Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunitas III
Dosen Pengampu :
Kelompok 4:
Indah Oktaviani
MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2014
LAPORA PENDAHULUAN
A. ISPA
1. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain (Suhandayani, 2007).
3. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan
umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5
tahun (Muttaqin,
2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur
kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c) Kesadaran Menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding
dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis atau meronta)
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2
bulan-5 tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan
sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika
dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang
berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit
pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah
tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat
digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai
bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut. c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak
tampak gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.
7. Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan
kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari
tiga tujuan
program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya
penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA).
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA
meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002)
:
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting
agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan
frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal,
mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan
auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi
ISPA sebagai berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya
tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa
napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia..
c. Pengobatan
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap,
dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut
yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan
demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau
petugas kesehatan.
e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut
diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak
dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
8. Pencegahan ISPA Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara
lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan
mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain
penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat
sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan
teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang
baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di
dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap
tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi
yang baik
dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar
tetap segar dan sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan
oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah
terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri
di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang
melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei
(sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh
secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran
antara bibit penyakit)
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
DENGAN KASUS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA)
Kasus :
Berdasarkan penuturan pemilik pabrik kelom bertempat di noenoeng Kota.
Tasikmalaya, bahwa pekerjanya sebanyak 10 orang mengalami penyakit ISPA . Pekerja
ditempat tersebut berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 7 orang
perempuan. Usia pekerja rata- rata usia 30 tahun ke atas sebanyak 10 orang dan yang
dibawah 30 tahun sebanyak 20 orang.
Setelah dilakukan penelsuran kepada para pekerja, awalnya mereka mengeluh sakit
tenggorokan, batuk, pilek, dan sesak nafas.
2. Tabulasi Data
a. Data Demografi
Jumlah Pekerja : 30 orang
Mayoritas Agama : Islam
Luas : 600 m2
Batas wilayah : Depan, samping kanan, samping
kiri dan belakang rumah dibatasi oleh rumah penduduk
Tempat yankes : Puskesmas tawang
Jarak yankes : Puskemas Tawang ± 3 km
Cara mencapai lokasi yankes : bisa dijangkau oleh roda 4
b. Distribusi pekerja yang terkena penyakit
Pekerja yang sudah menderita 10 orang
Pekerja yang baru mengalami gejala 5 orang
Pekerja yang tidak mengalami 15 orang
Dari jumlah keseluruhan pekerja 30 orang
Bermasalah : 15 orang
Tidak bermasalah : 15 orang
c. Distribusi pekerja yang punya masalah kesehatan
Personal hygiene pekerja :
a) Menggunakan masker : 15 orang
b) Tidak menggunakan masker : 15 orang
B. ANALISA DATA
1. Klasifikasi Data
Frekuensi Keseluruhan
Klasifikasi Jumlah
(%)
a. Pekerja yang sudah menderita
ISPA 10 orang 33,33%
2. Interpretasi Data
No Interpretasi Data Masalah Keperawatan
1. Ds: Para pekerja mengatakan sering Resiko peningkatan
batuk pilek dan sesak penyakit ISPA
Do:
- 10 orang mengalami ISPA
- 5 orang Baru mengalami gejala
ISPA
2. Ds: pekerja mengatakan tidak Kurang pengetahuan
mengetahui tentang ISPA
Do:
- 15 orang pekerja tidak memakai
masker
3. Prioritas Masalah
PRIORITAS
Jumlah nilai
penyelesaian masalah
masalah
2 1 x 5 2 x 10 2 x 5 1 x 7 3 x 8 1 x 8 74 2
=5 = 20 = 10 =7 = 24 =8
C. DIAGNOSA
1. Resiko peningkatan penyakit ISPA ditandai dengan :
a. 10 orang mengalami ISPA
b. 5 orang baru mengalami gejala ISPA
2. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan ditandai dengan :
a. 15 orang pekerja tidak memakai masker
D. INTERVENSI
1. Prevensi primer
a. pemeriksaan kesehatan pada para pekerja
b. Berikan pendidikan kesehatan lingkungan pada pemilik dan
pekerja
c. Cegah masalah yang berkaitan dengan penyakit ISPA
d. Tingkatkan keterampilan koping
e. Laksanakan kunjungan ke home industri
2. Prevensi Sekunder
a. Lakukan screening
b. Laksanakan system rujukan
c. Laksanakan konseling
d. Lakukan tindakan pelayanan keperawatan
3. Prevensi tersier
a. Berikan kompensasi untuk para pekerja
b. Cegah komplikasi
c. Cegah efek yang ditimbulkan
E. IMPLEMENTASI
1. Primer
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada para pekerja
b. Memberikan pendidikan kesehatan pada para pekerja
c. Mencegah masalah yang berkaitan dengan penyakit ISPA
d. Meningkatkan keterampilan koping
e. Melaksanakan kunjungan ke home industri
2. Sekunder
a. Melakukan screening
b. Melaksanakan system rujukan
c. Melaksanakan konseling
d. Melakukan tindakan pelayanan keperawatan
3. Tersier
a. Melakukan pencegahan recurrent condisial
b. Melakukan pencegahan komplikasi
c. Melakukan pencegahan efek yang ditimbulkan
F. EVALUASI
S : Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali dalam sebulan, pemilik home
industri “KELOM” mengatakan jumlah penderita penyakit ISPA pada
pekerjanya masih belum teratasi
O : para pekerja di kelom tampak banyak yang tidak bekerja
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi