BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Di
dalam implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa,
penentu masa depan dan penerus generasi. Namun demikian kita sadari bahwa kondisi anak masih
banyak yang memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat bahwa belum semua anak mempunyai akta
kelahiran; belum semua anak diasuh oleh orang tua, keluarga maupun orang tua asuh atau wali
dengan baik; masih belum semua anak mendapatkan pendidikan yang memadai; masih belum semua
anak mempunyai kesehatan optimal; masih belum semua anak-anak dalam pengungsian, daerah
konflik, korban bencana alam, anak-anak korban eksploitasi, kelompok minoritas dan anak-anak
yang berhadapan dengan hukum mendapatkan perlindungan khusus.
Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan adanya berbagai krisis ekonomi di Indonesia dan juga
terjadinya berbagai bencana alam termasuk gempa bumi di Indonesia, yang juga pernah di DIY
padabulan Mei tahun 2006 dan mengakibatkan banyaknya permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan kependudukan termasuk permasalahan-permasalahan di dalam perlindungan anak.
Sebagai salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan demokrasi, perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia termasuk di dalamnya perlindungan terhadap anak yang kita
harapkan sebagai penentu masa depan bangsa Indonesia dan sebagai generasi penerus harus
mendapatkan pengaturan yang jelas.
Hal ini perlu dilakukan, mengingat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya sehingga
HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan
langgeng. Oleh karena itu HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh
diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Untuk pelaksanaan perlindungan HAM tersebut
perlu adanya pengaturan di dalam hukum dasar di Indonesia. Di samping itu sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa, sudah selayaknyalah bangsa Indonesia mengemban tanggung jawab
moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal tentang HAM.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hak-hak anak usia dini?
2. Apakah benar perlindungan anak merupakan suatu perwujudan HAM ?
3. Apa yang dimaksud dengan konvensi hak-hak anak?
4. Apa saja batasan pendidikan jalur informal untuk anak usia dini?
5. Apa saja yang menjadi sasaran dan ruang lingkup anak?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah berdasarkan pada rumusan diatas yaitu :
1. Untuk mengetahui hak-hak nak usia dini.
2. Untuk memahami bahwa perlindungan anak merupakan suatu perwujudan HAM.
3. Untuk mengetahui konvensi hak-hak anak.
4. Untuk mengetahui batasan jalur informal untuk anak usia dini.
5. Untuk mengetahui sasaran dan ruang lingkup anak.
Selain daripada itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perlindungan
dan Pemberdayaan Hak Anak di STKIP Sebelas April Sumedang, tahun 2013/2014.
BAB II
PEMBAHASAN
Anak adalah anugerah tertinggi dari Tuhan Yang Maha Esa Bagi orang yang baru menikah
banyak yang memanjatkan harapan dan doa agar segera diberikan anak. Hanya saja kelahiran anak
hanya seringkali dilihat hanya sebatas fisik saja, jarang rasanya yang menerima kelahiran anak secara
kodrati diikuti dengan lahirnya tuntutan memenuhi hak-haknya secara optimal.
Anak dipersepsikan sebagai manusia yang masih dalam tahap perkembangan yang belum
mencapai tingkat yang utuh, kondisi fisik, organ reproduksi, kemampuan motorik, kemampuan
mental dan psiko-sosialnya dianggap masih belum selesai.
Untuk memahami anak dari perspektif biologis anak bisa disub-klasifikasikan kedalam beberapa
tingkat yaitu masa bayi, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir dst
Anak dilihat dari tingkat perkembangan mental dan psikososialnya, dianggap tidak mempunyai
kapasitas melakukan tindakan sosial dan legal tertentu.
Perbedaan antara anak dan dewasa biasanya dipatok dengan batasan umur tertentu tergantung
pada jenis tindakan yang dilakukan
Khusus masalah definisi anak dalam konteks legislasi Indonesia dalam hal penetapan batas umur,
Indonesia mempunyai tiga masalah utama yaitu :
pertama, penetapan batas umur dalam sistem legislasi nasional sangat tidak komprehensif, batas
umur hanya ditetapkan hanya untuk beberapa hal saja. Seperti : konsumsi alkohol, akses pada
pelayanan medis tanpa didampingi orangtua/ wali, kematangan seksual dst.
kedua, Kekacauan batas umur. Batas umur kematangan seksual misalnya, tanpa ketentuan
eksplisit menyangkut batas umur ini. Beberapa ketentuan relevan yang ada sangat bervaritif.
