Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air susu ibu (ASI) eksklusif mempunyai banyak manfaat dan berbagai
keunggulan, akan tetapi di Indonesia, pemberian ASI eksklusif masih sangat rendah,
hanya sebagian kecil saja yang memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
Pemerintah Indonesia menargetkan cakupan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif
sekitar 80%, tetapi hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan cakupan ASI
eksklusif baru mencapai 29,3%. Menurut pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI cakupan pemberian ASI eksklusif menunjukan angka yang fluktuatif, pada tahun 2007
sebesar 32% dan mengalami kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013, menurut pusat data dan informasi Kemenkes RI
menunjukan cakupan ASI eksklusif mencapai 62,7%. Pada kelurahan Rorotan, menurut
data yang tercatat bagian gizi menunjukan cakupan ASI eksklusif mencapai rerata 66%
pada tahun 2016, dan mencapai 65,2% pada Mei 2017. Pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia yang rendah disebabkan oleh faktor internal yaitu rendahnya pengetahuan,
sikap dan perilaku ibu dan faktor eksternal yaitu kurangnya dukungan keluarga,
masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula,
faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak. 1,2

Beberapa penelitian yang dilakukan di negara berkembang, kegagalan pemberian


ASI eksklusif berhubungan dengan faktor ibu serta petugas kesehatan.1,2 Faktor yang
cukup mempengaruhi adalah pengetahuan. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
ASI juga akan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Selain itu, pentingnya ASI
Eksklusif itu sendiri kurang diimbangi dengan pemberian ASI secara benar, UNICEF
menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif, cara menyusui
bayi yang benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh produsen susu
formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orangtua didalam
memberikan ASI Eksklusif.3
ASI berperan penting dalam proses tumbuh kembang fisik dan mental anak. ASI
dapat meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir, karena mengandung zat

1
kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.
Selain itu kandungan ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu formula serta
kandungan protein dan laktosa pada ASI dan susu formula juga berbeda.4,5

Berdasarkan uraian diatas, serta menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif


pada bayi, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di kelurahan Rorotan,
melihat masih rendahnya cakupan ASI eksklusif yang dicapai pada kelurahan Rorotan.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah


Tercapainya program ASI ekslusif terlihat dari cakupan ASI ekslusif yang dicapai,
pada wilayah kerja kelurahan Rorotan ditemukan rendahnya cakupan ASI ekslusif 65,2%,
tidak sesuai dengan target 80%. Rendahnya pencapaian ASI ekslusif di Kelurahan
Rorotan bisa disebabkan oleh faktor internal yaitu rendahnya pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu, serta faktor eksternal yaitu kurangnya dukungan keluarga, masyarakat,
petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial
budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Di dalam
penelitian ini, peneliti hanya akan melihat dari salah satu faktor internal yaitu
pengetahuan. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu; Apakah terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing pada bulan Juli tahun 2017?

1.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif dengan pemberian
ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing
Ha : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif dengan pemberian
ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing.
Untuk menentukan hipotesis yang diterima maka ditentukan hipotesis statistik yaitu
sebagai berikut:
H0 : p = 0 dan p > 0,05 (tidak ada hubungan)
Ha : p ≠0 dan p < 0,05 (ada hubungan)

2
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
terhadap pemberian ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengidentifikasi pemberian ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan,
Kecamatan Cilincing.
b. Untuk menganalisis pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif di
Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Puskesmas Kelurahan Rorotan. Menjadi bahan umpan balik bagi puskesmas sebagai
layanan primer terdepan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga
meningkatnya pencapaian angka cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Rorotan
b. Masyarakat. Mayarakat mendapatkan informasi yang lengkap mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif, meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ASI
eksklusif, dan memotivasi seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan untuk
melakukan ASI ekslusif
c. Peneliti. Untuk menambah wawasan, sumber pustaka, mengembangkan daya nalar
dan kemampuan analisis yang baik, serta memiliki kemampuan yang baik dalam
bidang penelitian.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif


2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah merupakan air susu ibu yang diberikan untuk bayi sejak
baru lahir sampai 6 bulan tanpa makanan pendamping dan minuman pralakteal
lainnya seperti hal dan contohnya adalah air gula, aqua, dan sebagainya. Jadi murni
hanya ASI saja yang diberikan kepada sang bayi dan anak. Inilah yang dimaksud
dengan definisi pengertian asi eksklusif itu sendiri.6

Menurut laporan tahun 2000 WHO, ± 15 % bayi di seluruh dunia diberi ASI
eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI
tidak sesuai dan tidak aman sehingga menyebabkan ± 1,5 juta anak meninggal
karena pemberian makanan yang tidak benar.6
Pada tahun 2000, survei kesehatan demografi WHO menemukan bahwa
pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika
Tengah dan utara, Asia dan Amerika Latin. Oleh karena itu, WHO menganjurkan
agar bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebab terbukti bahwa
menyusu eksk8lusif selama 6 bulan menurunkan angka kematian dan kesakitan
pada umumnya dibandingkan menyusu selama 4 bulan.6
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun
2012 mengenai Pemberian ASI Eksklusif pada 1 Maret 2012. Di dalam peraturan
tersebut berisi tentang Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif,
Pengaturan penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, Sarana menyusui
di tempat kerja dan sarana umum lainnya, Dukungan Masyarakat, tanggung jawab
Pemerintah, Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam,
serta pendanaannya.6

4
2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif
Manfaat asi antara lain apabila ditinjau dari aspek gizi yaitu, kandungan gizi
lengkap, mudah dicerna dan diserap, mengandung lipase untuk pencernaan lemak,
mempertinggi penyerapan kalsium, mengandung zat kekebalan tubuh (imunitas).
Ditinjau dari aspek psikologis dapat mendekatkan hubungan ibu dan bayi,
menimbulkan rasa aman bagi bayi, mengembangkan dasar kepercayaan (Basic
sence of trust). Ditinjau dari aspek KB akan menunda kembalinya kesuburan,
menjarangkan kehamilan. 6

Bagi ibu sediri ada beberapa manfaat ASI eksklusif diantaranya dapat
mengurangi insiden kanker leher rahim dan kanker payudara, mengurangi insiden
HPV (Human Papilomma Virus), mempercepat involusi uterus. Bagi keluarga
manfaatnya adalah hemat karena tidak membeli susu formula dan bayi jarang sakit
sehingga biaya pengobatan dapat dihemat, tidak perlu mengganggu orang lain.6

2.1.3 Jangka Waktu Pemberian Asi Eksklusif


Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama
4 bulan, tetapi bila mungkin terjadi sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan,
ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai bayi berusia BM2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.7
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan pemberian ASI eksklusif.
Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh pemerintah saat ini
adalah 6 bulan pertama yang kemudian dilanjutkan sampai 2 tahun dengan
pemberian MP-ASI setelah 6 bulan.8

2.2 Masalah dalam Menyusui


2.2.1 Asi Kurang
Seringkali ibu merasa produksi ASInya kurang padahal sebenarnya tidak. Hal
tersebut dapat menyebabkan ibu berfikir untuk memberikan susu formula, madu
atau air putih untuk bayi. Banyak ibu memberikan madu pada bayi, tidak semua ibu
mengetahui risiko pemberian madu pada bayi dibawah usia 12 bulan. Konsumsi

5
madu pada bayi berusia kurang dari 12 bulan dapat meningkatkan risiko infant
botulism (penyakit botulisme pada bayi), yang disebabkan oleh kuman Clostridium
botulinum
Penanggulangannya :
 Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Menyusuilah dengan sabar
 Menyusui secara bergantian antara kedua payudara
 Minimalkan penggunaan alat (misal : dot) karena akan membingungkan bayi
dan akhirnya mengurangi rangsangan untuk memproduksi ASI

2.2.2 Bayi Bingung Putting


Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan mengalami
nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering terputus-putus bahkan
kadang-kadang menolak menyusu ibunya.
Penanggulangan :7

 Ibu harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif


 Menyusui dengan cara yang benar
 Menyusui lebih lama dan sering

2.2.3 Payudara Bengkak


Pada hari-hari pertama, seringkali menyusui kurang efektif sehingga ASI
mengumpul di dalam payudara, menekan pembuluh darah dan saluran limfe. Hal
ini mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan nyeri.
Untuk menghindari hal tersebut lakukanlah :7
 Susui bayi segera setelah bayi lahir
 Susui menurut kehendak bayi, jangan dijadwalkan
 Susui bayi dengan menggunakan tehnik menyusui yang benar
 Keluarkan sisa ASI dengan tangan atau pompa
Penanggulangan :
1. Bayi disusukan untuk menghindari pembengkakan
2. Berikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri

6
3. Lakukan pengurutan atau massage payudara

2.2.4 Puting Susu Nyeri Atau Lecet


Rasa nyeri timbul karena waktu menyusui hanya putting susu yang masuk ke
dalam mulut bayi sedangkan areola tidak masuk mulut. Disamping itu juga
disebabkan karena perawatan yang tidak benar pada payudara.
Penanggulangan :9

 Lakukan tehnik menyususi yang benar


 Menyusui pada payudara yang tidak lecet
 Jangan membersihkan putting dengan sabun atau alkohol

2.2.5 Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya terjadi pada
minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau luka pada putting
yang terinfeksi.
Penanggulangan :9
 Kompres air hangat
 Ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi
 Cukup istirahat
 Minum air putih minimal 2 liter/hari
 Minum antibiotik
 Lakukan perawatan payudara

7
BAB 3
METODE

3.1 Tipe Penelitian


Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analytical study. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain penelitian crossectional. Adapun pengambilan
data dilakukan melalui instrumen penelitian berupa kuesioner.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional


Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu menyusui
tentang ASI ekslusif. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah pemberian ASI
ekslusif.
Definisi oeprasional yang dicantumkan dalam penelitian ini adalah definisi
operasional tentang variabel pengetahuan tentang ASI ekslusif dan variabel pemberian
ASI ekslusif. Definisi operasional untuk kedua variabel dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Tabel Variabel dan Definisi Operasional Pengetahuan tentang ASI
Eklsusif dan Pemberian ASI Ekslusif
No. Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Skala
Ukur Ukur Ukur
1. Pengetahua Segala sesuatu yang Kuesioner 1: Baik Ordinal
n diketahui responden pernyataan 76-100%
benar/salah
mengenai ASI eksklusif, dengan skala 2: Cukup
termasuk pengertian, Guttman 56-75%
kandungan, manfaat bagi 3: Kurang
bayi dan ibu 40-55%
4: Tidak baik
<40%

8
2. Pemberian Responden memberi ASI Kuesioner 1:Memberi ASI Ordinal
saja atau secara ekslusif pernyataan ekslusif
ASI
kepada bayinya sejak usia 0 2:Tidak
ekslusif bulan sampai dengan 6 benar/salah
memberi ASI
bulan dengan skala
ekslusif
Guttman

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2017 di Kelurahan Rorotan,
Kecamatan Cilincing. Kelurahan Rorotan ini terdiri dari 12 rukun warga. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian crossectional dimana pengambilan data terhadap
beberapa variabel penelitian dilakukan pada satu waktu.

3.4 Responden penelitian


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 0-6
bulan di Kelurahan Rorotan.
3.4.2 Sampel
Teknik pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah teknik sampling
purposive, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu untuk
memenuhi kriteria inklusi, pengambilan sampel bukan berdasarkan strata, random,
atau daerah. Menggunakan rumus dari Taro Yamane untuk menghitung ukuran
sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut.
n = N/N.d2 + 1
Keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
n = N/N.d2 + 1
n = 251/ 251.10%2 + 1
n = 71,5. Di bulatkan menjadi 72

3.4.3 Kriteria Sampel


Dalam penelitian ini, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan.

9
3.4.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan
2. Dapat membaca dan menulis
3. Bersedia menjadi responden
4. Responden dalam keadaan sehat fisik dan mental
3.2.3.2 Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili smpel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
yang penyebabnya antara lain:
1. Menolak menjadi responden
2. Responden dalam keadaan tidak sehat fisik dan/atau mental

3.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif dengan pemberian
ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Rorotan
Ha : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif dengan pemberian
ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, kecamatan Rorotan.
Untuk menentukan hipotesis yang diterima maka ditentukan hipotesis statistik yaitu
sebagai berikut:
H0 : p = 0 dan p > 0,05 (tidak ada hubungan)
Ha : p ≠0 dan p < 0,05 (ada hubungan)

3.5 Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu menyusui

10
tentang ASI ekslusif, data tersebut diperoleh dari responden dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner tentang ASI ekslusif. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah jumlah bayi dan jumlah ibu yang memiliki bayi berusia 0-6
bulan, data tersebut diperoleh dari dokumen aupun arsip dari koordinator
posyandu setiap RW dan bidan yang bertugas di Poli Gizi Puskesmas Kelurahan
Rorotan. Adapun data tersebut diperoleh pada saat studi pendahuluan yang
dilaksanakan pada awal bulan Mei.
Skala yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah skala
Guttman dimana skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau
pernyataan ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan
salah. Dalam penelitian ini digunakan model penyataan benar salah, jadi
responden hanya memilih antara benar atau salah dalam mengisii kuesioner ini.
Pernyataan ini terdiri dari 2 jenis yaitu favorable yaitu item yang mengandung
pernyataan positif dan juga unfavorable yaitu item yang mengandung pernyataan
negatif. Jawaban yang benar mendapat nilai 1 dan yang salah mendapat nilai 0.
Skoring favorable diberi nilai 1 jika benar dan nilai 0 jika salah, sedangkan
skoring untuk unfavorable diberi nilai 1 jika salah dan nilai 0 jika benar. Adapun
kisi-kisi dari kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

11
Tabel 3.2. Tabel Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Jumlah


(Soal No.) (Soal No.)
Pengetahuan 1. Pengertian 2 10
tentang ASI ASI ekslusif
ekslusif dan 2. Kandungan 4 5
Pemberian Gizi dalam
ASI ekslusif ASI
3. Manfaat 6

pemberian ASI
8 9
4. Teknik
menyusui
3
5. Pemberian ASI
saja pada bayi
usia 0-6 bulan

6. Pemberian 1,7,10
makanan atau
minuman selain
ASI untuk bayi
usia
0-6 bulan

3.5.2 Validitas
Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan
dalam suatu pengukuran. Uji validitas penting dilakukan sebelum
melaksanakan penlitian. Dengan melakukan uji validitas peneliti menjadi yakin
bahwa instrumen mampu mengukur apa yang shearusnya diukur dan mampu
menunjukan konsistensi dalam pengukuran. Peneliti melakukan uji validitas di
Kelurahan Rorotan, Kecamatan Rorotan. Untuk mengetahui dan menguji

12
validitas kuesioner yang digunakan maka peneliti menggunakan formula
koreslasi Spearman Product Moment (r) dengan melihat nilai Corrected Item-
Total Correlation dengan bantuan SPSS (Stastistical Product and Service
Solution).
Uji validitas pada kuesioner penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden
sebanyak 1 tahap. Dari hasil diatas didapatkan bahwa r hasil > r tabel sehingga
disimpulkan bahwa item-item pernyataan dalam kuesioner sangat valid dan
dapat digunakan dalam pengukuran. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat
dilihat pada lampiran.

3.5.3 Prosedur Penelitian


Langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu:
1. Tahap persiapan yang dilakukan peneliti dengan meminta izin kepada
Kepala Puseksmas Kelurahan Rorotan untuk mengadakan penelitian di
Kelurahaan Rorotan
2. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengambilan data melalui
kuesioner yang telah disiapkan dan dibagikan kepada responden penelitian.
Setelah kuesioner terkumpul kembali maka peneliti menyiapkan data dari
kuesioner untuk segera diolah dengan software komputer.
3. Mengecek kembali kuesioner yang telah diisi responden
4. Skoring dari data yang tedapat dalam kuesiner ke dalam software komputer
5. Mengcek ulang antara data dari kuesioner dengan data yang telah
dimasukan dalam software komputer
6. Melakukan analisa dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh
7. Menginterpretasikan hasil analisa statistik berdasarkan landasan teori yan
telah disusun seblumnya serta teori lain yang mendukung
8. Menarik ksimpulan dan memberikan saran

13
3.6 Teknik Analisa Data
Skor total pengetahuan yang telah terkumpul melalui kuesioner kemudian
dianalisis dan dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan
skala kualitatif dengan kriteria baik = 76-100%, cukup = 56-75%, kurang =40-55% dan
tidak baik <40%, Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase pengetahuan
responden, yaitu:

Uji statistik yang digunakan adalah dengan uji korelasi Spearman Rank (Rho) jika
sebaran data berdistribusi tidak normal. Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau
eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal, dengan menggunakan rumus

Nilai korelasi yang didapatkan kemudian diinterpretasikan sesuai dengan pedoman


dari Sugiyono, yaitu sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat

14
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Tempat Penelitian


4.1.1 Profil Komunitas Umum
Kelurahan Rorotan adalah salah satu kelurahan yang terletak di wilayah
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dengan kode pos 14140. Kelurahan ini memiliki
jumlah penduduk sebesar 41.751 jiwa dan luas wilayah 10.64 km2 terbagi dalam 13 RW.
Puskesmas Kelurahan Rorotan terletak di jalan Rorotan IX, RT 001 RW 010 Kelurahan
Rorotam, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Kotamadya Jakarta Utara

4.1.2 Data Geografis

Batas wilayah Kelurahan Rorotan:


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Marunda.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukapura.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bekasi.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cakung Timur.

15
4.1.3 Data Demografik

Kependudukan Keluran Rorotan 2014


No. Usia WNI WNA
(Tah Pri Wan Juml Pr Wan Juml
un) a ita ah ia ita ah
1. 0-4 135 1283 2637 - - -
4
2. 5-9 564 565 1129 - - -
3. 10-14 476 571 1047 - - -
4. 15-19 112 1175 2299 - - -
4
5. 20-24 212 2036 4160 - - -
4
6. 25-29 256 3622 6190 - - -
8
7. 30-34 346 3285 6750 - - -
5
8. 35-39 317 3257 6432 - - -
5
9. 40-44 345 3588 7039 - - -
1
10. 45-49 110 261 1362 - - -
1
11. 50-54 946 211 1157 - - -
12. 55-59 541 415 956 - - -
13. 60-64 243 181 424 - - -
14. 65-69 51 38 89 - - -
15. 70-74 25 25 50 - - -
16. 75- 21 9 30 - - -
Juml 212 2052 4175 - - -
ah 29 2 1

16
4.1.4 Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan di Puskesmas Kelurahan Rorotan terdiri dari:


Sumber daya manusia
1. Dokter Umum : 2 orang
2. Dokter Gigi : 1 orang
3. Perawat : 3 orang
4. Bidan : 11 orang
5. Ahli Gizi : 1 orang
6. Apoteker : 1 orang
7. Administrasi : 2 orang
8. Petugas kebersihan : 2 orang
9. Petugas keamanan : 2 orang
4.1.5 Sarana Pelayanan Kesehatan

1. Poliklinik Umum :1
2. Poliklinik Gigi :1
3. Poli KIA :1
4. Poli MTBS :1
5. Poli TB :1
6. Poli Gizi :1
7. Ruang Bersalin :1
8. Apotik :1
9. Poli Lansia :1

Responden penelitian dalam penelitian ini, yaitu ibu yang mempunyai bayi berusia 0-
6 bulan terhitung pada bulan Juli 2017 di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Rorotan.
Jumlah responden yang diambil sebanyak 89 orang dan pengambilan responden dengan
menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah dibuat oleh peneliti. Responden yang
memenuhi kriteria kemudian diberikan kuesioner untuk diisi.
Rukun Warga yang dapat dijadikan tempat penelitian adalah RW 1, RW 2, RW 3, RW 4,
RW 5, RW 6, RW 7, RW 8, RW 9, dan RW 10.

17
4.3 Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada
responden pada saat acara Posyandu masing-masing RW dan pada saat Hari Imunisasi di
KIA pada bulan Juli 2017, dengan bantuan kader kesehatan di setiap RW yang
bersangkutan. Peneliti menjelaskan tentang informed consent serta cara pengisian
kuesioner kepada responden dan kader kesehatan di masing-masing RW. Jumlah
kuesioner yang disebarkan sesuai dengan jumlah responden yang dibutuhkan yaitu 89
lembar kuesioner.
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Demografi Responden Penelitian
Demografi responden penelitian bertujuan untuk melihat distribusi frekuesi
responden berdasarkan umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
4.4.1.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Kategori Umur Frekuensi Presentase
<20 tahun 5 6%
20-35 tahun 67 75%
>35 tahun 17 19%
Total 89 100%

18
Diagram 4.1 Diagram Lingkaran Presentase Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur

PRESENTASE DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN


BERDASARKAN UMUR

<20 Tahun 20-35 Tahun >35 Tahun

6%
19%

75%

Dari diagram di atas responden termasuk pada kategori kelompok umur 20-35
tahun sebanyak 75 % ( 67 orang). Sedangkan sebagian kecil umur responden termasuk
pada kategori umur <20 tahun sebanyak 6 % (5 orang ) dan >35 sebanyak 19 % (17
orang).
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Variabel Min Max Median Modus

Umur 18 44 26 27

Berdasarkan hasil distribusi pada tabel di atas menunjukan bahwa usia termuda
adalah 18 tahun sedangkan usia yang tertua adalah 44 tahun. Umur responden yang
paling banyak adalah 27 tahun.

19
4.4.1.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
SD 6 7%
SMP 28 31%
SMA/SMK 41 46%
D3 5 6%
S1 7 8%
S2 2 2%
Total 89 100%

Hasil distribusi pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagaian besar


pendidikan terakhir responden yaitu SMA/SMK dengan jumlah 41 responden (46%),
SMP dengan jumlah 28 responden (31%), S1 dengan jumlah 7 responden (8%), D3
dengan jumlah 5 responden (6%), SD dengan jumlah 6 responden (7%) dan sebagian
kecil S2 dengan jumlah 2 responden ( 2 %) . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini.

