Anda di halaman 1dari 5

2.1.

POTENSIAL AKSI DAN POTENSIAL MEMBRAN

2.1.1 potensial membran

Membran potensial merupakan potensial yang diakibatkan oleh adanya perbedaan muatan
pada sisi dalam dan sisi luar membran sel. Proses yang berperan pada potensial membran adalah difusi
dan transport aktif. Difusi terjadi karena sifat membran sel yang semipermeabel, oleh karena
konsentrasi dalam sel yang tinggi, ion K cenderung berdifusi keluar sel sehingga mengurangi muatan
positif didalam sel danmembentuk elektropositif di luar sel dan elektronegatif di dalam sel. Transport
aktif terjadi karena adanya pompa Na dan K yang bersifat elektrogenik oleh karena lebih banyak
mengeluarkan ion positif (3 ion Na akan keluar setiap 2 ion K masuk). Kejadian ini menimbulkan
gradien konsentrasi yang tinggi antara ion Na dan ion K untuk modal awal agar terjadi difusi.

Resting membran potensial merupakan potensial membran saat sel saraf berada pada kondisi
istirahat, biasanya sebesar -90 mV. Faktor yang berperan pada resting membran meliputi :

· Potensial difusi K (-94 mV)

· Potensial difusi Na (+64 mV)

· Pompa Na-K (-4 mV)

2.1.2 potensial aksi

Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel.Semakin
besar diameter akson semakin cepat penghantaran potensial aksi karena tahanan arus listrik
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus tersebut. Potensial aksi ditimbulkan
oleh adanya sensasi yang dirasakan oleh tubuh.Pada saat ini kita dapat membagi sensasi menjadi dua,
yaitu :

A. General Sense

Dimana reseptornya secara luas tersebar di tubuh. General sense ini dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu :

1. Somatic sense

Menyediakan informasi sensorik tentang tubuh dan lingkungan sekitar, yang termasuk
dalamnya adalah sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri.

2. Visceral sense

Menyediakan informasi tentang keadaan organ internal, yang terutamanya nyeri dan tekanan.

B. Special Sense

Lebih mengkhusus pada struktur maupun penempatan pada organ tubuh. Yang termasuk dalam
special sense adalah bau, rasa, suara, cahaya, keseimbangan.

KOMPONEN POTENSIAL AKSI

Kanal-kanal yg berperan yaitu:

1. Kanal natrium bergerbang voltase


Kanal ini sendiri memiliki 2 gerbang, yaitu gerbang aktivasi yang berada dekat dengan sisi luar
kanal, dan gerbang inaktivasi yang letaknya dekat dengan sisi dalam kanal.
 Gerbang aktivasi
Ketika potensial membran istirahat,potensial akan meningkat dari -90 milivolt
menjadi 0, dan akhirnya mencapai suatu voltase (biasanya berkisar antara -70 dan -50
milivolt). Keadaan ini menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba pada gerbang aktivasi,
yang membalikkan gerbang sepenuhnya hingga posisi terbuka yang maksimal. Inilah yang
disebut sebagai keadaan teraktivasi
 Gerbang aktivasi
Ketika potensial membran istirahat,potensial akan meningkat dari -90 milivolt
menjadi 0, dan akhirnya mencapai suatu voltase (biasanya berkisar antara -70 dan -50
milivolt). Keadaan ini menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba pada gerbang aktivasi,
yang membalikkan gerbang sepenuhnya hingga posisi terbuka yang maksimal. Inilah yang
disebut sebagai keadaan teraktivasi
2. Kanal kalium bergerbang voltase
Selama keadaan istirahat, gerbang kanal ion kalium berada dalam keadaaan tertutup,
dan ion kalium terhalangi untuk melewati kanal ini menuju keluar.Kanal kalium hany a terbuka
secara bersamaan ketika kanal natrium mulai tertutup akibat inaktivasi.