Dalam KUHP, batas umur relevan ditetapkan secara ganda yaitu 12 dan 15 tahun (yang efektif
adalah 12 tahun)
Sementara dalam UU Perkawinan, batas yang relevan menunjuk pada umur 16 tahun
(perempuan) dan 19 tahun (laki-laki)
Ketiga, ketidaksesuaian atau ketidak cocokan (discrepancy) yang terlalu besar antara batas umur
untuk tindakan yang berbeda, contoh :
Batas terendah untuk tanggung jawab kriminal yaitu 8 tahun
Batas umur untuk kematangan seksual menurut KUHP adalah 12 tahun
Batas umur legal untuk bekerja (UU 1951) adalah 14 tahun
Jadi batas umur yang disebut anak dalam sistem hukum di Indonesia bervariasi antara 8 s/d 12
tahun, jarak definisi ini terlalu lebar dan karenanya membingungkan
dan keluarga terhadap anak dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan dan perlindungan
anak. Pada hal di dalam pelaksanaan Kesejahteraan danPerlindungan anak ( KPA ) diperlukan
kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakatdan keluarga. Ketiga komponen ini bertanggung
jawab di dalam kegiatan perlindungan anak dikarenakan seorang anak, di samping merupakan
amanah dari Alloh SWT, juga anak merupakan penerus keturunan dari sebuah keluarga dan juga
seorang anak adalah merupakan generasi penerus bangsa.
Dapat dikatakan bahwa hukum positif di Indonesia mengatur tentang perlindungan anak, di
samping itu juga di dalam ajaran agama Islam diatur dan dianjurkan juga mengenai perlindungan
anak, yang dicantumkan di dalam Alqur`an yang bisa kita lihat dalam beberapa surat di antaranya Ali
Imron ayat 33, 34, 35, 36 dan 37. pada ayat-ayat tersebut diceritakan tentang keluarga Imron yang
telah dipilih oleh Alloh seperti Alloh telah memilih Nabi Adam, Nuh, keluarga Ibrahim melebihi
segala umat pada masanya (QS : Ali Imron ayat 33), suatu keturunan, di mana sebagiannya ádalah
keturunan dari yang lain.Alloh Maha mendengar, Maha mengetahui (ayat 34). Istri Imron telah
melindungi janin yang ada dalam kandungannya, dan bernazar apabila janin yang ada dalam
kandungannya laki-laki hendaklah dia menjadi seorang manusia yang mengabdi kepada Alloh (ayat
35). Setelah melahirkan anak perempuan diberi nama Maryam, istri Imron berdoa lagi supaya anak
dan cucunya diberikan perlindungan dari gangguan setan yang terkutuk (ayat 36). Kemudian
diceritakan beliau (istri Imron) memelihara dan membesarkan dengan pertumbuhan yang baik dan
ikhlas anak perempuan tersebut. Kemudian karena sesuatu hal keluarga Imron menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakaria (ayat 37). Keluarga Imron ini dituliskan di dalam Alqur`an sebagai
pedoman bagi umat manusia di dalam melaksanakan perlindungan anak
Di samping itu contoh-contoh lain bisa kita lihat di dalam Alqur`an Surat Maryam ayat
12,13,14. dan 15. Di mana diterangkan pada ayat-ayat sebelumnya tentang doa nabi Zakaria a.s
supaya dianugerahkan seorang anak yang sholeh kepadanya, pada hal usia nabi Zakaria sudah renta
begitu juga usia istrinya, bahkan diceritakan dalam QS Maryam ayat 8 istri nabi Zakaria ádala
seorang yang mandul. Akan tetapi Alloh mengabulkan doa nabi Zakaria dan kepada beliau diberikan
tanda-tanda akan kelahiran putranya yaitu nabi Yahya.pada ayat 12,13,14, dan 15 QS Maryam ini
Alloh menjelaskan bahwa setelah Yahya dilahirkan dan berkembang kedewasaannya, beliau
diperintahkan supaya menjalankan segala amal ketaatan dengan sungguh-sungguh, berbuat baik
lepada ibu-bapak, tidak menyalahi perintah Tuhannya sedikitpun dan tidak berlaku sombong bahkan
selalu tunduk menerima petunjuk dan kebenarannya.
Generasi penerus bangsa yang bisa dijadikan suri tauladan dan bisa dijadikan contoh untuk
pembinaan generási muda yang dituliskan di dalam Alqur`an bisa kita lihat beberapa di antarara
hádala kisa nabi Musa a.s. nabi Isa a.s
dan terakhir hádala junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Beliau-beliau ini pada jamannya
merupakan orang-orang muda yang tangguh, dan dapat dijadikan
Di dalam Alqur`an ditulis kewajiban-kewajiban seorang anak, terutama untuk berbakti pada
orang tuanya dan juga saling menyayangi di antara sesamanya.
Di mana hal tersebut ditunjukkan pada QS Maryam ayat 13 dan 14. Namun demikian karena seorang
anak ádalah manusia yang belum dewasa maka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya
memerlukan bimbingan dari orang tua, bahkan masyarakat dan pemerintah.
Dewasa ini seringkali kita melihat dan mendengar dalam kehidupan sehari-hari permasalahan
anak telah demikian berkembang dan menciptakan kelompok-kelompok khusus yang membutuhkan
metodologi secara khusus pula di dalam penyelesaiannya, misalnya terungkap bahwa setiap hari tak
terhitung anak-anak di dunia yang terpapar pada mass-media baik itu media cetak maupun media
elektronik mengenai bahaya-bahaya yang mengancam setiap saat yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya kekerasan yang terjadi di lingkungan hidup anak,
baik lingkungan keluarga, tempat bermain, masyarakat, sampai dengan peperangan, pengungsian,
diskriminasi rasial, eksploatasi seks, eksploatasi tenaga kerja, kurangnya perhatian terhadap
perlindungan dan hak-hak anak serta kecacatan anak.
Pemerkosaan hak anak oleh pelaku pendidikan yang tidak memahami pedagogi pendidikan
anak. Secara tidak profesional anak didik TK (Taman Kanak-Kanak), anak usia dini telah “dipaksa”
untuk mampu baca tulis serta matematika, sekalipun hitungan-hitungan ringan. Pada hal kebutuhan
emosional anak yang seharusnya
Menurut Kak Seto Mulyadi dari Komnas Perlindungan anak ada Empat hak dasar anak yaitu :
1. Hak Hidup Lebih Layak
Misalnya seperti berhak atas kasih sayang orangtua, asi ekslusif, akte kelahiran, dan lain
sebagainya.
2. Hak Tumbuh dan Berkembang
Contoh seperti Hak atas pendidikan yang layak, istirahat, makan makanan yang bergizi, tidur /
istirahat, belajar, bermain, dan lain-lain.
3. Hak Perlindungan
Contohnya yaitu seperti dilindungi dari kekerasan dalam rumah tangga, dari pelecehan seksual,
tindak kriminal, dari pekerjaan layaknya orang dewasa, dan lain sebagainya.
4. Hak Berpartisipasi / Hak Partisipasi
Setiap anak berhak untuk menyampaikan pendapat, punya suara dalam musyawarah keluarga,
punya hak berkeluh kesah atau curhat, memilih pendidkan sesuai minat dan bakat, dan lain-lain.
Konvensi sesungguhnya sama dengan kovenan yang setara dengan kata pakta (treaty) atau
perjanjian diantara beberapa negara.
Pakta biasanya mengikat, oleh karena itu pakta dapat dirujuk/ dijadikan sebagai hukum internasional.
Secara strategis suatu konvensi ditempuh sebagai salah satu upaya untuk membulatkan tekad
dari sekelompok masyarakat (negara) dalam kerangka memecahkan permasalahan yang ada di
dunia, terutama permasalahan yang berdampak global
Latar belakang lahirnya Konvensi Hak Anak adalah merupakan suatu upaya kemanusiaan untuk
mewujudkan perlindungan dan jaminan yang nyata atas hak-hak anak di seluruh dunia
Komite Hak Anak PBB mengelompokan Konvensi Hak Anak menjadi delapan kategori berikut
ini :
a) Langkah-langkah implementasi umum
b) Definisi anak
c) Prinsip-prinsip umum
d) Hak sipil dan kemerdekaan
e) Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif
f) Kesehatan dan kesejahteraan dasar
g) Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya
h) Langkah-langkah perlindungan khusus
Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai orang belum mencapai
usia 18 tahun.
Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah-langkah yang perlu untuk menjamin
agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi (ayat 2)
b. Prinsip yang terbaik bagi anak (Ibest interest of the child)
Semua tindakan yang menyangkut anak hendaknya mengutamakan kepentingan yang terbaik
bagi anak
Pasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak menyatakan bahwa : negara-negara peserta akan
menjamin agar anak-anak yang memiliki pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk
menyatakan pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang
mempengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia &
kematangan anak.
Keluarga atau keluarga pengganti bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak
Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh
keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi, dan agar keluarga atau keluarga pengganti dapat
melaksanakan tanggung-jawabnya secara maksimal
Memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan yang layak
Suatu negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak wajib memenuhi semua ketentuan Konvensi
Hak Anak, kecuali bila negara tersebut melakukan reservasi ketentuan dalam Konvensi Hak Anak.
PBB menganjurkan beberapa hal kepada negara–negara yang ada di dunia, antara lain :
1. Negara agar menghimbau dan menyebarluaskan isi naskah Konvensi Hak Anak (KHA) kepada
warga negaranya untuk mengakui hak anak
2. Negara agar menghormati dan menjamin hak-hak anak yang ditetapkan dalam KHA tanpa
diskriminasi
3. Negara dalam melakukan semua tindakan yang menyangkut anak hendaklah menjadikannya
sebagai kepentingan terbaik dan anak harus menjadi pertimbangan utama
4. Negara agar berupaya untuk menjamin adanya perlindungan yang diperlukan untuk
kesejahteraan anak
5. Negara hendaklah mengakui bahwa setiap anak memiliki hak kodrati atas kehidupan
6. Negara hendaklah semaksimal mungkin menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
anak
7. Negara hendaklah menjamin hak anak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat
8. Negara hendaklah mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan
yang layak dan melindungi anak dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental
9. Negara hendaklah mengakui bahwa anak-anak yang cacat fisik maupun mentalnya hendaknya
menikmati kehidupan yang penuh dan layak
10. Negara hendaklah mengakui hak anak atas pendidikan.
11. Negara dimana terdapat kelompok-kelompok minoritas suku bangsa, agama atau bahasa untuk
menikmati budayanya sendiri, untuk melaksanakan ajaran agamanya sendiri, dan menggunakan
bahasanya sendiri.
12. Negara agar mengakui hak anak untuk dilindungi dari tindakan eksploitasi ekonomi dan atau
pekerjaan yang membahayakan jiwanya
13. Negara agar berusaha untuk melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi seksual dan
penyalahgunaan seksual.
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Mengakui hak-hak anak yang dirumuskan dalam konvensi
2) Melakukan langkah-langkah legislatif (menyempurnakan peraturan2/ UU)
3) Langkah-langkah administratif (realisasi)
4) Langkah-langkah budgetair
5) Melakukan langkah-langkah pendidikan
6) Melakukan kerjasama internasional
7) Melibatkan dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait
8) Tidak melakukan tindakan-tindakan yang negatif terhadap anak seperti menahan,
menghukum dan memenjarakan anak secara semena - mena, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat.
Indonesia telah lama meratifikasi KHA, resminya sejak keluarnya Keputusan Presiden No. 36
Tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990 yang berisi bahwa Indonesia secara formal meratifikasi hasil-
hasil KHA.
Namun hal tersebut belum membawa dampak positif terhadap keseluruhan penanganan hak asasi
manusia.
Para orang tua sejak saat ini harus sudah mulai memperbaiki sikapnya kepada anak dengan
sungguh-sungguh, kebiasaan menomorduakan pemenuhan hak anak harus secara sadar di buang
jauh-jauh
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan informal
adalah pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan
Beberapa hal yang dapat mengurangi dampak-dampak negatif dalam menciptakan pendidikan di
keluarga, antara lain :
1) Carilah informasi yang banyak sebagai ilmu untuk membantu anda merawat dan mendidik
anak sebelum memutuskan memiliki keluarga atau menikah
2) Sebelum memutuskan untuk memiliki anak , calon ibu-bapak hendaknya berlatih untuk
mempersiapkan kehamilan, kelahiran serta bagaimana tata cara menangani anak
3) Kenalilah fenomena sekecil apapun yang terjadi dan berkaitan dengan anak, baik saat masih
dalam kandungan maupun setelah kelahirannya
4) Penuhilah kebutuhan perawatan dan pendidikan anak, baik secara fisik maupun non-fisik.
Hal ini penting, agar terjadi kesempurnaan perawatan dan pendidikan anak
Agar pendidikan jalur informal dapat terlaksana dengan baik dan bermutu, maka ada 2 hal yang
harus dipenuhi
1) Orang tua harus memahami karakteristik anak dengan baik
2) Hendaklah menguasai pola asuh yang tepat sehingga dapat diterima oleh anak
Setiap anak unik dan berbeda satu dengan yang lain
Anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini
Dunia anak adalah dunia bermain
Setiap karya anak berharga
Setiap anak berhak mengekspresikan keinginannya
Setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan
Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti
Berikut ini adalah ciri lingkungan keluarga yang mendukung terjadinya pendidikan informal
yang efektif, antara lain:
1) Lingkungan tersebut kaya akan rangsangan yang dapat mengembangkan berbagai dimensi
kecerdasan anak
2) Lingkungan tersebut bebas dari tekanan dan paksaan
3) Lingkungan tersebut mendukung aktivitas anak yang tinggi
4) Lingkungan tersebut mendukung anak untuk dapat belajar bekerjasama
5) Lingkungan tersebut dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan
memecahkan masalah
6) Lingkungan tersebut membolehkan anak mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan
berbagai bahan dan alat-alat yang ada disekitar terutama dengan ragam alat mainan
Sepuluh hal agar dapat menjadi orang tua yang efektif dalam pendidikan informal, yaitu:
1) Orangtua harus mengenali anak dengan baik (perlakuan terhadap karakter anak)
2) Hargai perilaku baik anak (penghargaan)
3) Melibatkan anak (liburan/ tugas rumah)
4) Selalu mendekatkan diri dengan anak
5) Sediakan waktu khusus untuk anak
6) Tegakkan disiplin
7) Panutan bagi anak
8) Say I LOVE YOU
9) Komunikasi dengan tepat
10) Selesaikan masalah saat “orang tua dingin”
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan. Pemberdayaan dan
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak sang
anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya yang secara interalia
menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar supaya mereka bertahan
hidup, berkembang dan tumbuh.
3.2.Saran
Dalam pemilihan pola asuh, perlindungan dan pemberdayaan yang terbaik bagi anak, maka harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Pola asuh yang dipilih adalah yang mengakomodasi hak-hak anak sepenuhnya
2. Pola asuh yang dipilih adalah yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik
perkembangan anak
3. Pola asuh yang dipilih adalah yang memungkinkan kondisi anak dapat diterima
sepenuhnya
4. Pola asuh yang dipilih adalah yang menjamin anak tidak frustasi dalam mengikutinya
5. Pola asuh yang dipilih adalah yang mampu menjalin terjadinya hubungan yang
harmonis antara orang tua dengan anak
6. Pola asuh yang dipilih adalah yang dapat meminimalisir dampak-dampak negatif
terhadap anak
7. Pola asuh yang dipilih adalah yang dapat dijalankan secara konsisten
8. Pola asuh yang dipilih adalah yang ditunjang oleh daya dukung tersedia dilingkungan
keluarga (di rumah)
DAFTAR PUSTAKA
http://sagalaaya123.blogspot.com/p/materi-perlindungan-dan-pemberdayaan.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/eny-kusdarini-sh-mhum/ppm-perlindungan-anak-
sebagai-perwujudan.pdf
http://scoutnet3tangerang.wordpress.com/2013/04/08/hak-perlindungan-anak/
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak di STKIP Sebelas April Sumedang, dengan judul
Makalah “PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN HAK ANAK”
Dalam penyusunan makalah ini kami sebagai penulis mengalami cukup banyak kesulitan
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Walaupun makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, dengan masih banyaknya
kekurangan dalam makalah ini, kami sebagai penulis sangat membutuhkan kritik maupun saran dari
pembaca dengan harapan kami kedepan supaya pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
dipahami lagi dan berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
A. Latar Belakang
HAM adalah hak-hak mendasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya.
(Kaelan:2002).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak asasi anak:
Konvensi Hak-Hak Anak di Jenewa (Convention On The Right of The Child)
(1) Setiap anak berhak mendapat jaminan perlindungan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan anak;
(2) Setiap anak memiliki hak yang merupakan kodrat hidup:
(3) Negara menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan anak;
(4) Bagi anak yang terpisah dari orangtuanya, berhak mempertahankan hubungan pribadi dan kontak
langsung secara tetap;
(5) Setiap anak berhak mengembangkan diri, menyatakan pendapatnya secara bebas, kemerdekaan
berpikir dan beragama;
(6) Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
perlakuan salah, termasuk penyalahgunaan seksual:
(7) Setiap anak berhak mendapat pelayanan kesehatan, perawatan dan pemulihan kesehatan, dengan
sarana yang sebaik-baiknya:
(8) Setiap anak berhak mendapat pendidikan dasar secara Cuma-cuma, yang dilanjutkan pendidikan
menengah, umum, kejuruan, pendidikan tinggi sesuai sarana dan kemampuan,
(9) Setiap anak berhak mendapat pemeliharaan, perlindungan atau perawatan kesehatan rohani dan
jasmani secara berkala dan semaksimal mungkin;
(10) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam rekreasi yang
sesuai dengan usia anak.
B. Tujuan
Meningkatkan taraf hidup anak-anak
Anak adalah manusia yang mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa
Meningkatkan kepedulian masyarakat tentang hak anak
Anak adalah manusia generasi baru yang akan meneruskan generasi lama
C. Perumusan Masalah
Makalah tentang Hak Asasi Anak ini mencakup beberapa masalah:
• Banyaknya pelanggaran-pelanggaran tentang hak asasi anak di Indonesia ini
• Kurangnya pengertian dalam masyarakat bahwa anak adalah generasi mendatang
• Dengan gangguan psikis dalam anak akan mengganggu perkembangan anak selanjutnya
• Banyaknya praktek-praktek perdagangan anak dalam kehidupan nyata
• Banyak hak anak yang terabaikan oleh orang tua, termasuk pendidikan yang layak
• Mempekerjakan anak di bawah umur adalah pelanggaran hak asasi anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM
• HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).
• Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United
Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
• John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
“Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”
B. Dasar-dasar HAM
Hak asasi adalah hak mendasar yang dimiliki setiap manusia semenjak ia lahir. Hak pertama yang
dimiliki adalah hak untuk hidup Undang-undang No. 39 tahun 1999 pasal 9, ayat:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf hidupnya
2. Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan waktu yang baik dan sehat.
HAM di Indonesia secara tegas diatur dalam Undang-undang No. 39 tahun 1999 pasal 2, tentang :
“Negara republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang
harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan”.