Diagram 4.2 Diagram Lingkaran Presentase Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Pendidikan Terakhir

PRESENTASE DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN


BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR
SD SMP SMA/MK D3 S1 S2

S1 S2 SD
8% 2% 7%
D3
6%
SMP
31%

SMA/MK
46%

20
4.4.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Ibu rumah Tangga 71 80%
Karyawan 12 13%
Wiraswasta 6 7%
Total 89 100%

Berdasarkan hasil distribusi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian


besar dari responden pekerjaannya adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 71
responden (80 %), sebagai karyawan dengan jumlah 12 responden (13%), dan sebagian
kecil sebagai wiraswasta dengan jumlah 6 responden (7%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram 4.3 Diagram Lingkaran Presentase Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Pekerjaan

Presentase Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Pekerjaan

7%
13%
IRT
Karyawan
Wiraswasta
80%

21
4.4.2 Analisa Skor Pengetahuan tentang ASI Ekslusif dan Skor Pemberian ASI
Ekslusif.
4.4.2.1 Analisis Skor Pengetahuan tentang ASI ekslusif
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Skor Pengetahuan
tentang ASI ekslusif
Variabel Min Max Mean Median Modus

Skor 3 10 7,3 6 7
pengetahuan
tentang ASI
ekslusif

Berdasarkan hasil distribusi pada tabel di atas, diketahui bahwa skor


pengetahuan tentang ASI ekslusif yang tersendah adalah 3 yang tertinggi adalah 10.
Rata-rata skor yang didapatkan adalah 7,3, sedangkan skor yang paling sering
dIdapatkan yaitu 7.
Berdasarkan perhitungan skor diatas maka skor total pengetahuan responden
tentang ASI ekslusif dipresentasekan dan setelah itu diinterpretasikan ke dalam tingkat
pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang diperoleh setelah penghitungan di atas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Tabel Presentae dan Interpretasi Tingkat Pengetahuan Responden


tentang ASI Ekslusif
No. Resp Skor Total Presentase Kategori
Pengetahuan Pengetahuan Tingkat
Pengetahuan
1 5 50% Kurang

2 6 60% Cukup

3 6 60% Cukup

4 8 80% Baik

22
5 9 90% Baik

6 7 70% Cukup

7 7 70% Cukup
8 6 60% Cukup
9 7 70% Cukup

10 7 70% Cukup

11 6 60% Cukup
12 3 30% Buruk

13 8 80% Baik

14 9 90% Baik

15 8 80% Baik
16 9 90% Baik

17 4 40% Kurang

18 6 60% Cukup
19 9 90% Baik

20 8 80% Baik

21 9 90% Baik

22 7 70% Cukup
23 8 80% Baik

24 8 80% Baik

25 8 80% Baik

26 7 70% Cukup
27 6 60% Cukup

28 9 90% Baik

29 6 60% Cukup
30 10 100% Baik

23
31 7 70% Cukup

32 9 90% Baik

33 9 90% Baik
34 7 70% Cukup

35 8 80% Baik

36 8 80% Baik
37 8 80% Baik
38 7 70% Cukup

39 6 60% Cukup

40 6 60% Cukup
41 7 70% Cukup

42 7 70% Cukup

43 7 70% Cukup

44 7 70% Cukup
45 7 70% Cukup

46 6 60% Cukup

47 9 90% Baik
48 8 80% Baik
49 6 60% Cukup

50 7 70% Cukup

51 6 60% Cukup
52 7 70% Cukup

53 7 70% Cukup

54 5 50% Kurang

55 10 100% Baik
56 7 70% Cukup

24
57 8 80% Baik

58 8 80% Baik
59 9 90% Baik

60 5 50% Kurang

61 9 90% Baik

62 10 100% Baik
63 8 80% Baik

64 10 100% Baik

65 8 80% Baik
66 7 70% Cukup
67 8 80% Baik

68 7 70% Cukup

69 7 70% Cukup
70 7 70% Cukup

71 9 90% Baik

72 9 90% Baik

73 4 40% Kurang
74 5 50% Kurang

75 8 80% Baik

76 6 60% Cukup
77 8 80% Baik
78 7 70% Cukup
79 9 90% Baik
80 6 60% Cukup
81 7 70% Cukup
82 4 40% Kurang

83 6 60% Cukup

25
84 5 50% Kurang

85 6 60% Cukup

86 10 100% Baik

87 9 90% Baik

88 8 80% Baik

89 9 90% Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mepunyai tingkat
pengetahuan tentang ASI ekslusif yang baik adalah 39 responden ( 44%), tingkat
pengetahuan cukup adalah 41 responden ( 46%), tingkat pengetahuan kurang adalah 8
responden ( 9%) dan ada 1 responden yang tingkat pengetahuannya buruk ( 1 %).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram 4.4 Diagram Lingkaran Presentase Distribusi Frekuensi Responden


bedasarkan Skor Pengetahuan

Presentase Distribusi Frekuensi Responden bedasarkan


Skor Pengetahuan

1%
9%

44%

46%

Baik Cukup Kurang Buruk

26
4.4.2.2 Analisis Skor Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 4.7 Tabel Kategori Pemberian ASI Ekslusif
No.Responden Skor Total variabel Pemberian Kategori Pemberian ASI Ekslusif
ASI Ekslusif
1 1 Memberi
2 1 Memberi
3 1 Memberi
4 0 Tidak Memberi
5 1 Memberi
6 0 Tidak Memberi
7 1 Memberi
8 0 Tidak memberi
9 0 Tidak memberi
10 1 Memberi
11 1 Memberi
12 0 Tidak Memberi
13 1 Memberi
14 0 Tidak memberi
15 1 Memberi
16 1 Memberi
17 1 Memberi
18 1 Memberi
19 1 Memberi
20 1 Memberi
21 1 Memberi
22 1 Memberi
23 1 Memberi
24 1 Memberi
25 1 Memberi

