Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN BAKTERI SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI

DALAM MEREDUKSI LIMBAH ORGANIK DANAU EBONY


PANTAI INDAH KAPUK JAKARTA UTARA

MIFTAHUSSALAM

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Bakteri
sebagai Agen Bioremediasi dalam Mereduksi Limbah Organik Danau Ebony
Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, Agustus 2014

Miftahussalam
NIM C24100061
ABSTRAK
MIFTAHUSSALAM. Penerapan Bakteri sebagai Agen Bioremediasi dalam
Mereduksi Limbah Organik Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI dan INNA PUSPA AYU.

Danau Ebony yang menerapkan polder system sebagai penampung air


diindikasikan banyak menerima bahan organik yang dapat menyebabkan
tingginya beban bahan organik perairan danau. Masuknya limbah organik ke
perairan dalam jumlah berlebih akan menyebabkan meningkatnya beban nutrient
ke perairan. Selain itu, juga akan memicu pertumbuhan mikroalga secara cepat
yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Bakteri dapat
digunakan sebagai agen bioremediasi limbah organik Danau Ebony. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan bakteri tipe VannaPro dan Super PS mampu
mereduksi limbah organik. Waktu efektif bakteri dalam mereduksi limbah organik
adalah pada 6 hari pertama. Perlakuan yang paling efektif dalam mereduksi limbah
organik adalah VannaPro. Perlakuan tersebut mampu menurunkan nilai COD
mencapai 88,71% pada hari ke-6 dan meningkatkan jumlah koloni bakteri hingga
51,6 x 105 cfu/mL. Dosis bakteri yang efektif dalam mereduksi limbah organik
Danau Ebony adalah VannaPro dua kali dosis anjuran.

Kata kunci: bakteri, bioremediasi, limbah organik

ABSTRACT

MIFTAHUSSALAM. Application of Bacteria as Bioremediation Agents to


Reduce Organic Waste of Ebony Lake, Pantai Indah Kapuk, North Jakarta.
Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI and INNA PUSPA AYU.

Ebony Lake has polder system water reservoir that was indicated to bring in
high load of organic matter to the lake waters. It will lead to increase nutrient
richness of waters. In addition, it will also lead rapid growth of microalgae that
can disrupt the balance of aquatic ecosystems. Two types of bacteria (Super PS
and VannaPro) were used as organic waste bioremediation agents in Ebony Lake.
The results showed that types of bacteria able to reduce organic waste. The
effective time of the bacteria in reducing organic waste was in the first 6 days.
VannaPro treatment was more effective in reducing organic waste, The treatment
can lower the value of COD reached 88% on day 6 and increase the number of
colonies reached 51,6 x 105 cfu/mL. Dose of bacteria that are effective in
reducing organic waste Ebony Lake is double of recommended dose.

Keywords: bacteria, bioremediation, organic waste


PENERAPAN BAKTERI SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI
DALAM MEREDUKSI LIMBAH ORGANIK DANAU EBONY
PANTAI INDAH KAPUK JAKARTA UTARA

MIFTAHUSSALAM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi Penerapan Bakteri Sebagai Agen Bioremediasi . dalam
Mereduksi Kandungan Limbah Organik Danau Ebony Pantai
Indah Kapuk Jakarta Utara
Nama Miftahussalam
NIM c24100061
Program Studi Manaj emen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh

A-
Dr h Niken TM Pratiwi. MSi
tL '.--.--

Inna Puspa Ayu. SPi MSi


Pernbimbing I Pembimbing II

ranggall,ulus: 1 4 0
B 2A 14
PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul “Penerapan Bakteri Sebagai Agen Bioremediasi dalam Mereduksi
Limbah Organik Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara” ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:

1 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi
kepada Penulis
2 Beasiswa BIDIKMISI DIKTI yang telah membiayai kuliah Penulis di
Institut Pertanian Bogor.
3 Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi dan Inna Puspa Ayu, SPi MSi selaku dosen
pembimbing skripsi.
4 Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku penguji tamu Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan.
5 Ali Mashar, SPi, MSi Selaku pembimbing akademik.
6 Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi selaku komisi pendidikan Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan.
7 Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti penelitian mikrobiologi perairan serta atas nasihat dan
motivasi yang diberikan.
8 Bukit Golf Mediterania Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara yang telah
mendanai penelitian.
9 Keluarga tercinta (Ayah, Ibu, dan Adik) atas doa, kasih sayang, dan
semangat kepada Penulis.
10 Keluarga besar Laboratorium Biomikro, Produktivitas dan Lingkungan
Perairan MSP, serta seluruh staf Tata Usaha Departemen MSP, FPIK, IPB.
11 Sahabat terbaik: Dewi, Ramdhan, Fachmi, dan Arif.
12 Teman-teman MSP 47 yang sudah membantu.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di


masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Miftahussalam
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN  
Latar Belakang 1 
Perumusan Masalah 2 
Tujuan Penelitian 2 
METODE  
Waktu dan Tempat 2 
Bahan dan Alat 3 
Tahapan Penelitian 3
Pengambilan contoh 3 
Tahap persiapan 4 
Pelaksanaan penelitian 4 
Analisis Data 5 
Sidik ragam RAL in time 5 
Uji lanjut Duncan multiple range test (DMRT) 6 
Analisis pertumbuhan bakteri 6 
Persen perubahan nilai kualitas air 6
Penentuan perlakuan yang efektif dalam mereduksi limbah organik
Danau Ebony 6
HASIL DAN PEMBAHASAN  
Hasil 7
Penentuan tipe bakteri 7
Jumlah koloni bakteri 7 
Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand (COD) 8
Kekeruhan 8 
Amonia (NH3-) 9 
Suhu 9 
Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) 10
Kondisi pH 10
Perlakuan yang efektif dalam mereduksi limbah organik
Danau Ebony 11 
Penentuan dosis yang tepat 11
Pembahasan 12 
KESIMPULAN DAN SARAN  
Kesimpulan 15 
Saran 15 
DAFTAR PUSTAKA 16 
LAMPIRAN 18 
RIWAYAT HIDUP 25 

v
DAFTAR TABEL
1 Metode untuk mengukur parameter kualitas air (APHA, AWWA,
WEF 2012) 5 
2 Sidik ragam RAL in time penerapan bakteri (Mattjik dan
Sumertajaya 2000) 5
3 Nilai hasil perhitungan matrik setiap parameter 11 

DAFTAR GAMBAR
1 Skema perumusan masalah penerapan bakteri 2
2 Lokasi pengambilan contoh air Danau Ebony 3 
3 Perubahan jumlah koloni bakteri selama penelitian 7 
4 Konsentrasi COD selama penelitian 8 
5 Kekeruhan selama penelitian 8 
6 Konsentrasi amonia (NH3-) selama penelitian 9 
7 Suhu selama penelitian 9 
8 Konsentrasi DO selama penelitian 10 
9 Kondisi pH selama penelitian 10 
10 Konsentrasi COD selama penelitian lanjutan 11
11 Hubungan konsentrasi COD dan kekeruhan pada penerapan
VannaPro 13 
12 Hubungan konsentrasi COD dan amonia pada penerapan VannaPro 14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data jumlah koloni bakteri (cfu/mL) selama penelitian 18 
2 Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari parameter COD 18 
3 Hasil analisisragam, dan uji lanjut Duncan dari parameter
kekeruhan 19
4 Hasil analisis ragam, dan uji lanjut Duncan dari parameter amonia 20 
5 Suhu selama penelitian 22
6 Oksigen terlarut (Dissolved oxygen atau DO) selama penelitian 22 
7 Kondisi pH selama penelitian 23
8 Hasil penentuan skor dan nilai terboboti masing-masing perlakuan
pada matrik. 23 
9 Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari parameter COD
VannaPro dua kali dan tiga kali dosis 24 

vi
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Danau Ebony merupakan sebuah danau buatan yang berada di perumahan


Bukit Golf Mediterannia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Danau ini
dinamakan Danau Ebony karena danau tersebut mengelilingi cluster Ebony
perumahan Bukit Golf Mediterania. Pembuatan danau seluas 6 hektar ini
bertujuan sebagai penampung air yang berasal dari hujan dan penunjang estetika
perumahan. Disamping itu danau tersebut juga digunakan untuk mendukung
polder system yang merupakan sistem tata air di kawasan tersebut.
Polder system adalah sistem tata air yang diterapkan untuk melindungi
daerah rendah dengan ketinggian dibawah permukaan laut. Penerapan polder
system dilakukan dengan membuat tanggul disekeliling kawasan tersebut sebagai
penahan air laut ketika pasang.
Cluster Ebony merupakan bagian cluster perumahan Bukit Golf
Mediterania Pantai Indah Kapuk yang dikelilingi oleh Danau Ebony. Aktivitas
domestik dan lainya pada cluster Ebony, seperti rumah makan pada daerah
tersebut, umumnya menghasilkan limbah yang kemudian disalurkan ke Danau
Ebony.
Sebagian besar komposisi bahan pencemar dari air limbah yang dihasilkan
pada Danau Ebony adalah bahan organik. Kandungan limbah organik yang tinggi
pada Danau Ebony menyebabkan daya guna perairan danau berkurang. Limbah
organik dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan meningkatnya beban nutrien
dalam perairan. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan
(Bureau dan Hua 2010). Metode biologi merupakan cara yang efektif dalam
upaya pengelolaan air limbah organik. Pengolahan limbah organik secara biologi
dalam pengendalian pencemaran air adalah proses bioremediasi (Priadie 2012).
Beberapa metode biologi yang dapat digunakan adalah metode kolam stabilisasi
limbah, rawa buatan, dan lumpur aktif (Puspita et al. 2005). Pada metode lumpur
aktif dalam pengelolaan air limbah organik, digunakan bakteri dalam mereduksi
kandungan limbah organik.
Bioremediasi menggunakan bakteri dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan
tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut (Priadie 2012).
Dalam hal ini agen bioremediasi memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai
sumber proteinnya untuk meningkatkan biomassa (Perelo 2010). Pada saat proses
bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi
metabolit yang tidak beracun dan berbahaya. Oleh karena itu diperlukan
penelitian terkait penggunaan bakteri sebagai agen bioremediasi dalam
pengolahan air limbah danau Ebony, Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk,
Jakarta Utara.
2

Perumusan Masalah

Danau Ebony, yang berfungsi sebagai penampung air dan menerapkan


polder system, diindikasikan banyak menerima limbah organik. Masuknya
limbah organik ke perairan dalam jumlah berlebih akan menyebabkan
meningkatnya beban nutrien dalam perairan, yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem perairan (Akinrotimi et al. 2011).
Salah satu upaya untuk menurunkan kandungan bahan organik dari danau
tersebut adalah dengan pendekatan biologis (bioremediasi) menggunakan bakteri.
Pada proses bioremediasi, bakteri akan memanfaatkan secara langsung limbah
organik yang terkandung pada perairan danau. Peran bakteri dapat dilihat melalui
hasil analisis kualitas air dan keberadaan bahan organik yang menunjukkan
peningkatan kualitas air dan biomassa bakteri.

Limbah Bahan Peningkatan


Organik Kualitas Air

Air Danau
Ebony Keberadaan
Bioremediasi Bahan Organik
menurun
Bakteri (+)
Biomassa
(-) Bakteri

Gambar 1 Skema perumusan masalah penerapan bakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan kualitas air melalui


penerapan bakteri sebagai agen bioremediasi dan menentukan dosis bakteri yang
sesuai dalam mereduksi limbah organik Danau Ebony Pantai Indah Kapuk Jakarta
Utara pada skala laboratorium.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Kegiatan penelitian


dilakukan pada skala laboratorium, bertempat di Laboratorium Bio-Mikro I serta
Laboratorium Fisika dan Kimia Lingkungan, Bagian Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bakteri tipe VannaPro yang mengandung


empat strain bakteri Bacillus spp. dan tipe Super PS yang mengandung
Rhodobacter sp. dan Rhodococcus sp. serta contoh air danau Ebony Bukit Golf
Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Bahan yang digunakan untuk
analisis parameter kimia perairan dan jumlah koloni bakteri meliputi reagen untuk
analisis COD, amonia, dan media agar.
Peralatan yang digunakan selama penelitian meliputi peralatan pengumpul
air limbah, perangkat media tumbuh bakteri, sterilisasi media, penghitung jumlah
koloni bakteri dan analisis kualitas air, serta wadah perlakuan yang digunakan
berupa akuarium (30x30x30 cm3). Peralatan pengumpul air limbah meliputi
ember, drigen, tandon air (500 L), dan gelas ukur 1 L. Perangkat media tumbuh
bakteri, sterilisasi media, dan penghitung jumlah koloni bakteri meliputi tabung
reaksi, cawan petri, autoclave, oven, timbangan digital, labu erlenmeyer, pipet,
pemanas bunsen, dan stirer. Peralatan analisis kualitas air meliputi DO-meter,
pH-meter, turbidimeter, spektrofotometer, labu erlenmeyer, gelas piala, gelas
arloji, pipet, dan bulb.

Tahapan Penelitian

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh air dilaksanakan pada bulan Juni 2013 bertempat di


Danau Ebony, Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Lokasi
pengambilan contoh air disajikan pada Gambar 2. Pengambilan contoh air
dilakukan pada satu titik karena diasumsikan arah angin menuju lokasi tersebut,
sehingga bahan organik terkumpul di lokasi tersebut.

Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh air Danau Ebony


4

Tahap Persiapan

Penelitian dipersiapkan dengan rancangan pengamatan berulang (repeated


measures) dengan 3 perlakuan, 3 ulangan, dan 7 waktu pengukuran dalam selang
waktu 3 hari. Hal ini dikarenakan selang waktu pengamatan disesuaikan terhadap
siklus hidup bakteri, menurut Krisanti et al. (2009) bakteri memulai fase
eksponensial pada hari ketiga. Pada penelitian ini, pengamatan terhadap respon
dalam setiap satuan percobaan dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang
berbeda selama penelitian. Hal semacam ini biasa disebut dengan pengamatan
berulang atau repeated measures. Waktu pengamatan seolah-olah dipandang
sebagai faktor tambahan, sehingga dalam repeated measures dipandang sebagai
rancangan dua faktor dengan pola split-plot. Faktor yang dicobakan dialokasikan
sebagai petak utama, sedangkan waktu pengamatan dialokasikan sebagai anak
petak (Gomez & Gomez 1995). Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000)
percobaan demikian sering diberi nama sesuai dengan rancangan dasar yang
dipakai ditambah “dalam waktu” (in time). Model linier dari rancangan
pengamatan berulang disajikan sebagai berikut.

yijk = µ + ρi(j) + αj + βk + (αβ)jk + ε(ijk)

Keterangan:
yijk : nilai pengamatan pada ulangan ke–i, perlakuan ke–j, dan waktu
pengamatan k
µ : rataan umum
ρi(j) : pengaruh acak dari ulangan ke–i pada perlakuan ke–j yang menyebar
normal
αj : pengaruh perlakuan ke-j
βk : pengaruh waktu ke-k
(αβ)jk : pengaruh interaksi perlakuan ke-j dan waktu ke-k
ε(ijk) : pengaruh acak interaksi waktu dengan perlakuan yang menyebar normal

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian meliputi dua tahapan, yaitu penentuan tipe bakteri dan dosis
bakteri yang tepat dalam mereduksi kandungan limbah organik Danau Ebony.
Parameter yang diamati meliputi parameter fisika dan kimia air serta parameter
biologi dari bakteri. Air danau Ebony yang dimasukkan kedalam akuarium
sebanyak 18 L. Bakteri tipe VannaPro dimasukkan dalam bentuk serbuk dengan
dosis 80 mg/m2 dan Super PS dimasukkan dalam bentuk cair dengan dosis 4
mg/L. Pada tahap penentuan tipe bakteri, pengukuran parameter kekeruhan,
COD, dan amonia dilakukan tiga hari sekali, sedangkan pada tahap penentuan
dosis yang tepat dilakukan setiap hari. Parameter kualitas air DO, suhu, dan pH
diukur dua kali sehari, yaitu pada pukul 06.00 dan 14.00 WIB selama penelitian.
Parameter biologi bakteri adalah jumlah koloni bakteri yang dihitung tiga hari
sekali. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air
tersebut disajikan pada Tabel 1.
5

Tabel 1 Metode untuk mengukur parameter kualitas air (APHA, AWWA, WEF
2012)
Parameter Unit Metode Alat ukur
%pertumbuhan cfu/mL cawan petri* Standard plate
bakteri count (SPC)
o
Suhu C Probe elektroda Termometer digital
Kekeruhan NTU Pembiasan Turbidity meter
DO mg/L Probe elektroda DO meter
pH - Probe elektroda pH meter
COD mg/L Heat of dilution Spektrofotometrik
procedure
Amonia mg/L Phenate Spektrofotometrik
*Sumber : Fardiaz (1989)
Penelitian untuk menentukan dosis bakteri yang tepat dalam mereduksi
limbah organik dilakukan selama 3 hari. Pada tahap ini digunakan tipe bakteri
yang lebih baik dalam mereduksi limbah organik. Dosis yang digunakan adalah
dua kali dan tiga kali dosis anjuran pada penelitian tahap pertama.

Analisis Data

Sidik Ragam RAL in time

Sidik ragam digunakan untuk mengetahui pengaruh antara perlakuan dan


waktu pengamatan serta interaksi antara perlakuan dan waktu pengamatan
terhadap penurunan bahan organik (COD) serta terhadap beberapa parameter
kualitas air (kekeruhan, pH, suhu, dan DO). Sidik ragam rancangan pengamatan
berulang (repeated measures) pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sidik ragam RAL in time penerapan bakteri (Mattjik dan Sumertajaya
2000)
Sumber
Db JK KT Fhit Ftab
Keragaman
Perlakuan (A) a-1 JKA KTA KTA/KTGa Fα(dbA, dbGa)
Galat (a) a(n-1) JKGa KTGa
Waktu (B) b-1 JKB KTB KTK/KTGb Fα(dbB,dbGb)
Galat (b) a(b-1)(n-1) JKGb KTGb
Interaksi (AB) (a-1)-(b-1) JKAB KTAB KTAB/KTGb Fα(dbAB,dbGb)
Total abn-1 JKT

Uji pengaruh diperoleh dengan membandingkan nilai Fhit dan Ftab. Jika Fhit>
Ftab, maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan bakteri
dan/atau waktu pengamatan berpengaruh terhadap penurunan limbah organik dan
peningkatan kualitas air.
6

Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000), jika dalam kesimpulan uji


pengaruh diketahui bahwa perlakuan dan/atau waktu pengamatan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata, maka selanjutnya dilakukan uji pembandingan
berganda (uji lanjut) untuk menentukan perlakuan dan/atau waktu pengamatan
mana yang memberikan pengaruh. Dalam hal ini dapat diketahui penerapan
bakteri yang memiliki pengaruh berbeda nyata dalam menurunkan bahan organik.
Uji lanjut yang digunakan adalah Duncan multiple range test (DMRT) atau uji
perbandingan berganda Duncan.

Analisis Pertumbuhan Bakteri

Analisis pertumbuhan bakteri dilakukan melalui penghitungan jumlah


koloni bakteri dengan metode hitungan cawan (Fardiaz 1989). Penghitungan
bakteri dilakukan berdasarkan “standard plate count” (SPC) dengan jumlah
koloni bakteri yang dihitung berada dalam kisaran 30 sampai 300 cfu/mL dalam
pengenceran tertentu.

Persen Perubahan Nilai Kualitas Air

Perubahan nilai kualitas air diukur dan dianalisis untuk mengetahui


persentase perubahan yang terjadi pada akhir pengamatan. Rumus persentase
perubahan yang diacu dari Arifin (2000) adalah sebagai berikut.

a-b
% perubahan = x 100%
a

Keterangan:
a : nilai awal parmeter
b : nilai akhir parameter (setelah diolah)

Penentuan Perlakuan yang Efektif dalam Mereduksi Limbah Organik


Danau Ebony

Penentuan perlakuan yang memungkinkan proses bioremediasi paling


efektif dilakukan dengan menggunakan matrik. Kolom matrik berupa parameter
utama yang menunjukkan bakteri sebagai agen bioremediasi, sedangkan lajur
matrik adalah perlakuan. Matrik dibuat dengan memberikan skor kepada setiap
parameter. Data yang digunakan pada matrik adalah data mulai pengamatan H-0
hingga H-18. Nilai perubahan setiap parameter dikelompokkan ke dalam tiga
kelas. Pengelompokan bertujuan dalam pemberian skor. Peningkatan jumlah
koloni bakteri dan penurunan parameter kualitas air tertinggi diberi poin tertinggi
tiga.
Parameter kualitas air masing-masing diberi bobot, COD dan jumlah total
koloni bakteri diberi bobot tiga karena merupakan gambaran bahan organik dan
7

proses bioremediasi sehingga menjadi fokus utama. Parameter amonia dan


kekeruhan diberi bobot dua karena masih berhubungan dengan nilai COD yang
menunjukkan kandungan limbah organik. Setelah penentuan bobot dilakukan
perhitungan nilai terboboti yang diperoleh berdasarkan Wildan (2013) sebagai
berikut.

Bobot setiap parameter


Nilai terboboti= ×100%
Bobot total parameter

Penghitungan nilai acuan penentuan peringkat dilakukan dengan


mengalikan skor dengan nilai terboboti. Melalui nilai tersebut peringkat satu
(bioremediasi paling efektif) ditentukan berdasarkan total nilai tertinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan meliputi tipe dan dosis bakteri yang tepat
dalam mereduksi kandungan limbah organik. Hal ini diketahui berdasarkan
parameter utama dan pendukung yang terkait dengan penerapan bakteri sebagai
bioremediator dari perlakuan Kontrol (K), VannaPro (VP), dan Super PS (SP).

Penentuan Tipe Bakteri

Parameter utama yang terkait dengan penerapan bakteri sebagai


bioremediator secara langsung adalah jumlah total koloni bakteri, COD,
kekeruhan, dan amonia. Suhu, DO, dan pH merupakan parameter pendukung.

Jumlah koloni bakteri


Pertumbuhan bakteri ditentukan berdasarkan hasil penghitungan jumlah
koloni bakteri dengan metode hitungan cawan (Fardiaz 1989). Grafik
pertumbuhan bakteri selama penelitian disajikan pada Gambar 3.

10000000
1000000
100000 K
10000
cfu/mL

1000 VP
100 SP
10
1
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)
Gambar 3 Perubahan jumlah koloni bakteri selama penelitian
8

Jumlah koloni bakteri pada H-0 hingga H-3 relatif berkurang karena diduga
bakteri masih berada dalam fase adaptasi. Jumlah koloni bakteri tertinggi dicapai
pada H-6 dan H-9 (Lampiran 1).

Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand (COD)


Kebutuhan oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara
kimiawi (Kawabe dan Kawabe 1997). Nilai COD selama penelitian disajikan
pada Gambar 4.

120
100
COD (mg/L)

80
60 K
40
20 VP
0 SP
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)

Gambar 4 Konsentrasi COD selama penelitian


Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa konsentrasi COD mengalami
penurunan mulai dari H-0 hingga akhir pengamatan (Lampiran 2). Nilai
penurunan COD tertinggi terdapat pada perlakuan VannaPro dengan penurunan
mencapai 88% pada H-6, sedangkan Super PS memiliki nilai penurunan 80%
pada H-6.

Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air (Davis dan Cornwell 1991). Hasil pengukuran nilai kekeruhan selama
penelitian disajikan pada Gambar 5.

12
Kekeruhan (NTU)

10
8
6 K
4 VP
2 SP
0
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)

Gambar 5 Kekeruhan selama penelitian


9

Nilai kekeruhan memiliki pola yang relatif sama untuk setiap perlakuan.
Nilai kekeruhan berkisar antara 1,12-9,12 NTU. Penurunan tertinggi terdapat
pada perlakuan VannaPro sebesar 1,12 NTU atau 87%, sedangkan penurunan
terendah terdapat pada perlakuan kontrol dengan nilai 3,43 NTU atau 62%
(Lampiran 3).

Amonia (NH3-)
Dekomposisi bahan organik yang mengandung nitrogen ditandai dengan
terbentuknya amonia. Hasil pengukuran amonia selama penelitian disajikan pada
Gambar 6.
0.7
0.6
0.5
Amonia (mg/L)

0.4 K
0.3
0.2 VP
0.1 SP
0
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)

Gambar 6 Konsentrasi amonia (NH3-) selama penelitian


Konsentrasi amonia mengalami peningkatan mulai H-0 hingga H-3. Setelah
itu konsentrasi amonia mengalami penurunan hingga akhir pengamatan kecuali
pada perlakuan kontrol. Penurunan konsentrasi amonia tertinggi terdapat pada
perlakuan Super PS yang mencapai 0,062 mg/L atau 72%. Pada perlakuan
kontrol konsentrasi amonia relatif sama selama pengamatan, berkisar antara
0,223-0,544 mg/L (Lampiran 4).

Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
metabolisme akuatik. Pengamatan suhu dilakukan dua kali sehari selama
penelitian. Nilai suhu selama penelitian disajikan pada Gambar 7.
35
30
25
20
Suhu (oC)

15 Pagi hari
10
5 Siang hari
0
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)
Gambar 7 Suhu selama penelitian
10

Suhu mengalami fluktuasi pada setiap pengamatan. Suhu pada hasil


pengamatan pagi hari berkisar antara 24-27oC, sedangkan pada siang hari berkisar
antara 25-34oC (Lampiran 5).

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO)


Oksigen terlarut pada periaran atau dissolved oxygen (DO) adalah jumlah
mg/L gas oksigen yang terlarut dalam air (Hariyadi et al. 1992). Nilai DO
mengalami fluktuasi pada setiap perlakuan. Konsentrasi DO hasil pengamatan
pada pagi hari berkisar 1,3-6,7 mg/L, sedangkan pada siang hari berkisar 2,6-9,9
mg/L. Gambar 8 menunjukkan hasil pengukuran DO pagi dan siang hari selama
penelitian.
10
8
DO (mg/L)

6 Pagi hari
4 Siang hari
2
0
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)
Gambar 8 Konsentrasi DO selama penelitian

Kondisi pH
Kondisi pH berkaitan dengan karbondioksida bebas dan alkalinitas di
perairan yang akan mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Mackereth et
al. 1989). Kondisi pH selama penelitian pada pagi hari berkisar 6,11-8,69
sedangkan pada siang hari berkisar 6,64-8,86 (Lampiran 7). Kondisi pH hasil
pengamatan disajikan pada Gambar 9.

10
Derajat keasaman (pH)

8
6
4 Pagi hari
Siang hari
2
0
0 3 6 9 12 15 18
Waktu pengamatan (hari)

Gambar 9 Kondisi pH selama penelitian


11

Perlakuan yang efektif dalam mereduksi limbah organik Danau Ebony


Pembuatan matrik bertujuan untuk mengetahui penerapan bakteri yang
paling efektif dalam mereduksi limbah organik Danau Ebony. Penentuan nilai
acuan didasarkan pada hasil kali skor tiap parameter dengan nilai terboboti dari
setiap parameter (Lampiran 8). Matrik tersebut disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai hasil perhitungan matrik setiap parameter


Parameter
Perlakuan Total Peringkat
Total koloni COD Amonia Kekeruhan
Kontrol 30 30 20 20 100 3
VannaPro 90 90 40 60 280 1
Super PS 90 60 60 40 250 2

Nilai perhitungan matrik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan


VannaPro merupakan perlakuan yang memiliki nilai total terbesar, yaitu 280 dan
menjadi peringkat ke-1. Dengan demikian, VannaPro ditetapkan sebagai
perlakuan yang paling baik untuk mereduksi kandungan limbah organik Danau
Ebony.

Penentuan Dosis yang Tepat

Percobaan lanjutan dilakukan untuk mengetahui penerapan dosis yang tepat


dari tipe bakteri yang paling baik dalam mereduksi kandungan limbah organik.
Berdasarkan matrik diketahui bahwa VannaPro memiliki efektivitas yang lebih
tinggi dalam mereduksi kandungan limbah organik. Berdasarkan hal tersebut, tipe
bakteri yang dipilih dalam penelitian lanjutan adalah tipe VannaPro. Gambar 10
menunjukkan hasil pengukuran nilai COD selama penelitian tahap ini.

100
Konsentrasi COD

80
2 Kali Dosis
60
(mg/L)

3 Kali Dosis
40
20
0
0 1 2 3
Waktu pengamatan (hari)

Gambar 10 Konsentrasi COD selama penelitian lanjutan

Gambar 9 menunjukkan bahwa konsentrasi COD mengalami penurunan


mulai dari H-0 hingga H-3. Perlakuan 3 kali dosis memberikan rata-rata tingkat
penurunan COD yang lebih tinggi dari 2 kali dosis dengan penurunan mencapai
75% pada H-1. Namun, berdasarkan hasil uji statistik (P<0,05) hasil ini tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan 2 kali dosis (Lampiran 9).
12

Pembahasan

Bahan organik yang tinggi dapat menimbulkan beberapa dampak yang


merugikan yaitu, memacu pertumbuhan bakteri patogen, eutrofikasi, terbentuknya
senyawa toksik, dan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut (Widiyanto 2006).
Sistem perairan secara alamiah mampu melakukan proses self purification, namun
apabila kandungan senyawa organik sudah melampaui batas self purification,
maka akumulasi bahan organik dan pembentukan senyawa-senyawa toksik di
perairan tidak dapat dikendalikan, sehingga menyebabkan menurunnya kondisi
kualitas air (Badjoeri et al. 2006). Upaya pengelolaan melalui proses
bioremediasi dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas bakteri dalam merombak
bahan organik dalam sistem perairan.
Penerapan bakteri pada masing-masing perlakuan meningkatkan jumlah
total koloni bakteri dibandingkan kontrol. Bakteri merupakan populasi
mikroorganisme tertinggi dalam proses pengolahan air limbah. Bakteri adalah
kelompok protista bersel tunggal yang memanfaatkan bahan organik terlarut
(Suryadiputra 1995). Pada perlakuan Super PS rata-rata jumlah koloni bakteri
yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan VannaPro (Lampiran 1). Jumlah koloni
bakteri pada H-0 hingga H-3 relatif berkurang, kondisi ini diduga karena bakteri
masih berada dalam fase adaptasi. Jumlah koloni bakteri tertinggi dicapai pada H-
6 dan H-9. Pertambahan jumlah koloni bakteri ini menunjukkan bahwa bahan
organik pada limbah dapat dimanfaatkan oleh bakteri, sehingga pertumbuhan
bakteri dapat berlangsung dengan baik. Hal tersebut didukung dengan pernyataan
Suryadiputra (1995) bahwa bakteri dapat membantu proses flokulasi biomassa
mikrobiologi yang bermanfaat dalam penurunan beban masukan bahan organik.
Proses bioremediasi oleh bakteri ditandai dengan berkurangnya kandungan
limbah organik. Bahan organik yang terkandung dalam limbah Danau Ebony
umumnya akan didekomposisi oleh bakteri melalui proses oksidasi menjadi bahan
yang lebih sederhana dan unsur hara. Bahan organik yang terdapat pada limbah
akan dimanfaatkan oleh bakteri heterotrof sebagai bahan makanan (Apriadi 2008).
Jumlah perubahan bahan organik yang terdekomposisi dapat dilihat dari
perubahan konsentrasi COD. Parameter COD menggambarkan banyaknya
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi
(Kawabe dan Kawabe 1997). Nilai COD pada penelitian ini memiliki pola
penurunan mulai H-0 hingga H-18. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui
bahwa penerapan bakteri VannaPro memiliki rata-rata tingkat penurunan
konsentrasi COD paling tinggi pada H-15, namun secara statistik tidak berbeda
nyata dengan H-9 (P<0,005) (Lampiran 2). Kondisi ini menunjukkan bahwa
proses purifikasi alami dapat berlangsung, dan bakteri bioremediasi yang
ditambahkan dapat beradaptasi dalam menjaga keseimbangan komposisi populasi
mikroorganisme dalam media perlakuan. Penurunan konsentrasi COD diduga
akibat aktivitas bakteri dalam mengoksidasi bahan organik sehingga mampu
menurunkan nilai COD pada penerapan VannaPro yang mengandung empat strain
bakteri Bacillus spp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badjoeri dan Widyanto
(2008) bahwa bakteri Bacillus spp. sebagai agen bioremediasi perairan mampu
mengurangi kandungan bahan organik dan menjaga kestabilan konsentrasi amonia
dan nitrit.
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
13

dalam air (Davis dan Cornwell 1991). Berdasarkan hasil analisis diketahui
penerapan bakteri, waktu pengamatan, dan interaksi penerapan bakteri dan waktu
pengamatan memiliki pengaruh yang berbeda nyata pada penurunan nilai
kekeruhan (P<0,05) terhadap kontrol (Lampiran 3). Penurunan kekeruhan terjadi
mulai dari H-0 hingga H-18. Penurunan kekeruhan tertinggi pada VannaPro pada
H-15 diketahui secara statistik tidak berbeda nyata dengan VannaPro pada H-12.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya peran bakteri dalam mereduksi bahan
organik. Penurunan nilai kekeruhan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian
Krisanti et al. (2009) bakteri memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
penurunan nilai kekeruhan.
Kekeruhan air pada penerapan bakteri tipe VannaPro secara umum seiring
dengan keberadaan kandungan limbah organik (COD) sampai level tertentu.
Konsentrasi COD dan kekeruhan memiliki hubungan yang sangat erat dengan
koefisien korelasi sebesar 0,9412.    Kondisi ini diduga karena kondisi kekeruhan
dipengaruhi oleh keberadaan limbah organik sampai level tertentu ketika
kandungan bahan organik berupa partikel tersuspensi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Davis dan Cornwell (1991) bahwa nilai kekeruhan berasal dari bahan
organik dan anorganik terutama yang tersuspensi, maupun bahan organik dan
anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Gambar 11
menunjukkan hubungan antara konsentrasi COD dan kekeruhan selama penelitian.

20
Kekeruhan (NTU)

15
10
5 y = -0,005x2 + 0,550x + 2,217
R² = 0,886
0
0 20 40 60 80 100 120
COD (mg/L)

Gambar 11 Hubungan konsentrasi COD dan kekeruhan pada penerapan


VannaPro

Pengolahan air limbah Danau Ebony oleh bakteri ditunjukkan oleh


terbentuknya amonia. Amonia yang berada di perairan dapat berasal dari senyawa
ekstraseluler (limbah organik) yang mengandung senyawa nitrogen organik, dari
sel-sel bakteri selama respirasi sel, serta dari sel-sel yang mati dan lisis (Ibrahim
et al. 2005). Amonia dapat menjadi racun pada konsentrasi tertentu (Rouse 1979).
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui penerapan bakteri, waktu
pengamatan, dan interaksi pemberian bakteri dan waktu pengamatan mempunyai
pengaruh yang berbeda nyata pada penurunan nilai amonia terhadap kontrol
(P<0,05). Setelah dilakukan uji perbandingan berganda Duncan diketahui bahwa
bakteri Super PS pada H-18 memiliki tingkat penurunan konsentrasi amonia
paling tinggi namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan penerapan bakteri
Super PS pada H-12 (Lampiran 4). Penurunan konsentrasi amonia diduga terjadi
akibat adanya proses nitrifikasi yang berlangsung secara aerob oleh bakteri
14

nitrifikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Muchtar (2007) bahwa amonia hasil
penguraian bahan organik teroksidasi menjadi nitrat (proses nitrifikasi). Peran
bakteri nitrifikasi adalah mengoksidasi ammonia menjadi nitrit atau nitrat,
sedangkan bakteri denitrifikasi akan mereduksi nitrat atau nitrit menjadi
dinitrogen oksida (N2O) atau gas nitrogen (N2) (Badjoeri dan Widiyanto 2008).
Konsentrasi amonia mengalami penurunan seiring mulai menurunnya
konsentrasi COD. Secara umum konsentrasi COD dan amonia memiliki
hubungan yang sangat erat dengan koefisien korelasi sebesar 0,8905. Hasil
dekomposisi limbah organik oleh bakteri akan menghasilkan amonia. Kondisi ini
yang menyebabkan amonia meningkat pada H-3, dan selanjutnya konsentrasinya
menurun sampai akhir pengamatan. Hal ini diduga terjadi akibat kesesuaian DO,
suhu, dan pH untuk melakukan proses nitrifikasi sehingga bakteri nitrifikasi
mampu mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Hubungan konsentrasi
COD dan amonia disajikan pada Gambar 12.
 
0.7
0.6
Amonia (mg/L)

0.5
0.4
0.3 y = 5E-05x2 - 0,000x + 0,156
0.2 R² = 0,793
0.1
0.0
0 20 40 60 80 100 120
COD (mg/L)
Gambar 12 Hubungan konsentrasi COD dan ammonia pada penerapan
VannaPro
Nilai suhu mengalami fluktuasi pada setiap perlakuan dengan kisaran suhu
pada hasil pengamatan pagi hari antara 24-27oC, sedangkan pada siang hari antara
25-34oC (Lampiran 5). Barus (2002) menyatakan bahwa pada suatu ekosistem
perairan akan terjadi fluktuasi suhu harian atau tahunan. Pada saat siang hari,
media perlakuan menerima panas dari cahaya matahari sehingga terjadi
peningkatan suhu. Kondisi tersebut mendukung aktivitas bakteri dalam
melakukan proses perombakan bahan organik sesuai dengan pernyataan
Rheinheimer (1985) bahwa suhu optimal untuk melakukan proses amonifikasi dan
nitrifikasi berkisar antara 30-35oC.
Nilai DO semakin meningkat menuju stabil pada masing-masing perlakuan,
hal ini diduga oksigen digunakan pada proses dekomposisi bahan organik oleh
bakteri pada awal pengamatan karena kandungan bahan organik yang tinggi pada
awal pengamatan yang ditandai oleh tingginya nilai COD (Lampiran 6). Hal ini
sesuai dengan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa dekomposisi bahan
organik dan oksidasi anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut bahkan
sampai oksigen tersebut habis. Proses dekomposisi secara aerob memerlukan
oksigen sedangkan proses dekomposisi anaerob tidak memerlukan oksigen.
Kondisi pH selama penelitian pada pagi hari berkisar 6,11-8,69 sedangkan
pada siang hari berkisar 6,64-8,86 (Lampiran 7). Berdasarkan penelitian kondisi
15

pH cenderung stabil untuk semua perlakuan. Ahmad (1991) menyatakan bahwa


bakteri di perairan dapat tumbuh optimal pada kisaran pH 6,5-8,5 dan fluktuasi
pH di perairan merupakan proses alami karena aktivitas mikroorganisme. Nilai
pH lebih dari 7 menunjukkan bahwa perairan teroksidasi dengan baik. Kondisi
demikian mendukung bakteri nitrifikasi dalam mengoksidasi ammonia menjadi
nitrit dan nitrat (Badjoeri dan Widiyanto 2008).
Penerapan bakteri dan waktu pengamatan diketahui memiliki pengaruh yang
berbeda nyata terhadap penurunan limbah organik dan peningkatan kualitas air.
Hal ini disebabkan oleh parameter utama dan pendukung yang menunjukkan
peran bakteri sebagai agen bioremediasi. Berdasarkan parameter utama dan
pendukung tersebut, diketahui bahwa penerapan bakteri VannaPro memiliki
efektivitas yang lebih tinggi dalam mereduksi kandungan limbah organik. Hal ini
dikarenakan VannaPro memiliki nilai tertinggi berdasarkan matrik penentuan
perlakuan yang efektif dalam mereduksi limbah organik Danau Ebony (Lampiran
8). Oleh karena itu, terhadap penerapan bakteri VannaPro dilakukan penentuan
dosis yang tepat dalam mereduksi kandungan limbah oranik Danau Ebony.
Penerapan VannaPro dengan perlakuan 3 kali dosis anjuran diketahui
memiliki rata-rata penurunan nilai COD paling tinggi berdasarkan hasil percobaan
lanjutan. Meskipun demikian, setelah dilakukan uji statistik, diketahui bahwa
hasil tersebut tidak berbeda nyata dari perlakuan VannaPro 2 kali dosis anjuran
(Lampiran 9). Menurut Widanarni et al. (2010) penerapan bakteri probiotik
dalam dosis yang lebih tinggi ternyata tidak menjamin efektivitas yang lebih
tinggi dalam menjaga kestabilan lingkungan perairan. Dengan demikian, dosis
yang efektif dalam mereduksi kandungan limbah organik Danau Ebony adalah 2
kali dosis anjuran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Peningkatan kualitas perairan dan penurunan bahan organik dapat dilakukan


melalui penerapan bakteri dengan tipe VannaPro sebagai agen bioremediasi yang
ditandai denganpenurunan nilai COD, kekeruhan, dan ammonia. Dosis bakteri
yang tepat dalam mereduksi limbah organik Danau Ebony adalah dua kali dari
dosis anjuran.

Saran

Pada penerapan skala lapang, dosis bakteri yang sebaiknya digunakan dalam
mereduksi limbah organik Danau Ebony adalah VannaPro dua kali dosis anjuran.
16

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad T. 1991. Pengelolaan Peubah Mutu Air Yang Penting dalam Tambak
Udang Intensif. Indonesia Fisheries Information System. Infrastruktur
Manual Seri no. 25:1-40.
Akinrotimi OA, Abu OMG, Aranyo AA. 2011. Environmental Friendly
Aquaculture Key to Sustainable Fish Farming Development In Nigeria.
Journal Fisheries and Aquatic Science. 5(2):17-31.
[APHA; AWWA; WEF] American Public Health Association, American Water
Works Association, Water Environment Federation. 2012. Standard method
for the examination of water and waste water. Rice W, editor. Washington
(US). 1496p: American Public Health Association.
Arifin M. 2000. Pengolahan Limbah Hotel Berbintang [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Badjoeri M, Haryani GS, Widiyanto T, Riyanto W, Rusmana I, Sadi NH,
Indrawati V. 2006. Pemanfaatan bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi untuk
bioremediasi senyawa metabolit toksik di tambak udang. Bogor (ID). LIPI.
46hal.
Badjoeri M, Widiyanto T. 2008. Penggunaan bakteri nitrifikasi untuk
bioremediasi dan pengaruhnya terhadap konsentrasi ammonia dan nitrit di
tambak udang. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 34(2):261-278.
Barus TA. 2002. Pengantar limnologi. Medan (ID): FMIPA USU
Bureau DP, Hua K. 2010. Towards Effective Nutritional Management of Waste
Outputs in Aquaculture, with Particular Reference to Salmonid Aquaculture
Operations. Review article. Journal Aquaculture Research. 41:777-792.
Davis ML, Cornwell DA. 1991. Introduction to Enviromental Engineering.
Second edition. New York (US): Mc-Graw-Hill Inc. 822p.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi pengelola sumberdaya dan lingkungan
perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fardiaz S. 1989. Analisis mikrobiologi pangan. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Gomez KA, dan Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Edisi Ke-2. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID). UI-Press.
Hariyadi S, Suryadiputra INN, Widigdo B. 1992. Limnologi. Metode analisa
kualitas air. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ibrahim B, Erungan AC, dan Uju. 2005. Kinetika reaksi denitrifikasi pada
penyisihan nitrogen dalam limbah cair industri perikanan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Kawabe M, Kawabe M. 1997. Factors Determining Chemical Oxygen Demandin
Tokyo Bay. Journal of Oceanography. 53:443-453.
Mackereth FJH, Heron J, and Talling JF. 1989. Water Analysis. Cumbria (UK):
Freshwater Biological Association. 120p.
Mattjik AA, dan Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID). IPB-Press.
Muchtar RZ. 2007. Penggunaan bakteri kultur alami (Alcagines sp., Bacillus sp.,
dan Chromobacterium sp.) dalam pengolahan air limbah rumah makan
(kantin). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
17

