Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-

angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Jitowiyono &

Weni 2010). Katarak adalah penurunan progesif kejernihan lensa, lensa menjadi

keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang.

Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai

dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin 2009).

Saat ini katarak banyak terjadi akibat cedera pada lensa (katarak

traumatika), efek langsung dari penyakit intraokular (katarak komplikata), dan

katarak yang terjadi akibat adanya gangguan-gangguan sistemik seperti diabetes,

hipoparatiroid, dermatitis atopic dan sebagainya. Katarak disebabkan karena

banyak proses diantaranya usia lanjut atau proses penuaan, kongenital atau

keturunan, pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti

merokok atau bahan beracun lainnya, katarak bisa disebabkan oleh cedera mata,

penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya

kortikosteroid). Seiring dengan bertambahnya usia, lensa mata akan mengalami

opasitas dimana opasitas itu akan menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa

nyeri, timbul rasa silau ketika melihat suatu objek, serta adanya kelainan refraksi.

Katarak yang dibiarkan tanpa adanya tindakan medis akan berdampak pada tajam

penglihatan berkurang akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras akibat dari

katarak itu sendiri . Penderita katarak yang sudah kronis akan mengalami
gangguan penglihatan secara total, sehingga pasien dengan katarak akan

mengalami gangguan persepsi sensori penglihatan dan beresiko terjadi trauma dan

sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(Farmacia, 2009).

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 kondisi

katarak di dunia saat ini, terdapat 45 juta penderita katarak secara umum baik

katarak kongenital, katarak primer dan katarak komplikata, 60 persen di antaranya

berada di negara miskin atau berkembang dan 40 persennya berada di negara

maju. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 Prevalensi Katarak di Indonesia

sebesar 8,2 persen dari jumlah katarak yang ada di dunia. (Wartapedia, 2011).

Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15

tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis. Sekitar 16%-22%

penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun, prevalansi katarak

adalah 0,1% per tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang

penderita katarak baru Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan

jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara, mencapai 1,5%

atau 2 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 240.000 orang yang terancam

mengalami kebutaan. Sebagai perbandingan di Bangladesh angka kebutaan 1%,

di India 0,7%, dan Thailand 0,3%. Survei yang dilakukan Kementerian

Kesehatan menunjukkan, penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah

penyakit katarak (0,78%), disusul penyakit glaukoma (0,12%), kelainan refraksi

(0,14%), dan penyakit lain terkait usia lanjut (0,38%). Besarnya jumlah

penderita katarak di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia

lanjut pada tahun 2000 yang diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4% dari total
penduduk). Selain terlalu seringnya terkena sinar matahari, faktor nutrisi yang

kurang juga menjadi penyebab katarak. Penyakit diabetes pun ikut

menyumbang terhadap tingginya jumlah penderita katarak. (Riskesdas, 2013).

Seiring berjalannya waktu, bahaya katarak yang terus dibiarkan dapat

menyebakan penglihatan terus-menerus. Bahkan banyak yang

mengalami kebutaan akibat dari perkembangan penyakit katarak yang tidak

diobati dalam jangka waktu lama. Katarak yang tidak diobati dalam jangka

lama bisa menjadi “hiper-mature” yakni suatu kondisi yang membuat mereka

lebih sulit dikeluarkan dan lebih cenderung menyebabkan komplikasi operasi

katarak, trauma berat pada mata seperti adanya operasi mata atau radang

intraokular juga bisa menyebabkan katarak berkembang buruk lebih cepat. Faktor

lain yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia yang lebih dini

meliputi paparan sinar ultraviolet yang berlebihan, terpepar radiasi pengion,

diabetes, merokok atau penggunaan obat tertentu. (Jitowiyono & Weni 2010).

Pemerintah dengan dukungan masyarakat terus berupaya mengatasi

masalah kesehatan bangsa ini dengan meningkatkan akses masyarakat pada

pelayanan kesehatan yang bermutu melalui penyiapan sarana dan prasarana

pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Upaya ini

diperkuat dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi

masyarakat miskin termasuk untuk operasi katarak. Pelayanan Kesehatan Indera

Penglihatan diselenggarakan mulai dari pelayanan kesehatan primer di Puskesmas

dan pelayanan rujukan di Rumah Sakit. Pemerintah Indonesia telah menyusun

Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.

Upaya ini sejalan dengan komitmen global Vision 2020 The Right to Sight yang
dicanangkan oleh WHO, bahwa setiap penduduk mempunyai hak untuk dapat

melihat secara optimal pada tahun 2020. Hal ini merupakan inisiatif global dalam

menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan. Kegiatan bakti sosial operasi

katarak merupakan salah satu wujud nyata dari kepedulian terhadap lansia,

Katarak dan kebutaan merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling

banyak dialami oleh manusia yang dapat menurunkan kualitas hidup lanjut usia.

(Kemenkes RI, 2015)

Peran perawat pada pasien dengan katarak sangatlah banyak. Disini,

perawat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini

mungkin. Pada pasien katarak dengan pre operasi, peran perawat diperlukan untuk

mempersiapkan pasien dalam pembedahan mata yang akan dilakukan. Mulai dari

pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang

menjadi penghalang, pemenuhan kebutuhan psikologis dan keamanan pasien serta

pengetahuan tentang tindakan yang akan dilakukan dan komplikasi yang mungkin

terjadi. Pada post operasi katarak, peran perawat dibutuhkan berhubungan dengan

adanya luka operasi yang ada pada klien dimana menimbulkan permasalahan yang

kompleks mulai dari nyeri, resiko infeksi, resiko cedera serta berbagai masalah

yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Perawat mengajarkan teknik untuk

mengurangi nyeri, membersihkan luka dengan teknik aseptik untuk menghindari

terjadinya infeksi, dan perawat juga membantu pasienmemenuhi kebutuhan dasar

lainnya.

Berdasarkaan dari data yang didapatkan dari Profil RSUD Indramayu

tahun 2017, jumlah penderita Katarak Laki-laki sebanyak 186 jiwa dan

Perempuan sebanyak 254 jiwa dengan total sebanyak 440 jiwa.


Berdasarkan Latar Belakang tersebut bahwa komplikasi Katarak dapat

menyebabkan terjadinya kebutaan mata, penulis tertarik untuk mengangkat kasus

Katarak yang terjadi di desa Ranjeng Kecamatan Losarang khususnya didalam

keluarga Ny. D yang belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit, dalam

karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan Keluarga Ny. K khususnya

pada Ny. D dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09 RW.02

Desa Ranjeng Kecamatan Losarang”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh

pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga

secara komperhensif dengan pendekatan proses “Asuhan Keperawatan Keluarga

Ny. K khususnya pada Ny. D dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas

di RT.09 RW.02 Desa Ranjeng Kecamatan Losarang”.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga, diharapkan penulis

mampu :

1. Melakukan pengkajian keperawatan Keluarga Ny. K khususnya pada Ny.

D dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09 RW.02

Desa Ranjeng Kecamatan Losarang.

2. Menentukan diagnosa keperawatan Keluarga Ny. K khususnya pada Ny. D

dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09 RW.02

Desa Ranjeng Kecamatan Losarang.


3. Menyusun rencana keperawatan Keluarga Ny. K khususnya pada Ny. D

dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09 RW.02

Desa Ranjeng Kecamatan Losarang.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan Keluarga Ny. K khususnya pada Ny.

D dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09 RW.02

Desa Ranjeng Kecamatan Losarang.

5. Mengevaluasi hasil tindakan Asuhan keperawatan Keluarga Ny. K

khususnya pada Ny. D dengan Katarak yang mengalami gangguan

aktivitas di RT.09 RW.02 Desa Ranjeng Kecamatan Losarang.

6. Menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus pada pemberian

Asuhan keperawatan Keluarga Ny. K khususnya pada Ny. D dengan

Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09 RW.02 Desa

Ranjeng Kecamatan Losarang.

7. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan Keluarga Ny. K khususnya

pada Ny. D dengan Katarak yang mengalami gangguan aktivitas di RT.09

RW.02 Desa Ranjeng Kecamatan Losarang.

1.3 Manfaat

1.3.1 Teori

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti lain dalam

mengembangkan penelitian selanjutnya berkaitan dengan katarak. Hasil penelitian

ini dapat di jadikan dasar untuk penelitianlabih lanjut mengenai katarak.


1.3.2 Praktis

 Bagi Penulis

Mengaplikasikan mata kuliah yang sudah diperoleh kedalam bentuk

Karya Tulis Ilmiah mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan

Katarak.

 Bagi Akademik

Sebagai referensi pengembangan ilmu keperawatan yang dapat digunakan

pembaca khususnya mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga dengan

Katarak di Akademi Saefudin Zuhri Indaramayu.

 Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebegai informasi dan pengetahuan

di masyarakat khusus pasien serta keluarga yang mengalami masalah

Katarak.

 Bagi Puskesmas Losarang

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan program Katarak yang

sudah ada di Puskesmas Losarang.

1.4 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah

menggunakan metode deskriktif berupa studi kasus untuk mendapat kan

gambaran yang lebih nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.


1.4.2 Lokasi dan waktu pengambilan data

Penelitan karya tulis ilmiah ini di lakukan di wilayah kerja puskesmas

Losarang dan tepatnya di Desa Ranjeng Rt.09 Kecamatan Losarang, dan di

laksanakan dari tanggal 12 Februai – 24 Februari 2018.

1.4.3 Tehnik pengumpulan data

a. Wawancara / tanya jawab (Nursalam, 2012)

Suatu metode komunikasi yang di rencanakan dan meliputi tanya jawab

antara perawat dengan klien yang berhubungan dengan masalah kesehatan

klien.

b. Pengamatan / observasi (Nursalam, 2012)

Merupakan kegiatan mengamati prilaku dan keadaan klien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan klien.

Pemeriksaan fisik

c. Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik setiap anggota keluarga

untuk mendapatkan data yang akurat untuk menunjang diagnosa dan

penyusunan rencana keperawatan selanjutnya. (Ali Zaidin, 2009).

d. Studi dokumentasi

Pengumpulan data melalui penerapan riwayat penyaki/keperawatan yang

tepat, studi dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data yang akutar

dengan meneliti riwayat kesehatan klien yang lalu. (Ali Zaidin, 2009).

e. Studi keputusan

Upaya pengumpulan data dengan memperlajari teori-teori yang berkaitan

dengan kasus yang diambil guna menentukan diagnosis dan penyusunan

rencana keperawatan yang tepat. (Ali Zaidin, 2009).


1.5 Sistematika penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan terdiri dari lima BAB dimana

sistematika penulisan masing-masing BAB akan diuraikan sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan umum dan tujuan khusus,

manfaat teori dan manfaat praktis, metode penelitian dan teknik pengumpulan

data, lokasi dan waktu pengambilan data dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teoritis terdiri dari atas konsep dasar yang mencakup Konsep

Penyakit Katarak, Konsep Kebutuhan Aktifitas, Konsep Keluarga, Konsep

Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak.

3. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tinjauan Khasus yang mencakup (Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Intervensi Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi).

4. BAB IV PEMBAHASAN

Dalam BAB ini akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang

meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan,

Evaluasi.

5. BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan saran yang berisikan tentang jawaban dari tujuan yang

diinginkan oleh penulis dan rekomendasi yang bersifat operational.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai