Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN HAK ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Di
dalam implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa,
penentu masa depan dan penerus generasi. Namun demikian kita sadari bahwa kondisi anak masih
banyak yang memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat bahwa belum semua anak mempunyai akta
kelahiran; belum semua anak diasuh oleh orang tua, keluarga maupun orang tua asuh atau wali
dengan baik; masih belum semua anak mendapatkan pendidikan yang memadai; masih belum semua
anak mempunyai kesehatan optimal; masih belum semua anak-anak dalam pengungsian, daerah
konflik, korban bencana alam, anak-anak korban eksploitasi, kelompok minoritas dan anak-anak
yang berhadapan dengan hukum mendapatkan perlindungan khusus.
Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan adanya berbagai krisis ekonomi di Indonesia dan juga
terjadinya berbagai bencana alam termasuk gempa bumi di Indonesia, yang juga pernah di DIY
padabulan Mei tahun 2006 dan mengakibatkan banyaknya permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan kependudukan termasuk permasalahan-permasalahan di dalam perlindungan anak.
Sebagai salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan demokrasi, perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia termasuk di dalamnya perlindungan terhadap anak yang kita
harapkan sebagai penentu masa depan bangsa Indonesia dan sebagai generasi penerus harus
mendapatkan pengaturan yang jelas.
Hal ini perlu dilakukan, mengingat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya sehingga
HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan
langgeng. Oleh karena itu HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh
diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Untuk pelaksanaan perlindungan HAM tersebut
perlu adanya pengaturan di dalam hukum dasar di Indonesia. Di samping itu sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa, sudah selayaknyalah bangsa Indonesia mengemban tanggung jawab
moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang HAM.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hak-hak anak usia dini?
2. Apakah benar perlindungan anak merupakan suatu perwujudan HAM ?
3. Apa yang dimaksud dengan konvensi hak-hak anak?
4. Apa saja batasan pendidikan jalur informal untuk anak usia dini?
5. Apa saja yang menjadi sasaran dan ruang lingkup anak?

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah berdasarkan pada rumusan diatas yaitu :
1. Untuk mengetahui hak-hak nak usia dini.
2. Untuk memahami bahwa perlindungan anak merupakan suatu perwujudan HAM.
3. Untuk mengetahui konvensi hak-hak anak.
4. Untuk mengetahui batasan jalur informal untuk anak usia dini.
5. Untuk mengetahui sasaran dan ruang lingkup anak.
Selain daripada itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perlindungan
dan Pemberdayaan Hak Anak di STKIP Sebelas April Sumedang, tahun 2013/2014.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Hak-hak Anak Usia Dini

Anak adalah anugerah tertinggi dari Tuhan Yang Maha Esa Bagi orang yang baru menikah
banyak yang memanjatkan harapan dan doa agar segera diberikan anak. Hanya saja kelahiran anak
hanya seringkali dilihat hanya sebatas fisik saja, jarang rasanya yang menerima kelahiran anak secara
kodrati diikuti dengan lahirnya tuntutan memenuhi hak-haknya secara optimal.

Faktor – faktor penyebab terjadinya fenomena pengabaian hak-hak anak :


1. Kesalahan orang tua
2. Faktor ekonomi keluarga
3. Mutu pendidikan orang tua
4. Kurang pedulinya masyarakat sekitar.

1. Hakikat Dan Batasan Anak


Dalam memahami anak, setidaknya terdapat dua perspektif utama, yaitu :
a) Anak sebagai fenomena biologis dan psikologis
b) Anak sebagai fenomena sosial dan legal

Perspektif anak dari fenomena biologis – psikologis;

Anak dipersepsikan sebagai manusia yang masih dalam tahap perkembangan yang belum
mencapai tingkat yang utuh, kondisi fisik, organ reproduksi, kemampuan motorik, kemampuan
mental dan psiko-sosialnya dianggap masih belum selesai.

Untuk memahami anak dari perspektif biologis anak bisa disub-klasifikasikan kedalam beberapa
tingkat yaitu masa bayi, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir dst

Perspektif anak dari fenomena sosial - legal;

Anak dilihat dari tingkat perkembangan mental dan psikososialnya, dianggap tidak mempunyai
kapasitas melakukan tindakan sosial dan legal tertentu.

Perbedaan antara anak dan dewasa biasanya dipatok dengan batasan umur tertentu tergantung
pada jenis tindakan yang dilakukan

2. Batasan dan Karakteristik Anak


a. Karakteristik anak berdasarkan fenomena biologis dan psikologis;
Berdasarkan fenomena ini anak secara umum di kelompokan menjadi :
 Masa pertama : usia 0 sampai 1 tahun
Pada masa ini anak berlatih mengenal dunia dan lingkungan dengan berbagai macam
gerakan.
Pada masa ini terjadi dua peristiwa penting yaitu belajar berbicara dan belajar berjalan
 Masa kedua; usia 2 s/d 4 tahun
Keadaan luar makin dikuasai dan dikenal anak melalui bermain, kemajuan bahasa dan
pertumbuhan kemauannya.
Dunia luar dilihat dan dinilainya menurut keadaan dan sifat batinnya.
 Masa ketiga; usia 5 s/d 8 tahun
Keinginan bermain anak berkembang menjadi semangat bekerja, rasa tanggung jawab
terhadap pekerjaan semakin tinggi.
Pandangan terhadap dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima secara objektif
 Masa keempat; usia 9 s/d 13 tahun
Keinginan maju dan memahami kenyataan mencapai puncaknya, pada usia 10 s/d 12
tahun pertumbuhan jasmani anak sangat pesat.
Kejiwaannya tampak tenang, seakan2 dia sedang bersiap2 untuk menghadapi
perubahan yang akan dating
Pada masa ini mulai timbul kritik terhadap diri sendiri, kesadaran akan kemauan, penuh
pertimbangan, mengutamakan tenaga sendiri, disertai dengan pertentangan dengan
dunia dan lingkungannya
 Masa kelima; usia 14 s/d 19 tahun
Pada masa ini anak memasuki awal pubertas, pada awal masa ini anak kelihatan lebih
subjektif.
Kemampuan dan kesadaran dirinya terus meningkat, hal ini mempengaruhi sifat – sifat
dan tingkah lakunya
Anak dimasa pubernya selalu merasa gelisah karena mereka sedang mengalami sturm and
drunk (ingin memberontak, gemar mengkritik, suka menentang d
Pada akhir masa pubertasnya yaitu sekitar usia 17 tahun, anak mulai mencapai perpaduan
(sintesis), yaitu keseimbangan antara dirinya sendiri dengan pengaruh dunia lingkungan.

3. Karakteristik Anak berdasar Fenomena Sosial - Legal

Khusus masalah definisi anak dalam konteks legislasi Indonesia dalam hal penetapan batas umur,
Indonesia mempunyai tiga masalah utama yaitu :

pertama, penetapan batas umur dalam sistem legislasi nasional sangat tidak komprehensif, batas
umur hanya ditetapkan hanya untuk beberapa hal saja. Seperti : konsumsi alkohol, akses pada
pelayanan medis tanpa didampingi orangtua/ wali, kematangan seksual dst.

kedua, Kekacauan batas umur. Batas umur kematangan seksual misalnya, tanpa ketentuan
eksplisit menyangkut batas umur ini. Beberapa ketentuan relevan yang ada sangat bervaritif.

