Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-
satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang
paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat yang
besar, maka pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif
disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6
bulan.
Jika dilihat standar pencapaian ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam
pembangunan nasional dan strategi nasional program peningkatan cakupan
pemberian ASI sebesar 80%. Menurut World Health Organizazion (WHO) dahulu
pemberian ASI Eksklusif berlangsung sampai usia 4 bulan, namun belakangan
sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan sampai anak usia 6 bulan.
Secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun
2009 mencapai angka 34,3%. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2012
adalah 48,62%, pada tahun 2013 meningkat menjadi 54,3%, pada tahun 2014
menurun menjadi 52,4%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di DKI Jakarta pada
tahun 2013 adalah 62,7 %, pada tahun 2015 cakupan meningkat menjadi 67,1%.
Berdasarkan data profil kesehatan DKI Jakarta pada tahun 2014, wilayah dengan
persentase terendah ada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Pemberian
ASI Eksklusif di Indonesia yang rendah disebabkan oleh faktor internal yaitu
rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dan faktor eksternal yaitu
kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun
pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta
kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.

1
Menurut data Rekap Laporan LB3 Gizi s.d. Bulan Oktober 2013 Seksi
Kesmas Sudin Kesehatan Jakarta Timur, jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di
Kecamatan Ciracas adalah 90 anak laki-laki dan 94 anak perempuan, dengan total
184 anak, angka ini mewakili 4.6% dari keseluruhan total bayi yang diberi ASI
eksklusif di 10 kecamatan kota Jakarta Timur yag berjumlah total 5451 anak.
Menurut penelitian Rohani (2007) menunjukan bahwa tingkat
pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif, hal ini
ditunjukan akan terjadi peningkatan pemberian ASI Eksklusif jika disertai dengan
peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
antara pengetahuan Ibu tentang ASI terhadap pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Kelurahan Ciracas pada bulan Desember 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kelurahan Ciracas pada bulan Desember
2017?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI
terhadap pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kelurahan Ciracas pada bulan
Desember 2017.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti: sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian
kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar tempat kerja.
2. Bagi Masyarakat: sebagai sarana informasi terutama untuk Ibu yang
memiliki anak bayi dan balita mengenai pentingnya pemberian ASI
ekslusif.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan: sebagai gambaran mengenai konsep penelitian
kesehatan masyarakat yang dapat diaplikasikan dan dikembangkan
dikemudian harinya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI
ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air
jeruk ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem
pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna sehingga ia belum
mampu mencerna makanan selain ASI. ASI adalah suatu cara yang tidak
tertandingi dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan seorang bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik
kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara
baik, ASI sebgai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan bayi hingga usia
enam bulan. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi.
ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi.
Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan
berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara
saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada
trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan
dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Pada saat
pembesaran payudara, hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja
dalam memproduksi ASI. Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau
dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan
tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk meproduksi sejumlah
prolaktin, yaitu hormone utama yang mengendalikan pengeluaran ASI. Proses
pengeluaran ASI juga tergantung pada let down reflek, dimana isapan putting
dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya ASI terjadi sekitar hari
ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan aliran susu yang cepat

4
pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai beberapa
hari. Larangan bagi bayi untuk menghisap puting ibu akan banyak menghambat
keluarnya ASI, sementara menyusui bayi menurut permintaan bayi secara naluriah
akan meberikan hasil yang baik. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara
fisiologis untuk menampung ASI serta adanya faktor kelainan anatomis yang
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan ASI sangat jarang terjadi.
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga yaitu,
kolostrum, foremilk dan hindmilk.
1. Kolostrum
Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan.
Kolostrum mengandung banyak protein dan antibodi. Wujudnya sangat kental dan
jumlahnya sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar
mungkin hanya sesendok teh. Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus
bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi
bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur-angsur
produksi kolostrum berkurang saat ASI keluar pada hari ketiga sampai kelima.
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan
ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum
disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau kempat sejak
masa laktasi.
2. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu
ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan
dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu
menghilangkan rasa haus pada bayi.
3. Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hampir
selesai. Hindmilk sangak kaya, kental dan penuh lemak bervitamin, sebagaimana
hidangan utama setelah sup pembuka. Air susu ini sebagian besar mengandung
energi yang dibutuhkan oleh bayi.

5
Komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen
unik, yang memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi.
Berikut komponen penting dari ASI:
1) Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel
alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan
kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima makanan
dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya gizi dan
sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
yang sangat tinggi.
2) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey
(protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey
daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna.
3) Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan
komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena
sudah dalam bentuk emulsi.
4) Laktosa
Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber
energi, meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan
lactobacillus bifidus.
5) Vitamin A
Kosentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl.
6) Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/ltr), nayi yang
menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat
besi pada ASI medah dicerna.
7) Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan
penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari

6
kelompok molekul yang dikenal sebagai omega fatty acids. DHA
(docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok banguna utama di otak sebagai
pusat kecerdasan dan di jala mata. Akumulasi DHA di otak lebih besar
dari dua tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang
ditemukan di seluruh tubuhdan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk
mendukung visual dan perkembangan mental bayi.
8) Lactobasilus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikoorganisme seperti bakteri
E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
9) Lactoferin
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri
dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk
berkembang. Memiliki efek langsung pada antibiotic berpontensi
berbahaya seperti bakteri Staphylococci dan E.Coli. Hal ini ditemukan
dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang
seluruh tahun pertama bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus
dan jamur candida.
10) Lisozim
Dapat mencegah dinding bakteri sekaligus mengurangi insiden caries
dentis dan maloklusi. Enzim pencernaan yang kuat akan ditemukan dalam
ASI pada tingkat 50 kali lebih tinggi daripada dalam rumus. Lysozyme
menghancurkan bakteri berbahaya dan akhirnya menghambat
keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus.

2.2 Manfaat ASI


Manfaat asi antara lain apabila ditinjau dari aspek gizi yaitu, kandungan
gizi lengkap, mudah dicerna dan diserap, mengandung lipase untuk pencernaan
lemak, mempertinggi penyerapan kalsium, mengandung zat kekebalan tubuh
(imunitas). Ditinjau dari aspek psikologis dapat mendekatkan hubungan ibu dan
bayi, menimbulkan rasa aman bagi bayi, mengembangkan dasar kepercayaan

7
(Basic sence of trust). Ditinjau dari aspek KB akan menunda kembalinya
kesuburan, menjarangkan kehamilan.
Bagi ibu sediri ada beberapa manfaat ASI eksklusif diantaranya dapat
mengurangi insiden kanker leher rahim dan kanker payudara, mengurangi insiden
HPV (Human Papilo Virus), mempercepat involusi uterus. Bagi keluarga
manfaatnya adalah hemat karena tidak membeli susu formula dan bayi jarang
sakit sehingga biaya pengobatan dapat dihemat, tidak perlu mengganggu orang
lain.
Jika ditinjau melalui 4 aspek, berikut adalah manfaat dari ASI dan menyusui:
1. Manfaat ASI bagi bayi:
- Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
- Mengandung antibody.
- ASI mengandung komposisi yang tepat.
- Mengurangi kejadian karies gigi.
- Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antar ibu
dan bayi.
- Terhindar dari alergi.
- ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
- Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
2. Manfaat menyusui ASI bagi Ibu:
a) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik
sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
b) Aspek kesehatan ibu.
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.

