TINJAUAN KASUS
Ket:
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Pasien : Meninggal
: Pasien : Perempuan
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum:
Pasien tampak tirah baring dengan posisi supinasi, kesadaran pasien
somnolen, pasien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 1500 ml/24
jam (Infus Pump 63 ml/jam), Infus Manitol 20% 100 ml/jam, Syring
Pump Nicardipine 0,8 ml/jam, Ranitidin 2 x 50 mg, Citicoline
2x250mg, Ondancentron 2x8 mg kapan perlu, Antrain(Kalnex)
3x500mg, Injeksi Novoravid (Subcutan) 3x6 Unit (30 memit sebelum
makan/Sonde susu NGT), P/O Candesartan 16 mg 1x1, Amlodipine
10mg 1x1, Phenytoin 100mg 3x1, terpasang NGT dan DC,
terpasangan masker oksigen 8 liter/menit.
2) Status Mental:
Tingkat kesadaran pasien somnolen, nilai GCS = Eye 3, Verbal 1,
Motorik 4 (jumlah 6), ekpresi wajah tampak datar, bentuk badan
kurus, pasien tidur terlentang (posisi supinasi), pasien tidak mampu
berbicara karena kesadaran menurun, penampilan hanya
menggunakan kain tapih/selimut.
Fungsi Kognitif: Tidak dapat dikaji
3) Tanda-tanda Vital:
Saat pengkajian tanggal 20 Agustus 2018, pukul 16.00 WIB Suhu
tubuh klien 36,6ºC tempat pemeriksaan axilla, nadi/HR 88x/menit,
pernapasan/RR 18 x/menit, tekanan darah/BP 160/100 mmHg.
4) Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris. Adanya suara nafas tambahan ronchi basah (+).
Pasien tampak dalam posisi supinasi. Masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif
5) Cardiovascular (Bleeding)
Konjungtiva tampak pucat dan capillary time 2 > detik. Denyut nadi
radialis tidak terlalu kuat. Edema tidak ada.
6) Persyarafan (Brain)
Nilai GCS: Eye: 2 (Buka mata bila dirangsang nyeri) V: 1 (Tidak ada
suara dengan rangsangan apapun) M: 3 (Timbul fleksi abnormal bila
dirangsang nyeri) Total GSC: 6, kesadaran somnolen, pupil anisokor
(ka/ki 2/2), refleks cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I (Olfaktori)
Tidak dapat dikaji
Nervus Kranial II (Optik)
Tidak dapat dikaji
Nervus Kranial III (Okulomotor)
Pupil pasien dapat berkontraksi saat melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokreal)
Pasien tidak dapat menggerakkan bola matanya ke atas dan ke bawah.
Nervus KranialV (Trigeminal)
Pasien tidak dapat mengunyah makanan: seperti nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen)
Pasien tidak dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII (Fasial)
Pasien tidak dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor)
Tidak dapat dikaji
Nervus Kranial IX (Glosofaringeal)
Tidak dapat dikaji
Nervus Kranial X (Vagus)
Pasien tidak dapat berbicara
Nervus Kranial XI (Asesori)
Tidak dapat dikaji
Nervus Kranial XII (Hipoglosol)
Pasien tidak dapat mengatur posisi lidahnya ke atas dan ke bawah.
7) Eliminasi Uri (Bladder)
Terpasang kateter (+), produksi urine ± 90 ml/6 bau khas amoniak
warna kuning/orange.
8) Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan faring: bibir kering pucat, gigi ompong sebagian tampak
kotor dan bau, tidak ada peradangan pada gusi, lidah tampak kotor,
mukosa cukup lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, rektum tidak
ada benjolan, saat pengkajian pasien tidak ada BAB, bising usus 9-13
kali per menit. Masalah keperawatan Defisit perawatan diri
9) Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas pada semua ektremitas, ukuran
otot simetris, uji kekuatan otot
1 1
1 1
Ekstermitas atas tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada
tahanan sewaktu jatuh. Ekstermitas bawah tampak kontraksi atau ada
sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.
10) Kulit-kulit dan Rambut
Suhu kulit pasien hangat, kulit terlihat kering, warna kulit pasien
coklat, turgor kulit >2 detik. Rambut cukup lebat dengan rambur
beruban, bentuk kuku simetris dan tidak ada lesi atau perlukaan pada
kulit.
11) Sistem Penginderaan
Pergerakan bola mata tidak ada, sklera normal/putih, konjungtiva
tampak pucat, kornea bening, pasien tidak menggunakan kacamata,
posisi telinga simetris, mobilitas leher bebas, bentuk hidung simetris,
tidak ada polip dan tidak ada lesi.