Dalam KUHP, batas umur relevan ditetapkan secara ganda yaitu 12 dan 15 tahun (yang efektif
adalah 12 tahun)

Sementara dalam UU Perkawinan, batas yang relevan menunjuk pada umur 16 tahun
(perempuan) dan 19 tahun (laki-laki)

Ketiga, ketidaksesuaian atau ketidak cocokan (discrepancy) yang terlalu besar antara batas umur
untuk tindakan yang berbeda, contoh :
 Batas terendah untuk tanggung jawab kriminal yaitu 8 tahun
 Batas umur untuk kematangan seksual menurut KUHP adalah 12 tahun
 Batas umur legal untuk bekerja (UU 1951) adalah 14 tahun
Jadi batas umur yang disebut anak dalam sistem hukum di Indonesia bervariasi antara 8 s/d 12
tahun, jarak definisi ini terlalu lebar dan karenanya membingungkan

2.2.Perlindungan Anak Sebagai Perwujudan HAM dan Generasi Penerus Bangsa


Pemerintah Indonesia pada tahun 2002 telah mekeluarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, dan sudah ejak tahun 1979 pemerintah telah memberlakukan UU No. 4 Tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak, juga pada tahun 1979 telah memberlakukan tentang UU Peradilan
Anak. Namun demikian masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami tentang
Hukum Kesejahteraan dan Perlindungan anak. Banyak diantara anggota masyarakat yang belum
memahami hak dan kewajiban anak, kewajiban dan tanggung jawab atas Kesejahteraan dan
Perlindungan anak, Kedudukan Anak, Penyelenggaraan Kesejahteraan dan Perlindungan anak,
pendidikan anak, tanggung jawab orang tua

dan keluarga terhadap anak dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan dan perlindungan
anak. Pada hal di dalam pelaksanaan Kesejahteraan danPerlindungan anak ( KPA ) diperlukan
kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakatdan keluarga. Ketiga komponen ini bertanggung
jawab di dalam kegiatan perlindungan anak dikarenakan seorang anak, di samping merupakan
amanah dari Alloh SWT, juga anak merupakan penerus keturunan dari sebuah keluarga dan juga
seorang anak adalah merupakan generasi penerus bangsa.

Dapat dikatakan bahwa hukum positif di Indonesia mengatur tentang perlindungan anak, di
samping itu juga di dalam ajaran agama Islam diatur dan dianjurkan juga mengenai perlindungan
anak, yang dicantumkan di dalam Alqur`an yang bisa kita lihat dalam beberapa surat di antaranya Ali
Imron ayat 33, 34, 35, 36 dan 37. pada ayat-ayat tersebut diceritakan tentang keluarga Imron yang
telah dipilih oleh Alloh seperti Alloh telah memilih Nabi Adam, Nuh, keluarga Ibrahim melebihi
segala umat pada masanya (QS : Ali Imron ayat 33), suatu keturunan, di mana sebagiannya ádalah
keturunan dari yang lain.Alloh Maha mendengar, Maha mengetahui (ayat 34). Istri Imron telah
melindungi janin yang ada dalam kandungannya, dan bernazar apabila janin yang ada dalam
kandungannya laki-laki hendaklah dia menjadi seorang manusia yang mengabdi kepada Alloh (ayat
35). Setelah melahirkan anak perempuan diberi nama Maryam, istri Imron berdoa lagi supaya anak
dan cucunya diberikan perlindungan dari gangguan setan yang terkutuk (ayat 36). Kemudian
diceritakan beliau (istri Imron) memelihara dan membesarkan dengan pertumbuhan yang baik dan
ikhlas anak perempuan tersebut. Kemudian karena sesuatu hal keluarga Imron menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakaria (ayat 37). Keluarga Imron ini dituliskan di dalam Alqur`an sebagai
pedoman bagi umat manusia di dalam melaksanakan perlindungan anak

Di samping itu contoh-contoh lain bisa kita lihat di dalam Alqur`an Surat Maryam ayat
12,13,14. dan 15. Di mana diterangkan pada ayat-ayat sebelumnya tentang doa nabi Zakaria a.s
supaya dianugerahkan seorang anak yang sholeh kepadanya, pada hal usia nabi Zakaria sudah renta
begitu juga usia istrinya, bahkan diceritakan dalam QS Maryam ayat 8 istri nabi Zakaria ádala
seorang yang mandul. Akan tetapi Alloh mengabulkan doa nabi Zakaria dan kepada beliau diberikan
tanda-tanda akan kelahiran putranya yaitu nabi Yahya.pada ayat 12,13,14, dan 15 QS Maryam ini
Alloh menjelaskan bahwa setelah Yahya dilahirkan dan berkembang kedewasaannya, beliau
diperintahkan supaya menjalankan segala amal ketaatan dengan sungguh-sungguh, berbuat baik
lepada ibu-bapak, tidak menyalahi perintah Tuhannya sedikitpun dan tidak berlaku sombong bahkan
selalu tunduk menerima petunjuk dan kebenarannya.

Generasi penerus bangsa yang bisa dijadikan suri tauladan dan bisa dijadikan contoh untuk
pembinaan generási muda yang dituliskan di dalam Alqur`an bisa kita lihat beberapa di antarara
hádala kisa nabi Musa a.s. nabi Isa a.s

dan terakhir hádala junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Beliau-beliau ini pada jamannya
merupakan orang-orang muda yang tangguh, dan dapat dijadikan

panutan sehingga kemudian riwayatnya dikisahkan di dalam Albur`an.

Di dalam Alqur`an ditulis kewajiban-kewajiban seorang anak, terutama untuk berbakti pada
orang tuanya dan juga saling menyayangi di antara sesamanya.
Di mana hal tersebut ditunjukkan pada QS Maryam ayat 13 dan 14. Namun demikian karena seorang
anak ádalah manusia yang belum dewasa maka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya
memerlukan bimbingan dari orang tua, bahkan masyarakat dan pemerintah.

Dewasa ini seringkali kita melihat dan mendengar dalam kehidupan sehari-hari permasalahan
anak telah demikian berkembang dan menciptakan kelompok-kelompok khusus yang membutuhkan
metodologi secara khusus pula di dalam penyelesaiannya, misalnya terungkap bahwa setiap hari tak
terhitung anak-anak di dunia yang terpapar pada mass-media baik itu media cetak maupun media
elektronik mengenai bahaya-bahaya yang mengancam setiap saat yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya kekerasan yang terjadi di lingkungan hidup anak,
baik lingkungan keluarga, tempat bermain, masyarakat, sampai dengan peperangan, pengungsian,
diskriminasi rasial, eksploatasi seks, eksploatasi tenaga kerja, kurangnya perhatian terhadap
perlindungan dan hak-hak anak serta kecacatan anak.

Pemerkosaan hak anak oleh pelaku pendidikan yang tidak memahami pedagogi pendidikan
anak. Secara tidak profesional anak didik TK (Taman Kanak-Kanak), anak usia dini telah “dipaksa”
untuk mampu baca tulis serta matematika, sekalipun hitungan-hitungan ringan. Pada hal kebutuhan
emosional anak yang seharusnya

Menurut Kak Seto Mulyadi dari Komnas Perlindungan anak ada Empat hak dasar anak yaitu :
1. Hak Hidup Lebih Layak
Misalnya seperti berhak atas kasih sayang orangtua, asi ekslusif, akte kelahiran, dan lain
sebagainya.
2. Hak Tumbuh dan Berkembang
Contoh seperti Hak atas pendidikan yang layak, istirahat, makan makanan yang bergizi, tidur /
istirahat, belajar, bermain, dan lain-lain.
3. Hak Perlindungan
Contohnya yaitu seperti dilindungi dari kekerasan dalam rumah tangga, dari pelecehan seksual,
tindak kriminal, dari pekerjaan layaknya orang dewasa, dan lain sebagainya.
4. Hak Berpartisipasi / Hak Partisipasi
Setiap anak berhak untuk menyampaikan pendapat, punya suara dalam musyawarah keluarga,
punya hak berkeluh kesah atau curhat, memilih pendidkan sesuai minat dan bakat, dan lain-lain.

Dalam memberikan perlindungan kepada anak, diperlukan juga pengetahuan seputar


perlindungan anak. Hal ini ditujukan agar dalam perlindungan anak tidak membuat anak kehilangan
hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Berikut 9 pengetahuan yang dapat membantu dalam
memberikan perlindungan anak.
1. Setiap anak harus mempunyai kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Jika keluarga tidak mampu memelihara dan mengasuh anak, pihak
pemangku kepentingan harus melakukan upaya untuk mengetahui penyebabnya dan menjaga
keutuhan keluarga.
2. Setiap anak mempunyai hak untuk mempunyai nama dan kewarganegaraan. Pencatatan kelahiran
(akte kelahiran) anak membantu kepastian hak anak untuk mendapat pendidikan, kesehatan serta
layanan-layanan hukum, sosial, ekonomi, hak waris, dan hak pilih. Pencatatan kelahiran adalah
langkah pertama untuk memberikan perlindungan pada anak.
3. Anak perempuan dan anak laki-laki harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan, diskriminasi
dan eksploitasi. Termasuk ketelantaran fisik, seksual dan emosional, pelecehan dan perlakuan
yang merugikan bagi anak seperti perkawinan anak usia dini dan pemotongan/perusakan alat
kelamin pada anak perempuan. Keluarga, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk
melindungi mereka.
4. Anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerjaan yang membahayakan. Bila anak
bekerja, dia tidak boleh sampai meninggalkan sekolah. Anak-anak tidak boleh dilibatkan dalam
bentuk pekerjaan yang terburuk sepertiperbudakan, kerja paksa, produksi obat-obatan atau
perdagangan anak.
5. Anak perempuan dan laki-laki berisiko mengalami pelecehan seksual dan eksploitasi di rumah,
sekolah, tempat kerja atau masyarakat. Hukum harus ditegakkan untuk mencegah pelecehan
seksual dan eksploitasi. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dan eksploitasi perlu
bantuan segera.
6. Anak-anak rentan terhadap perdagangan orang jika tidak ada perlindungan yang memadai.
Pemerintah, swasta, masyarakat madani dan keluarga bertanggung jawab mencegah perdagangan
anak sekaligus menolong anak yang menjadi korban untuk kembali ke keluarga dan masyarakat.
7. Tindakan hukum yang dikenakan pada anak harus sesuai dengan hak anak. Menahan atau
memenjarakan anak seharusnya menjadi pilihan terakhir. Anak yang menjadi korban dan saksi
tindakan kriminal harus mendapatkan prosedur yang ramah anak.
8. Dukungan dana dan pelayanan kesejahteraan sosial, dapat membantu keutuhan keluarga dan
anak-anak yang tidak mampu untuk tetap bersekolah serta mendapatkan akses pelayanan
kesehatan.
9. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan usianya,
didengarkan dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka.
Pemenuhan hak anak seharusnya memberi kesempatan pada anak untuk berperan aktif dalam
perlindungan diri mereka sendiri dari pelecehan, kekerasan, dan eksploitasi sehingga mereka
dapat menjadi warga masyarakat yang aktif.

2.3.Konvensi Hak – Hak Anak


1. Latar Belakang Lahirnya Konvensi Anak

Konvensi sesungguhnya sama dengan kovenan yang setara dengan kata pakta (treaty) atau
perjanjian diantara beberapa negara.

Pakta biasanya mengikat, oleh karena itu pakta dapat dirujuk/ dijadikan sebagai hukum internasional.

Secara strategis suatu konvensi ditempuh sebagai salah satu upaya untuk membulatkan tekad
dari sekelompok masyarakat (negara) dalam kerangka memecahkan permasalahan yang ada di
dunia, terutama permasalahan yang berdampak global

Latar belakang lahirnya Konvensi Hak Anak adalah merupakan suatu upaya kemanusiaan untuk
mewujudkan perlindungan dan jaminan yang nyata atas hak-hak anak di seluruh dunia

Komite Hak Anak PBB mengelompokan Konvensi Hak Anak menjadi delapan kategori berikut
ini :
a) Langkah-langkah implementasi umum
b) Definisi anak
c) Prinsip-prinsip umum
d) Hak sipil dan kemerdekaan
e) Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif
f) Kesehatan dan kesejahteraan dasar
g) Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya
h) Langkah-langkah perlindungan khusus

Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai orang belum mencapai
usia 18 tahun.

2. Prinsip – prinsip Umum


Ada empat prinsip umum yang terkandung didalam Konvensi Hak Anak, yakni
a. Prinsip non – diskriminasi
Pasal 2 Konvensi Hak Anak menyebutkan bahwa : Negara-negara peserta akan menghormati
dan menjamin hak-hak yang diterapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada didalam
wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi (ayat 1)

Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah-langkah yang perlu untuk menjamin
agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi (ayat 2)
b. Prinsip yang terbaik bagi anak (Ibest interest of the child)

Semua tindakan yang menyangkut anak hendaknya mengutamakan kepentingan yang terbaik
bagi anak

c. Prinsip atas Hak Hidup, Kelangsungan dan Perkembangan


Negara - negara peserta konvensi mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat
atas kehidupan dan akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan
anak.
d. Prinsip Penghargaan Terhadap Pendapat Anak

Pasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak menyatakan bahwa : negara-negara peserta akan
menjamin agar anak-anak yang memiliki pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk
menyatakan pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang
mempengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia &
kematangan anak.

3. Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Pengganti

Keluarga atau keluarga pengganti bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak

Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh
keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi, dan agar keluarga atau keluarga pengganti dapat
melaksanakan tanggung-jawabnya secara maksimal

4. Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar

Memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan yang layak

5. Pendidikan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya

Kelompok ini memberikan ketentuan mengenai hak anak untuk berkembang

6. Langkah–langkah Perlindungan Khusus


Secara umum, anak - anak perlu dilindungi dari :
a. Keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan jiwanya
b. Kesewenang-wenangan hukum
c. Eksploitasi, termasuk tindakan kekerasan (abuse) dan penelantaran
d. Diskriminasi
Komite Hak Anak PBB mengategorikan anak yang membutuhkan perlindungan khusus tersebut
sebagai berikut :
a. Anak yang berada dalam situasi darurat, yakni pengungsi anak dan anak yang berada
didalam situasi konflik bersenjata
b. Anak yang mengalami masalah hukum
c. Anak yang mengalami situasi eksploitasi, meliputi eksploitasi ekonomi, penyalah-gunaan
obat, eksploitasi seksual, penjualan dan perdagangan anak
d. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat

7. Langkah-langkah Implementasi Umum

Suatu negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak wajib memenuhi semua ketentuan Konvensi
Hak Anak, kecuali bila negara tersebut melakukan reservasi ketentuan dalam Konvensi Hak Anak.

Langkah – langkah Implementasi Umum :


a. Niat untuk menarik reservasi
b. Upaya menyesuaikan legislasi nasional terhadap prinsip dan ketentuan Konvensi Hak Anak
c. Upaya perumusan strategi nasional secara komprehensif mengacu kepada kerangka Konvensi
Hak Anak berikut penetapan tujuan – tujuannya.
d. Penerjemahan Konvensi Hak Anak kedalam bahasa nasional dan bahasa daerah serta
penyebarluasan Konvensi
e. Penyebarluasan laporan yang dilakukan pemerintah berikut kesimpulan dan rekomendasi yang
diberikan oleh Komite Hak Anak terhadap laporan tersebut

IMPLIKASI KONVENSI HAK ANAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN

PBB menganjurkan beberapa hal kepada negara–negara yang ada di dunia, antara lain :
1. Negara agar menghimbau dan menyebarluaskan isi naskah Konvensi Hak Anak (KHA) kepada
warga negaranya untuk mengakui hak anak
2. Negara agar menghormati dan menjamin hak-hak anak yang ditetapkan dalam KHA tanpa
diskriminasi
3. Negara dalam melakukan semua tindakan yang menyangkut anak hendaklah menjadikannya
sebagai kepentingan terbaik dan anak harus menjadi pertimbangan utama
4. Negara agar berupaya untuk menjamin adanya perlindungan yang diperlukan untuk
kesejahteraan anak
5. Negara hendaklah mengakui bahwa setiap anak memiliki hak kodrati atas kehidupan
6. Negara hendaklah semaksimal mungkin menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
anak
7. Negara hendaklah menjamin hak anak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat
8. Negara hendaklah mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan
yang layak dan melindungi anak dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental
9. Negara hendaklah mengakui bahwa anak-anak yang cacat fisik maupun mentalnya hendaknya
menikmati kehidupan yang penuh dan layak
10. Negara hendaklah mengakui hak anak atas pendidikan.
11. Negara dimana terdapat kelompok-kelompok minoritas suku bangsa, agama atau bahasa untuk
menikmati budayanya sendiri, untuk melaksanakan ajaran agamanya sendiri, dan menggunakan
bahasanya sendiri.
12. Negara agar mengakui hak anak untuk dilindungi dari tindakan eksploitasi ekonomi dan atau
pekerjaan yang membahayakan jiwanya
13. Negara agar berusaha untuk melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi seksual dan
penyalahgunaan seksual.

KONSEKUENSI BAGI INDONESIA DALAM PENEGAKAN HAK ANAK


Indonesia termasuk negara yang secara tegas ikut meratifikasi KHA, oleh karena itu Indonesia
memiliki konsekuensi dan kewajiban untuk melaksanakan hak-hak anak tanpa terkecuali.

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Mengakui hak-hak anak yang dirumuskan dalam konvensi
2) Melakukan langkah-langkah legislatif (menyempurnakan peraturan2/ UU)
3) Langkah-langkah administratif (realisasi)
4) Langkah-langkah budgetair
5) Melakukan langkah-langkah pendidikan
6) Melakukan kerjasama internasional
7) Melibatkan dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait
8) Tidak melakukan tindakan-tindakan yang negatif terhadap anak seperti menahan,
menghukum dan memenjarakan anak secara semena - mena, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat.

IMPLIKASI KHA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Indonesia telah lama meratifikasi KHA, resminya sejak keluarnya Keputusan Presiden No. 36
Tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990 yang berisi bahwa Indonesia secara formal meratifikasi hasil-
hasil KHA.

Namun hal tersebut belum membawa dampak positif terhadap keseluruhan penanganan hak asasi
manusia.

Sumber : data resmi Komite Nasional Perlindungan Anak

Total = 40,3 Juta

Para orang tua sejak saat ini harus sudah mulai memperbaiki sikapnya kepada anak dengan
sungguh-sungguh, kebiasaan menomorduakan pemenuhan hak anak harus secara sadar di buang
jauh-jauh

Syarat mendasar untuk membangun kesadaran tersebut ialah :


1) Penuhilah hak anak atas gizi dan kesehatan dalam keluarga sebaik-baiknya
2) Penuhilah hak anak dalam pendidikan mulai dari keluarga secara baik
3) Tegakkan rasa aman dan jangan lakukan kekerasan kepada anak
4) Penuhilah fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dunianya

IMPLIKASI TERHADAP LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


1) Pergeseran Fokus Pendidikan di Indonesi
Hasil-hasil penelitian di bidang neurologi mengungkap antara lain bahwa ukuran otak anak pada
usia 2 tahun telah mencapai 75 % dari ukuran otak ketika nanti ia dewasa dan pada usia 5 tahun
telah mencapai 90 %.
Para ahli gizi menyimpulkan bahwa pembentukan kecerdasan tergantung dari asupan gizi yang
diterima tubuh, makin tinggi kualitas asupan gizi yang diterima makin tinggi pula status
kesehatan dan kecerdasan anak.
Hasil penelitian longitudinal psikologi perkembangan menunjukan bahwa kondisi kehidupan
awal memiliki pengaruh pada usia dewasa
Dorothy Law Nolte berpesan bahwa :
 Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
 Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menantang
 Jika anak dihantui rasa ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas
 Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya
 Jika anak diolok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu
 Jika anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah
 Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri
 Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai
 Jika anak diterima lingkungannya, ia akan terbiasa menyayangi
 Jika anak diperlakukan dengan jujur, ia akan terbiasa melihat kebenaran
 Jika anak ditimang tanpa pilih kasih, ia akan terbiasa melihat keadilan
2.4.Batasan Pendidikan Jalur Informal untuk Anak Usia Dini

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan informal
adalah pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan

Ada 2 makna yang terkandung, yaitu:


1) Pengakuan pentingnya pendidikan
2) Adanya tuntutan tertentu

Beberapa hal yang dapat mengurangi dampak-dampak negatif dalam menciptakan pendidikan di
keluarga, antara lain :
1) Carilah informasi yang banyak sebagai ilmu untuk membantu anda merawat dan mendidik
anak sebelum memutuskan memiliki keluarga atau menikah
2) Sebelum memutuskan untuk memiliki anak , calon ibu-bapak hendaknya berlatih untuk
mempersiapkan kehamilan, kelahiran serta bagaimana tata cara menangani anak
3) Kenalilah fenomena sekecil apapun yang terjadi dan berkaitan dengan anak, baik saat masih
dalam kandungan maupun setelah kelahirannya
4) Penuhilah kebutuhan perawatan dan pendidikan anak, baik secara fisik maupun non-fisik.
Hal ini penting, agar terjadi kesempurnaan perawatan dan pendidikan anak

Hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain :


1) Anak adalah praktisi dan investasi masa depan
2) Sikap dan perilaku orang tua dapat menentukan gagal atau berhasilnya ana

Agar pendidikan jalur informal dapat terlaksana dengan baik dan bermutu, maka ada 2 hal yang
harus dipenuhi
1) Orang tua harus memahami karakteristik anak dengan baik
2) Hendaklah menguasai pola asuh yang tepat sehingga dapat diterima oleh anak
 Setiap anak unik dan berbeda satu dengan yang lain
 Anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini
 Dunia anak adalah dunia bermain
 Setiap karya anak berharga
 Setiap anak berhak mengekspresikan keinginannya
 Setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan
 Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti

2.5.Sasaran dan Ruang Lingkup Anak


1. Anak Sebagai Sasaran PAUD Informal
Sasaran yang hendak dicapai PAUD Informal adalah untuk mengembangkan kecerdasan-
kecerdasan yang dimiliki oleh anak (Howard Gardner ), yaitu :
1) Kecerdasan linguistik (bahasa), kemampuan ini dapat dirangsang (distimulasi) dengan
melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis berdiskusi dan bercerita
2) Kecerdasan logika-matematika (bilangan, angka), dalam prakteknya dapat dirangsang
melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk dan bermain dengan benda-benda
3) Kecerdasan visual spasial (mempersepsi warna, garis, luas/ruang) dapat dirangsang dengan
bermain puzzle, menggambar, melukis dan mengamati gambar/ photo
4) Kecerdasan musikal (kepekaan terhadap alat musik) dapat dirangsang melalui irama, nada
dan musik/ lagu
5) Kecerdasan kinestetik tubuh (kemampuan untuk mengekspresikan ide dan perasaan dalam
gerak tubuh), dapat dirangsang melalui gerakan, tarian dan olah raga.
6) Kecerdasan naturalis (memahami sifat-sifat alam), dirangsang melalui pengamatan
lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang dan mengamati fenomena alam
7) Kecerdasan interpersonal (memahami orang lain), dirangsang melalui bermain bersama
teman, bekerjasama, bermain peran dan memecahkan masalah.
8) Kecerdasan intrapersonal (memahami potensi diri dan mengendalikan diri), dirangsang
melalui latihan2 agar mengenal diri sendiri, percaya diri dan diajarkan disiplin
9) Kecerdasan spiritual, dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama termasuk
nilai-nilai budaya

2. Keluarga dan Orang Tua Sebagai Sasaran PAUD Informal

Berikut ini adalah ciri lingkungan keluarga yang mendukung terjadinya pendidikan informal
yang efektif, antara lain:
1) Lingkungan tersebut kaya akan rangsangan yang dapat mengembangkan berbagai dimensi
kecerdasan anak
2) Lingkungan tersebut bebas dari tekanan dan paksaan
3) Lingkungan tersebut mendukung aktivitas anak yang tinggi
4) Lingkungan tersebut mendukung anak untuk dapat belajar bekerjasama
5) Lingkungan tersebut dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan
memecahkan masalah
6) Lingkungan tersebut membolehkan anak mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan
berbagai bahan dan alat-alat yang ada disekitar terutama dengan ragam alat mainan

Sepuluh hal agar dapat menjadi orang tua yang efektif dalam pendidikan informal, yaitu:
1) Orangtua harus mengenali anak dengan baik (perlakuan terhadap karakter anak)
2) Hargai perilaku baik anak (penghargaan)
3) Melibatkan anak (liburan/ tugas rumah)
4) Selalu mendekatkan diri dengan anak
5) Sediakan waktu khusus untuk anak
6) Tegakkan disiplin
7) Panutan bagi anak
8) Say I LOVE YOU
9) Komunikasi dengan tepat
10) Selesaikan masalah saat “orang tua dingin”

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan. Pemberdayaan dan
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak sang
anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya yang secara interalia
menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar supaya mereka bertahan
hidup, berkembang dan tumbuh.

3.2.Saran

Dalam pemilihan pola asuh, perlindungan dan pemberdayaan yang terbaik bagi anak, maka harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Pola asuh yang dipilih adalah yang mengakomodasi hak-hak anak sepenuhnya
2. Pola asuh yang dipilih adalah yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik
perkembangan anak
3. Pola asuh yang dipilih adalah yang memungkinkan kondisi anak dapat diterima
sepenuhnya
4. Pola asuh yang dipilih adalah yang menjamin anak tidak frustasi dalam mengikutinya
5. Pola asuh yang dipilih adalah yang mampu menjalin terjadinya hubungan yang
harmonis antara orang tua dengan anak
6. Pola asuh yang dipilih adalah yang dapat meminimalisir dampak-dampak negatif
terhadap anak
7. Pola asuh yang dipilih adalah yang dapat dijalankan secara konsisten
8. Pola asuh yang dipilih adalah yang ditunjang oleh daya dukung tersedia dilingkungan
keluarga (di rumah)

DAFTAR PUSTAKA

http://sagalaaya123.blogspot.com/p/materi-perlindungan-dan-pemberdayaan.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/eny-kusdarini-sh-mhum/ppm-perlindungan-anak-
sebagai-perwujudan.pdf

http://scoutnet3tangerang.wordpress.com/2013/04/08/hak-perlindungan-anak/
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak di STKIP Sebelas April Sumedang, dengan judul
Makalah “PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN HAK ANAK”

Dalam penyusunan makalah ini kami sebagai penulis mengalami cukup banyak kesulitan
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Walaupun makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, dengan masih banyaknya
kekurangan dalam makalah ini, kami sebagai penulis sangat membutuhkan kritik maupun saran dari
pembaca dengan harapan kami kedepan supaya pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
dipahami lagi dan berguna bagi kita semua.

Ciamis, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3


2.1. Hak-hak Anak Usia Dini.................................................................... 3
2.2. Perlindungan Anak Sebagai Perwujudan HAM dan Generasi
Penerus Bangsa.................................................................................. 6
2.3. Konvensi Hak-hak Anak ................................................................... 10
2.4. Batasan Pendidikan Jalur Informal untuk Anak Usia Dini ............... 17
2.5. Sasaran dan Ruang Lingkup Anak .................................................... 18

BAB III PENUTUP .................................................................. 20


3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 20
3.2. Saran .................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22


makalah hak asasi anak
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HAM adalah hak-hak mendasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya.
(Kaelan:2002).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak asasi anak:
Konvensi Hak-Hak Anak di Jenewa (Convention On The Right of The Child)
(1) Setiap anak berhak mendapat jaminan perlindungan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan anak;
(2) Setiap anak memiliki hak yang merupakan kodrat hidup:
(3) Negara menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan anak;
(4) Bagi anak yang terpisah dari orangtuanya, berhak mempertahankan hubungan pribadi dan kontak
langsung secara tetap;
(5) Setiap anak berhak mengembangkan diri, menyatakan pendapatnya secara bebas, kemerdekaan
berpikir dan beragama;
(6) Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
perlakuan salah, termasuk penyalahgunaan seksual:
(7) Setiap anak berhak mendapat pelayanan kesehatan, perawatan dan pemulihan kesehatan, dengan
sarana yang sebaik-baiknya:
(8) Setiap anak berhak mendapat pendidikan dasar secara Cuma-cuma, yang dilanjutkan pendidikan
menengah, umum, kejuruan, pendidikan tinggi sesuai sarana dan kemampuan,
(9) Setiap anak berhak mendapat pemeliharaan, perlindungan atau perawatan kesehatan rohani dan
jasmani secara berkala dan semaksimal mungkin;
(10) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam rekreasi yang
sesuai dengan usia anak.
B. Tujuan
 Meningkatkan taraf hidup anak-anak
 Anak adalah manusia yang mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa
 Meningkatkan kepedulian masyarakat tentang hak anak
 Anak adalah manusia generasi baru yang akan meneruskan generasi lama
C. Perumusan Masalah
Makalah tentang Hak Asasi Anak ini mencakup beberapa masalah:
• Banyaknya pelanggaran-pelanggaran tentang hak asasi anak di Indonesia ini
• Kurangnya pengertian dalam masyarakat bahwa anak adalah generasi mendatang
• Dengan gangguan psikis dalam anak akan mengganggu perkembangan anak selanjutnya
• Banyaknya praktek-praktek perdagangan anak dalam kehidupan nyata
• Banyak hak anak yang terabaikan oleh orang tua, termasuk pendidikan yang layak
• Mempekerjakan anak di bawah umur adalah pelanggaran hak asasi anak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM
• HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).
• Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United
Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
• John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).

“Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”

B. Dasar-dasar HAM
Hak asasi adalah hak mendasar yang dimiliki setiap manusia semenjak ia lahir. Hak pertama yang
dimiliki adalah hak untuk hidup Undang-undang No. 39 tahun 1999 pasal 9, ayat:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf hidupnya
2. Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan waktu yang baik dan sehat.
HAM di Indonesia secara tegas diatur dalam Undang-undang No. 39 tahun 1999 pasal 2, tentang :
“Negara republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang
harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan”.
Hak asasi anak:
Konvensi Hak-Hak Anak di Jenewa (Convention On The Right of The Child)
(1) Setiap anak berhak mendapat jaminan perlindungan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan anak;
(2) Setiap anak memiliki hak yang merupakan kodrat hidup:
(3) Negara menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan anak;
(4) Bagi anak yang terpisah dari orangtuanya, berhak mempertahankan hubungan pribadi dan kontak
langsung secara tetap;
(5) Setiap anak berhak mengembangkan diri, menyatakan pendapatnya secara bebas, kemerdekaan
berpikir dan beragama;
(6) Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
perlakuan salah, termasuk penyalahgunaan seksual:
(7) Setiap anak berhak mendapat pelayanan kesehatan, perawatan dan pemulihan kesehatan, dengan
sarana yang sebaik-baiknya:
(8) Setiap anak berhak mendapat pendidikan dasar secara Cuma-cuma, yang dilanjutkan pendidikan
menengah, umum, kejuruan, pendidikan tinggi sesuai sarana dan kemampuan,
(9) Setiap anak berhak mendapat pemeliharaan, perlindungan atau perawatan kesehatan rohani dan
jasmani secara berkala dan semaksimal mungkin;
(10) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam rekreasi yang
sesuai dengan usia anak.

Meskipun di Indonesia telah diatur Undang-undang tentang HAM, namun masih banyak
pelanggaran-pelanggaran yang kerap ditemui. Salah satunya adalah perlanggaran hak asasi
perlindungan anak. Sedangkan hal tersebut telah mendapatkan kekuatan hukum yang diatur dalam
Undang-undang No.4 tahun 1979 diatur tentang kesejahteraan anak, undang-undang No.23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, Undang-undang No.3 tahun 1997 tentang pengadilan anak,
Keputusan presiden No.36 tahun 1999 tentang ratifikasi konversi hak anak.
Ada banyak kasus tentang pelanggaran hak atas anak, sebagai contoh adalah pernikahan pada anak,
minimnya pendidikan, perdagangan anak , penganiayaan anak dan mempekerjakan anak di bawah
umur. Pernikahan dini pada anak banyak terjadi di pedesaan, 46,5% perempuan menikah sebelum
mencapai usia 18 tahun dan 21,5% menikah sebelum usia 16 tahun.

C. HAA Dalam Perundang-Undangan Nasional


Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan
tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR).
Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena
perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di
Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan
referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan
yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global.
Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.
D. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Anak
• Perdagangan anak
• Kekerasan rumah tangga terhadap anak, baik fisik maupun psikis
• Mempekerjakan anak di bawah umur
• Menjadikan anak sebagai penjajak seks komersial (psk)
• Penganiayaan oknum pendidik terhadap anak didik
• Pemerkosaan terhadap anak perempuan
• Eksploitasi anak

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlunya sanksi tegas atas pelanggarn hak asasi anak
2. Hapuskan segala eksploitasi anak di bumi Indonesia ini, karena anak adalah penerus bangsa ini
3. Berikan pendidikan yang layak bagi anak-anak
4. Berikan kebebasan anak dalam memilih kelangsungan hidupnya
B. Saran
Penulis ingin menyampaikan beberapa pesan kepada pembaca, antara lain:
1. Untuk selalu menambah ilmu
2. Hendaklah kita sebagai manusia selalu menjaga segala sesuatu yang telah diberikan dan dicitakan
Allah
3. Hendaklah kita selalu mengenang jasa-jasa dan kerja keras orang tua kita sehingga kita dapat
menempuh jejnjang pendidikan tinggi
4. Hendaklah kita selalu mendoakan yang terbaik bagi orang tua kita

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Azhary. 1995. Negara Hukum Indonesia: Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, UI
Press, Jakarta
.
Garungan, WA. 1987. Psikologis sosial. PT Eresco. Bandung.
http://suarahayatun.blogspot.co.id/2010/05/makalah-hak-asasi-anak.html
http://usiadinipendidikananak.blogspot.co.id/p/hak-hak-anak-usia-diniindonesia-hakikat.html
HAK-HAK ANAK USIA DINI INDONESIA
Hakikat Hak Anak
Dalam memahami anak, setidaknya terdapat dua perspektif utama, yaitu; 1) Anak sebagai
fenomena biologis dan psikologis, dan 2) Anak sebagai fenomena sosial dan legal.
Anak sebagai manusia, memiliki hak asasi. Hak asasi manusia diartikan sebagai hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapapun. Adapun bidang dan jenis hak asasi manusia di dunia secara umum meliputi; hak asasi pribadi,
hak asasi politik, hak asasi hukum, hak asasi ekonomi, hak asasi peradilan, serta hak asasi sosial budaya.
Sedang hak asasi manusia Indonesia dituangkan dalam undang-undang nomor 39 tahun1999 tentang hak
asasi manusia, menyebutkan bahwa jenis-jenis hak asasi manusia di Indonesia meliputi, hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak
wanita serta hak anak.
Terkait hak anak, terutama yang tertuang dalam KHA (Konvensi Hak Anak) secara umum adalah
bahwa; setiap anak berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan terbaik, setiap anak berhak untuk
memperoleh pendidikan, setiap anak berhak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang
berbahaya serta setiap anak berhak atas tingkat hidup yang layak.
Sumber lain yang dapat menunjukkan tentang hak-hak anak dapat disimak dalam UU No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam undang-undang tersebut secara eksplisit menyebutkan bahwa
setiap anak Indonesia memiliki hak sebagai berikut; hak untuk hidup; hak anak untuk dilindungi orangtua,
keluarga, masyarakat, dan negara; hak anak untuk beribadah; hak anak untuk dilindungi secara hukum dari
tindak kekerasan fisik, mental, dan penelantaran; hak pendidikan,; hak untuk beristirahat dan berekspresi; hak
memperoleh kesehatan; hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial.
Jadi jika disimpulkan hak-hak setiap anak meliputi hak untuk; dilahirkan, memiliki nama dan
kewarganegaraan; memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi anak; hidup dalam komunitas yang
aman, damai, dan lingkungan yang sehat; mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan
aktif; mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; diberikan kesempatan bermain
dan waktu santai; dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan, kekerasan dan dari mara bahaya;
dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; mengekspresikan pendapat sendiri.

Hak-hak Anak Usia Dini


Anak adalah sosok yang luar biasa dan menakjubkan. Kondisi ini sering disebut sebagai golden age
(usia emas).
Hak-hak anak usia dini yang cukup penting di antaranya adalah sebagai berikut; berhak dilahirkan,
untuk memiliki nama dan kewarganegaraan; berhak untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan
lingkungan yang sehat; berhak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat serta aktif;
berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; berhak diberikan
kesempatan bermain dan waktu santai; berhak untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan,
kekerasan dan mara bahaya; berhak untuk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; berhak
untuk mengekspresikan pendapat sendiri.
Konvensi Hak-hak Anak
Konvensi Hak Anak (KHA) berhasil disahkan pada bulan November 1989 dengan suara bulat oleh
Majelis Umum PBB. Rumusan yang tertuang dalam konvensi ini terdiri dari 54 pasal. Berdasarkan
strukturnya, konvensi ini dibagi menjadi 4 bagian yakni; preambule (mukadimah) yang berisi konteks
Konvensi Hak Anak; bagian satu yang mengatur hak bagi semua anak; bagian dua yang mengatur masalah
pemantauan dan pelaksanaan Konveksi Hak Anak; bagian tiga yang mengatur masalah pemberlakuan
Konvensi.
Sedangkan berdasarkan isinya, ada empat cara mengategorikan Konvensi Hak Anak, yakni;
kategori berdasarkan Konvensi Induk Hak Asasi Manusia, dikatakan bahwa Konvensi Hak Anak mengandung
hak-hak sipil politik dan hak-hak ekonomi sosial budaya; ditinjau dari sisi yang berkewajiban melaksanakan
Konvensi Hak Anak, yaitu negara dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak, yakni orang
dewasa pada umumya; menurut cara pembagian yang sangat populer dibuat berdasarkan cakupan hal yang
terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yakni hak atas kelangsungan hidup, hak atas perlindungan, dan hak
untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat; menurut cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite
Hak Anak menjadi delapan kategori.
Terdapat empat prinsip yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yakni sebagai berikut; prinsip
non diskriminasi; prinsip yang terbaik bagi anak;prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan;
prinsip penghargaan terhadap anak.
Melengkapi putusan Konvensi supaya dapat dilaksanakan, terdapat himbauan dunia dalam
penekanan hak-hak anak. Inti dari himbauan berisi menggiring agar tindakan negara-negara di dunia dapat
selaras dengan substansi yang diharapkan oleh isi KHA. Konsekuensi bagi Indonesia yang telah meratifikasi
KHA adalah berkewajiban mengimplementasikan isi dari KHA secara konsisten.

Beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara,antara lain ialah sebagai berikut; mengakui
hak-hak anak yang dirumuskan dalam konvensi; melakukan langkah-langkah legislatif; melakukan langkah-
langkah administratif; melakukan langkah-langkah budgetair; melakukan langkah-langkah pendidikan;
melakukan kerja sama internasional, bilateral, maupun multilateral, melibatkan dan bekerjasama dengan
badan-badan PBB, organisasi-organisasi non pemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional; tidak
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hak-hak yang bersifat negatif.

12 Model Pengasuhan Anak Usia Dini yang Efektif


Sponsors Link

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Mendidik anak merupakan tanggungjawab orang tua yang tidak
mudah. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik, pola asuh yang diterapkan pun
juga harus baik. Sayangnya, banyak orang tua yang belum terlalu paham mengenai hal ini. Beberapa orang
menganggap anak dengan perilaku yang buruk adalah ulah mereka sendiri. Padahal, pola asuh orang tua lah
yang sangat berperan penting dalam membentuk karakter anak.
ads

Pola asuh yang baik harus diterapkan sejak usia dini. Pola asuh yang baik juga memiliki beberapa pokok
yang perlu diperhatikan agar pola asuh anak menjadi efektif. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-
beda sehingga orang tua harus selalu berfikir kreatif untuk menyesuaikan pola asuh mereka. Berikut ini
beberapa Pola Asuh Anak Usia Dini secara efektif.

1. Ayah dan Ibu Harus Kompak

Ayah dan ibu sebaiknya sering berdiskusi mengenai tumbuh kembang anak. Tetapkan nilai nilai dalam
keluarga secara bersama. Diskusikan setiap kebutuhan tumbuh kembang anak Anda. Ayah dan Ibu harus
sependapat dan sejalan dalam mendidik anak. Jangan sampai salah satu berkata boleh dan yang satunya
berkata tidak. Hal tersebut bisa membuat anak Anda semakin bingung. Kekompakan ayah ibu juga melatih
anak untuk baik dalam lingkungan berkelompok dan kemampuan kerja sama dengan orang lain yang lebih
baik.

2. Orang Tua Memberikan Contoh yang Baik

Anak selalu melihat dan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Berikan contoh yang baik agar
anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik. Ajarkan anak tentang perilaku yang seharusnya
dan tidak seharusnya. Berikan pujian atas tindakan anak yang baik dan diskusikanlah dengan anak apabila
dia bertindak tidak baik. Berikan pemaparan yang bisa dimengerti dengan mudah agar anak tidak mengulangi
hal tersebut lagi.

baca juga :

 Peran Ibu dalam Keluarga


 Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini

3. Komunikasi Efektif

Pola Asuh Anak Usia Dini yang efektif juga ditumpu oleh komunikasi efektif. Komunikasi adalah kunci utama
dari setiap hubungan. Komunikasi yang intensif dan efektif membantu perkembangan anak dari segi
sosialnya. Semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak, anak menjadi lebih percaya diri, lebih ceria,
dan mempengaruhi kecerdasan anak. Sering- seringlah ajak anak untuk berkomunikasi bisa melalui
menceritakan apa yang dilakukan di sekolah, melatih anak memberikan pendapat tentang hal hal di
sekitarnya, ataupun membuka pertanyaan terbuka agar anak aktif bercerita.

