Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN

RESIKO

Manajemen Risiko
A. Penjelasan
Menurut Labombang, (2011) manajemen risiko merupakan pendekatan yang
dilakukan terhadap risiko yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi
risiko suatu proyek, kemudian mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap
dampak yang ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada pihak lain atau
mengurangi risiko yang terjadi, sedangkan Duncan, (1996) mendeskripsikan bahwa
manajemen risiko merupakan proses formal di mana faktor risiko secara sistematis
diidentifikasi, dikaji, dan ditanggapi, dengan kata lain proses ini secara khusus
mengidentifikasi dan mengendalikan event, faktor yang berpotensi menimbulkan
perubahan yang tidak diinginkan.
Smith, (1995) menjelaskan manajemen risiko melibatkan proses-proses, teknologi,
peralatan, dan teknik-teknik tertentu yang akan membantu manajer membat keputusan
yang tepat dalam rangka memaksimalkan kemungkinan dan konseskuensi yang positif dan
meminimalkan kemungkinan dan konsekuensi negatif dari suatu kejadian, Sandhyavitri,(
2013) menggarisbawahi sekurang- kurangnya 3 hal dalam manajemen risiko, yaitu
identifikasi risiko, penilaian risiko, dan mengontrol serta meminimalkan risiko yang
mungkin dapat terjadi selama proyek berjalan.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa literatur diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa manajemen risiko adalah suatu langkah sistematis yang dilakukan untuk
mengumpulkan semua kemungkinan,untuk meminimalisir sedini mungkin peluang
terjadinya risiko yang dapat mengganggu jalannya aktifitas di proyek.

B. Proses Manajemen Risiko


Proses standar manajemen risiko menurut Institute of Risk Management, (2002)
dijelaskan melalui gambar dibawah ini :
Gambar 1 Proses Manajemen Risiko (Institute of Risk Management,2002)

Proses mananjemen risiko tersebut mempunyai tujuan untuk melindungi serta


memberika nilai tambah bagi organisasi dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat

dalam proyek.

Sedangkan menurut Australian Standard, (2004) menjelaskan bahwa secara


garis besar proses manajemen risiko adalah :
a. Memperhatikan konteks strategis, organisasi, para pihak yang terkait dalam
proses manajemen risiko.
b. Mengidentifikasi sumber risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian
c. Menganalisis kondisi yang ada untuk menentukan dampak yang mungkn
timbul dan memperkirakan tingkatan risiko yang mungkin terjadi.
d. Evaluasi risiko dengan membandingkan tingkat risiko dengan kriteria yafn
telah ditetapkan untuk merencanakan manajemen dari risiko yang menjadi
prioritas.
e. Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan pihak yang terkait dengan
proyek pada setiap prosesnya.
f. Monitor dan memeriksa kembali kinerja sistem manajemen risiko dan
perubahan yang mungkin mempengaruhi
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses manajemen risiko
harus dilakukan dengan langkah sistematis dan juga selalu memberikan umpan balik pada
setiap prosesnya, hal ini dilakukan untuk terus memberikan informasi yang terbaru, dan
hal tersebut akan bermanfaat ketika terjadi risiko diluar dari perkiraan sebelumnya.

C. Perencanaan Manajemen Risiko


Perencaanaan manajemen risiko adalah sebuah proses dalam mendefinisikan
bagaimana melakukan aktivitas manajemen risiko dalam sebuah proyek, manfaat utama
dari proses ini adalah perencanaan manajemen risiko dapat memastikan bahwa setiap,
tingkat, tipe dari manajemen risiko yang digunakan sesuai dengan kepentingan organisasi
(PMBOK, 2013).
Perencanaan manajemen risiko sangat penting untuk dapat berkomunikasi dengan
seluruh pemangku kepentingan dalam memperoleh persetujuan bersama, untuk
memastikan bahwa proses pelaksanaan manajemen risiko bisa dilakukan secara efektif
dalam siklus hidup proyek. (PMBOK, 2013). Sedangkan Hilson, (2002) menjelaskan
bentuk perencanaan manajemen risiko merupakan bagian integral perencanaan
manajemen proyek, yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan manajemen risiko
untuk proyek tersebut..
Mulcahy, (2010) mendeskripsikan perencanaan manajemen risiko sebagai suatu
susunan sistematis dalam melakukan proses manajemen risiko, hal itu meliputi bagaimana
menentukan proses manajemen risiko akan dilakukan, siapa saja pihak yang terlibat, dan
kapan kegiatan manajemen risiko harus dilakukan selama siklus hidup suatu proyek.
Menurut Mulcahy, (2010) perencanaan manajemen risiko mempunyai tujuan untuk
menyusun perencanaan untuk melakukan manajemen risiko dalam proyek, menyesuaikan
kegiatan manajemen risiko dengan kebutuhan proyek.
Berdasasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan
manajemen risiko merupakan tahap awal dari serangkaian proses manajemen risiko, yang
bertujuan untuk mendefinisikan langkah-langkah yang akan diambil dalam melakukan
proses manajemen risiko.
D. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko merupakan sebuah proses dalam menentukan risiko-risiko apa saja
yang mungkin berdampak pada proyek dan mendokumentasikan karakteristik dari setiap
risiko tersebut, Hilson, (2002) menjelaskan bahwa ada macam-macam teknik identifikasi
risiko, seperti brainstroming, kuesioner dan wawancara, teknik Delphi, sistem dinamik,
dimana dalam menggunakan teknik tersebut membutuhkan kreativitas peneliti.
Identifikasi risiko yang dilakukan pada penelitian terdahulu dilakkan dengan metode
dan teknik yang beraneka ragam, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Isnaini,
(2010) dan Sukaarta, (2012) melakukan proses identifikasi risiko dengan metode
wawancara dan kuesioner, proses identifikasi risiko yang dilakukan oleh Wardhana, (2014)
dilakukan dengan cara melakukan studi literatur lalu dikelola dengan menggunakan teknik
Delphi, penggunaan sistem dinamik dalam proses identifikasi risiko yang dilakukan oleh
Boateng, dkk (2012) pada studi kasus pembangunan jalur tram di Edinburg juga
memberikan hasil yang efektif dalam proses identifikasi risiko.
Dari penjelasan mengenai identifikasi risiko menurut studi literatur terdahulu, dapat
diambil ikhtisar bahwa proses identifikasi risiko merupakan proses yang membutuhkan
kreativitas serta ketekunan, hal ini disebabkan banyaknya kemungkinan terhadap suatu
risiko yang bisa saja terjadi dalam sebuah proyek.

E. Analisis Risiko Kualitatif


E.1 Matriks Probabilitas dan Dampak
Mulcahy, (2010) menjelaskan secara umum tujuan dilakukannya analisis risiko
kualitatif adalah untuk mengetahui risiko mana yang memiliki tingkat probabilitas dan
dampak paling besar dan membutuhkan penanganan lebih. Secara spesifik analisis risiko
kualitatif memiliki tujuan untuk menilai probabilitas dan dampak dari setiap faktor risiko,
mendapatkan daftar risiko lebih rinci yang berisi risiko-risiko yang mempunyai nilai paling
tinggi.
Salah satu metode yang digunakan dalam analisis risiko kualitatif adalah metode
Probability Impact Matrix dimana metode tersebut digunakan setelah identifikasi risiko
telah selesai dilakukan (Iacob, 2013).
Dalam konteks bahasan ini Mulcahy, (2010) menjelaskan bahwa yang
dimaksudkan sebagai probabilitas adalah kemungkinan suatu risiko akan terjadi, dan
dampak adalah efek yang ditimbulkan apabila suatu risiko terjadi.
Dalam melakukan analisis risiko kualitatif, penggunaan skala harus ditentukan dan
disepakati terlebih dahulu, sebab hal ini juga akan mempengaruhi penilaian yang akan
dilakukan oleh para pemangku kepentingan proyek adapun (Mulcahy,2010). Beberapa
literatur mempunyai besaran skala yang berbeda-beda dalam menentukan besaran
probabilitas dan dampak, menurut Mulcahy, (2010) terdapat empat pilihan yang dapat
digunakan dalam penilaian probabilitas dan dampak risiko.

Tabel 1 Probability Impact Scales


Probability and Impact Scales
Option Rating
1 Very Low Low Moderate High Very High
2 0.05 0.1 0.2 0.4 0.8
3 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9
4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : (Mulcahy,2010).

Sedangkan Yovina, (2007) dan Isnaini, (2010) menggunakan skala likert dalam
menentukan besaran probabilitas dan dampak dalam analisis risiko kualitatif, adapun
rentang yang diberikan dalam skala likert adalah :
Tabel 2 Skala likert
Keterangan
Skala
Probabilitas Dampak
1 Sangat jarang Sangat kecil
2 Jarang Kecil
3 Cukup Sedang
4 Sering Besar
5 Sangat Sering Sangat Besar
Sumber : Hasil olaha
Skala probabilitas dan dampak menurut Australian Standard, (2004) yang digunakan
pada penelitian Lokobal, (2014) dalam menganalisis risiko pada perusahaan jasa konstruksi
di provinsi Papua mempunyai besaran skala pengukuran sebagai berikut :
Tabel 3 Level Probabilitas menurut Australian Standard, (2004)
Level Descriptor Detailed Description
A Almost certain Is expected to occur in most circumstances
B Likely Will probably occur in most circumstances
C Possible Might occur at some time
D Unlikely Could occur at some time
E Rare May occur only in exceptional circumstances.
Sumber : Australian Standard, (2004)

Tabel 4 Level dampak menurut Australian Standard, (2004)


Level Descriptor Detailed Description
1 Insignifanct No injuries, low financial loss
2 Minor Firs aid treatment, on-site release immediately
contained, medium financial loss
3 Moderate Medical treatment required, on-site release
contained with outside assitance, high financial loss

4 Major Extensive injuries, loss of production capacity,


off sie release with detrimental effects, high
financial loss
5 Catastrophic Death, toxic release off-site with detrimental
effect, huge financial loss
Sumber : Australian Standard, (2004))

Dari penjelasan dari beberapa literatur diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat
berbagai macam skala pengukuran yang digunakan dalam penilaian probabilitas dan
dampak risiko secara kualitatif, dalam hal ini penggunaan skala dalam melakukan analisis
risiko kualitatif harus sesuai dengan lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
Setelah skala pengukuran ditetapkan dalam analisis risiko kualitatif, langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah mencari nilai tiap-tiap risiko, dimana nilai risiko didapat
dari hasil perkalian nilai probabilitas dan dampak dimana nilai tersebut didapat dari
perhitungan Mean value (Berenson, 2012), adapun rumus untuk mengukur risiko adalah
sebagai berikut
R=P*I (2.1)
Dimana :
R = Tingkat risiko
P = Kemungkinan risiko yang terjadi
I = Tingkat dampak risiko yang terjadi
Konsep perhitungan Mean value menurut Berenson, (2012), adalah sebagai
berikut:


n
a.X i .. (2.2)
X i 1
n
Dimana :
𝑎 = Konstanta penilai
n = Jumlah total responden
X = Frekuensi penilaian responden
Agar prioritas risiko dapat diketahui untuk diperhatikan lebih lanjut, teknik
pendekatan yang digunakan adalah Probability Impact Matrix (Yovina, 2007). Pendekatan
Probability Impact Matrix dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai risiko,
dalam memvisualisasikan Probability Impact Matrix terdapat perbedaan menurut
beberapa literatur, dimana menurut Mulcahy, (2010) matriks probabilitas dan dampak
risiko dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 5 Probability and Impact Matrix
8 16 24 32 40 48 54 64 72 80
7 14 21 28 35 42 49 56 63 70
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
Probability

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Impact
Key
Risks to simply document (low risk)
Risks you might decide to move into the Perform Quantitative Risk
Analysis process and/or the Plan Responses process (medium risk)
Risk you should definitely move into the Perform Quantitative Risk
Analysis process and/or the Plan Risk Responses process (Risiko Tinggi)
Sumber : (Mulcahy,2010)
Berbeda dengan Mulcahy, (2010), Hilson (2002) memvisualisasikan matriks tersebut
dengan Double Probability-Impact Matrix, dimana Impact atau dampak dibagi menjadi
peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) , sedangkan Mulcahy, (2010)
mendefinisikan dampak (impact) adalah sebagai keseluruhan dari kemungkinan dampak
yang akan terjadi. Adapun Double Probability-Impact Matrix tersebut adalah sebagai
berikut :

Gambar 2 Double Probability-Impact Matrix for opportunities and threats


(Hilson, 2002)
Hilson (2002) menjelaskan melalui Double Probability-Impact Matrix akan dapat
diketahui ancaman serta peluang apa saja kah yang memiliki nilai palling besar melalui
The Arrow of Attention, sehingga akan mempermudah dalam mengetahui ancaman dan
peluang yang mempunyai nilai terbesar.
Dari penjelasan analisis risiko kualitatif oleh literatur terdahulu dapat dimengerti
bahwa secara umum konsep penyajian Probability-Impact Matrix adalah sama, hanya skala
pengukuran yang membedakan dalam penyajian tersebut, untuk itu perlu ditentukan skala
pengukuran yang tepat sesuai dengan ruang lingkup manajemen risiko dalam melakukan
analisis risiko kualitatif.

E.2 Respon Risiko


Respon risiko adalah tindakan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi.
Risiko-risiko yang penting yang sudah diketahui perlu ditindaklanjuti
dengan respon yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani risiko tersebut (Yovina,
2007). Lokobal, (2014) dalam penelitiannya menjelaskan terdapat lima langkah dasar yang
berhubungan dengan penanganan terhadap risiko

Tabel 6 Strategi penanganan risiko.


