencoba rokok
yaitu 7 orang (1,9%), dan sisanya tidak pernah mencoba rokok yaitu 254 orang
(2015) yaitu 27,7% remaja laki-laki pernah mencoba rokok, dan 0 % untuk remaja
perempuan.
(2012) didapatkan hasil 37,3% remaja laki-laki usia 15-19 tahun merokok, 1,6%
remaja perempuan merokok. Hasil ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya
oleh Novi (2011) yang dilakukan pada siswa SMKN 1 Baturangkat yaitu 24,1 %
perokok.
penelitian yang dilakukan oleh Andika, Khairsyaf, dan Pertiwi (2013) yaitu 60 %
siswa memiliki pengetahuan baik, 21% siswa memiliki pengetahuan cukup, dan
bahaya merokok.
Hasil ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Maseda (2013)
bahaya merokok.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sikap siswa tentang larangan
merokok yaitu 346 orang (91,1%) setuju terhadap larangan merokok, dan 34
orang(8,9%) tidak setuju terhadap pelarangan merokok. Hasil penelitian ini sesuai
orang pelajar (92%) setuju terhadap larangan merokok. . Hasil penelitian lain
yang berkaitan yaitu pada penelitian GYTS di India (2013) menjukkan bahwa
72,5% siswa setuju adanya pealarangan merokok di tempat umum. Penelitian ini
juga didukung oleh laporan Usman & Mokdad pada GYTS Mediterenia Timur
6.6 Distribusi Frekuensi Perokok Pasif Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,
paparan rokok dirumah yaitu 240(63,2%) dan siswa yang mendapat paparan di
lingkungan yaitu 238 orang (62,6%). Hasil ini sesuai dengan laporan Tjandra Y
pada GYTS Indonesia (2014), yaitu 57,3% siswa di Indonesia terpapar asap
rokok dirumah dan 63,9% siswa di Indonesia terpapar asap rokok lingkungan
(luar rumah). Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan sabri,
khairsyaf, dan awal (2015) yaitu terdapat 151 orang pelajar (63%) terpapar asap
rokok dirumah dan dari 162 pelajar 67,5% terpapar asap rokok saat berada di luar
rumah (lingkungan).
menunjukkan bahwa siswa yang terpapar asap rokok dirumah yaitu sebanyak
31,1% sedangkan yang terpapar asap rokok di luar rumah (lingkungan) sebanyak
59%.
memberikan pesan anti merokok yaitu 229 orang (60,3%) berpendapat banyak,
120 orang (31,6%) berpendapat sedikit, dan 31 orang (8,2%) berpendapat tidak
ada. Dari data diatas juga didapatkan hasil 240 orang siswa (63,2%) banyak
melihat iklan rokok dipinggir jalan, 166 orang siswa (43,7%) banyak melihat
iklan rokok di surat kabar/majalah, 120 orang siswa (31,6%) sedikit melihat iklan
rokok di pinggir jalan, dan 158 orang (41,6%) sedikit melihat iklan rokok di surat
kabar/ majalah, sisanya 20(5,3%) dan 56 (14,7%) siswa berpendapat tidak ada
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tjandra Y pada GYTS
pesan anti merokok melalui media baik di surat kabar/majalah maupun iklan
rokok dipinggir jalan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian GYTS Filipina
(2012) yang menunjukkan bahwa 89,4 % siswa melihat pesan anti merokok di
media massa, 80,70% melihat iklan rokok dipinggir jalan. Dan 72, 4% melihat
iklan rokok di surat kabar dan majalah. Hasil penelitian GYTS india (2013)
menunjukkan bahwa 66,2% siswa melihat pesan anti merokok di media masa.
melihat iklan rokok di surat kabar/majalah dan 80,7% melihat iklan rokok di
pinggir jalan.
Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di
Kota padang
dan 43 siswa (11,3%) berpendapat tidak tahu pasti. Hasil ini sesuai dengan
pelajaran tentang bahaya merokok. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil
penelitian GYTS India (2009) yang menunjukkan bahwa 63,3% siswa mendapat
pelajaran tentang bahaya rokok di sekolah. Hasil penelitian GYTS Filipina (2012)
menunjukkan data yang lebih tinggi yaitu 71,1 % siswa mendapat pelajaran
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
dilakukan di SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang tahun 2017,
didapatkan hasil 91,9% siswa pernah melihat pesan anti rokok, 94,8%
siswa pernah melihat iklan rokok di papan reklame pinggir jalan, dan
7.2 Saran
masyarakat tentang efek negatif dari merokok dan paparan rokok pada
muda.
2. Diharapkan kepada orang tua, dan pihak sekolah untuk dapat memberikan
Amin M (ed) (1996). Penyakit paru obstruktif menahun : Polusi udara, rokok, dan
5(2) : 361-4.
http://www.klikpdpi.com/jurnal_warta/rokok/rokok-kel-04.html –
:http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/laporan2010/reg.php -
:http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/laporan2013/reg.php –
http://www.worldbank.org/en/search?
5(1) : 99-109.
Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2014). Indonesia Report. Diakses dari :
2016
Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2013). Bangladesh Report. Diakses dari :
2017
http://www.doh.gov/PhilippineNATIONALGYTS2011 - Diakses
September 2017
Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2009). India (ages 13-15) Fact Sheet.
Kustanti AA. (2014). Hubungan antara pengaruh keluarga, pengaruh teman, dan
27.
Mariani SR. Dasar warga sehat : Isu psikologi faktor remaja sekolah merokok.
Novi IS (2011). Hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada
Sabri YS, Khairsyaf O, Awal R. (2015). Profil Merokok di Tiga SMP di Kota
Soetjiningsih (2004). Remaja dan rokok. Dalam : Tumbuh kembang remaja dan
Southeast Asia Tobacco Control Alliance (2007). The ASEAN tobacco control
http://triswanto.co.m/read/article/2007/10/04/tentang-rokok.html -