Dalam hal komunikasi efektif ini, orang tua usahakan untuk menatap pada anak secara langsung agar anak
merasa diperhatikan. Jangan berusaha berkomunikasi banyak sambil melakukan hal lain dengan sibuk.
Pastikan interaksi Anda dengan anak berjalan efektif. Dengan bergitu anak juga akan tumbuh menjadi anak
yang mendengarkan kata- kata orang tuanya.

baca juga :

 Kepribadian Ambivert
 Fobia Sosial

4. Disiplin

Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak. Anda bisa mengajarkannya dari hal hal kecil seperti
merapikan mainannya setelah digunakan, membersihkan tempat tidur, menaruh barang pada tempatnya
dengan rapi, atau lainnya. Pola disiplin ini sesuai dengan tahap usia anak. Pada anak dengan usia sekolah,
Anda bisa mengajarkannya membuat jadwal harian dan memberikan reward misal stiker pada kegiatan yang
sudah dilakukan. Penerapan pola disiplin membentuk anak untuk menjadi pribadi yang mandiri.

baca juga : Cara Mendidik Anak Hiperaktif

5. Orang Tua Harus Konsisten

Orang tua harus konsisten terhadap ppenjelasan yang diberikan pada anak. Misalnya apabila batuk tidak
boleh minum es. Namun ketika tidak batuk anak diperbolehkan minum es sebanyak apapun. Berikan
penjelasan yang sesuai sehingga dalam beberapa situasi Anda tidak perlu mencari alasan- alasan lain untuk
anak bisa mengerti. Berikan penjelasan yang akurat dan dimengerti anak. Dalam beberapa situasi yang
sama, pada akhirnya anak akan mengerti dan bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak
tanpa harus memaksakan diri.

Baca juga :

 Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


 Konsep Diri

6. Berikan Pujian dan Sentuhan Sayang

Apabila anak berbuat baik, berikan pujian, pelukan, atau ciuman agar anak merasa senang dan bangga
melakukan hal tersebut. Penghargaan seperti demikian akan memicu anak untuk melakukan hal- hal baik
lainnya. Perhatikan setiap respon yang diberikan anak meski hal tersebut sangat kecil, dan berikan pujian.
Menurut penelitian otak anak akan berkembang baik dari setiap pujian yang diberikan orang tua dan
sebaliknya sel syaraf anak mengalami kematian setiap anak dimarahi atau merasa tertekan.

baca juga :

 Tahap Perkembangan Emosi Anak


 Tipe Kepribadian Manusia

ads

7. Sopan Santun

Ajarkan anak untuk mengenal sopan santun pada orang lain dan orang yang lebih tua. Bawa anak untuk
melihat dan mempraktekkan interaksi dengan orang lain seperti menjawab pertanyaan, mengucap permisi,
tersenyum, berjabat tangan, mengucap terima kasih, menundukkan kepala, dan lainnya. Orang tua juga harus
memberikan contoh dan menyuruh anak untuk melakukan hal tersebut dalam rangka menghargai orang yang
lebih tua. Perilaku sopan santun ini akan membentuk anak menjadi peduli dengan interaksi dengan orang lain
dan berfikir sebelum bertindak.

8. Berdasarkan pada Agama yang Dianut

Agama merupakan pedoman hidup setiap umat yang wajib diajarkan sejak dini. Agama mengajarkan
kebaikan dan pembentukan karakter berdasarkan agama baik untuk membentuk anak. Agama mengajarkan
akan Tuhan, surga, dan neraka. Pemahaman dasar itu akan membentuka nak memiliki rasa takut untuk
berbuat hal yang buruk karena takut masuk neraka. Sebaliknya perbuatan baik akan membawanya ke surga
sehingga anak akan berlomba- lomba melakukan kebaikan.

baca juga :

 Psikologi Agama
 Psikologi Islam

9. Pola Demokratis

Berikan kesempatan setiap saat pada anak untuk mengungkapkan perasaannya dan pendapatnya tentang
sesuatu. Orang tua mendengarkan dengan seksama, apabila pendapat anak melenceng orang tua harus
meluruskan.

Anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Hal ini
membuat hubungan anak dengan orang tua juga semakin mudah.

Apabila orang tua menerapkan pola demokratis yang senantiasa mendengarkan dan bertukar pendapat
dengan anak, hal ini tidak akan terjadi. Anak akan tahu bagaimana cara untuk menyampaikan keinginannya
dan dia bisa mendapatkan hal tersebut sesuai dengan keinginannya melalui komunikasi yang baik.

baca juga :

 Kecerdasan Interpersonal
 Kecerdasan Emosional

10. Bersifat Terbuka dan Update

Perbedaan generasi orang tua dengan generasi anak patut dipertimbangkan. Pada generasi masa kini,
banyak hal yang justru dulunya dianggap tidak penting namun saat ini justru berkembang baik. Berbagai
profesi kreatif juga bermunculan dan lebih memiliki prospek yang tinggi dari hanya sekedar pegawai kantoran
atau pegawai negeri yang dulunya sangat diimpikan semua orang tua.

Orang tua harus bersikap terbuka terhadap keinginan, bakat, dan cita- cita anak. Orang tua juga harus
senantiasa mendukung dan membantu anak dalam meraih cita- citanya. Semua itu tentu tidak terlepas dari
pengawasan orang tua.

baca juga : Jenis Trauma Psikologis


Sponsors Link

11. Orang Tua Harus Tegas

Hal ini hampir mirip dengan melatih kedisiplinan pada anak. Terkadang anak saat menginginkan sesuatu
merasa harus dituruti, berlaku seenaknya, manja, melakukan kesalahan disengaja, menangis tanpa alasan,
bertengkar dengan teman, atau situasi lainnya. Orang tua harus tegas dan siap mengambil langkah ketika
situasi seperti ini terjadi.

Cara mendisiplinkan anak dari perilaku seenaknya ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Cara- cara ini
sudah sangat sering dipraktekkan dalam dunia parenting yaitu seperti memberikan hukuman yang sama tiap
kali anak melakukan hal negatif. Contohnya, apabila anak melakukan kesalahan hukum anak dengan berdiri,
kedua tangan diangkat selama 5 menit.

baca juga :

 Psikologi Anak
 Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
 Psikologi Kepribadian

12. Ajarkan Berbagi


Mengajarkan cara dan manfaat berbagi dengan orang lain juga perlu ditanamkan sejak dini agar anak tumbuh
dengan tidak egois dan juga memperdulikan orang lain. Kepuasan akan berbagi perlu dirasakan oleh anak
menjadi suatu hal yang membawa kebahagiaan bagi dirinya maupun orang lain.

baca juga : Psikologi Pendidikan


Beberapa poin diatas mengungkapkan tentang pola asuh anak yang efektif dalam keluarga. Mengasuh anak
memang bukan pekerjaan mudah dan berlangsung secara terus menerus. Anak yang baik dan berkualitas
tinggi tentu berasal dari pola asuh yang baik juga. Pentingnya peranan orang tua dalam hal ini menuntut
orang tua yang memiliki cukup pengetahuan dalam mengasuh anak.

Orang tua juga harus senantiasa selalu belajar dan belajar karena anak akan terus tumbuh dan berkembang
memunculkan sifat – sifat baru yang mungkin terkadang cukup unik dan perlu diarahkan agar tidak
melenceng ke arah negatif.

Anda mungkin juga menyukai