Anda di halaman 1dari 2

Logika Mistika

Syahdan, Indonesia mempunyai nenek moyang. Ya nenek moyang yang


mempunyai kepercayaan, mempunyai sesuatu yang gaib, mistik, yang telah berturun
temurun hingga sekarang. Dongeng-dongeng, ramalan-ramalan, cerita-cerita yang
entah begitu hebatnya, terbang ke langit, bertemu dengan para dewa, berbicara
dengan burung, dan masih banyak lagi. Nenek moyang kita memberikan sejarah, yang
kurang jelas, apakah peristiwa yang pada saat itu bisa dipercaya oleh saat ini. Karena
sejarah yang dibuat oleh nenek moyang ini, terlalu seperti khayalan, susah dipercaya,
dimengerti.

Pengetahuan, eksperimen, ilmu alam, ilmu berpikir, pada saat Indonesia muda
dahulu, tidak ada. Nenek moyang kita masih bergelimang dengan kepercayaan-
kepercayaan mistik, pengetahuan, penelitian belumlah ada, atau belumlah dimengerti,
padahal hal-hal itulah yang terpenting dalam kehidupan kita sekarang. Dulu, nenek
moyang kita hanya bisa melakukan pengamatan, orang-orang dulu melihat keadaan,
melihat sekitar, mengamati. Pikiran-pikiran orang dahulu itu, orang dahulu yang
membuat cerita-cerita khayalan, terdapat pesan moral yang bisa diambil, walaupun
kisah yang dibuat itu tidak ada atau tidak nyata.

Saya, tidak percaya akan ramalan. Ramalan-ramalan seperti jayabaya yang


mengatakan jawa akan tenggelam-lah, atau pada saat tertentu akan terjadi zaman
edan-lah, saya sedikit pun tidak percaya. Perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh
peramal sama sekali semata-mata adalah hanya perkataan saja, sebab siapa yang bisa
menentukan, siapa yang bisa memberikan sebuah kejadian, apa-apa yang terjadi pada
masa depan. Tidak ada, siapa yang bisa ? Apakah ramalan Jayabaya yang ahli dalam
mendongeng itu ? Apakah kitab-kitab, prasasti-prasasti, yang bisa melihat peristiwa
kedepan ? Tidak bisa, sampai kapanpun. Sebab dunia ini bukan miliknya, yang
dengan itu seakan-akan ia bisa menentukan masa depan dunia ini, Negara itu,
Indonesia, laut disana, daratan disini.

Dalam tulisannya, bukunya yang berjudul Madilog, Tan Malaka mengatakan


bahwa “Tak ada satu manusia bisa meramalkan kejadian bumi atau politik lebih dari
waktu yang singkat sekali. Kalau bukti membenarkan suatu ramalan itu, persoalan ini
dapat dianggap “kebetulan” belaka, accident belaka.” Maksudnya, orang-orang bisa
memberikan suatu perkiraan dengan apa yang akan terjadi di dunia ini tetapi dengan
menggunakan metode sains, metode yang mengandalkan pengetahuan,
penelitian/eksperimen, pengamatan, yang akhirnya memunculkan suatu hipotesa.
Hipotesa itu tidak pasti, namanya juga hipotesa yang berarti perkiraan,
kebelumtentuan, dugaan sementara, tetapi dengan hipotesa ini kita bisa semacam
meramalkan dengan sains apa yang akan terjadi. Waktu yang dibutuhkan tidak bisa
singkat, tidak bisa dalam sehari, dalam berbulan, dalam satu tahun, tetapi perlu
bertahun-tahun dengan membuat pembuktian sementara, yang direvisi terus menerus,
dan dengan itu kita bisa meramalkan suatu peristiwa dengan dalil sains, walaupun
tidak ada kepastian.

Sejarah-sejarah kita telah terpengaruhi oleh dunia dongeng, dunia khayalan,


dunia entah berada dimana tempatnya. Kita lihat di dunia barat, walaupun dijaman
dahulu mereka terperangkap oleh zaman kegelapan, tetapi makin kedepan mereka-
mereka, Galileo, Newton, Einsten, dll, semua berjuang untuk memperoleh ilmu
pengetahuan secara valid, logis, diterima oleh setiap akal yang berakal. Lihat dunia
Islam, mereka berhasil meninggalkan kepercayaan-kepercayaan mistik dahulu kala,
mereka berhasil menciptakan berbagai ilmu pengetahuan, yang berguna hingga kini.
Ibnu Sina, Imam Ja’far Shadiq, Khawarizmi, dll, mereka semua membuat kitab-kitab,
membuat suatu pengetahuan yang baik, terbukti, sistematis, bukan seperti dongeng
semata-mata, khayalan belaka.

Kita sebagai Makhluk yang berpikir, kita sebagai bagian dari Indonesia,
bagian dari sejarah yang akan kita buat, untuk generasi kedepan, sebaiknya utamakan
pengetahuan untuk dijadikan bekal oleh penerus-penerus. Tinggalkan otak kita dari
berlogika mistika, agar tidak terperangkap oleh dunia sakti, agar tidak berusaha
mencoba memakan matahari, mandi dengan darah ular agar menjadi sakti, agar tidak
menjadi orang yang bodoh, yang selalu bermimpi akan dirinya yang begitu hebat, bisa
terbang, lari secepat kilat, dan lain-lain. Bukankah diluar sana banyak sekali contoh-
contoh untuk meninggalkan dunia logika mistik dan mulai untuk mencari, berlomba,
meneliti suatu pengetahuan (benda), secara pasti, masuk akal, agar menjadi Bangsa
yang maju. Sekarang kita bisa melihat, apakah ada suatu Negara yang
mengedepankan logika mistika-nya menjadi suatu Negara yang maju ? Mungkin ada,
tetapi di dunia khayalan.

Anda mungkin juga menyukai