Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang ditujukan
pada infeksi bakteri pada saluran kemih ( Engram, 1998 ).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu
mikroorganisme.
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah ditemukanya bakteri pada urin
di kandung kemih, yang umumnya steril, Istilah ini dipakai secara
bergantian dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi
saluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Eschericia Coli, risiko
dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrument
uretral baru, septicemia.
Jadi infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang
dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme disepanjang
saluran kemih, baik di uretra ( uretritis );vesikoureter ( sistitis ); ureter
( ureteritis ) maupun di ginjal itu sendiri ( pielonefritis ). Ada tiga sumber
utama untuk masuknya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih. Sumber infeksi yang paling banyak adalah meatus, mengakibatkan
infeksi asenden. Infeksi desenden berasal dari darah atau limfe dan sering
mengakibatkan pielonefritis ( infeksi pada ginjal ). Hal ini menjadi ISK
yang serius karena sering menyebabkan terjadinya gagal ginjal. ISK lebih
sering terjadi pada wanita dewasa dan meningkat insidennya sesuai
pertambahan usia dan aktivitas seksual. Meskipun alas an ini tidak
dimengerti dengan jelas, diperkirakan wanita lebih mudah mendapat
infeksi dari pada pria disebabkan karena uretra wanita lebih pendek dan
tidak mempunyai substansi seperti ditemukan pada cairan seminal.

1
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya kuman pada
urin yang umumnya steril. Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi
saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. ISK
bagian atas mencakup semua infeksi yang menyerang ginjal, sedangkan
ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang menyerang uretra,
kandung kemih dan prostat.
B. Tujuan

Makalah ini disusun salah satu diantaranya untuk :

1. mengetahui definisi Infeksi Saluran Kemih


2. Mengetahui Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis dan beberapa
konsep tetang Infeksi Saluran Kemih
3. Mengetahui solusi yang bisa dianjurkan untuk kasus pencetus dari
dosen
4. Memahami dan mengetahui konsep Asuhan Keperawatan dari
Infeksi Saluran Kemih
C. Metode Penulisan

Penyusunan makalah bersumber sebagian besar dari buku yang


dianjurkan dan dari literature internasional melalui media internet. disusun
berdasarkan rumusan pertanyaan dari kasus pencetus.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

2
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang ditujukan pada
infeksi bakteri pada saluran kemih ( Engram, 1998 ).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah ditemukanya bakteri pada urin di
kandung kemih, yang umumnya steril, Istilah ini dipakai secara bergantian dengan
istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi saluran kemih yang tidak
hanya mengenai kandung kemih.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Eschericia Coli, risiko dan
beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran
perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrument uretral baru, septicemia.
Jadi infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme disepanjang saluran kemih, baik di
uretra ( uretritis );vesikoureter ( sistitis ); ureter ( ureteritis ) maupun di ginjal itu
sendiri ( pielonefritis ).
Ada tiga sumber utama untuk masuknya bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih. Sumber infeksi yang paling banyak adalah meatus,
mengakibatkan infeksi asenden.
Infeksi desenden berasal dari darah atau limfe dan sering mengakibatkan
pielonefritis ( infeksi pada ginjal ). Hal ini menjadi ISK yang serius karena sering
menyebabkan terjadinya gagal ginjal. ISK lebih sering terjadi pada wanita
dewasa dan meningkat insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual.
Meskipun alasan ini tidak dimengerti dengan jelas, diperkirakan wanita lebih
mudah mendapat infeksi dari pada pria disebabkan karena uretra wanita lebih
pendek dan tidak mempunyai substansi seperti ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya kuman pada urin yang
umumnya steril. Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih
bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup
semua infeksi yang menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup
semua infeksi yang menyerang uretra, kandung kemih dan prostat.

3
B. Eiologi

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis


bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh
bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung
kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak
tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh
bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram
negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,
perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat
hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian
berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai
ke ginjal.
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab
terbanyak adaalh gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus
yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Biasanya bakteri enteric, terutama
Eschericia Coli pada wanita. Jenis kokus gram positif lebih jaarang sebagai
penyebab ISK sedangkan enterokokusdan Staphylococus aureus sering ditemukan
pada pasien dengan batu saluran kemih. Lelaki usia lanjut dengan hipertrofi
prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan S. aureus
dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian
juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui
jalur hematogen dan pada kira-kira 25 % pasien demam tifoid dapat diisolasi