8
Kejadian karsinome mamae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding ibu
yang tidak menyusui.
c) Aspek penurunan berat badan.
Ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat badan semula sebelum hamil. Pada saat hamil, badan
bertambah berat selain karena ada janin juga karena penimbunan lemak
pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai
sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang
berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
d) Aspek psikologis.
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.
3. Manfaat ASI bagi keluarga
a) Aspek ekonomi.
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
b) Aspek psikologi.
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
c) Aspek kemudahan.
Menyusui sangat prktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang
harus dibersihkan.
4. Manfaat ASI bagi negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi bayi baik. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan
bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi. Bayi yang

9
tetap diberikan ASI ternyata juga terlindungi dari diare karena kontaminasi
makanan yang tercemar bakteri menjadi lebih kecil.
b) Menghemat devisa Negara.
ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksinosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan
untuk perawatan anak sakit.
d) Peningkatan kualitas generasi penerus.
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.3 Pola Pemberian ASI


ASI harus diberikan kepada bayinya sesering mungkin dan dalam waktu
lama, misalnya hingga bayi berusia 2 tahun. Sesungguhnya, ASI bernutrisi tinggi
hanya diproduksi oleh payudara ibu sampai bayi berusia 6 bulan. Oleh karena itu
ibu mesti memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Meskipun setelah berumur 4
bulan atau 6 bulan bayi memperoleh makanan tambahan pemberian ASI harus
dilanjutkan minimal sampai 12 bulan atau sebaiknya 24 bulan. Sebab ASI
meberikan sejumlah zat_zat yang berguna untuk bayi, seperti lemak, protein
bermutu tinggi, vitamin dan mineral.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan pemberian ASI
eksklusif. Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh
pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang kemudian dilanjutkan sampai 2
tahun dengan pemberian MP-ASI setelah 6 bulan.
Ketika bayi menangis, ibu harus segera menyusuinya, meskipun hal itu
terjadi pada malam hari, baik bayi tidur bersama ibu ataupun tidur terpisah.

10
Pemberian ASI pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus dari
satu payudara tetapi bayi mesti diberi ASI dari kedua payudara secara bergantian.
Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan payudara. Biarkan bayi
menyusui sesuai permintaannya. Bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa
menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya bayi langsung
mengosongkan payudara pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui
dapat diatur sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin.

2.4 Masalah Dalam Menyusui


1) Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan
sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
puting susu ibu benar perasaan nyeri akan segera hilang.
Rasa nyeri pada puting dapat mempengaruhi proses menyusui, memiliki
puting yang luka dan cedera dapat membuat intensitas menyusui
berkurang. Bahkan adanya rasa nyeri tersebut akan membuat ibu berhenti
menyusui dan memilih untuk berpindah ke susu formula.
2) Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang
mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates)
atau dermatitis.
3) Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan
oleh bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai
diproduksi dalam jumlah banyak.
Payudara yang membengkak dapat membuat areola dapat melembung,
yang bisa membuat sulit untuk bayi menyusu dengan benar. Bayi hanya
mampu menghisap pada puting susu bukan areola. Hal ini akan
menyebabkan bayi untuk menghisap keras pada puting susu sebagai

11
tindakan untuk mencoba mendapatkan susu dan menyebabkan puting
crack dan sakit.
Untuk mencegah terjadinya bengkak maka diperlukan, menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui “on demand”. Bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya
ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.
4) Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,
bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.
Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi
merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan
diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini
disebabkan kurangnya ASI diisao.dikeluarkan atau penghisapan yang tidak
efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau
karena tekanan baju/BH.
5) Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah
lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa
bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak
memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat
memulangkan bayi.
6) Sindrom ASI kurang
Sering kenyataanya ASI tidak benar-benar kurang. Ibu dan bayi dapat
saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan
isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI
memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada
relaktasi maka bila perlu dilakukan pemberian ASI dengan suplementer
yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan
pada puting untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI.
Sering kali ibu mengeluh bahwa ASI-nya tidak keluar atau tidak
mencukupi kebutuhan bayi. Hal ini dapat dipengaruhi kondisi psikis ibu,