12) Leher Dan Kelenjar Limfe
Tidak ada massa pada leher, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe
tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
13) Sistem Reproduksi
Tidak ada kemerahan, tidak ada benjolan.
3) Pola istirahat dan tidur: Sebelum sakit siang ± 2 jam, malam ± 8 jam,
saat sakit pasien mengalami penurunan kesadaran.
4) Kognitif: Pasien dan keluarga tidak mengetahui bahwa klien
mengalami masalah pada tekanan darahnya dan memiliki riwayat gula
dalam darah tinggi.
5) Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran):
Gambaran diri: tidak dapat dikaji, pasien mengalami penurunan
kesadaran.
6) Aktivitas Sehari-hari: Sebelum sakit keluarga pasien mengatakan
aktivitas pasien sehari-hari di rumah saja. Keluarga pasien
mengatakan saat sakit seperti ini pasien dibantu penuh oleh keluarga
dan petugas kesehatan karena pasien mengalami penurunan kesadaran.
7) Koping–toleransi terhadap stress: keluarga pasien mengatakan
sebelum sakit jika pasien memiliki masalah ia akan bercerita dengan
anak-anaknya. Saat sakit tidak dapat dikaji, karena pada saat
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran.
8) Nilai–Pola keyakinan: keluarga pasien mengatakan pasien beragama
Kristen tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan agama
yang dianutnya.
2.1.5 Sosial–Spritual
1) Kemampuan berkomunikasi: pasien tidak dapat berbicara, karena pada
saat pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran.
2) Bahasa Sehari-hari: Bahasa Banjar dan Bahasa Indonesia.
3) Hubungan dengan kelurga: keluarga pasien mengatakan hubungan
pasien dengan keluarga baik.
4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain: tidak dapat
dikaji, karena pada saat pengkajian pasien mengalami penurunan
kesadaran.
5) Orang berati/terdekat: keluarga pasien mengatakan pasien dekat
dengan istri.
6) Kebiasaan menggunakan waktu luang: keluarga pasien mengatakan
biasanya pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat,
berkumpul bersama keluarga di rumah dan berdagang.
7) Kegiatan beribadah: Keluarga pasien mengatakan pasien beragama
islam sebelum sakit ia beribadah sesuai ajaran agama Islam. Saat sakit
pasien hanya tidur terlentang diatas tempat tidur.
PRIORITAS MASALAH
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak) ditandai dengan
TD : 110/75 mmHg, N : 99 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36,6ºC,
terpasang ventilator (+), terpasang godle (+), secret (+), ronchi basah
(+), pasien tampak dalam posisi semi fowler, terpasang ventilator
ps-pro fio2 O2 60% VTe 272.
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Pantau frekuensi, irama, 1. Perubahan dapat menandakan awitan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x7 jam kedalaman pernapasan setiap komplikasi pulmonal atau menandakan
kerusakan diharapkan tidak ada sianosis, Blood 1 jam. Catat ketidakteraturan lokasi/luasnya keterlibatan otak.
neurovaskuler (cedera Gas dalam batas normal, pola nafas pernapasan. 2. Memberikan kemudahan pasien dalam
pada pusat pernapasan adekuat, dengan kriteria hasil : 2. Berikan pasien posisi yang bernafas dan memberikan rasa nyaman.
otak). nyaman, posisi semi fowler. 3. Membantu memberikan ventilasi yang
- tidak ada secret (-)
3. Lakukan penghisapan adekuat bila ada gangguan pada
- ttv dalam batas normal dengan ekstra hati-hati, ventilator.
Td : 120/80 mmHg jangan lebih dari 10-15 4. Penghisapan pada trakhea dapat
detik. Catat karakter, warna menyebabkan atau meningkatkan
N : 60-80 x/menit
dan kekeruhan dari sekret. hipoksia yang menimbulkan
RR : 16-20 x/menit
4. Auskultasi suara napas, vasokonstriksi yang pada akhirnya
0
S : 36-37 C perhatikan daerah akan berpengaruh cukup besar pada
hipoventilasi dan adanya perfusi jaringan.
suara tambahan yang tidak 5. Adanya obstruksi dapat menimbulkan
normal misal: ronkhi, tidak adekuatnya pengaliran volume
wheezing, krekel. dan menimbulkan penyebaran udara
5. Siapkan ambu bag tetap yang tidak adekuat.
berada didekat pasien. 6. Bronkodilator sebagai pengencer dahak
6. Kolaborasi dengan dokter dan oksigen memberi kemudahan
dalam pemberian terapi pasien dalam bernafas.
bronkodilator dan ksigen.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN