Anda di halaman 1dari 19

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian dengan menggunakan data primer kuesioner Global Youth

Tobacco Survey pada siswan SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang.

Sampel penelitian berjumlah 380 siswa. Pada semua sampel yang memenuhi

kriteria inklusi dilakukan pencatatan dan pengolahan data. Hasil penelitian

disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

5.1 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan

SMAN 15

Gambaran distribusi frekuensi perokok pada siswa SMAN 3, SMAN 13.

Dan SMAN 15 di kota Padang pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,dan SMAN 15
Klasifikasi SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)
Perokok 49 (12,90%)
Bukan Perokok 331(87.10%)
Total 380 (100%)

Pada tabel 5.1 dilihat bahwa hanya sekitar 1/8 siswa adalah seorang

perokok dan lebih dari setengahnya bukan perokok.

5.2 Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 3,

SMAN 13, dan SMAN 15 berdasarkan usia pertama kali mulai merokok

Gambaran distribusi frekuensi usia pertama kali merokok pada siswa

SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,
dan SMAN 15 Berdasarkan Usia Pertama Kali Merokok
Karakteristik SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)
Usia (tahun) :
Tidak Pernah 254 (66.80%)
≤7 8 (2,10%)
8-9 14 (3,70%)
10-11 14 (3,70%)
12-13 34 (8,90%)
14-15 56 (14,70%)
> 15 0 (0,00%)
Total 380 (100%)

Pada tabel 5.2 dilihat bahwa pelajar yang pernah mencoba rokok

terbanyak diusia 14-15 tahun.

5.3 Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 13,

SMAN 13,dan SMAN 15 Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran distribusi frekuensi pernah mencoba rokok pada siswa SMAN

3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,
dan SMAN 15 di Kota Padang Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)


Jenis Kelamin
Laki-Laki 119 (31,30%)
Perempuan 7 (1,90%)
Tidak pernah 254 (66,80%)
Total 380 (100%)

Pada tabel 5.3 dilihat bahwa sebagian besar siswa laki-laki pernah

mencoba rokok dan dapat ditemukan juga sebagian kecil siswa perempuan pernah

mencoba rokok.

5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa Tentang Bahaya rokok Pada

Siswa SMAN 3, SMAN 13,dan SMAN 15 di kota Padang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan tentang bahaya rokok pada

siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat

dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa Tentang Bahaya Rokok SMAN 3,
SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang

Pengetahuan Bahaya SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)


Rokok
Pasti tidak akan
membahayakan 14(3,70%)
kesehatan
Mungkin tidak akan
membahayakan 3(0,80%)
kesehatan
Mungkin membahayakan 36(9,40%)
kesehatan
Pasti membahayakan 327(86,10%)
kesehatan
Total 380(100%)

Pada tabel 5.4 dilihat bahwa hampir seluruh siswa memiliki pengetahuan

tentang rokok bahwa rokok pasti membahayakan kesehatan.

5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Larangan Merokok Pada Siswa

SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota padang

Gambaran distribusi frekuensi sikap tentang larangan merokok pada siswa

SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Larangan Merokok Pada Siswa SMAN 3,
SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang

Sikap Tentang SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)


Larangan Merokok
Setuju 346(91,10%)
Tidak Setuju 34(8,90%)
Total 380(100%)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


Pada tabel 5.5 dilihat bahwa hampir seluruh siswa setuju dengan adanya

larangan merokok ditempat umum, namun sebagian kecilnya tidak setuju dengan

adanya larangan merokok ditempat umum.

5.6 Distribusi Frekuensi Perokok Pasif Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,

dan SMAN 15 di Kota padang

Gambaran distribusi frekuensi perokok pasif pada siswa SMAN 3, SMAN

13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.6.

. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Perokok Pasif Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN
15 di Kota Padang

Perokok pasif SMAN 3 SMAN 13 SMAN 15 Jumlah (%)


Dirumah 240(63,20%)
Dilingkungan 238(62,60%)
Total 380(100%)

Pada tabel 5.6 dilihat bahwa lebih separuh siswa yang mendapat paparan

rokok baik dirumah maupun di lingkungan..

5.7 Distribusi Frekuensi Peran Media Dalam Memberikan Pesan Tentang

Anti Merokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota

padang

Gambaran distribusi frekuensi peran media dalam memberikan pesan anti

merokok pada siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang tahun

2017 dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Peran Media Dalam Memberikan Pesan Anti Merokok
Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang

Peran Media Dalam Memberikan Pesan Tentang Jumlah (%)


Merokok
Pesan Anti Rokok
Banyak 229(60,3%)
Beberapa 120(31,6%)
Tidak ada 31(8,2%)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


Iklan Rokok Di Pinggir Jalan
Banyak 240(63,2%)
Sedikit 120(31,6%)
Tidak Ada 20(5,3%)

Iklan Rokok di Surat Kabar/Majalah


Banyak 166(43,7%)
Sedikit 158(41,6%)
Tidak Ada 56(14,7%)
Total 380(100%)

Pada tabel 5.7 dilihat bahwa sebagian besar siswa pernah melihat pesan

anti merokok melalui media, iklan rokok di papan reklame pinggir jalan, dan juga

melihat iklan rokok di surat kabar/majalah.

5.8 Distribusi Frekuensi Peran Sekolah Dalam Memberikan Pelajaran

Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di

Kota padang

Gambaran distribusi frekuensi peran sekolah dalam memberikan pelajaran

tentang bahaya merokok pada siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota

Padang tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Peran Sekolah Dalam Memberikan Pelajaran Tentang

Bahaya Rokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang

Peran Sekolah Dalam Memberikan Pelajaran Jumlah (%)


Tentang Bahaya Merokok
Ada 281(73,9%)
Tidak 56(14,7%)
Tidak Tahu Pasti 43(11,3%)
Total 380(100%)

Pada tabel 5.8 dilihat bahwa sebagian besar siswa berpendapat bahwa

sekolah memberikan pelajaran tentang bahaya rokok.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


BAB 6
PEMBAHASAN

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


6.1 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan

SMAN 15 di Kota Padang

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa 12,9 % siswa SMAN 3,

SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang adalah perokok. Pada penelitian

sebelumnya oleh Khairsyaf (2013), tentang profil merokok pada siswa 3 SMP di

kota Padang, diketahui bahwa didapatkan 37% pelajar merupakan merokok. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh Maseda (2013), yang dilakukan pada SMAN 1

Tompasobaru didapatkan 40,6 % siswa adalah perokok dan 59,4 % siswa bukan

perokok. Berdasarkan laporan Tjandra Y pada GYTS Indonesia (2014) didapatkan

hasil 18,3 % siswa dilaporkan merokok. Hasil laporan GYTS Kamboja (2014)

menunjukkan bahwa siswa yang merokok sebanyak 6,3 %. Hasil penelitian ini

juga didukung oleh Rizaldy(2016), yang dilakukan pada siswa SMKN 1 Padang

didapatkan 37,8 % siswa adalah perokok dan 62,2 % siswa bukan perokok.

6.2 Distribusi Frekuensi Perokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan

SMAN 15 berdasarkan usia pertama kali mulai merokok

Pada tabel 5.2 dilihat bahwa pelajar yang tidak pernah mencoba rokok

yaitu 254 orang (66,80%), pernah mencoba rokok pada kelompok usia < 7 tahun

yaitu 8 orang (2,10%), pada kelompok usia 8-9 tahun yaitu 14 orang (3,70%),

pada kelompok usia 10-11 tahun yaitu 14 orang (3,70%), pada kelompok usia 12-

13 tahun yaitu 34 orang (8,90%), pada kelompok usia 14-15 tahun yaitu 56 orang

(14,70%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Komasari dan helmi (2002) yang menunjukkan usia pertama kali

merokok yaitu pada tingkat SLTP (62,67%) dan SMA (16%) dan berpendapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


bahwa usia tersebut merupakan masa-masa yang kritis atau rawan terhadap

perilaku merokok karena perngaruh teman sebaya dan didukung sikap permisif

dari orang tua. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Kusgoyo,

Putri, dan Zhahroh (2012) yang mengatakan bahwa usia mulai merokok yaitu

pada usia 7-15 tahun, hal tersebut memperlihatkan bahwa pada umumnya subyek

penelitian sudah mengenal rokok sejak tingkat SMP.

Hasil penelitian sesuai dengan data berdasarkan Riskesdas (2010),

prevalensi perokok laki laki paling tinggi menurut hasil adalah pada umur 15-19

tahun atau seusia remaja di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Data

berdasarkan Riskesdas (2013) prevalensi anak usia 5-9 tahun yang mulai merokok

sebesar 1,6 % dan anak usia 10-14 tahun sebesar 18 %, mereka dengan mudah

mendapatkan rokok meski sudah ada larangan menjual rokok ke anak-anak.

6.3 Distribusi Frekuensi Pernah Mencoba Rokok Pada Siswa SMAN 3,

SMAN 13, dan SMAN 15 Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa laki-laki yang pernah

mencoba rokok yaitu 119 orang (31,3%), perempuan yang pernah mencoba rokok

yaitu 7 orang (1,9%), dan sisanya tidak pernah mencoba rokok yaitu 254 orang

(66,8%). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Sabri,Khairsyaf, dan Awal

(2015) yaitu 27,7% remaja laki-laki pernah mencoba rokok, dan 0 % untuk remaja

perempuan.

Data berdasarkan Riskesdas 2007 dalam Tobacco Control Support Center

(2012) didapatkan hasil 37,3% remaja laki-laki usia 15-19 tahun merokok, 1,6%

remaja perempuan merokok. Hasil ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya

oleh Novi (2011) yang dilakukan pada siswa SMKN 1 Baturangkat yaitu 24,1 %

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


remaja laki-laki adalah perokok dan 4,0 % remaja perempuan merupakan

perokok.

6.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Bahaya rokok Pada

Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di kota Padang

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa 14 orang (3,7%)

beranggapan rokok pasti tidak akan membahayakan kesehatan , 3 orang (0,8%)

beranggapan rokok mungkin tidak akan membahayakan kesehatan, 36 orang

(9,4%) beranggapan mungkin membahayakan kesehatan, dan 327 orang (86,1%)

beranggapan pasti membahayakan kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Andika, Khairsyaf, dan Pertiwi (2013) yaitu 60 %

siswa memiliki pengetahuan baik, 21% siswa memiliki pengetahuan cukup, dan

19% siswa memiliki pengetahuan buruk terhadap bahaya merokok. Hasil

penelitian Zuliyani (2016) menerangkan bahwa 17,4% siswa berpengetahuan

baik,36, % berpengetahuan sedang, dan 46, 5% berpengetahuan kurang terhadap

bahaya merokok.

Hasil ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Maseda (2013)

yang dilakukan pada SMAN 1 Tompasobaru yang menunjukkan bahwa 85%

siswa memiliki pengetahuan baik dan 15 % siswa berpengetahuan buruk terhadap

bahaya merokok.

6.5 Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Larangan Merokok Pada Siswa

SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota padang

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sikap siswa tentang larangan

merokok yaitu 346 orang (91,1%) setuju terhadap larangan merokok, dan 34

orang(8,9%) tidak setuju terhadap pelarangan merokok. Hasil penelitian ini sesuai

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


dengan penelitian yang dilakukan Sabri, Khairsyaf, dan Awal (2015) yaitu 220

orang pelajar (92%) setuju terhadap larangan merokok. . Hasil penelitian lain

yang berkaitan yaitu pada penelitian GYTS di India (2013) menjukkan bahwa

72,5% siswa setuju adanya pealarangan merokok di tempat umum. Penelitian ini

juga didukung oleh laporan Usman & Mokdad pada GYTS Mediterenia Timur

(2013) menunjukkan bahwa siswa yang setuju terhadap larangan merokok

ditempat- tempat umum adalah 96,6% di Pakistan dan 70,3% di Iran

6.6 Distribusi Frekuensi Perokok Pasif Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13,

dan SMAN 15 di Kota padang

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat

paparan rokok dirumah yaitu 240(63,2%) dan siswa yang mendapat paparan di

lingkungan yaitu 238 orang (62,6%). Hasil ini sesuai dengan laporan Tjandra Y

pada GYTS Indonesia (2014), yaitu 57,3% siswa di Indonesia terpapar asap

rokok dirumah dan 63,9% siswa di Indonesia terpapar asap rokok lingkungan

(luar rumah). Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan sabri,

khairsyaf, dan awal (2015) yaitu terdapat 151 orang pelajar (63%) terpapar asap

rokok dirumah dan dari 162 pelajar 67,5% terpapar asap rokok saat berada di luar

rumah (lingkungan).

Hasil laporan Mohammed Nasim pada GYTS Bangladesh (2013)

menunjukkan bahwa siswa yang terpapar asap rokok dirumah yaitu sebanyak

31,1% sedangkan yang terpapar asap rokok di luar rumah (lingkungan) sebanyak

59%.

6.7 Distribusi Frekuensi Peran Media Dalam Memberikan Pesan

Tentang Rokok di SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota padang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa peran media dalam

memberikan pesan anti merokok yaitu 229 orang (60,3%) berpendapat banyak,

120 orang (31,6%) berpendapat sedikit, dan 31 orang (8,2%) berpendapat tidak

ada. Dari data diatas juga didapatkan hasil 240 orang siswa (63,2%) banyak

melihat iklan rokok dipinggir jalan, 166 orang siswa (43,7%) banyak melihat

iklan rokok di surat kabar/majalah, 120 orang siswa (31,6%) sedikit melihat iklan

rokok di pinggir jalan, dan 158 orang (41,6%) sedikit melihat iklan rokok di surat

kabar/ majalah, sisanya 20(5,3%) dan 56 (14,7%) siswa berpendapat tidak ada

melihat iklan rokok di pinggir jalan, surat kabar ataupun majalah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tjandra Y pada GYTS

Indonesia (2014) yang menunjukkan bahwa 70,1 % melaporkan pernah melihat

pesan anti merokok melalui media baik di surat kabar/majalah maupun iklan

rokok dipinggir jalan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian GYTS Filipina

(2012) yang menunjukkan bahwa 89,4 % siswa melihat pesan anti merokok di

media massa, 80,70% melihat iklan rokok dipinggir jalan. Dan 72, 4% melihat

iklan rokok di surat kabar dan majalah. Hasil penelitian GYTS india (2013)

menunjukkan bahwa 66,2% siswa melihat pesan anti merokok di media masa.

Hasil penelitian GYTS Kambodja (2012) menunjukkan bahwa 72,4% siswa

melihat iklan rokok di surat kabar/majalah dan 80,7% melihat iklan rokok di

pinggir jalan.

6.8 Distribusi Frekuensi Peran Sekolah Dalam Memberikan Pelajaran

Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di

Kota padang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa 281 siswa (73,9%)

berpendapat sekolah memberikan pelajaran tentang bahaya merokok, 56 (14,7%)

siswa berpendapat sekolah tidak memberikan pelajaran tentang bahaya merokok,

dan 43 siswa (11,3%) berpendapat tidak tahu pasti. Hasil ini sesuai dengan

laporan Tjandra Y (2014) menunjukkan bahwa 69,3 % siswa mendapatkan

pelajaran tentang bahaya merokok. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil

penelitian GYTS India (2009) yang menunjukkan bahwa 63,3% siswa mendapat

pelajaran tentang bahaya rokok di sekolah. Hasil penelitian GYTS Filipina (2012)

menunjukkan data yang lebih tinggi yaitu 71,1 % siswa mendapat pelajaran

tentang bahaya rokok disekolah.

BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan kuesioner Global Youth Tobacco Survey yang

dilakukan di SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di Kota Padang tahun 2017,

maka dapat disimpulkan:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


1. Perokok pada siswa yang ada di SMAN 3, SMAN 13, dan SMAN 15 di

Kota Padang didapatkan persentase 12,9%.


2. Berdasarkan usia pertama kali merokok didapakan usia terbanyak yaitu

14- 15 tahun (14,70%)


3. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan 31,3% siswa laki-laki dan 1,9%

siswa perempuan pernah mencoba rokok


4. Berdasarkan pengetahuan terhadap bahaya merokok didapatkan 86,1%

siswa mengetahui bahwa rokok membahayakan kesehatan


5. Berdasarkan sikap setuju terhadap larangan merokok didapatkan 91,1%

menyetujui adanya larangan merokok


6. Berdasarkan paparan asap rokok dirumah dan di lingkungan didapatkan

63,2% mendapat paparan asap rokok dirumah, dan 62,6% mendapat

paparan asap rokok diluar rumah (lingkungan)


7. Berdasarkan peran media dalam memberikan pesan tentang rokok

didapatkan hasil 91,9% siswa pernah melihat pesan anti rokok, 94,8%

siswa pernah melihat iklan rokok di papan reklame pinggir jalan, dan

85,3% siswa pernah melihat iklan rokok di surat kabar/majalah.


8. Berdasarkan peran sekolah dalam memberikan pelajaran tentang bahaya

merokok disekolah didapatkan hasil 73, 9% siswa berpendapat sekolah

memberikan pelajaran tentang bahaya rokok.

7.2 Saran

1. Diharapkan agar paramedis dapat memberikan penyuluhan kepada

masyarakat tentang efek negatif dari merokok dan paparan rokok pada

remaja sehingga dapat mengurangi angka kejadian perokok pada usia

muda.
2. Diharapkan kepada orang tua, dan pihak sekolah untuk dapat memberikan

edukasi kepada siswa tentang rokok

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2013). Efektivitas penggunaan model alat respirasi dalam menjelaskan

bahaya rokok kepada siswa kelas IX SMPN 13 Banda Aceh. Jurnal

Universitas Syiah Kuala, 5(1): 1-3.

Afriyanti R, Pangemanan J, Palar S. (2015). Hubungan antara perilaku merokok

dengan kejadian penyakit jantung coroner. Jurnal e-Clinic, 3(1) : 98-102

Ambarwati, Khoirorul A, Kurniati F, Diah T, Darojah S. (2014). Media leaflet,

video, dan pengetahuan siswa SD tentang bahaya merokok. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, 10(1): 7-13.

Amin M (ed) (1996). Penyakit paru obstruktif menahun : Polusi udara, rokok, dan

Alfa1-antitripsin. Surabaya : Airlangga University Press, Hal : 42-71.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Andika D, Khairsyaf O, Pertiwi D. (2015). Hubungan pengetahuan dengan

kejadian merokok pelajar SMPN 1 Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas,

5(2) : 361-4.

Britton J, Jarvis M, McNeil A (2001). Penanganan adiksi nikotin. Dalam :

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Diakses dari :

http://www.klikpdpi.com/jurnal_warta/rokok/rokok-kel-04.html –

Diakses Juli 2016.

Chalampa D (2011). Hubungan pengetahuan remaja tentang dampak rokok bagi

kesehatan dengan sikap siswa terhadap rokok di SMKN 1 Makassar.

Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin. 6(1) : 1-7.

Chotidjah S. (2012) Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan eksternal

dan perilaku merokok. Makara Sosial Humaniora, 16(1): 49-56

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diakses dari

:http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/laporan2010/reg.php -

Diakses Juli 2016

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diakses dari

:http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/laporan2013/reg.php –

Diakses Juli 2017

Djuharta T, Surya HV (2003). Research on tobacco in Indonesia. Economics of

Tobacco Control Paper. Diakses dari :

http://www.worldbank.org/en/search?

q=tobacco+djutaharta&currentTab=1 - Diakses April 2016.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


Prasetyo J (2010). Kehidupan manusia dalam praktek kedokteran. Dalam : Elvira,

Sylvia D, Hadisukanto G (eds). Buku ajar pskiatri. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 25-35

Etrawati. (2004). Perilaku merokok pada remaja : Kajian faktor sosiopsikologis.

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, 5(2) : 77-85.

Fikriyah S, Febrijanto Y. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putera. Jurnal STIKES,

5(1) : 99-109.

Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2014). Indonesia Report. Diakses dari :

www.searo.who.int/tobacco/.../ino_gyts_report_2014.pdf - Diakses Maret

2016

Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2013). Bangladesh Report. Diakses dari :

http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B5179.Pdf - Diakses September

2017

Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2011). Philippines (ages 13-15)Fact

Sheet. Diakses dari :

http://www.doh.gov/PhilippineNATIONALGYTS2011 - Diakses

September 2017

Global Youth Tobacco Survey (GYTS). (2009). India (ages 13-15) Fact Sheet.

Diakses dari: http://www.searo.who.int/entity/data/Ind_gyts_fs_2009.Pdf

- Diakses September 2017

Gusti, Sarake M, Ikhsan M. (2013). Faktor yang mempengaruhi jumlah rokok

yang dihisap perhari pada remaja pria di SMAN 1 Bungku selatan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah Tahun 2013. Jurnal Fakultas

Kesehatan Masyarakat UNHAS : 1-15.

Komasari D, Helmi AF. (2000). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada

remaja. Jurnal Psikologi. 27(1): 37-47.

Kustanti AA. (2014). Hubungan antara pengaruh keluarga, pengaruh teman, dan

pengaruh iklan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMPN 1

Slogohimo Wonogiri. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi : 1-

27.

Mariani SR. Dasar warga sehat : Isu psikologi faktor remaja sekolah merokok.

Jurnal Pendidikan University Malaya, 24(1) : 141-60.

Mu’tadin Z (2002). Remaja dan rokok. Diakses dari : http://www.e-psikologi.

com/remaja/050602.htm. – Diakses Juli 2016.

Nururrahmah. (2014). Pengaruh rokok terhadap kesehatan dan pembentukan

karakter manusia. Prosiding Seminar Nasional, 01(1): 77-84

Notoatmodjo S (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Edisi ke 2, Jakarta :

Rineka cipta, Hal : 115-30.

Novi IS (2011). Hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada

siswa laki-laki perokok smkn 2 baturangkat. Jurnal Keperawatan.

Universitas Andalas. 5(2) : 1-8.

Rau, Josep L (2010). Overview of caldiopulmonary disorders. Dalam : Moini J

(ed) . Cardiopulmonary pharmacology for respiratory care.1 st edition.

London: Jones & Barlett Learning, Hal 22-34

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


Rizaldy AB (2016). Hubungan perilaku merokok dengan ketahanan

kardiorespirasi (ketahanan jantung-paru) siswa SMKN 1 Padang. Jurnal

Kesehatan Andalas. 5(2) : 325-9.

Sabri YS, Khairsyaf O, Awal R. (2015). Profil Merokok di Tiga SMP di Kota

Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3) : 973-7.

Sijabat, Ridwan M (1999). Masa remaja. Dalam : Hurlock (ed). Psikologi

perkembangan “Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan”. Edisi

ke 5. Jakarta : Erlangga. Hal 224-9.

Sitepoe M (2000). Rokok dan merokok. Dalam : Kekhusuan rokok Indonesia.

Jakarta: P.T. Gramedia Widiaswana. Hal 11-30.

Soetjiningsih (2004). Remaja dan rokok. Dalam : Tumbuh kembang remaja dan

permasalahannya. Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto, Hal 152-170.

Southeast Asia Tobacco Control Alliance (2007). The ASEAN tobacco control

atlas. Diakses dari : http//:www.seatca.org/dmdocuments/atlas2.pdf.

Triswanto S (2007). Tentang rokok. Diakses dari :

http://triswanto.co.m/read/article/2007/10/04/tentang-rokok.html -

Diakses 20 Maret 2016.

Wahyono B, Maharani C. (2010). Peningkatan pengetahuan tentang bahaya

merokok pada siswa SLTP Negeri Limbangan Kendal. Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Skripsi : 1-5.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19

Anda mungkin juga menyukai