Suryadiputra INN. 1995. Pengolahan air limbah dengan metode biologi. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
Perelo LW. 2010. Review: In situ and Bioremediation of Organic Pollutants in
Aquatic Sediments. Journal of Hazardous Materials. 177:81-89.
Krisanti M, Mursalin, Apriadi T, Pratiwi NTM. 2009. Pemanfaatan Tumbuhan
Air dan Bekateri dalam Memperbaiki Kondisi Air Limbah Kantin. Jurnal
Lingkungan Tropis. Edisi khusus (1):185-196.
Priadie B. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10(1):38-48.
Puspita L, Ratnawati E, Suryadiputra INN, Meutia AA. 2005. Lahan basah
buatan di Indonesia. Bogor (ID): Wetlands International-Indonesia
Programme.
Rouse DR. 1979. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Journal of
Research and Development. Series No.22.
Rheinheimer G. 1985. Aquatic Microbiology. 3rd (eds). London (GB): John Wiley
& Sons Ltd. Chichester. 257pp.
Widanarni, Lidaeni MA, Wahjuningrum D. 2010. Pengaruh pemberian bakteri
probiotik Vibrio SKT-b dengan dosis yang berbeda terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan larva udang windu (Peneaus monodon). Jurnal
Akuakultur Indonesia. 9(1):21-29.
Widiyanto, 2006. Seleksi bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi untuk
bioremediasi di tambak udang. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Wildan DM. 2013. Peran kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) dalam proses
bioremediasi limbah organik budidaya ikan sidat (Anguilla sp.). [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data jumlah koloni bakteri (cfu/mL) selama penelitian

Waktu Jumlah rataan koloni bakteri (cfu/mL)


pengamatan Kontrol VannaPro Super PS
0 123667 1860000 1593333
3 44667 4367 330000
6 360000 5166667 5566667
9 448333 5450000 828333
12 72000 79000 955000
15 43833 20200 20167
18 19000 14000 42667
Minimum 19000 4367 20167
Maksimum 448333 5450000 5566667
Rataan 158786 1799176 1333738

Lampiran 2 Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari parameter COD
a. Analisis ragam COD
R2 KK Rata-rata Respon
0.994875 11,32851 29,08686

Sumber db JK KT F hit Nilai –P kesimpulan


keragaman
Perlakuan 2 756,39135 378,1957 34,83 <,0001 Tolak H0
Waktu 6 5353,84127 14225,6402 1310,18 <,0001 Tolak H0
Perlakuan*Waktu 12 2419,67643 201,6397 18,57 <,0001 Tolak H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter COD


Kesimpulan pengaruh pemberian bakteri
Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan
A 33,730 K
B 28,121 SP
B 25,410 VP

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu
A 95,443 0
B 74,248 3
C 27,435 6
D 5,502 9
E 0,980 12
E 0,000 15
E 0,000 18
19

Kesimpulan interaksi pengaruh dan waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Interaksi
A 95,443 K0
A 95,443 SP0
A 95,443 VP0
B 78,382 K3
B 75,743 SP3
C 68,620 VP3
D 52,702 K6
E 18,830 SP6
F 10,773 VP6
F G 7,410 K9
F G 6,762 SP9
H G 2,335 VP9
H G 2,177 K12
H 0,696 VP12
H 0,066 SP12
H 0,000 SP15
H 0,000 SP18
H 0,000 VP18
H 0,000 K15
H 0,000 K18
H 0,000 VP15
Keterangan : Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata

Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan dari parameter
kekeruhan
a. Analisis sidik ragam kekeruhan
R2 KK Rata-rata Respon
0,929745 17,13082 4,821429

Sumber db JK KT F hit Nilai -P kesimpulan


keragaman
Perlakuan 2 26,423038 13,211519 19,37 <,0001 Tolak H0
Waktu 6 308,66422 51,444036 75,41 <,0001 Tolak H0
Perlakuan*Waktu 12 44,092384 3,674365 5,39 <,0001 Tolak H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter kekeruhan


Kesimpulan pengaruh pemberian bakteri
Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan
A 5,7348 K
B 4,4238 VP
B 4,4238 SP
20

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu
A 9,1200 0
B 6,1933 6
B 5,8011 9
C 4,2367 3
D 3,0611 12
D 3,0356 18
D 2,3022 15

Kesimpulan interaksi pengaruh dan waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Interaksi
A 9,1200 SP0
A 9,1200 VP0
A 9,1200 K0
B A 8,2067 K9
B C 7,0800 VP6
D C 6,0533 K6
D E 5,5233 VP9
D E 5,4467 SP6
D E F 5,0767 K18
D G E F 4,6833 SP3
G E F 4,2500 K3
H G E F 4,0100 K15
H G I F 3,7767 VP3
H G I F 3,6733 SP9
H G I 3,4267 K12
H G I J 3,1700 SP12
H K I J 2,5867 VP12
K I J 2,2733 SP18
K J 1,7733 SP15
K J 1,7567 VP18
K 1,1233 VP15
Keterangan : Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata

Lampiran 4 Hasil analisis ragam, dan uji lanjut Duncan dari parameter amonia
a. Analisis ragam amonia
R2 KK Rata-rata Respon
0,876011 21,98364 0,336635

Sumber db JK KT F hit Nilai -P kesimpulan


Keragaman
Perlakuan 2 0,338454 0,1692271 30,90 <,0001 Tolak H0
Waktu 6 0,878755 0,1464592 26,74 <,0001 Tolak H0
Perlakuan*Waktu 12 0,407940 0,0339950 6,21 <,0001 Tolak H0
21

b. Uji lanjut Duncan dari parameter amonia


Kesimpulan pengaruh pemberian bakteri
Pengelompokan Duncan Rata-rata amoniak Perlakuan
A 0,44029 K
B 0,28571 SP
B 0,28390 VP

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu
A 0,52033 3
B 0,44400 0
C B 0,39333 6
C B 0,36044 9
D 0,23611 12
D 0,23067 18
D 0,17156 15

Kesimpulan interaksi pengaruh dan waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Interaksi
A 0,59233 VP3
B A 0,54433` K18
B A 0,54333 K3
B C 0,45100 K6
B C 0,44400 SP0
B C 0,44400 K0
B C 0,44400 VP0
B C 0,43900 SP6
B C D 0,42533 SP3
B C D 0,41133 K9
C D 0,37933 SP9
C D 0,36367 K12
E C D 0,32433 K15
E D 0,29067 VP9
E D 0,29000 VP6
E F 0,20633 VP12
G F 0,13833 SP12
G F 0,11200 SP15
G F 0,08567 VP18
G F 0,07833 VP15
G 0,06200 SP18
Keterangan : Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata
22