Hak asasi anak:
Konvensi Hak-Hak Anak di Jenewa (Convention On The Right of The Child)
(1) Setiap anak berhak mendapat jaminan perlindungan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan anak;
(2) Setiap anak memiliki hak yang merupakan kodrat hidup:
(3) Negara menjamin kelangsungan hidup dan pengembangan anak;
(4) Bagi anak yang terpisah dari orangtuanya, berhak mempertahankan hubungan pribadi dan kontak
langsung secara tetap;
(5) Setiap anak berhak mengembangkan diri, menyatakan pendapatnya secara bebas, kemerdekaan
berpikir dan beragama;
(6) Setiap anak berhak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
perlakuan salah, termasuk penyalahgunaan seksual:
(7) Setiap anak berhak mendapat pelayanan kesehatan, perawatan dan pemulihan kesehatan, dengan
sarana yang sebaik-baiknya:
(8) Setiap anak berhak mendapat pendidikan dasar secara Cuma-cuma, yang dilanjutkan pendidikan
menengah, umum, kejuruan, pendidikan tinggi sesuai sarana dan kemampuan,
(9) Setiap anak berhak mendapat pemeliharaan, perlindungan atau perawatan kesehatan rohani dan
jasmani secara berkala dan semaksimal mungkin;
(10) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam rekreasi yang
sesuai dengan usia anak.
Meskipun di Indonesia telah diatur Undang-undang tentang HAM, namun masih banyak
pelanggaran-pelanggaran yang kerap ditemui. Salah satunya adalah perlanggaran hak asasi
perlindungan anak. Sedangkan hal tersebut telah mendapatkan kekuatan hukum yang diatur dalam
Undang-undang No.4 tahun 1979 diatur tentang kesejahteraan anak, undang-undang No.23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, Undang-undang No.3 tahun 1997 tentang pengadilan anak,
Keputusan presiden No.36 tahun 1999 tentang ratifikasi konversi hak anak.
Ada banyak kasus tentang pelanggaran hak atas anak, sebagai contoh adalah pernikahan pada anak,
minimnya pendidikan, perdagangan anak , penganiayaan anak dan mempekerjakan anak di bawah
umur. Pernikahan dini pada anak banyak terjadi di pedesaan, 46,5% perempuan menikah sebelum
mencapai usia 18 tahun dan 21,5% menikah sebelum usia 16 tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlunya sanksi tegas atas pelanggarn hak asasi anak
2. Hapuskan segala eksploitasi anak di bumi Indonesia ini, karena anak adalah penerus bangsa ini
3. Berikan pendidikan yang layak bagi anak-anak
4. Berikan kebebasan anak dalam memilih kelangsungan hidupnya
B. Saran
Penulis ingin menyampaikan beberapa pesan kepada pembaca, antara lain:
1. Untuk selalu menambah ilmu
2. Hendaklah kita sebagai manusia selalu menjaga segala sesuatu yang telah diberikan dan dicitakan
Allah
3. Hendaklah kita selalu mengenang jasa-jasa dan kerja keras orang tua kita sehingga kita dapat
menempuh jejnjang pendidikan tinggi
4. Hendaklah kita selalu mendoakan yang terbaik bagi orang tua kita
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Azhary. 1995. Negara Hukum Indonesia: Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, UI
Press, Jakarta
.
Garungan, WA. 1987. Psikologis sosial. PT Eresco. Bandung.
http://suarahayatun.blogspot.co.id/2010/05/makalah-hak-asasi-anak.html
http://usiadinipendidikananak.blogspot.co.id/p/hak-hak-anak-usia-diniindonesia-hakikat.html
HAK-HAK ANAK USIA DINI INDONESIA
Hakikat Hak Anak
Dalam memahami anak, setidaknya terdapat dua perspektif utama, yaitu; 1) Anak sebagai
fenomena biologis dan psikologis, dan 2) Anak sebagai fenomena sosial dan legal.
Anak sebagai manusia, memiliki hak asasi. Hak asasi manusia diartikan sebagai hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapapun. Adapun bidang dan jenis hak asasi manusia di dunia secara umum meliputi; hak asasi pribadi,
hak asasi politik, hak asasi hukum, hak asasi ekonomi, hak asasi peradilan, serta hak asasi sosial budaya.
Sedang hak asasi manusia Indonesia dituangkan dalam undang-undang nomor 39 tahun1999 tentang hak
asasi manusia, menyebutkan bahwa jenis-jenis hak asasi manusia di Indonesia meliputi, hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak
wanita serta hak anak.
Terkait hak anak, terutama yang tertuang dalam KHA (Konvensi Hak Anak) secara umum adalah
bahwa; setiap anak berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan terbaik, setiap anak berhak untuk
memperoleh pendidikan, setiap anak berhak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang
berbahaya serta setiap anak berhak atas tingkat hidup yang layak.
Sumber lain yang dapat menunjukkan tentang hak-hak anak dapat disimak dalam UU No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam undang-undang tersebut secara eksplisit menyebutkan bahwa
setiap anak Indonesia memiliki hak sebagai berikut; hak untuk hidup; hak anak untuk dilindungi orangtua,
keluarga, masyarakat, dan negara; hak anak untuk beribadah; hak anak untuk dilindungi secara hukum dari
tindak kekerasan fisik, mental, dan penelantaran; hak pendidikan,; hak untuk beristirahat dan berekspresi; hak
memperoleh kesehatan; hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial.