27
26 1 Memberi

27 1 Memberi
28 0 Tidak memberi
29 1 Memberi
30 1 Memberi
31 1 Memberi
32 1 Memberi
33 1 Memberi
34 0 Tidak memberi
35 1 Memberi
36 1 Memberi
37 1 Memberi
38 1 Memberi
39 1 Memberi
40 0 Tidak
41 0 Tidak memberi
42 0 Tidak memberi
43 0 Tidak memberi
44 1 Memberi
45 1 Memberi
46 0 Tidak Memberi
47 1 Memberi
48 0 Tidak memberi
49 0 Tidak memberi
50 0 Tidak memberi
51 0 Tidak memberi
52 1 Memberi

28
53 0 Tidak memberi
54 0 Tidak memberi
55 1 Memberi
56 0 Tidak memberi
57 0 Tidak memberi
58 1 Memberi
59 1 Memberi
60 0 Tidak memberi
61 1 Memberi
62 1 Memberi
63 1 Memberi
64 1 Memberi
65 1 Memberi
66 1 Memberi
67 0 Tidak memberi
68 1 Memberi
69 0 Tidak Memberi
70 1 Memberi
71 1 Memberi
72 1 Memberi
73 1 Memberi
74 0 Tidak Memberi
75 1 Memberi
76 1 Memberi
77 0 Tidak Memberi
78 1 Memberi
79 1 Memberi
80 0 Tidak memberi

29
81 0 Tidak Memberi
82 0 Tidak Memberi
83 0 Tidak Memberi
84 0 Tidak Memberi
85 0 Tidak Memberi
86 1 Memberi
87 1 Memberi
88 1 Memberi
89 0 Tidak Memberi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memberikan


ASI ekslusif adalah 63% dengan jumlah 56 responden, sedangkan yang tidak
memberikan ASI ekslusif sebsar 37% dengan jumlah 33 responden. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram 4.5 Diagram Lingkaran Presentase Pemberian ASI Ekslusif

Presentase Pemberian ASI Ekslusif

37%
Memberi
Tidak Memberi
63%

30
Tabel. 4.8 Tabel Ringkas Demografi Respoden, Tingkat Pengetahuan Ibu Serta
Pemberian ASI ekslusif.
NO.RESP USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN KATEGORI PEMBERIAN
PENGETAHUAN ASI
TERAKHIR EKSLUSIF

1 21 SMP IRT Kurang Memberi

Memberi
2 26 SMA IRT Cukup
3 24 SMP IRT Cukup Memberi

4 36 SMA IRT Baik Tidak


Memberi
Memberi

5 32 SMP IRT Baik


6 37 SMP IRT Cukup Tidak
Memberi

Memberi
7 27 SMA IRT Cukup
Tidak
memberi
8 18 SMP IRT Cukup
Tidak
memberi
9 27 SMK IRT Cukup

Memberi
10 25 SMK IRT Cukup

11 26 SMP IRT Cukup Tidak


Memberi

31
12 27 S1 IRT Buruk Tidak
Memberi
Memberi

13 40 D3 Wiraswasta Baik
Tidak
memberi
14 27 SMA IRT Baik
Memberi

15 43 SMP IRT Baik


Memberi

16 32 S2 Karyawan Baik

Memberi
17 31 SD IRT Kurang
Memberi

18 27 SMP IRT Cukup


Memberi

19 25 S1 Karyawan Baik
20 29 S1 Karyawan Baik Memberi

21 35 SMA IRT Baik Memberi

Memberi

22 23 SMA IRT Cukup


Memberii

23 28 SMK IRT Baik


24 31 SMK IRT Baik Memberi

32
25 23 SMP IRT Baik Memberi

26 31 SMA IRT Cukup Memberi

Memberi

27 19 SMP IRT Cukup


Tidak
memberi
28 36 SMA IRT Baik
29 26 D3 Wiraswasta Cukup Memberi

Memberi

30 33 SMA IRT Baik


31 27 D3 Wiraswasta Cukup Memberi

Memberi
KARYAWAN
32 36 S1 Baik
33 36 SMA IRT Baik Memberi

Tidak
memberi
34 30 SMA IRT Cukup

Memberi

35 25 SMP IRT Baik


36 36 SMP IRT Baik Memberi

37 40 SMP IRT Baik Memberi

Memberi

38 26 SMP IRT Cukup

33
Memberi

39 21 SMP IRT Cukup

40 29 SMP IRT Cukup Tidak


Memberi

Tidak
memberi
41 32 SMK IRT Cukup
Tidak
memberi
42 44 SD IRT Cukup

Tidak
memberi
43 29 S1 Wiraswasta Cukup
Memberi

44 34 SMP IRT Cukup

45 26 SMA IRT Cukup Memberi

46 34 SMP IRT Cukup Tidak


Memberi
47 31 S2 Karyawan Baik Memberi

48 34 SMP IRT Baik Tidak


Memberi

49 34 SMA IRT Cukup Tidak


Memberi

Tidak
memberi
50 24 SMK IRT Cukup
Tidak
memberi
51 36 SD IRT Cukup

Memberi

52 21 SMA IRT Cukup

34
53 29 SMK Karyawan Cukup Tidak
Memberi
Tidak
memberi
54 19 SD IRT Kurang

Memberi

55 37 SMA IRT Baik


56 26 SMA IRT Cukup Tidak
Memberi
57 35 SMA IRT Baik Tidak
memberi
58 29 SMP IRT Baik Memberi

Memberi

59 25 SMA Karyawan Baik


Tidak
memberi
60 19 SMP IRT Kurang

61 36 SMP IRT Baik Memberi

Memberi

62 27 SMA IRT Baik


63 25 SMK IRT Baik Memberi

Memberi

64 21 SMK IRT Baik


65 32 SMP IRT Baik Memberi

Memberi

66 23 SMK IRT Cukup


67 31 SMA IRT Baik Tidak
Memberi

35
Memberi

68 27 S1 IRT Cukup
69 23 SMK Karyawan Cukup Tidak
Memberi
70 20 SMP IRT Cukup Memberi

71 40 SMA IRT Baik Memberi

72 30 D3 WIRASWASTA Baik Memberi

Memberi

73 41 SMP IRT Kurang


74 24 SMA IRT Kurang Tidak
memberi
Memberi

75 27 SMA IRT Baik

Memberi

76 28 SMA IRT Cukup


77 35 SMA IRT Baik Tidak
Memberi
Memberi

78 19 SMK IRT Cukup

Memberi

79 25 SMP IRT Baik


Tidak
Memberi
80 34 SMA IRT Cukup
Tidak
memberi
81 36 SMP Karyawan Cukup

36
Tidak
Memberi
82 34 SD Karyawan Kurang
Tidak
Memberi
83 26 SMA IRT Cukup
Tidak
Memberi
84 29 S1 Karyawan Kurang
Tidak
Memberi
85 23 SMP Karyawan Cukup

Memberi

86 30 D3 IRT Baik
Memberi

87 27 SMA IRT Baik

Memberi

88 26 SD IRT Baik
Tidak
Memberi
89 42 SMA IRT Baik

37
4.4.3 Analisa Korelasi
4.4.3.1 Analisa Korelasi Dengan Menggunakan Spearmen’s Rho
Hasil analisa korelasi nonparametik antara pengetahuan Ibu menyusui tentang
ASI ekslusif dengan pemberian ASI ekslusif menggunakan formula Spearmen’s
Rho dalam SPSS versi 16.0 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Analisa Korelasi Dengan Menggunakan Spearmen’s Rho


Nonparametic Correlations

Correlations

Pengetahuan ASIEksklusif

Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1,000 ,348**

Sig. (2-tailed) . ,001

N 89 89
ASIEksklusif Correlation Coefficient ,348** 1,000

Sig. (2-tailed) ,001 .

N 89 89

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisa korelasi sederhana didapat koefisien korelasi (r) adalah
0,348 maka korelasi tersebut masuk dalam kategori hubungan tingkat Rendah.
Koefesien korelasi bernilai positif (nilai r positif) berarti terdapat korelasi yang positif
diantara dua variabel tersebut yaitu dimana semakin tinggi pengetahuan ibu menyusui
tentang ASI eklusif maka semakin tinggi pula pemberian ASI ekslusif. Nilai p value
(0,001 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
ibu menyusui tentang ASI ekslusif dengan pemberian ASI ekslusif di Kelurahan
Rorotan, Kecamatan Rorotan.

38
4.5 Pembahasan
4.5.1 Demografi Responden Penelitian
4.5.1.1 Umur Responden
Umur menurut KBBI adalah waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan). Umur sering digunakan sebagai pedoman untuk menyatakan
bahwa seorang siap dan aman untuk melaksanakan suatu hal. Salah satu
contohnya adalah umur yang aman dan dikatakan siap untuk kehamilan
dan persalinan. Rentang umur produktif yang sehat untuk kehamilan dan
persalinan adalah umur 20-35. Jika terlalu muda atau terlalu tua maka dapat
menimbulkan resiko.
Dalam penelitian ini, umur termuda adalah 18 tahun sedangkan yang
tertua adalah 44 tahun. Responden paling banyak adalah umur 25 tahun.
Jika dbandingkan dengan rentang umur produktif yang sehat untuk
kehamilan dan persalinan (20-35) maka sebagian besar responden berda
rentang aman yaitu 67 responden (75 %). Responden yang berada pada
rentang tidak aman berjumlah 22 responden, yaitu < 20 tahun 5 responden
(6%) dan >35 tahun berjumlah 17 responden (19%).
Rentang umur 20-35 tahun, merupakan masa produktif dan banyak
bekerja sehingga ibu akan lebih banyak terpapar informasi yang
berhubungan dengan ASI eklsusif. Rentang umur 20-35 tahun lebih aktif
dalam kegiatan kesehatan, seperti posyandu, penyuluhan kesehatan serta
kelas ibu hamil.

4.5.1.2 Pendidikan Terakhir Responden


Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan terakhir
responden yaitu SMA/SMK dengan jumlah 41 respoLInden ( 46 %),
sedangkan SMP berjumlah 28 responden (31%), S1 berjumlah 7
responden (8%), SD berjumlah 6 responden (7%), D3 berjumlah 5
responden (6%), dan S2 berjumlah 2 responden (2%). Dengan pendidikan
maka seseorang akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami serta
menyaring informasi yang diterimanya. Pendidikan juga akan membuat

39
seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga
informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang
berawal dari diterimanya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan
manfaat positif yang terwujud dalam perilaku seseorang, salah satunya
adalah perilaku pemberian ASI ekslusif. Pengetahuan adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di samping faktor
sosial ekonomi, pekerjaan, promosi susu formula dan sosial budaya.

4.5.1.3 Pekerjaan Responden


Pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Orang yang
bekerja akan memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi.
Bagi yang tidak bekerja apabila informasi dari lingkungannya kurang maka
pengetahuannya pun kurang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa sebagian besar dari responden sebagai ibu rumah tangga dengan
jumlah 71 responden (80%), sedangkan sebagai karyawan dengan jumlah
12 responden (13%) dan wiraswasta dengan jumlah 6 responden (7%)

4.5.1.4 Pengetahuan Responden Tentang ASI Ekslusif


Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan tentang ASI ekslusif
yang baik adalah 39 responden (44%), tingkat pengetahuan cukup adalah
41 responden (46%), tingkat pengetahuan kurang adalah 8 responden (9%)
dan tingkat pengetahuan buruk adalah 1 responden (1%). Hal ini terutama
terlihat dari pengetahuan sebagian besar ibu terhadap pengertian ASI
ekslusif, kandungan gizi dalam ASI, manfaat pemberian ASI, MPASI dan
teknik menyusui.

4.5.1.5 Pemberian ASI Ekslusif


Pemberian ASI ekslusif sangat penting karena ASI adalah satusatunya
makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama
kehidupannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 responden
hanya 56 responden (63%) yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya
sedangkan yang tidak memberikan ASI ekslusif sebanyak 33 responden

40
(37%). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pencapaian pemberian
ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Rorotan masih rendah jika
dibandingkan dengan target pemerintah yang tercantum dalam MDGs
yaitu 80%.

4.5.1.6 Hubungan Pengetahuan Responden tentang ASI Ekslusif dengan


Pemberian ASI Ekslusif
Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI ekslusif,
menurut Soetjiningsih (1997) salah satu faktornya adalah pengetahuan ibu
tentang ASI ekslusif. Di dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari
seluruh responden yang memberikan ASI eklsusif yaitu 56 responden,
terdapat 31 responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan 22
responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan 3 responden
memiliki tingkat pengetahuan kurang. Penelitian ini menemukan bahwa
dari seluruh responden yang berpengetahuan baik tentang ASI ekslusif
yaitu 39 responden, terdapat 31 responden yang memberikan ASI ekslusif
kepada bayinya, lainnya mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup,
kurang dan tidak baik. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2005) dan
Yoga (2005). Nooatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan sesorang. Yoga (2005) juga menyatakan bahwa pada sesorang
yang berpengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk
memberikan ASI ekslusif karena pola pikirnya yang lebih realistis
informasi.
Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI ekslusif juga
dipengaruhi oleh faktor Lain yang meliputi umur ibu, pendidikan dan
pekerjaan ibu. Soetjiningsih (1997) mengatakan bahwa tidak hanya
pengetahuan yang mempengaruhi seseorang dalam memberikan ASI
ekslusif. Pemberian ASI ekslusif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sosial budaya, faktor psikologis, faktor kurangnya petugas kesehatan
dalam memberikan informasi atau penyuluhan, serta dorongan untuk
memberikan ASI ekslusif kepada masyarakat. Faktor lain yang

41
berpengaruh, yaitu maraknya promosi susu formula sebagai pengganti
ASI.

42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana dengan uji korelasi Spearman Rho (r)
didapat hasil koefisien korelasi (r) adalah 0,348, maka korelasi tersebut masuk dalam
kategori hubungan tingkat Rendah. Nilai p value (0,001 < 0,05) sehingga H0 ditolak,
artinya bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 0-6
tentang ASI ekslusif dengan pemberian ASI ekslusif di Kelurahan Rorotan, Kecamatan
Rorotan. Arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti didapatkan bahwa
terdapat korelasi yang positif.

5.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Rorotan
maka diperlukan evaluasi dan perbaikan terutama terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1. Promosi kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif yang lebih gencar
kepada ibu-ibu hamil trimester 3, ibu-ibu yang pertama kali melahirkan, dan kepada
ibu-ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan. Promosi dapat dilakukan di poli KIA
Puskesmas Kelurahan Rorotan saat jadwal ANC dengan cara membagikan sticker atau
leaflet ASI ekslusif, penyampaian informasi mengenai ASI ekslusif oleh seluruh
tenaga kesehatan yang menolong ibu melahirkan, dan melakukan penyuluhan
mengenai ASI ekslusif.
2. Memberikan pelatihan pada petugas kesehatan yang menolong ibu melahirkan
terutama bidan agar dapat memotivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya dan tidak menjual ataupun memberikan susu formula kepada ibu.
3. Memberikan Workshop kepada ibu yang sedang menyusui bayinya mengenai tatacara
memperlancar dan meningkatkan produksi ASI.
4. Selain itu diperlukan kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan kader
kesehatan untuk bekerja sama dalam meningkatkan promosi cakupan ASI eksklusif
pada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.

43
5. Kader kesehatan mengontrol pemberian ASI ekslusif seluruh ibu menyusui di wilayah
kerjanya menggunakan tabel kalender ASI ekslusif.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif.


Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
2014.h.1-8.Purwiyanti E. Studi Tentang Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif pada
Daerah dengan Cakupan ASI Ekslusif di Kabupaten Karanganyar. Semarang: Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang; 2011. h.10-50.
2. Suryaningtyas A, Nur W. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif
dengan Perilaku Pemberian ASI DI Puskesmas Nguter. Sukoharjo : Fakultas Ilmu
Keperawatan UMS;2009.h.112-119.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Operasional Keluarga Sadar
Gizi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.h. 1-30.
4. Utami R. ASI Ekslusif: Tinjauan dari Aspek Medis. Jakarta: Konas XII Persagi;2002.
h.12-26.
5. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI eksklusif:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.
h.20-35.
6. Jan, Riordan dan Kathleen G Auerbach. Menyusui dan Laktasi. Jakarta: ECG; 2000.
h.41-60.
7. Partiwi, Purwanti. Kendala Pemberian ASI Eksklusif, Bedah ASI. Jakarta: IDI DKIBP
FKUI; 2008. h.20-5.
8. Kori B. Flower, et al. 2008. Understanding Breastfeeding Initiation and Continuation
in Rural Communities: A Combined Qualitative/Quantitative Approach. Matern Child
Health J 2008 May; 12(3): 402–414.
9. Saleh L. Faktor – Faktor yang Menghambat Praktik ASI Ekslusif pada Bayi Usia 0-6
Bulan. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2011. h.35-40.

45
LAMPIRAN

46

Anda mungkin juga menyukai