Lampiran 5 Suhu selama penelitian

Suhu (oC)
hari ke- K VP SP
Pagi Siang pagi Siang pagi Siang
H1 25,9 30,2 26,1 30,2 25,6 29,8
H2 25,4 28,5 25,3 28,7 25,3 28,3
H3 25,0 25,2 24,9 25,7 24,9 25,1
H4 24,0 26,0 24,1 26,1 23,9 25,9
H5 24,6 30,4 24,5 30,9 24,5 30,3
H6 25,3 33,1 25,2 33,7 25,2 33,1
H7 25,1 34,2 25,1 34,3 25,1 34,1
H8 26,5 32,1 26,4 32,4 26,5 32,0
H9 25,1 29,1 24,9 29,3 25,0 29,0
H10 25,2 32,1 25,2 32,3 25,3 32,1
H11 24,9 32,6 24,8 33,0 24,9 32,3
H12 25,9 30,3 25,9 30,5 25,9 31,3
H13 25,1 27,1 25,0 27,3 25,0 27,1
H14 25,0 28,5 25,1 28,8 25,0 28,5
H15 24,8 32,1 24,8 32,8 24,9 32,3
H16 24,9 30,8 24,8 30,7 24,8 30,7
H17 25,7 28,4 25,4 28,7 25,6 28,5
H18 25,4 28,5 25,2 28,6 25,4 28,4

Lampiran 6 Oksigen terlarut (Dissolved oxygen atau DO) selama penelitian

Oksigen terlarut (mg/L)


hari ke- K VP SP
Pagi Siang pagi Siang Pagi Siang
H1 4,43 5,40 4,80 5,70 1,57 2,70
H2 5,87 6,20 3,60 5,67 1,33 2,63
H3 4,53 6,43 4,87 6,27 1,47 3,23
H4 5,17 6,60 5,50 7,20 2,53 3,77
H5 5,97 7,03 6,17 6,83 3,70 4,37
H6 5,83 7,27 5,87 7,40 4,27 5,97
H7 4,37 9,83 4,20 9,30 4,00 6,53
H8 6,67 7,17 6,47 7,43 5,37 6,27
H9 5,67 8,13 5,80 9,00 5,77 8,17
H10 5,80 9,97 6,33 9,23 6,53 8,53
H11 5,83 8,30 5,83 8,20 6,37 7,13
H12 4,73 7,13 5,57 7,17 4,77 7,67
H13 4,73 7,00 5,90 8,33 6,03 7,20
H14 4,20 6,87 4,33 7,23 5,37 7,10
H15 4,57 6,37 4,27 7,53 5,50 7,63
H16 4,50 6,70 4,73 7,23 5,53 7,63
H17 5,07 7,50 4,33 8,33 5,03 7,47
H18 5,37 6,27 4,27 7,03 5,20 7,43
23

Lampiran 7 Kondisi pH selama penelitian

K VP SP
hari ke- pagi Siang Pagi siang Pagi Siang
H1 7,40 7,76 7,49 7,82 7,14 7,53
H2 7,78 7,86 7,77 7,98 7,45 7,51
H3 7,67 7,38 7,67 7,42 7,14 6,88
H4 7,11 6,96 7,14 7,00 6,65 6,64
H5 6,29 7,54 6,22 7,58 6,30 7,08
H6 6,40 7,85 6,43 7,81 6,11 7,51
H7 7,05 8,64 7,10 8,69 6,83 8,38
H8 7,70 8,74 7,94 8,84 7,71 8,58
H9 7,52 8,21 7,63 8,31 7,41 8,16
H10 7,73 8,66 7,92 8,77 7,58 8,60
H11 7,89 8,82 8,01 8,80 7,93 8,80
H12 8,08 8,71 7,76 8,68 8,14 8,49
H13 7,85 8,11 7,83 8,09 7,74 8,06
H14 7,93 8,09 8,01 8,44 7,94 8,30
H15 8,69 8,86 7,90 8,63 7,92 8,37
H16 7,18 8,29 7,79 8,25 7,56 8,35
H17 8,45 8,73 8,14 8,70 8,20 8,53
H18 8,47 8,68 8,43 8,65 8,34 8,51

Lampiran 8 Hasil penentuan skor dan nilai terboboti masing-masing perlakuan


pada matrik.
a. Hasil penentuan skor tiap parameter
Parameter
Perlakuan
Jumlah Koloni COD Amonia Kekeruhan
Kontrol 1 1 1 1
VannaPro 3 3 2 3
Super PS 3 2 3 2

b. Hasil penentuan nilai terboboti tiap parameter


Parameter
Perlakuan
Jumlah Koloni COD Amonia Kekeruhan
Kontrol 30 30 20 20
VannaPro 30 30 20 20
Super PS 30 30 20 20
24

Lampiran 9 Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari parameter COD
VannaPro dua kali dan tiga kali dosis.
a. Analisis ragam
R2 KK Rata-rata Respon
0,988225 13,14391 32,10588

SK d JK KT F hit Nilai -P kesimpulan


b
Perlakuan 1 142,528 142,528 8,00 0,0222 Tolak H0
Waktu 3 11749,917 3916,639 219,94 <,0001 Tolak H0
Perlakuan*Waktu 3 64,368 21,456 1,20 0,3685 Gagal tolak
H0

b. Uji lanjut Duncan


Kesimpulan pengaruh pemberian bakteri
Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan
A 35,091 2K
B 29,121 3K

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu
A 78,030 0
B 24,867 1
C 16,490 2
D 9,037 3

Kesimpulan interaksi pengaruh dan waktu pengamatan


Pengelompokan Duncan Rata-rata Interaksi
A 78,030 2K0
A 78,030 3K0
B 30,276 2K1
C 20,514 2K2
C 19,458 3K1
D C 12,467 3K2
D C 11,543 2K3
D 6,530 3K3
Keterangan : Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata
25

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Miftahussalam, lahir di Bogor


9 September 1992, merupakan anak pertama dari dua
bersaudara yang merupakan buah hati dari ibu bernama
Nihayah dan ayah Hamdani. Penulis tinggal di Kencana
no.21 Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota
Bogor, Jawa Barat.
Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2010 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Sebelumnya penulis menimba ilmu di SD
Negeri Kencana 1dari tahun 1999-2004, SMP Negeri 5 Bogor dari tahun 2004-
2007, dan SMA Negeri 2 Bogor dari tahun 2007-2010.
Kegiatan di luar akademik, penulis aktif dalam organisasi DPM FPIK IPB
pada tahun 2011-2012 sebagai sekretaris Komisi III dan sebagai ketua Lokakarya
Keluarga Mahasiswa FPIK, badan pengawas organisasi Himpunan Mahasiswa
Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun 2011-2012, sebagai
ketua umum HIMASPER pada tahun 2012-2013, dan delegasi IPB dalam
Musyawarah Nasional II (MUNAS II) Himpunan Mahasiswa Manajemen
Sumberdaya Perairan se-Indonesia, serta badan pengawas HIMASPER pada
2013-2014. Selain itu, Penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah
Avertebrata Air (2012), Kualitas Air (2013), Planktonologi (2013), dan
Produktivitas Perairan (2014).

Anda mungkin juga menyukai