Jadi jika disimpulkan hak-hak setiap anak meliputi hak untuk; dilahirkan, memiliki nama dan
kewarganegaraan; memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi anak; hidup dalam komunitas yang
aman, damai, dan lingkungan yang sehat; mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan
aktif; mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; diberikan kesempatan bermain
dan waktu santai; dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan, kekerasan dan dari mara bahaya;
dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; mengekspresikan pendapat sendiri.
Beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara,antara lain ialah sebagai berikut; mengakui
hak-hak anak yang dirumuskan dalam konvensi; melakukan langkah-langkah legislatif; melakukan langkah-
langkah administratif; melakukan langkah-langkah budgetair; melakukan langkah-langkah pendidikan;
melakukan kerja sama internasional, bilateral, maupun multilateral, melibatkan dan bekerjasama dengan
badan-badan PBB, organisasi-organisasi non pemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional; tidak
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hak-hak yang bersifat negatif.
Anak merupakan generasi penerus bangsa. Mendidik anak merupakan tanggungjawab orang tua yang tidak
mudah. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik, pola asuh yang diterapkan pun
juga harus baik. Sayangnya, banyak orang tua yang belum terlalu paham mengenai hal ini. Beberapa orang
menganggap anak dengan perilaku yang buruk adalah ulah mereka sendiri. Padahal, pola asuh orang tua lah
yang sangat berperan penting dalam membentuk karakter anak.
ads
Pola asuh yang baik harus diterapkan sejak usia dini. Pola asuh yang baik juga memiliki beberapa pokok
yang perlu diperhatikan agar pola asuh anak menjadi efektif. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-
beda sehingga orang tua harus selalu berfikir kreatif untuk menyesuaikan pola asuh mereka. Berikut ini
beberapa Pola Asuh Anak Usia Dini secara efektif.
Ayah dan ibu sebaiknya sering berdiskusi mengenai tumbuh kembang anak. Tetapkan nilai nilai dalam
keluarga secara bersama. Diskusikan setiap kebutuhan tumbuh kembang anak Anda. Ayah dan Ibu harus
sependapat dan sejalan dalam mendidik anak. Jangan sampai salah satu berkata boleh dan yang satunya
berkata tidak. Hal tersebut bisa membuat anak Anda semakin bingung. Kekompakan ayah ibu juga melatih
anak untuk baik dalam lingkungan berkelompok dan kemampuan kerja sama dengan orang lain yang lebih
baik.
Anak selalu melihat dan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Berikan contoh yang baik agar
anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik. Ajarkan anak tentang perilaku yang seharusnya
dan tidak seharusnya. Berikan pujian atas tindakan anak yang baik dan diskusikanlah dengan anak apabila
dia bertindak tidak baik. Berikan pemaparan yang bisa dimengerti dengan mudah agar anak tidak mengulangi
hal tersebut lagi.
baca juga :
3. Komunikasi Efektif
Pola Asuh Anak Usia Dini yang efektif juga ditumpu oleh komunikasi efektif. Komunikasi adalah kunci utama
dari setiap hubungan. Komunikasi yang intensif dan efektif membantu perkembangan anak dari segi
sosialnya. Semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak, anak menjadi lebih percaya diri, lebih ceria,
dan mempengaruhi kecerdasan anak. Sering- seringlah ajak anak untuk berkomunikasi bisa melalui
menceritakan apa yang dilakukan di sekolah, melatih anak memberikan pendapat tentang hal hal di
sekitarnya, ataupun membuka pertanyaan terbuka agar anak aktif bercerita.
Dalam hal komunikasi efektif ini, orang tua usahakan untuk menatap pada anak secara langsung agar anak
merasa diperhatikan. Jangan berusaha berkomunikasi banyak sambil melakukan hal lain dengan sibuk.
Pastikan interaksi Anda dengan anak berjalan efektif. Dengan bergitu anak juga akan tumbuh menjadi anak
yang mendengarkan kata- kata orang tuanya.
baca juga :
Kepribadian Ambivert
Fobia Sosial
4. Disiplin
Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak. Anda bisa mengajarkannya dari hal hal kecil seperti
merapikan mainannya setelah digunakan, membersihkan tempat tidur, menaruh barang pada tempatnya
dengan rapi, atau lainnya. Pola disiplin ini sesuai dengan tahap usia anak. Pada anak dengan usia sekolah,
Anda bisa mengajarkannya membuat jadwal harian dan memberikan reward misal stiker pada kegiatan yang
sudah dilakukan. Penerapan pola disiplin membentuk anak untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Orang tua harus konsisten terhadap ppenjelasan yang diberikan pada anak. Misalnya apabila batuk tidak
boleh minum es. Namun ketika tidak batuk anak diperbolehkan minum es sebanyak apapun. Berikan
penjelasan yang sesuai sehingga dalam beberapa situasi Anda tidak perlu mencari alasan- alasan lain untuk
anak bisa mengerti. Berikan penjelasan yang akurat dan dimengerti anak. Dalam beberapa situasi yang
sama, pada akhirnya anak akan mengerti dan bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak
tanpa harus memaksakan diri.
Baca juga :
Apabila anak berbuat baik, berikan pujian, pelukan, atau ciuman agar anak merasa senang dan bangga
melakukan hal tersebut. Penghargaan seperti demikian akan memicu anak untuk melakukan hal- hal baik
lainnya. Perhatikan setiap respon yang diberikan anak meski hal tersebut sangat kecil, dan berikan pujian.
Menurut penelitian otak anak akan berkembang baik dari setiap pujian yang diberikan orang tua dan
sebaliknya sel syaraf anak mengalami kematian setiap anak dimarahi atau merasa tertekan.
baca juga :
ads
7. Sopan Santun
Ajarkan anak untuk mengenal sopan santun pada orang lain dan orang yang lebih tua. Bawa anak untuk
melihat dan mempraktekkan interaksi dengan orang lain seperti menjawab pertanyaan, mengucap permisi,
tersenyum, berjabat tangan, mengucap terima kasih, menundukkan kepala, dan lainnya. Orang tua juga harus
memberikan contoh dan menyuruh anak untuk melakukan hal tersebut dalam rangka menghargai orang yang
lebih tua. Perilaku sopan santun ini akan membentuk anak menjadi peduli dengan interaksi dengan orang lain
dan berfikir sebelum bertindak.
Agama merupakan pedoman hidup setiap umat yang wajib diajarkan sejak dini. Agama mengajarkan
kebaikan dan pembentukan karakter berdasarkan agama baik untuk membentuk anak. Agama mengajarkan
akan Tuhan, surga, dan neraka. Pemahaman dasar itu akan membentuka nak memiliki rasa takut untuk
berbuat hal yang buruk karena takut masuk neraka. Sebaliknya perbuatan baik akan membawanya ke surga
sehingga anak akan berlomba- lomba melakukan kebaikan.
baca juga :
Psikologi Agama
Psikologi Islam
9. Pola Demokratis
Berikan kesempatan setiap saat pada anak untuk mengungkapkan perasaannya dan pendapatnya tentang
sesuatu. Orang tua mendengarkan dengan seksama, apabila pendapat anak melenceng orang tua harus
meluruskan.
Anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Hal ini
membuat hubungan anak dengan orang tua juga semakin mudah.
Apabila orang tua menerapkan pola demokratis yang senantiasa mendengarkan dan bertukar pendapat
dengan anak, hal ini tidak akan terjadi. Anak akan tahu bagaimana cara untuk menyampaikan keinginannya
dan dia bisa mendapatkan hal tersebut sesuai dengan keinginannya melalui komunikasi yang baik.
baca juga :
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Emosional
Perbedaan generasi orang tua dengan generasi anak patut dipertimbangkan. Pada generasi masa kini,
banyak hal yang justru dulunya dianggap tidak penting namun saat ini justru berkembang baik. Berbagai
profesi kreatif juga bermunculan dan lebih memiliki prospek yang tinggi dari hanya sekedar pegawai kantoran
atau pegawai negeri yang dulunya sangat diimpikan semua orang tua.
Orang tua harus bersikap terbuka terhadap keinginan, bakat, dan cita- cita anak. Orang tua juga harus
senantiasa mendukung dan membantu anak dalam meraih cita- citanya. Semua itu tentu tidak terlepas dari
pengawasan orang tua.
Hal ini hampir mirip dengan melatih kedisiplinan pada anak. Terkadang anak saat menginginkan sesuatu
merasa harus dituruti, berlaku seenaknya, manja, melakukan kesalahan disengaja, menangis tanpa alasan,
bertengkar dengan teman, atau situasi lainnya. Orang tua harus tegas dan siap mengambil langkah ketika
situasi seperti ini terjadi.
Cara mendisiplinkan anak dari perilaku seenaknya ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Cara- cara ini
sudah sangat sering dipraktekkan dalam dunia parenting yaitu seperti memberikan hukuman yang sama tiap
kali anak melakukan hal negatif. Contohnya, apabila anak melakukan kesalahan hukum anak dengan berdiri,
kedua tangan diangkat selama 5 menit.
baca juga :
Psikologi Anak
Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
Psikologi Kepribadian
Orang tua juga harus senantiasa selalu belajar dan belajar karena anak akan terus tumbuh dan berkembang
memunculkan sifat – sifat baru yang mungkin terkadang cukup unik dan perlu diarahkan agar tidak
melenceng ke arah negatif.