Membran potensial merupakan potensial yang diakibatkan oleh adanya perbedaan muatan
pada sisi dalam dan sisi luar membran sel. Proses yang berperan pada potensial membran adalah difusi
dan transport aktif. Difusi terjadi karena sifat membran sel yang semipermeabel, oleh karena
konsentrasi dalam sel yang tinggi, ion K cenderung berdifusi keluar sel sehingga mengurangi muatan
positif didalam sel danmembentuk elektropositif di luar sel dan elektronegatif di dalam sel. Transport
aktif terjadi karena adanya pompa Na dan K yang bersifat elektrogenik oleh karena lebih banyak
mengeluarkan ion positif (3 ion Na akan keluar setiap 2 ion K masuk). Kejadian ini menimbulkan
gradien konsentrasi yang tinggi antara ion Na dan ion K untuk modal awal agar terjadi difusi.
Resting membran potensial merupakan potensial membran saat sel saraf berada pada kondisi
istirahat, biasanya sebesar -90 mV. Faktor yang berperan pada resting membran meliputi :
Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel.Semakin
besar diameter akson semakin cepat penghantaran potensial aksi karena tahanan arus listrik
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus tersebut. Potensial aksi ditimbulkan
oleh adanya sensasi yang dirasakan oleh tubuh.Pada saat ini kita dapat membagi sensasi menjadi dua,
yaitu :
A. General Sense
Dimana reseptornya secara luas tersebar di tubuh. General sense ini dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu :
1. Somatic sense
Menyediakan informasi sensorik tentang tubuh dan lingkungan sekitar, yang termasuk
dalamnya adalah sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri.
2. Visceral sense
Menyediakan informasi tentang keadaan organ internal, yang terutamanya nyeri dan tekanan.
B. Special Sense
Lebih mengkhusus pada struktur maupun penempatan pada organ tubuh. Yang termasuk dalam
special sense adalah bau, rasa, suara, cahaya, keseimbangan.
Mekanisme kontraksi otot polos sebenarnya sama dengan kontraksi otot rangka: 1) aktin dan miosin
berinteraksi melalui mekanisme sliding filament, 2)
pemicu akhir kontraksi adalah naiknya jumlah ion kalsium di lingkungan intraseluler (di dalam sel), dan
3) proses sliding filament menggunakan energi berupa ATP.
Selama kontraksi-eksitasi, Ca2+ dilepaskan oleh tubule retikulum sarkoplasma dan berpindah dari sel
ke ruang ekstraseluler. Dengan berikatan dengan troponin, ion Ca2+ memicu aktivasi miosin. Akan
tetapi, pada otot polos, kompleks troponin-Ca2+ dengan berikatan dengan calmodulin (Eckert dan
Randall, 1983). Calmodulin adalah molekul regulator berupa protein sitoplasmik yang berikatan
dengan ion kalsium. Calmodulin berinteraksi dengan enzim kinase yang disebut miosin kinase atau
myosin light chain kinase (MLCK). Miosin kinase akan memfosforilasi kepala miosin. Filamen tipis otot
polos tidak memiliki troponin, sehingga selalu berada dalam kondisi siap untuk berkontraksi.
Rangkaian peristiwa ini terjadi secara
1) Konsentrasi ion Ca2+ meningkat saat ion Ca2+ memasuki sel dan
miosin
otot.
Sebagaimana halnya otot rangka, otot polos berelaksasi apabila jumlah Ca2+ menurun, tetapi
mekanisme yang menjelaskan bagaimana otot polos berhenti
sama sekali melakukan aktivitas kontraktil sangat kompleks. Peristiwa yang diketahui meliputi
pelepasan kalsium dari calmodulin, transpor aktif Ca2+ kembali reticulum sarkoplasma dan cairan
ekstraseluler, defosforilasi kepala miosin oleh enzim fosforilase yang mengurangi aktivitas ATPase.
Otot polos membutuhkan waktu 30kali lebih lama daripada otot rangka untuk
melakukan kontraksi dan relaksasi, akan tetapi dapat mempertahankan aktivitas kontraktil dengan
periode yan lebih lama dengan energi kurang dari 1%. Jika otot rangka dianalogikan sebagai mobil
yang melesat dengan cepat dan cepat kehabisan
tenaga, maka otot polos dapat dianalogikan sebagai mesin berat yang bergerak
dengan lambat, tapi tidak kenal lelah. Keefektifan energi pada otot polos dipicu oleh kelembaman
ATPase-nya dibandingkan ATPase otot rangka. Selain itu, miofilamen otot rangka tetap bergabung
satu sama lain selama periode kontraksi yang panjang, sehingga energi yang digunakan lebih efisien.
Otot polos nampaknya tetap berikatan satu sama lain meskipun telah mencapai tahap defosforilasi
kepala miosin.
Kontraksi otot polos yang efisien dalam penggunaan ATP berperan sangat penting dalam homeostasis.
Otot polos pada arteriol dan organ-organ viseral secara berkelanjutan melakukan kontraksi, disebut
irama otot polos (smooth muscle tone), hari demi hari tanpa lelah. Otot polos membutuhkan energi
yang lebih rendah, sehingga ATP yang dihasilkan dari respirasi aerob cukup untuk memenuhi
kebutuhannya untuk melakukan kontraksi-relaksasi.