12
karena merasa tidak mampu menyusui bayi. Peningkatan produksi ASI
seiring jumlah ASI yang dikeluarkan. Semakin tinggi kebutuhan bayi, ASI
yang diproduksi semakin meningkat.
7) After pains
Hormon oksitosin yang menyebabkan refleks aliran air susu menybabkan
kontraksi pada rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat
menyusi dapat menyebabkan kontraksi rahim. After pains bisa berupa
nyeri ringan dan kontraksi yang benar-benar menyakitkan. Rasa sakit
tersebut dapat muncul dan menghilang selama 5-10 menit. Sebenarnya
tidak semua wanita mengalami after pains, tetapi hal ini dianggap normal
dan akan berhenti setelah 4 hari. Biasanya after pains lebih sering muncul
dan menjadi semakin parah setelah melahirkan anak kedua dan seterusnya.
8) Puting payudara yang datar
Jika ibu memiliki puting payudara yang datar, hendaknya iya menarik-
narik puting payudara hingga menonjol atau menggunakan alat bantu
pompa susu. Tindakan ini dapat dilakukan setelah ibu mandi pada periode
kehamilan di atas 7 bulan. Penarikan puting payudara dilakukan sampai
bayi lahir.
9) Masalah pada bayi
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi
diantaranya adalah terdapat kelainan sumbing bibir, kelainan bentuk
mulut, bayi bingung puting bayi dengan lidah pendek.
Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan
mengalami nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering
terputus-putus bahkan kadang-kadang menolak menyusu ibunya.
Penanggulangan:
 Ibu harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif
 Menyusui dengan cara yang benar
 Menyusui lebih lama dan sering

13
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Notoatmodjo, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
meliputi:
1. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Pemahaman ibu mengenai ASI Eksklusif akan menentukan perilaku ibu
dalam praktek pemberian ASI Eksklusif. Kekurangan penurunan pemanfaatan
ASI Eksklusif disebabkan oleh terbatasnya ibu tentang ASI Eksklusif. Alasan ini
merupakan alasan yang utama para ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 ibu yang mengatakan ASI-nya kurang,
sebenarnya hanya dua ibu yang ASInya betul-betul kurang, 98 lainnya
mempunyai ASI yang cukup, hanya kurang mengetahui tentang proses menyusui
yang baik sehingga sering mengeluh produksi ASI kurang. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui juga
menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh oleh iklan-iklan dan beralih kepada
pemberian susu botol formula. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
sebenarnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang
cukup melainkan kurangnya pengetahuan ibu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:
(1) Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup responden yang dihitung sejak
dilahirkan sampai responden mengisi kuisoner. Menurut Notoadmojo yang
menyatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka orang tersebut
akan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan. Koentjaraningrat
menambahkan bahwa umur seseorang yang relatif tua dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam, usia adalah umur
individu yang terhitung mulai sejak dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dengan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

14
(2) Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
(3) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan menurut ilmu ekonomi
merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam
suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
periode seperti keadaan semula.
(4) Sumber Informasi
Sumber informasi diartikan sebagai sumber belajar sekalipun
banyak orang yang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas dari pada
sumber belajar, sumber informasi yang disusun secara sistematis oleh
otak, maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan. Sumber informasi adalah
asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh.
(5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan
sosial dengan orang lain. Setiap orang harus bergaul dengan teman sejawat
maupun berhubungan dengan atasan. Pekerjaan digunakan dalam suatu
tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam
pembicaraan sehari-¬hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan
profesi. Pekerjaan seseorang sering dikaitkan pula dengan tingkat
penghasilannya.

Cara Memperoleh Pengetahuan


(1) Cara Tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan cara tradisional terdiri dari 4 cara yaitu:

15
(a) Cara coba dan salah (trial and error)
Cara coba- coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain.
(b) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan yang diperoleh dari kebiasaan dan tradisi
turun-temurun dengan berdasarkan pada otoritas/ kekuasaan baik
otoritas pemerintah, otoritas agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
(c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan sumber pengetahuan, tidak
semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan didapat dari pengalaman dengan benar dan
diperlukan kemampuan berpikir kritis dan logis.
(d) Melalui jalan piker
Kebenaran pengetahuan diperoleh menggunakan jalan
pikiran, baik melalui cara induksi maupun deduksi.
(2) Cara Modern
Cara ini adalah cara memperoleh pengetahuan yang lebih
sistematis, logis dan ilmiah sehingga disebut juga metodologi penelitian.
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626).

2) Sikap ibu terhadap pengaruh iklan susu formula


Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap
belum merupakan tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku atau reaksi tertutup.

16
Pada awal tahun 1970-an terungkap fakta munculnya penyakit yang
nyata”Sindrom bayi botolan” ibu-ibu yang miskin dan berpendidikan rendah
termakan rayuan dan janji para pengiklan susu formula. Gencarnya promosi susu
formula, 16% ibu-ibu menghentikan pemberian ASI karena iklan susu formula.
3) Aspek Budaya (nilai- nilai dan kebiasaan)
Aspek budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan
kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Aspek budaya yang mempegaruhi kegagalan
pemberian ASI Eksklusif menurut Notoadmojo, antara lain:
a) Nilai- nilai di masyarakat
Nilai-nilai atau pandangan yang berlaku di dalam masyarakat berpengaruh
terhadap pemberian ASI secara Eksklusif. Nilai-nilai tersebut ada yang
menunjang keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan ada yang
merugikan yaitu menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif.
Beberapa nilai-nilai yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI
Eksklusif yaitu:
(1) Menyusui itu mudah
Sering kali proses menyusui dianggap sepele sehingga dilakukan
denga tidak tepat. Akhirnya ASI tidak keluar dan ibu tidak mau
menyusui. Proses menyusui memerlukan pengetahuan dan latihan
yang tepat. ASI Eksklusif adalah suatu ilmu baru harus dipelajari
sehingga proses menyusui berjalan dengan baik.
(2) Menyusui mengubah bentuk payudara
Pendapat yang mengatakan menyusui akan mengubah payudara
secara tetap adalah salah. Keadaan yang mengubah bentuk
payudara sebenarnya adalah kehamilan. Selama hamil hormon-
hormon pembetuk air susu akan mulai mengisi payudara. Payudara
yang sudah terisi tentu berbeda dengan payudara yang belum terisi
air susu.

17
(3) Menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan
Ini adalah pendapat yang salah. ASI Eksklusif membantu ibu
menurunkan berat badannya karena timbunan lemak selama hamil
akan dipergunakan untuk proses menyusui.
(4) ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga perlu
ditambah susu formula
Hari pertama bayi belum memerlukan cairan sehingga tidak
memerlukan susu formula atau cairan lain sebelum ASI keluar. 30
menit setelah bayi dilahirkan harus disusukan untuk memberikan
kesempatan pada bayi untuk belajar menghisap ASI ibunya. Hari
pertama bukan hari untuk nutrisi tetapi lebih untuk belajar
menyusui dan mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
(5) Payudara kecil tidak menghasilkan ASI
Besar kecilnya payudara tidak bisa menentukan banyak sedikitnya
produksi ASI yang dihasilkan, karena payudara besar umumnya
hanya mengandung jaringan lemak yang lebih banyak
dibandingkan payudara-payudara yang kecil. Payudara yang kecil
lebih banyak mengandung kelenjar pembentuk ASI, jadi besar
kecilnya payudara tidak menentukan jumlah produksi ASI.
(6) ASI kering, ASI tidak cukup karena bayi rakus atau minum
banyak.
(7) Susu formula lebih dari pada ASI karena mengandung vitamin
dan zat beri tambahan.
ASI mengandung zat besi dan vitamin yang di perlukan bayi dalam
proporsi yang sesuai dengan kebutuhan bayi dan lebih baik kualitas
dibandingkan susu formula.Vitamin dan zat besi yang ditambahkan
dalam susu formula justru formula tidak mengandung keduanya
sejak awal.
b) Kebiasaan Masyarakat
Menurut Anes kebiasaan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dan
sulit diubah. Kebiasaan-kebiasaan di masyarakat yang mempengaruhi

18
kebiasaan ASI Eksklusif antara lain :
(1) Kebiasaan membuang kolustrum
Kolustrum atau ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena
kotor. ASI yang keluar pertama sampai kelima-tujuh sangat
berguna bagi bayi. Menurut para ahli, kolustrum ini memberikan
kekebalan kepada bayi terhadap penyakit. Bila kolustrum dibuang
bayi tidak atau kurang mendapatkan zat - zat yang melindungi dari
infeksi.
(2) Memberikan ASI ditambah atau atau diselingi minum atau
makanan lain
Pada waktu bayi lahir atau berusai beberapa hari.Pemberian
makanan minuman selain ASI menyebabkan bayi menjadi kenyang
sehingga mengurangi keluarnya ASI dan bayi menjadi malas
menyusui karena sudah mendapat makanan atau minuman.

19
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan
kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang menumbuhkan
gagasan dan mendasar usulan penelitian.
Variabel bebas (independen) yang ingin diketahui pada penelitian ini
adalah pengetahuan Ibu tentang ASI, sedangkan variable terikat (dependen) yang
akan diteliti adalah pemberian ASI eksklusif. Hubungan antara variable bebas dan
variable terikat digambarkan dalam bentuk bagan berikut :

Pengetahuan Ibu Pemberian ASI


Tentang ASI Eksklusif

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian

3.2 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Cara dan Alat Skala
Pengukuran
1. Pengetahuan Ibu Pemahaman Wawancara Nominal
responden penelitian
tentang ASI dan Kuesioner
mengenai ASI (suatu
emulsi lemak dalam
larutan protein,
laktose dan garam
organik yang
disekresi oleh kedua
belah kelenjar
payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi
bayi)

20
2. Pemberian ASI Pemberian ASI saja Wawancara Nominal
eksklusif tanpa tambahan dan Kuesioner
cairan lain baik susu
formula, air putih, air
jeruk ataupun
makanan tambahan
lain hingga anak usia
6 bulan.

3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI dengan pemberian ASI
eksklusif.

21
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain penelitian crossectional. Adapun
pengambilan data dilakukan melalui instrumen penelitian berupa kuesioner.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 di Kelurahan Ciracas,
Kecamatan Ciracas. Kelurahan Ciracas ini terdiri dari 10 rukun warga. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian crossectional dimana pengambilan data terhadap
beberapa variabel penelitian dilakukan pada satu waktu.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi
berusia 0-6 bulan yang tercatat di Puskesmas Kelurahan Ciracas, sebanyak 42
orang.

4.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah teknik
sampling purposive, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
untuk memenuhi kriteria inklusi, pengambilan sampel bukan berdasarkan strata,
random, atau daerah. Menggunakan rumus dari Taro Yamane untuk menghitung
ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:

n = N/N.d2 + 1

22
Keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan n = N/N.d2 + 1
n = 42/ 42.10%2 + 1
n = 29.6 Di bulatkan menjadi 30

4.4 Kriteria Sampel

Dalam penelitian ini, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut
digunakan.

4.4.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan pada bulan Desember 2017
2. Tercatat di Puskesmas Kelurahan Ciracas
3. Bersedia menjadi responden
4. Responden dalam keadaan sehat fisik dan mental

4.4.2 Kriteria Ekslusi


Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
yang penyebabnya antara lain:
1. Menolak menjadi responden
2. Responden dalam keadaan tidak sehat fisik dan/atau mental
3. Tidak tercatat di Puskesmas Kelurahan Ciracas

4.5 Teknik Pengumpulan Data


4.5.1 Metode Pengumpulan Data
Primer : Metode : Wawancara
Alat : Kuisioner
Sekunder : Data statistik puskesmas

23
4.5.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yaitu berupa
kuesioner 30 pertanyaan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

4.6 Prosedur Penelitian


Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu:
1. Tahap persiapan yang dilakukan peneliti dengan meminta izin kepada Kepala
Puseksmas Kelurahan Ciracas untuk mengadakan penelitian di Kelurahaan
Ciracas
2. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengambilan data melalui kuesioner
yang telah disiapkan dan dibagikan kepada responden penelitian. Setelah
kuesioner terkumpul kembali maka peneliti menyiapkan data dari kuesioner
untuk segera diolah dengan software komputer.
3. Mengecek kembali kuesioner yang telah diisi responden
4. Skoring dari data yang tedapat dalam kuesiner ke dalam software komputer
5. Mengcek ulang antara data dari kuesioner dengan data yang telah dimasukan
dalam software komputer
6. Melakukan analisa dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh
7. Menginterpretasikan hasil analisa statistik berdasarkan landasan teori yang telah
disusun seblumnya serta teori lain yang mendukung
8. Menarik ksimpulan dan memberikan saran

24
BAB V
HASIL PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan dari bulan November 2017 sampai Desember 2017.
Instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan
dengan 30 responden. Data diolah dengan menggunakan statistik Chi-Square
untuk melihat hubungan variable independen dengan variable dependen dengan
tingkat kemaknaan p < 0,05.

Data yang diinput dan diteliti berjumlah 30 dan tidak ada data yang hilang
sehingga data yang akan diteliti bersifat valid dan layak untuk diteliti.

Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI sebagai variabel bebas dibagi menjadi 2
interpretasi yakni tahu dan tidak tahu, sedangkan Pemberian ASI sebagai variabel
terikat terbagi menjadi 2 interpretasi yakni Memberikan ASI dan Tidak
Memberikan ASI.

25
Dapat dilihat dari table di atas, jumlah total Ibu yang tidak tahu tentang ASI
berjumlah hanya 7 orang dari total keseluruhan 30 responden, sedangkan jumlah
total Ibu yang mengetahui tentang ASI berjumlah 23 orang dari total 30
responden.
Jika dilihat dari segi pemberian ASI, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18
responden memberikan ASI sedangkan yang 12 lainnya tidak.
Jumlah Ibu yang mengetahui tentang ASI dan memberikan ASI sebanyak 16
orang dan jumlah Ibu yang mengetahui tentang ASI namun tidak memberikan
ASI sebanyak 7 orang.
Jumlah Ibu yang tidak mengetahui tentang ASI dan memberikan ASI sebanyak 2
orang, sedangkan jumlah Ibu yang tidak mengetahui tentang ASI dan tidak
memberikan ASI sebanyak 5 orang.

Dalam penjawaban kuesioner mayoritas dari responden sudah mengetahui apa dan
bagaimana pentingnya ASI terhadap bayi, namun rata-rata dari responden masih
belum mengetahui kandungan dari ASI secara mendetail dan terperinci. Tidak
sedikit pula responden yang tidak mengetahui bahwa pemberian ASI bukan hanya
menguntungkan dan membawa manfaat kepada bayi namun juga kepada Ibu yang
memberikannya. Hampir seluruh responden mengatakan setuju tentang
pemerintah mencanangkan program ASI Eksklusif kepada bayi hingga usia 6
bulan.

26
Pembahasan
Dari hasil output tersebut, didapatkan nilai P yakni 0.53. Hal ini berarti nilai P yang
didapat > 0.05 yang menunjukan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI di Puskesmas
kelurahan ciracas pada bulan Desember 2017.
Hal ini dapat diakibatkan karena adanya faktor-faktor lain yang tidak terukur di dalam
kuesioner peneliti yang mempengaruhi seorang Ibu untuk memberikan ASI eksklusif
pada anaknya, mengingat faktor pengetahuan hanya merupakan salah satu faktor dari
sekian banyak faktor yang mempengaruhi.