MEKANISME POTENSIAL AKSI


Tahap-tahap potensial aksi adalah sebagai berikut:
 Tahap Istirahat,pada saat ini, membran dapat dikatakan “terpolarisasi”, karena
selama tahap ini berlangsung, potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai
sekitar -90 milivolt.
 Tahap Depolarisasi,Pada tahap ini, membran secara tiba-tiba menjadi sangat
permeabel terhadap ion natrium. Hal ini menyebabkan kanal ion natrium terbuka
dengan cepat dan sejumlah besar ion natrium yang bermuatan positif berdifusi
masuk ke dalam akson. Keadaan membran yang awalnya terpolarisasi dengan nilai -
90 milivolt secara cepat menjadi semakin positif.
 Tahap Repolarisasi,tahapan ini berlangsung setelah tahap depolarisasi berakhir, dan
membran menjadi lebih permeabel terhadap ion kalium. Berakhirnya tahap
depolarisasi adalah ketika kanal ion natrium tertutup dengan cepat yang diikuti oleh
pembukaan kanal ion kalium secara lambat.
 Tahap Hiperpolarisasi, setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang
disebut positive after potential. Keadaan ini merupakan kondisi potensial membran
yang lebih negatif dari kondisi istirahat. terjadi akibat lambatnya penutupan kanal ion
K.

2.2 kontraksi dan eksitasi otot rangka

Eksitasi otot rangka


Eksitasi suatu serat otot rangka oleh neuron motoriknya menimbulkan kontraksi
melalui serangkaian kejadian yang menyebabkan filamen-filamen tipis bergeser saling
mendekat diantara filamen tebal.Mekanisme pergeseran filamen pada kontraksi otot ini
diaktifkan oleh pelepasan Ca2+ dari kantung leteral retikulum sarkoplasma. Pelepasan
kalsium terjadi sebagai respons terhadap penyebaran potensial aksi serat otot ke dalam
bagian sentral serat melalui tubulus T. Ca2+ yang dibebaskan kemudian berikatan dengan
kompleks troponin-tropomiosin filamen tipis, sedikit mereposisi kompleks untuk memajankan
tempat pengikatan jembatan silang aktin.Setelah aktin yang terpajan tersebut berikatan
dengan jembatan silang miosin, interaksi molekular antara aktin dan miosin membebaskan
energi di dalam kepala miosin yang disimpan sebelum penguraian ATP oleh ATPase miosin.
Energi yang dibebaskan inidigunakan untuk menjalankan kayuhan bertenaga jembatan silang.
Selama kayuhan bertenaga, jembatan silang menekuk ke arah tengah filamen tebal,
“mendayung” masuk filamen tipis yang melekat padanya. Dengan penambahan molekil ATP
segar ke jembatansilang miosin, miosin dan aktin terlepas, jembatan silang kembali ke tempat
semula, dan siklus diulang.Siklus berulang aktifitas jembatan silang menggeser filamen tipis
ke arah dalam setahap demi setahap. Jika tidak ada lagi potensial aksi maka kantung lateral
menyerap Ca2+ , troponin dan tropomiosin kembali bergeser ke posisi menghambat, dan
terjadi relaksasi. Keseluruhan respons kontraktil berlangsung sekitar 100 kali lebih lama
daripada waktu potensial aksi.
Kontraksi otot rangka
Otot rangka biasa digolongkan sebagai alat gerak aktif sementara tulang tempat otot
melekat disebut alat gerak pasif. Beberapa otot bekerja secara sinergistik untuk menghasilkan
aktifitas yg sama sementara yg lain bekerja antagonistik. Beberapa otot yang bekerja bersama
disebut otot sinergis sementara beberapa yg bekerja saling berlawanan disebut otot
antagonis. Sistim saraf mengatur aktifitas otot ini dengan sangat cermat sehingga gerakan
menjadi normal dan tidak terpatah-patah. Suatu gerakan sesungguhnya merupakan
rangsangan bersama baik pada otot sinergis dan otot antagonis akan tetapi sistim saraf akan
mengatur otot yang mana yang dieksitasi dan otot mana yang diinhibisi. Kontraksi otot secara
umum mengikuti urutan proses berikut :
1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi potensial
pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang terjadi
pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian tengah otot
yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan antara
aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling menarik ke
arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma,
lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin (relaksasi).
Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat terbentuknya cross-
bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin, yang akan menarik aktin ke arah myosin
(tengah). Kekuatan untuk menarik diperoleh dari ATP yang tersedia di kepala myosin dan akan
aktif saat aksi potensial mencapai bagian otot.
2.3 kontraksi dan eksitasi otot rangka

Mekanisme kontraksi otot polos sebenarnya sama dengan kontraksi otot rangka: 1) aktin dan miosin
berinteraksi melalui mekanisme sliding filament, 2)

pemicu akhir kontraksi adalah naiknya jumlah ion kalsium di lingkungan intraseluler (di dalam sel), dan
3) proses sliding filament menggunakan energi berupa ATP.
Selama kontraksi-eksitasi, Ca2+ dilepaskan oleh tubule retikulum sarkoplasma dan berpindah dari sel
ke ruang ekstraseluler. Dengan berikatan dengan troponin, ion Ca2+ memicu aktivasi miosin. Akan
tetapi, pada otot polos, kompleks troponin-Ca2+ dengan berikatan dengan calmodulin (Eckert dan
Randall, 1983). Calmodulin adalah molekul regulator berupa protein sitoplasmik yang berikatan
dengan ion kalsium. Calmodulin berinteraksi dengan enzim kinase yang disebut miosin kinase atau
myosin light chain kinase (MLCK). Miosin kinase akan memfosforilasi kepala miosin. Filamen tipis otot
polos tidak memiliki troponin, sehingga selalu berada dalam kondisi siap untuk berkontraksi.
Rangkaian peristiwa ini terjadi secara

berurutan seperti berikut:

1) Konsentrasi ion Ca2+ meningkat saat ion Ca2+ memasuki sel dan

dilepaskan oleh retikulum sarkoplasma

2) Ion Ca2+ berikatan dengan calmodulin (CaM)

3) Kompleks ion Ca2+-calmodulin mengaktifkan miosin kinase atau MLCK

4) MLCK memfosforilasi kepala miosin dan meningkatkan aktivitas ATP-ase

miosin

5) Miosin aktif dan menempel dengan aktin, sehingga membentuk tegangan

otot.

Sebagaimana halnya otot rangka, otot polos berelaksasi apabila jumlah Ca2+ menurun, tetapi
mekanisme yang menjelaskan bagaimana otot polos berhenti

sama sekali melakukan aktivitas kontraktil sangat kompleks. Peristiwa yang diketahui meliputi
pelepasan kalsium dari calmodulin, transpor aktif Ca2+ kembali reticulum sarkoplasma dan cairan
ekstraseluler, defosforilasi kepala miosin oleh enzim fosforilase yang mengurangi aktivitas ATPase.

Otot polos membutuhkan waktu 30kali lebih lama daripada otot rangka untuk

melakukan kontraksi dan relaksasi, akan tetapi dapat mempertahankan aktivitas kontraktil dengan
periode yan lebih lama dengan energi kurang dari 1%. Jika otot rangka dianalogikan sebagai mobil
yang melesat dengan cepat dan cepat kehabisan

tenaga, maka otot polos dapat dianalogikan sebagai mesin berat yang bergerak

dengan lambat, tapi tidak kenal lelah. Keefektifan energi pada otot polos dipicu oleh kelembaman
ATPase-nya dibandingkan ATPase otot rangka. Selain itu, miofilamen otot rangka tetap bergabung
satu sama lain selama periode kontraksi yang panjang, sehingga energi yang digunakan lebih efisien.
Otot polos nampaknya tetap berikatan satu sama lain meskipun telah mencapai tahap defosforilasi
kepala miosin.

Kontraksi otot polos yang efisien dalam penggunaan ATP berperan sangat penting dalam homeostasis.
Otot polos pada arteriol dan organ-organ viseral secara berkelanjutan melakukan kontraksi, disebut
irama otot polos (smooth muscle tone), hari demi hari tanpa lelah. Otot polos membutuhkan energi
yang lebih rendah, sehingga ATP yang dihasilkan dari respirasi aerob cukup untuk memenuhi
kebutuhannya untuk melakukan kontraksi-relaksasi.

Anda mungkin juga menyukai

  • CMMS
    CMMS
    Dokumen16 halaman
    CMMS
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat
  • Taxicab ReadMe
    Taxicab ReadMe
    Dokumen7 halaman
    Taxicab ReadMe
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat
  • CV Acep
    CV Acep
    Dokumen1 halaman
    CV Acep
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat
  • Transformator 2017
    Transformator 2017
    Dokumen50 halaman
    Transformator 2017
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat
  • Langkah Kerja
    Langkah Kerja
    Dokumen5 halaman
    Langkah Kerja
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat
  • Bubut Yaksa
    Bubut Yaksa
    Dokumen29 halaman
    Bubut Yaksa
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat
  • Kimia Terapan Polban
    Kimia Terapan Polban
    Dokumen86 halaman
    Kimia Terapan Polban
    Mochamad Yoga Windu Dharmawan
    Belum ada peringkat