Strategi Keterangan
Menghindar/Menolak Tidak mengambil risiko
Mengurangi Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
Mendanai/Menerima Mendanai risiko apabila terjadi
Menanggulangi Meminimalkan akibat dari risiko
Mengalihkan Mengalihkan risiko ke pihak lain.
Sumber : Lokobal, (2014)

Sedangkan Flanagan (1993), Hilson (2002), dan Mulcahy, (2010), mempunyai


pendapat yang seragam dalam menggambarkan respon terhadap risiko, antara lain adalah
sebagai berikut ;
1. Menghindari risiko (Risk Avoidance)
Risiko dihindari jika pengaruhnya terhadap proyek sangat tinggi, dan usaha
yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko tersebut sangatlah sulit.
2. Mengalihkan risiko (Risk Transferred)
Risiko dapat dialihkan ke pihak lain, yang akan bertanggung jawab terhadap
akibat dari risiko yang telah dialihkan kepadanya
3. Mengurangi risiko (Risk Mitigation)
Dengan merencanakan langkah mitigasi yang sistematis terhadap risiko yang
mempunyai nilai probabilitas dan dampak tinggi, sehingga efek negatif yang
berdampak pada kinerja proyek dapat dikurangi
4. Menerima risiko (Risk Acceptance)
Menerima risiko diambil jika tidak ada strategi yang tepat untuk
meminimalkan risiko

Dari penjelasan mengenai respon risiko oleh beberapa literatur diatas, maka dapat
diketahui bahwa proses respon risiko merupakan langkah yang dilakukan untuk
menanggapi atau bagaimana tindakan akan dilakukan terhadap risiko-risiko yang terjadi
dalam proyek.
F. Variabel Resiko
Berikut merupakan beberapa variabel resiko yang umum terjadi pada proyek konstruksi,
namun pada dasarnya resiko yang terjadi pada setiap proyek berbeda beda baik resiko itu
sendiri maupun dampak dari resiko tersebut.

Lingkup Variabel
Teknik Kesalahan desain
Teknik Metode konstruksi yang tidak sesuai
Teknik Desain tidak dapat sesuai dengan kondisi di lapangan
Teknik Keterlambatan proses pembebasan lahan
Teknik Kenaikan biaya tanah
Teknik Pemindahan penduduk yang terkena dampak proyek
Teknik Keterlambatan dalam memperoleh persetujuan perencanaan
Teknik Kesalahan estimasi biaya untuk konstruksi
Teknik Keterlambatan dalam mendapatkan akses ke lokasi proyek
Teknik Terjadi kecelakaan kerja
Teknik Rendahnya stabilitas tanah
Teknik Keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan dan mengembalikan akses
ke lokasi.
Teknik Konstruksi jembatan runtuh akibat robohnya kolom jembatan
Teknik Konstruksi jembatan rubuh akibat robohnya balok melintang
Teknik Perancah tidak dipasang dengan baik
Teknik Pekerja berada pada area yang berbahaya
Teknik Kesalahan operator alat berat
Teknik Pergerakan yang tidak terkoordinasi
Teknik Tidak tersedianya akses
Teknik transportasi menuju
Kekurangan Jumlah lokasi
Tenagaproyek
Kerja
Teknik Terjadinya Kecelakaan Kerja
Teknik Tenaga Kerja Mogok
Teknik Komunikasi yang tidak lancar antar pekerja
Teknik Kerusakan peralatan kerja
Teknik Keterlambatan material dari supplier
Teknik Perubahan desain
Teknik Desain yang tidak lengkap
Teknik Kesalahan estimasi waktu
Teknik Kesalahan estimasi biaya
Teknik Rendahnya stabilitas tanah
Teknik Tidak tersedianya akses transportasi menuju lokasi proyek
Teknik Rusaknya peralatan bor
Teknik Arah pengeboran tidak sesuai
Lingkungan dengan perencanaan
Kebakaran
Lingkungan Banjir
Lingkungan Tanah Longsor
Lingkungan Gempa Bumi
Lingkungan Keadaan Cuaca Tidak menentu
Lingkungan Badai
Lingkungan Kegiatan konstruksi menyebabkan polusi udara dan air
Lingkungan Demonstran
Lingkungan Kebutuhan untuk merelokasi suatu tempat/bangunan penting
Lingkungan Terjadi banyak debu saat proses pengeboran
Lingkungan Polusi suara (kebisingan) pada saat pengeboran
Lingkungan Rusaknya ekosistem sekitar lokasi
Lingkungan proyek
Terjadi Longsor pada saat pengeboran
Sosial Kegiatan konstruksi mengakibatkan kemacetan
Sosial Perubahan kebijakan yang diakibatkan oleh perubahan kebijakan
pemerintah setempat
Sosial Perubahan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja
Sosial Terjadi Kerusuhan
Sosial Aksi protes dari masyarakat setempat

Anda mungkin juga menyukai