27
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Jumlah Ibu yang mengetahui tentang ASI di lingkungan wilayah kerja


puskesmas kelurahan ciracas sudah cukup tinggi yakni 23 dari 30
responden.

2. Secara garis besar semakin tinggi pengetahuan Ibu tentang ASI akan
semakin banya pula jumlah Ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada
anaknya, walaupun hal ini bertentangan Ho yang diterima, p value yang
didapat adalah 0.053 sehingga faktor tingkat pengetahuan Ibu tidak dapat
diabaikan begitu saja.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan Ibu


dengan Pemberian ASI di Puskesmas kelurahan ciracas pada bulan
Desember 2017. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena adanya faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi pemberian ASI oleh Ibu kepada
anaknya yang tidak terukur dalam kuesioner peneliti.

6.2 Saran

Tenaga Kesehatan :

 Diharapkan agar tenaga kesehatan terutama di Wilayah Kerja Puskesmas


Kelurahan Ciracas untuk lebih mengembangkan ide-ide baru dalam upaya
meningkatkan edukasi mengenai ASI eksklusif terutama dengan promosi
kesehatan yang tidak kalah menarik dari promosi iklan susu sapi atau susu
formula.

 Memberikan informasi yang valid mengenai ASI eksklusif pada tiap


kunjungan ANC sebelum Ibu hamil melahirkan.

28
Penelitian Selanjutnya :

 Dalam penelitian ini peneliti belum memperoleh hasil penelitian yang


baik, karena masih ada beberapa faktor yang tidak terdeteksi yang
mempengaruhi pemberian ASI dari Ibu kepada anak selain tingkat
pengetahuannya.
 Penelitian selanjutnya disarankan dapat meniliti hal-hal mengenai ASI
Eksklusif dari sudut pandang, variabel dan tema yang berbeda.

29
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Saleh L. Faktor – Faktor yang Menghambat Praktik ASI Ekslusif pada


Bayi Usia 0-6 Bulan. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011. h.35-40.
2. Purwiyanti E. Studi Tentang Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif pada
Daerah dengan Cakupan ASI Ekslusif di Kabupaten Karanganyar.
Semarang: Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang;
2011. h.10-50.
3. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI
eksklusif: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2005. h.20-35.
4. Depkes RI. 2008. Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan
Pemberian ASI. Jakarta: Direktorat Jendral Gizi dan Kesehatan Ibu Anak.
5. Priscilla, Vetty. Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI EKSKLUSIF
di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kota Padang tahun 2011. Padang:
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas
6. Utami R. ASI Ekslusif: Tinjauan dari Aspek Medis. Jakarta: Konas XII
Persagi;2002. h.12-26.
7. Jan, Riordan dan Kathleen G Auerbach. Menyusui dan Laktasi. Jakarta:
ECG; 2000. h.41-60.
8. Partiwi, Purwanti. Kendala Pemberian ASI Eksklusif, Bedah ASI. Jakarta:
IDI DKI- BP FKUI; 2008. h.20-5.
9. Kori B. Flower, et al. 2008. Understanding Breastfeeding Initiation and
Continuation in Rural Communities: A Combined Qualitative/Quantitative
Approach. Matern Child Health J 2008 May; 12(3): 402–414.
10. Roesli, U. (2000). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
11. Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusu dini. Jakarta: Pustaka Bunda.

30
12. Roesli, U. (2001). Bayi sehat berkat ASI eksklusif. Komputindo. Jakarta:
Elex Media.
13. Profil Kesehatan Kota Jakarta Timur Tahun 2012, available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOT
A_2012/3172_DKI_Jakarta_Timur_2012.pdf. Updated 2013.

31
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

32

Anda mungkin juga menyukai