Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR

(TMT)
BAB 8
Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks
Geopolitik Indonesia

TUGAS 8.1

Tanggal pemberian tugas : 19,Maret 2015

Tugas : Individu

Guru pembimbing : Eva Heppiani,SH.M.TPd

Disusun oleh

Nama :Mesya Ridha Apriyana

Kelas :XI ipa D

Dapertemen Dinas Pendidikan Nasional


SMA NEGERI 02 BENGKULU
JL.Mahoni No.14
Ttd ortu

Tugas Mandiri 8.1


Nah, setelah mencermati uraian di atas, analisislah setiap teori geopolitik di atas, kemudian
tentukan teori siapa yang masih relevan sampai dengan saat ini, terutama dengan kondisi
negara Indonesia. Tulislah hasil analisamu dalam buku tugas masing-masing.
TUGAS MANDIRI TERSTRUKTUR
(TMT)
BAB 8
Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks
Geopolitik Indonesia

TUGAS 8.2

Tanggal pemberian tugas : 19,Maret 2015

Tugas : Individu

Guru pembimbing : Eva Heppiani,SH.M.TPd

Disusun oleh

Nama :Mesya Ridha Apriyana

Kelas :XI ipa D

Dapertemen Dinas Pendidikan Nasional


SMA NEGERI 02 BENGKULU
JL.Mahoni No.14
Ttd ortu

Tugas Mandiri 8.2

Nah setelah kalian membaca uraian materi di atas, coba kalian lakukan studi kepustakaan
untuk mencari keunggulan bentuk Negara kesatuan dibandingkan dengan bentuk negara
lainnya seperti negara serikat. Tuslikan hasil kalian pada tabel di bawah ini.

No Keunggulan Negara Kesatuan Kelemahan Negara Serikat


1. Semua urusan dikendalikan pusat Tidak semua bidang dikendalikan pusat
sehingga diharapkan bisa terjadi sehingga bisa terjadi kesenjangan dalam
pemerataan di berbagai bidang di bidang yang urusannya diserahkan kepada
seluruh wilayah Indonesia. daerah, misalkan: pendidikan, kesehatan, dll.

2. Kualitas tokoh nasional lebih bermutu


Kualitas tokoh nasional tidak terjamin karena
karena seleksinya dilakukan secara
yang diutamakan merupakan perwakilan
nasional. daerah.
3. Biaya demokrasi lebih murah. Biaya demokrasi mahal karena pemilihan
pejabat dilakukan berkali-kali.
4. Kepemimpinan pusat dan daerah Kepemimpinan pusat dan daerah bisa tidak
dalam ”satu komando” sehingga sejalan karena merasa memiliki kepentingan
koordinasi lebih mudah. masing-masing.

5. Biaya kegiatan perekonomian lebih Biaya kegiatan perekonomian menjadi tinggi


murah sehingga bisa meningkatkan karena pejabat daerah menjadi “raja-raja
daya saing bangsa. kecil”.
TUGAS MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR
(TMTT)
BAB 8
Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks
Geopolitik Indonesia

TUGAS 8.3

Tanggal pemberian tugas :19,Maret 2015

Tugas : Individu

Guru pembimbing : Eva Heppiani,SH.M.TPd

Disusun oleh

Nama :Mesya Ridha Apriyana

Kelas :XI ipa D

Dapertemen Dinas Pendidikan Nasional


SMA NEGERI 02 BENGKULU
JL.Mahoni No.14
Ttd ortu

Tugas Mandiri 8.3


Coba kalian lakukan identifikasi mengenai bentuk perilaku yang dapat kalian tampilkan sebagai
wujud kebangaan sebagai bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Tuliskan hasil identifikasi
kalian dalam tabel di bawah ini.

No. Perwujudan Kebanggaan Sebagai Bangsa Indonesia


1. Menggunakan produk dalam negeri.
2. Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
3. Berlatih tarian atau lagu daerah dari indonesia
4. Melaksanakan upacara dengan khidmat
5. Menghormati jasa jasa pahlawan nasional
TUGAS MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR
(TMTT)
BAB 8
Menelusuri Dinamika Kehidupan Bernegara dalam Konteks
Geopolitik Indonesia

TUGAS 8.4

Tanggal pemberian tugas :19,Maret 2015

Tugas : Individu

Guru pembimbing : Eva Heppiani,SH.M.TPd

Disusun oleh

Nama :Mesya Ridha Apriyana

Kelas :XI ipa D

Dapertemen Dinas Pendidikan Nasional


SMA NEGERI 02 BENGKULU
JL.Mahoni No.14
Mari Menganalisis Kasus

Indonesia pernah mengalami persengketaan dengan Malayasia yang berkaita dengan hak
penguasaan atau kepemilikan atas Pulau Sipadan dan Ligitan, serta perselisihan di Blok
Ambalat. Berkaitan dengan hal tesebut:
1. Coba kalian uraikan kronologi terjadi persengketaan tersebut baik yang berkaitan pulau
Sipadan dan Ligitan maupun di Blok Ambalat.
2. Apakah persengketaan tersebut dapat mengancam keutuhan wilayah negara kita? Berikan
alasanmu.
3. Apa saja yang dilakukan pemerintah dalam mengahadapi persengketaan tersebut?
Bagaiman hasilnya?
4. Bagaimana perasaanmu ketika tahu bahwa pada akhirnya Pulau Sipadan dan Ligitan lepas
ke tangan Malaysia?
5. Apa penyebab lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan lepas ke tangan Malaysia?
6. Apa yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia baik pemerintah maupun rakyat
Indonesia supaya peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan lepas ke tangan Malaysia
tidak terulang kembali?

Jawaban :

1.) Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam
pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata
memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua
negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status
quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata
baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai
tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia
mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh
ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Sedangkan
Malaysia malah membangun resort di sana SIPADAN dan Ligitan tiba-tiba menjadi berita,.
Ini, gara-gara di dua pulau kecil yang terletak di Laut Sulawesi itu dibangun cottage. Di atas
Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, kini, siap menanti wisatawan. Pengusaha
Malaysia telah menambah jumlah penginapan menjadi hampir 20 buah. Dari jumlahnya,
fasilitas pariwisata itu memang belum bisa disebut memadai. Tapi pemerintah Indonesia,
yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke Kuala Lumpur, minta
agar pembangunan di sana disetop dahulu. Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam
sengketa, belum diputus siapa pemiliknya.Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak
memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.
Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara atau TAC (Treaty
of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertama ASEAN di pulauBali ini
antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk
menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak
Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk
klaim pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikan Sabah dengan Filipina serta sengketa
kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina,
dan Taiwan. Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan
(setara Brimob) melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak
Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau.
Sikap pihak Indonesia yang ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN dan
selalu menolak membawa masalah ini ke ICJ kemudian melunak. Dalam kunjungannya
ke Kuala Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996, Presiden Soeharto akhirnya menyetujui
usulan PM Mahathir tersebut yang pernah diusulkan pula oleh MensesnegMoerdiono dan
Wakil PM Anwar Ibrahim, dibuatkan kesepakatan "Final and Binding," pada tanggal 31 Mei
1997, kedua negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia meratifikasi pada
tanggal 29 Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula Malaysia
meratifikasi pada 19 November 1997.

2.)
3.)1992 Kedua negara sepakat menyelesaikan masalah Sipadan-Ligitan secara bilateral,
diawali dengan pertemuan pejabat tinggi kedua negara. Hasil pertemuan menyepakati
dibentuknya Komisi Bersama (Joint Commission/JC) dan Kelompok Kerja Bersama (Joint
Working Groups/JWG). Serangkaian pertemuan JC dan JWG yang dilaksanakan pun tidak
membawa hasil. Pemerintah RI menunjuk Mensesneg Moerdiono dan Malaysia menunjuk
Wakil PM Anwar Ibrahim sebagai Wakil Khusus pemerintah untuk mencairkan kebuntuan
forum JC/JWG. Namun, dari empat kali pertemuan juga tidak pernah mencapai hasil
kesepakatan.
7 Oktober 1996
Presiden Republik Indonesia dengan Perdana Menteri Malaysia di Kuala Lumpur
menyepakati untuk menyelesaikan penentuan status kepemilikan Pulau Ligitan dan Pulau
Sipadan melalui Mahkamah Internasional.
31 Mei 1997
Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia mengenai Special Agreement for Submission to
the International Court of Justice of the Dispute between Indonesia and Malaysia Concerning
Sovereignty over Pulau Ligitan and Pulau Sipadan, sebagai hasil perundingan antara delegasi
delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia.
19 November 1997
Pemerintah Malaysia meratifikasi Special Agreement for Submission to the International
Court of Justice of the Dispute between Indonesia and Malaysia Concerning Sovereignty over
Pulau Ligitan and Pulau Sipadan.
29 Desember 1997
Indonesia meratifikasi tanggal Special Agreement for Submission to the International Court
of Justice of the Dispute between Indonesia and Malaysia Concerning Sovereignty over Pulau
Ligitan and Pulau Sipadan dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997.
2 November 1998
Special Agreement disampaikan secara resmi ke Mahkamah International (MI). Proses
hukum di MI berlangsung kurang lebih 3 tahun. Dalam menghadapi dan menyiapkan materi,
Indonesia membentuk satuan tugas khusus yang terdiri dari: Deplu, Depdagri, Dephan,
Mabes TNI, Dep. Energi dan SDM, Dishidros TNI AL, Bupati Nunukan, pakar kelautan dan
pakar hukum laut International. Indonesia mengangkat “co agent” RI di MI/ICJ (International
Court of Justice) yaitu Dirjen Pol Deplu, dan Dubes RI untuk Belanda. Indonesia juga
mengangkat Tim Penasehat Hukum Internationl (International Counsels).
Klaim Malaysia
Malaysia mengajukan bukti-bukti berupa bukti hukum Inggris yakni Turtle Preservation
Ordinance 1917; perizinan kapal nelayan kawasan Sipadan Ligitan; regulasi suaka burung
tahun 1933 dan pembangunan mercusuar pada tahun 1962 dan 1963. Semuanya adalah
produk hukum pemerintah kolonial Inggris.
Klaim Indonesia
Indonesia mengajukan bukti-bukti adanya patroli AL Belanda di kawasan ini tahun 1895-
1928, termasuk kehadiran kapal AL Belanda Lynx ke Sipadan pada November-Desember
1921; dan adanya survei hidrografi kapal Belanda Macasser di perairan Sipadan Ligitan pada
Oktober-November 1903. Patroli ini dilanjutkan oleh patroli TNI-AL. Selain itu, bukti yang
diajukan adalah adanya kegiatan perikanan nelayan Indonesia pada tahun 1950-1960-an dan
bawal 1970-an.
17 Desember 2002
Pembacaan amar putusan Mahkamah Internasional. Hasil voting hakim Mahkamah
Internasional pada kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan, 16 hakim menyatakan dua
pulai tersebut milik Malaysia, sementara hanya satu hakim yang menyatakan milik Indonesia.

4.)perasaan saya saat mengetahui pulau sipadan dan ligitan jatuh ke tangan malaysia saya
merasa kecewa karena pulau sipadan dan ligitan yang seharusnya masuk ke wilayah
indonesia, jika saja kedua pulau itu jatuh ke tangan indonesia maka pulau itu bisa dijadikan
tempat wisata sehingga dapat menambah pemasukan negara.

5.) Alasan hakim memenangkan Malaysia, berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa


memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu
pemerintah kolonial Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif
secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak
terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercusuar sejak 1960-an.
Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan,
serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu) akan
tetapi gagal dalam menentukan batas di perbatasan laut antara Malaysia dan Indonesia di
selat Makassar.
Mahkamah menyatakan bahwa, ukuran obyektif dalam menentukan kepemilikan pulau-pulau
tersebut adalah dengan menerapakan doktrin effective occupation. Dua aspek penting dalam
penentuan effective occupation ini adalah keputusan adannya cut-off date atau sering disebut
critical date dan bukti-bukti hukum yang ada. Critical date yang ditentukan oleh Mahkamah
Internasional adalah tahun 1969. Artinya adalah semua kegiatan setelah tahun 1969 seperti
pembangunan resort dianggap tidak berdampak hukum sama sekali.

6.)supaya peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan lepas ke tangan Malaysia tidak
terulang kembali menurut saya, pemerintah untuk lebih memperhatikan pulau-pulau di
Nusantara di seluruh Indonesia. Dan semestinya kita sebagai warga Indonesia kita harus ikut
serta dalam menjaga wilayah NKRI.

Anda mungkin juga menyukai