4
Salmonella pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalaan
hematogen ialah brusella, nokardia, aktinomises dan Mycobacterium
tuberculosae.
Virus sering juga ditemukan pada urin tanpa gejala ISK akut. Kanddida
merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien
dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan ddenagn antibiotic
spectrum luas. Kandida yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida
Tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen. Beberapa faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya ISK
antara lain :
1. Bendungn aliran urin
a. Anomali congenital
b. Batu saluran kemih
c. Oklusi ureter ( sebagian atau total )
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa pada buli-buli karena :
a. Neurogenic bladder
b. Striktur uretra
c. Hipertrofi prostat

4. Gangguan metabolic :
a. Hiperkalsemia
b. Hipokalemia
c. Agamaglobuinemia
5. Intrumentasi
a. Kateter
b. Dilatasi ureter
c. Sistoskopi
6. Kehamilan
a. Factor stasis dan bendungan
b. pH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

C. Macam-macam Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi Cystitis dan Pielonefritis.
1. Cystisis
Cystitis adalah infeksi kandung kemih, yang merupakan tempat tersering
terjadinya infeksi. Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis
dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi

5
kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi
hematogen.
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari
uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau
sistoskop.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat
sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi
saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan
hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan
tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan
seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-
diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan
mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan
kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi,
epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Cystitis primer,
merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi
karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
b. Cystitis sekunder,
merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer
misalnya uretritis dan prostatitis
2. Pielonefritis
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya
dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter. Pada pielonefritis kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan
obstruksi tubulus yang luas. Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun
karena rusaknya tubulus-tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena, hal ini dapat
menimbulkan gagal ginjal kronik.

D. Manifestasi Klinis dari ISK

6
Manifestasi atau gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian
pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, frekuensi miksi
yang bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala iritasi kandung kemih.
Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenangkan atau keruh, dan
mungkin hematuria. Bila mengenai saluran kemih atas, mungkin terdapat gejala-
gejala pielonefritis akut seperti akut seperti mual, demam dan nyeri pada ginjal.
Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya menunjukan gejala saluran
kemih bawah atau tidak bergejala.
Gejala lain yang menyertai ISK selain nyeri suprapubik dan daerah pelvis antara
lain :
1. Polakisuria
Terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml
karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing.
2. Stranguria
Yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang ssering
ditemukan pada sistitis akut.
3. Tenesmus
Ialah rasa nyeri denagn keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun
telah kosong.
4. Nokturia
Ialah cenderung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung
kemih menurun.
5. Enuresis Nokturnal Sekunder
Yaitu ngompol pada orang dewasa
6. Protastismus
Yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras arus kencing
7. Nyeri uretra, ureter dan ginjal
Gejala klinis ISK sesuai ddengan bagian saluran kemih yang terinfeksi yaitu :
a. Pada ISK bagian bawah
Keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu
kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah
suprapubik.
b. Pada ISK bagian atas
Dapat ditemukan gejala sakit kepala , malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak atau nyeri dipinggang.
8. Bakteriuria
9. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
10. Hematuria
11. Nyeri punggung
7
12. Demam
13. Menggigil, nyeri ketika berkemih
14. Terdesak kencing(urgency), disuria

Gejala klinis ISK sesuai ddengan bagian saluran kemih yang terinfeksi
yaitu:
a. Pada ISK bagian bawah
Keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu
kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah
suprapubik.
b. Pada ISK bagian atas
Dapat ditemukan gejala sakit kepala , malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak atau nyeri dipinggang.

E. Patofisiologi
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces
yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada
permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung
kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk
menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan
cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan
imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara
mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi
sistisis dan pielonefritis.
Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.
Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat
terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi
berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi
lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine
dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.

8
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik
yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan
oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis
nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae
biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25
% curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus
penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.

F. Pengobatan
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi)
bakteri dengan antibiotika.
Tujuan pengobatan :
 Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.
 Menanggulangi keluhan (gejala).
 Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).
Tata cara pengobatan :
 Menggunakan pengobatan dosis tunggal.
 Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari.
 Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu.
 Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah.
 Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika
pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi
terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya
komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping,
harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan
antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan

9
konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang spesifik terhadap mikroba
pathogen.
Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih
terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.
1. Antibiotika Oral
a. Sulfonamida
Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali.
Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena
sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya
murah.
b. Trimetoprim-sulfametoksazol
Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan
bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk
mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada
infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya
tiap 12 jam.
c. Penicillin
 Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas
spektrum luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran
urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6
jam.
 Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek
samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih
disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis
amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam.
b. Cephaloporin
Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan
antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih,
selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan
pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-
sulfametoksazol.
10
c. Tetrasiklin
Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap
awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan
tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.
d. Quinolon
Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan
untuk mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli
dan Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas
aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi
sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval
pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan
interval pemberiannya tiap 12 jam.
e. Nitrofurantoin
Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada
pasien infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah
hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.
f. Azithromycin
Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi
chlamydial.
g. Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat
Antibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif
diantara tahap infeksi.
2. Antibiotika Parenteral.
a. Amynoglycosida
Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama,
tetapi gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas
lebih besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam
pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan
untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg

11
berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat
badan dengan interval pemberian tiap 8 jam.
b. Penicillin
Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati
infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering
digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika
penggunaan amynoglycosida harus dihindari.
c. Cephalosporin
Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas
melawan bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan
Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati
infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen.
d. Imipenem/silastatin
Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram
positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang
disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak
dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-
500 mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam.

e. Aztreonam
Obat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk
Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial,
ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap
penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian
tiap 8-12 jam
f. Preventif
Agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan
hal-hal berikut:
a) Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.

12
b) Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang
memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja
tidak cukup bersih.
c) Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak
menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa
menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya
bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang
baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan
toilet.
d) Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung
di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.
e) Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar
tidak lembab.

g. Pemeriksaan Laboratorium dan Uji Bakteriologis


Untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih, digunakan urin segar (urin
pagi). Urin pagi adalah urin yang pertama – tama diambil pada pagi hari setelah
bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang diperlukan adalah pemeriksaan
pada sedimen dan protein dalam urin. Sampel urin yang sudah diambil, harus
segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa,
maka sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam
format.
Bahan untuk sampel urin dapat diambil dari:
a. Urin porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air sabun
dan NaCl 0,9%.
b. Urin yang diambil dengan kateterisasi 1 kali.
c. Urin hasil aspirasi supra pubik.
Bahan yang dianjurkan adalah dari urin porsi tengah dan aspirasi supra pubik.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai
berikut:

13
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisa Urin (urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
 Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per
lapangan pandang dalam sedimen urin.
 Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit
(sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria
bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal
dan penyakit ginjal lainnya.
b. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
 Mikroskopis.
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
 Biakan bakteri.
Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.

c. Pemeriksaan kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes
reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan:
ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaannya mencapai 90 %
dengan spesifisitas 99%.
d. Tes Dip slide (tes plat-celup)
Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak
mampu mengetahui jenis bakteri.
e. Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning.
Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu
atau kelainan lainnya.

14
2. Bakteriologi / biakan urin
Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
a. Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
b. Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
c. Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca
keteterisasi urin.
d. Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
e. Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum
dilakukan
Beberapa metode biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional,
proper plating technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid
methods relatif praktis digunakan dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 10 4
sampai 105 CFU (colony forming unit) kuman.
3. Interpretasi hasil biakan urin
Setelah diperoleh biakan urin, maka dilakukan interpretasi. Pada
biakan urin dinilai jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan
CFU), serta tes sensitivitas terhadap antimikroba (dalam satuan millimeter
luas zona hambatan). Pada uretra bagian distal, daerah perianal, rambut
kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat sejumlah flora normal seperti
laktobasilus, dan streptokokus epidermis. Untuk membedakan infeksi saluran
kemih yang sebenarnya dengan mikroorganisme kontaminan tersebut, maka
hal yang sangat penting adalah jumlah CFU. Sering terdapat kesulitan dalam
mengumpulkan sampel urin yang murni tanpa kontaminasi dan kerap kali
terdapat bakteriuria bermakna tanpa gejala, yang menyulitkan penegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih. Berdasarkan jumlah CFU, maka interpretasi
dari biakan urin adalah sebagai berikut:
a. Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin kateterisasi.
a) Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan
bakteriuria bermakna
b) Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala klinis
disebut bakteriuria asimtomatik

15
c) Bila terdapat mikroba 102 – 103 CFU/ml urin kateter pada wanita muda
asimtomatik yang disertai dengan piuria disebut infeksi saluran kemih.
b. Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi supra pubik
adalah infeksi saluran kemih.
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai
berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri positif bila
didapatkan:
a) > 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan
seara berturut – turut.
b) > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit
> 10/ml urin segar.
c) > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala
klinis infeksi saluran kemih.
d) > 10.000 CFU/ml urin kateter.
e) Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.

Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan


urin pada infeksi saluran kemih:
a) Faktor fisiologis
a) Diuresis yang berlebihan
b) Biakan yang diambil pada waktu yang tidak tepat
c) Biakan yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
d) Infeksi disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
e) Terdapat bakteriofag dalam urin
b) Faktor iatrogenic
a) Penggunaan antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
b) Penderita yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
Cara biakan yang tidak tepat:
a) Media tertentu yang bersifat selektif dan menginhibisi

16
b) Infeksi E. coli (tergantung strain), baketri anaerob, bentuk K, dan
basil tahan asam
Jumlah koloni mikroba berkurang karena bertumpuk.
4. Pemeriksaan Mikroskopik Untuk Mencari Piuria
a. Urin tidak disentrifus (urin segar)
Piuria apabila terdapat ≥10 leukosit/mm 3 urin dengan menggunakan kamar
hitung.
b. Urin sentrifus
Terdapatnya leukosit > 10/Lapangan Pandang Besar (LPB) disebut sebagai
piuria. Pada pemeriksaan urin porsi tengah dengan menggunakan
mikroskop fase kontras, jika terdapat leukosit >2000/ml, eritrosit
>8000/ml, dan casts leukosit >1000/ml, maka disebut sebagai infeksi
saluran kemih.
c. Urin hasil aspirasi suprapubik
Disebut piuria jika didapatkan >800 leukosit/ml urin aspirasi supra pubik.
Keadaan piuria bukan merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya
infeksi saluran kemih, tetapi sensitif terhadap adanya inflamasi saluran
kemih.

5. Tes Biokimia
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat
menjadi nitrit (Griess test), dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif
palsu prediktif tes ini hanya <5%. Kegunaan tes ini terutama untuk infeksi
saluran kemih rekurens yang simtomatik. Pada infeksi saluran kemih juga
sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1 gram/24 jam. Membedakan
bakteriuria dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya terdapat piuria berarti
inflamasi, bila hanya terdapat bakteriuria berarti kolonisasi, sedangkan piuria
dengan bakteriuria disertai tes nitrit yang positif adalah infeksi saluran kemih.

6. Lokalisasi infeksi
Tes ini dilakukan dengan indikasi:

17
a. Setiap infeksi saluran kemih akut (pria atau wanita) dengan tanda – tanda
sepsis.
b. Setiap episode infeksi saluran kemih (I kali) pada penderita pria.
c. Wanita dengan infeksi rekurens yang disertai hipertensi dan penurunan
faal ginjal.
d. Biakan urin menunjukkan bakteriuria pathogen polimikrobal.
Penentuan lokasi infeksi merupakan pendekatan empiris untuk
mengetahui etiologi infeksi saluran kemih berdasarkan pola bakteriuria,
sekaligus memperkirakan prognosis, dan untuk panduan terapi. Secara umum
dapat dikatakan bahwa infeksi saluran kemih atas lebih mudah menjadi infeksi
saluran kemih terkomplikasi. Suatu tes noninvasif pembeda infeksi saluran
kemih atas dan bawah adalah dengan ACB (Antibody-Coated Bacteria).
Pemeriksaan ini berdasarkan data bahwa bakteri yang berasal dari saluran
kemih atas umumnya diselubungi antibody, sementara bakteri dari infeksi
saluran kemih bawah tidak. Pemeriksaan ini lebih dianjurkan untuk studi
epidemiologi, karena kurang spesifik dan sensitif.
Identifikasi / lokalisasi sumber infeksi:
a. Non invasif
a. Imunologik
a) ACB (Antibody-Coated Bacteria)
b) Autoantibodi terhadap protein saluran Tam-Horsfall
c) Serum antibodi terhadap antigen polisakarida
d) Komplemen C
b. Nonimunologik
a) Kemampuan maksimal konsentrasi urin
b) Enzim urin
c) Protein Creaktif
d) Foto polos abdomen
e) Ultrasonografi
f) CT Scan
g) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

18
h) Bakteriuria polimikrobial / relaps setelah terapi (termasuk pada
terapi tunggal)
b. Invasif
a) Pielografi IV / Retrograde / MCU
b) Kultur dari bahan urin kateterisasi ureteroan bilasan kandung kemih
c) Biopsi ginjal (kultur pemeriksaan imunofluoresens)

7. Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya


Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi
saluran kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau
hal – hal yang menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan
tersebut antara lain berupa:
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
b. Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi
system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode
infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat
hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan
kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV
dapat mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga
dapat mendeteksi batu radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi
serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah
> 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada penderita yang
berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5
mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral,
terutama pada anak – anak.
d. Ultrasonografi ginjal

19
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process,
ukuran dan bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada
ginjal.
e. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive
dan mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu
dilakukan pada refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih
berulang untuk mencari factor predisposisi infeksi saluran kemih.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada
parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik.
Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan adanya kista
terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa
pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang
meningkatkan potensi nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat
dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc)
dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan
untuk anak – anak dengan infeksi saluran kemih akut dan biasanya
ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali
lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.

h. Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.

2. Gagal ginjal

i. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan


Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien

20
memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.

Kriteria Hasil :
Tanda vital dalam batas normal
Nilai kultur urine negative
Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi Rasional
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam Tanda vital menandakan adanya
dan lapor jika suhu diatas 38,50 C perubahan di
dalam tubuh
Catat karakteristik urine Untuk mengetahui/mengidentifikasi
indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 Untuk mencegah stasis urine
liter jika tidak ada kontra indikasi
Monitor pemeriksaan ulang urine Mengetahui seberapa jauh efek
kultur dan pengobatan terhadap keadaan penderita
sensivitas untuk menentukan respon
terapi
Anjurkan pasien untuk mengosongkan Untuk mencegah adanya distensi
kandung kemih secara komplit setiap kandung kemih
kali
kemih
Berikan perawatan perineal, Untuk menjaga kebersihan dan
pertahankan agar menghindari bakteri yang membuat
tetap bersih dan kering. infeksi uretra

Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia)
yang berhubunganm dengan ISK.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
21
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.

Kriteria :
Klien dapat berkemih setiap 3 jam
Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi Rasional
Ukur dan catat urine setiap kali Untuk mengetahui adanya perubahan
berkemih warna
dan untuk mengetahui input/out put
Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 Untuk mencegah terjadinya
jam penumpukan
urine dalam vesika urinaria.
Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Untuk mengetahui adanya distensi
kandung
kemih.
Bantu klien ke kamar kecil, memakai Untuk memudahkan klien di dalam
pispot/urinal berkemih.
Bantu klien mendapatkan posisi Supaya klien tidak sukar untuk
berkemih yang nyaman berkemih.

Nyeri yang berhubungan dengan ISK


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman
dan nyerinya berkurang.

Kriteria Hasil :
Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
Kandung kemih tidak tegang
Pasien nampak tenang
Ekspresi wajah tenang
Rasional Intervensi
Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang Rasa sakit yang hebat menandakan

22
memperberat atau meringankan nyeri. adanya infeksi

Berikan waktu istirahat yang cukup dan Klien dapat istirahat dengan tenang dan
tingkat aktivitas yang dapat di toleran dapat
merilekskan otot-otot
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika Untuk membantu klien dalam berkemih
tidak ada kontra indikasi
Berikan obat analgetik sesuai dengan Analgetik memblok lintasan nyeri
program terapi

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit,
metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan


tanda-tanda
gelisah.

Kriteria hasil :
Klien tidak gelisah
Klien tenang
Rasional Intervensi
Kaji tingkat kecemasan Untuk mengetahui berat ringannya
kecemasan klien
Beri kesempatan klien untuk Agar klien mempunyai semangat dan
mengungkapkan perasaannya mau
empati terhadap perawatan dan
pengobatan

BAB II
23
PENUTUP
1. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang ditujukan pada infeksi
bakteri pada saluran kemih ( Engram, 1998 ).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Jadi infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme disepanjang saluran kemih, baik di
uretra ( uretritis );vesikoureter ( sistitis ); ureter ( ureteritis ) maupun di ginjal itu
sendiri ( pielonefritis ).
Ada tiga sumber utama untuk masuknya bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih. Sumber infeksi yang paling banyak adalah meatus,
mengakibatkan infeksi asenden.
Infeksi desenden berasal dari darah atau limfe dan sering mengakibatkan
pielonefritis ( infeksi pada ginjal ). Hal ini menjadi ISK yang serius karena sering
menyebabkan terjadinya gagal ginjal. ISK lebih sering terjadi pada wanita
dewasa dan meningkat insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual.
Meskipun alasan ini tidak dimengerti dengan jelas, diperkirakan wanita lebih
mudah mendapat infeksi dari pada pria disebabkan karena uretra wanita lebih
pendek dan tidak mempunyai substansi seperti ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya kuman pada urin yang
umumnya steril. Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih
bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup
semua infeksi yang menyerang ginjal, sedangkan ISK bagian bawah mencakup
semua infeksi yang menyerang uretra, kandung kemih dan prostat.

Demikian makalah yang dapat kaminaan buat, mohon maaf apabila ada
kekurangan dalam pengetikan maupun dalam materi, mengingat kami masih
dalam tahap belajar maka kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pembaca makalah kami demi kesempurnaan makalah kami kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin, arif dan sari kumala. 2011. Asuhan Keperawwatan Gangguan


Sistem Perkemihan. Salemba Medika. Jakarta.
2. H.Syaifuddin, Drs. 2006. Anatomi fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Buku kedokteran. EGC. Jakarta.
3. M, Nurs, Nursalam, Dr. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika. Jakarta.
4. Purnomo, Basuki B. 20011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ketiga. Sagung seto.
Jakarta.
5. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Buku kedokteran EGC.
Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai