Anda di halaman 1dari 22

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,


DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

Sumber Stres
1. Individu Stres
- Kegagalan mencapai tujuan
- Konflik
- Perubahaan gaya hidup
2. Keluarga Tingkat Stres
3. Komunikasi dan Masyarakat • Ringan
- Stimuli lingkungan yang • Sedang
tidak menyenangkan • Berat
• Sangat berat

Siklus Sirkardian

Fungsi Tidur Kualitas Tidur


• Restorasi Tidur • Kualitas tidur baik
• Homeostatis • Kualitas tidur buruk

Tahap-tahap Tidur
• Non-rapid Eye
Movement (NREM) Faktor yang mempengaruhi tidur
1. Obat atau substansi
- NREM stadium 1
2. Gaya hidup
- NREM stadium 2
3. Lingkungan
- NREM stadium 3
4. Stres emosional
- NREM stadium 4
5. Pola tidur
• Rapid Eye Movement
6. Makanan dan asupan kalori
(REM)
7. Aktivitas fisik

Keterangan :
: diteliti : variabel independen
: tidak diteliti : variabel dependen

25

Universitas Sumatera Utara


3.2. Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Penelitian
1. Variabel independen : tingkat stres
2. Variable dependen : kualitas tidur
3.2.2. Definisi Operasional
• Tingkat stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa
menekan dalam diri individu
Cara ukur :
kuesioner skala stres yang terdiri atas 14 pertanyaan dengan
rentan pilihan jawaban :
0. Tidak pernah
1. Kadang-kadang
2. Sering
3. Selalu
Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur :
o stres ringan jika nilai 15-18
o stres sedang jika nilai 19-25
o stres berat jika nilai 26-33
o stres sangat berat jika nilai >34
Skala pengukuran : ordinal

- Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur


sehingga tidak merasa kekurangan tidur dan tidak ada gangguan
tidur
Cara ukur :
kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan masing-masing pertanyaan
diberikan skor 0 sampai 3, dengan kriteria tertentu.
Alat ukur : kuesioner

26

Universitas Sumatera Utara


Hasil ukur :
o Skor ≤ 5 : kualitas tidur baik
o Skor > 5 kualitas tidur buruk
Skala pengukuran : ordinal

3.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada mahasiswa
semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2016.

27

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan


desain cross sectional (potong lintang) yang dilakukan dengan tujuan untuk
melihat hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur. Desain cross sectional
dipilih karena pengumpulan data hanya dilakukan satu kali.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Medan. Pemilihan tempat dipilih karena diketahui bahwa mahasiswa
semester VII di FK USU tahun 2016 sedang mengerjakan skripsi mengalami stres
dan kualitas tidur buruk, juga dengan alasan memudahkan proses pengumpulan
data yang diperlukan sehingga diharapkan dapat memenuhi besar sampel minimal
penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2016.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa semester VII Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2016.

4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VII di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2016, mahasiswa tersebut masih
aktif kuliah dan tidak sedang cuti, dan bersedia menjadi responden peneliti.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan random


sampling dimana responden secara acak yang memenuhi kriteria akan dijadikan
sebagai sampel dengan besar sampel dihitung memakai rumus:

28

Universitas Sumatera Utara


2
Zα�2PQ + Zβ�P1Q1 + P2Q2
n1 = n2 = � �
(𝑃𝑃1𝑄𝑄1)2

Keterangan :
N = besar sampel
Zα = deviat baku alfa, sebesar 10% dua arah (1,64)
Zβ = deviat baku beta, sebesar 20% (0,84)
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,5
Q2 = 1-P2 = 0,5
P1 – P2 = 0,25
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
= P2 + 0,25 = 0,75
Q1 = 1-P1 = 0,25
P = proporsi total = (P1+P2)/2 = 0,625
Q = 1-P = 0,375
Apabila seluruh nilai di atas dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh sebagai
berikut :

2
1,64�2x0,625x0,375 + 1,84�0,75x0,25 + 0,5x0,5
n1 = n2 = � �
(0,75𝑥𝑥0,25)2

n = 45

Jadi, besar sampel minimal yang digunakan pada penelitian ini adalah 45 orang

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


4.3.3.1. Kriteria Inklusi
- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 yang masih aktif kuliah

4.3.3.2. Kriteria Eksklusi


- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 dengan riwayat gangguan
psikiatri

29

Universitas Sumatera Utara


- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 dengan riwayat penggunaan
obat-obatan ( antikolinergik, antikejang, obat anoreksia, antidepresan,
antihipertensi, antineoplastik, antiparkinson, bronkodilator, kortikosteroid),
narkoba, dan alcohol
- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 dengan penyakit medis
obstructive sleep apnea, central sleep apnea, sleep-related asthma, angina
nocturnal, gagal jantung kongestif, sleep-related gastroesofageal reflux,
pruritus, dan osteoartritik.
- Mahasiswa semester VII FK USU tahun 2016 yang tidak bersedia menjadi
responden dalam penelitian

4.4. Metode Pengumpulan Data


4.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dari kuesioner yang diisi oleh responden.

4.4.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang
digunaka untuk menilai tingkat stress adalah kuesioner DASS42 (Depression
Anxiety Stress Scales) dan kuesioner yang digunakan untuk menilai kualitas tidur
adalah kuesioner PSQI (The Pittsburgh Sleep Quality Index).
DASS adalah satu set tiga skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur
status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.DASS dibentuk tidak
hanya sebagai satu set timbangan untuk mengukur secara konvensional mengenai
status emosi, tetapi untukproses yang lebih lanjut untuk pemahaman pengertian,
dan pengukuran yang berlaku dimanapun dari status emosional.
DASS terdiri dari 42 pertanyaan, dimana setiap skalanya terdiri dari 14
pertanyaan. Skala Depresi menilai dysphoria, putus asa, devaluasi hidup, self-
deprecation, kurangnya minat / keterlibatan, anhedonia, dan inersia. Skala
Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka, kecemasan situasional, dan
pengalaman subjektif dari pengaruh cemas. Skala Stres skala stres sensitif

30

Universitas Sumatera Utara


terhadap tingkat terangsang non-spesifik kronis. Hal menilai kesulitan santai,
rangsangan saraf, dan menjadi mudah marah / gelisah, pemarah / over-reaktif dan
tidak sabar.
Tingkat stres berdasarkan scoring dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
o Stres ringan stres ringan jika nilai skor 15-18
o stres sedang jika nilai skor 19-25
o stres berat jika nilai skor 26-33
o stres sangat berat jika nilai skor >34
Reabilitas dan validitas penelitian dari DASS sudah teruji. Reliabilitas DASS
sangat baik (α = 0,9483), karena 41 item memiliki korelasi item-total lebih dari 3
(Nunnaly, 1994) sehinggadapat disimpulkan bahwa DASS memiliki konsistensi
internal yang memadai.33
PSQI mengkaji 7 dimensi dalam kualitas tidur yaitu kualitas tidur subjektif,
latensi tidur, durasi tidur, masalah selama tidur. efisiensi kebiasaan tidur,
penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari. Pengukuran setiap
dimensi tersebar dalam beberapa pertanyaan dan penilaian sesuai dengan standar
baku. Terdapat 10 pertanyaan dalam PSQI. Pertanyaan 1 dan 3 untuk dimensi
efisiensi kebiasaan tidur, pertanyaan 2 dan 5a untuk dimensi sleep latensi,
pertanyaan 4 untuk dimensi durasi tidur, pertanyaan 5b-5j untuk dimensi masalah
selama tidur, pertanyaan 6 untuk dimensi penggunaan obat tidur, pertanyaan 7 dan
8 untuk dimensi disfungsi tidur pada siang hari, pertanyaan 9 untuk dimensi
kualitas tidur subjektif, dan pertanyaan 10 untuk mengkaji apabila responden
memiliki teman tidur.
Dibagi atas tujuh komponen dengan tiap dimensi diberi skala nilai 0 (tidak
ada masalah selama sebulan) hingga 3 (lebih dari tiga kali per minggu):
Komponen 1 Skor no. 9
Komponen 2 Skor no. 2 (<15min (0) // 16-30min (1) // 31-60 min (2)
// >60min (3)) + Skor no. 5a
Komponen 3 Skor no. 4 (>7(0), 6-7 (1), 5-6 (2), <5 (3)
)

Komponen 4 >85%=0, 75%-84%=1, 65%-74%=2, <65%=3


31

Universitas Sumatera Utara


𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑥𝑥 100%)
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐷𝐷𝐷𝐷 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
Komponen 5 Total skor no 5b hingga 5j
(0=0; 1-9=1; 10-18=2; 19-27=3)


Komponen 6 Skor no. 6


Komponen 7 Skor no. 7 + skor no. 8 (0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3)

Total ketujuh komponen, maka didapatkan skor global PSQI. Skor global > 5
dianggap memiliki kualitas tidur yang buruk, dan mungkin memiliki gangguan
tidur yang signifikan. Dianjurkan untuk ke tenaga kesahatan.
Validitas penelitian dari PSQI sudah teruji. Instrumen ini menghasilkan 7
skor yang sesuai dengan domain atau area yang disebutkan sebelumnya. Tiap
domain nilainya berkisar antara 0 (tidak ada masalah) sampai 3 (masalah berat).
Nilai tiap komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor global antara 0-21. Skor
global > 5 dianggap kualitas tidur yang buruk. PSQI memiliki konsistensi internal
dan koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0,83 untuk tujuh komponen
tersebut.32
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program
komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS). Tahap
pengolahan data dilakukan agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang
benar. Terdapat empat tahap dalam pengolahan data, yaitu editing, coding ,
processing, dan cleaning. Pertama, editing adalah tahap memeriksa kebenaran
data yang telah terkumpul. Kedua, coding adalah tahap mengubah data yang
berbentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah pada saat analisis data.
Ketiga, processing adalah memasukkan data kuesioner yang telah terisi dan
mengalami pengkodean ke program computer. Keempat, cleaning adalah hasil
yang sudah dimasukkan ke dalam program computer diperiksa kembali ada
kesalahan atau tidak.

4.5.2. Analisa Data

32

Universitas Sumatera Utara


Data yang telah diolah kemudian dianalisis. Jenis analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Tujuan dari univariat
adalah untuk menjelaskan tentang tingkat stres dan kualitas tidur yang dialami
responden, sedangkan analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat stres dengan kualitas tidur pada responden.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kategori yang berskala ordinal.
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji chi square, jika terdapat didalam sel nilai
ekspektasi <5, maka akan dianalisis dengan Kolmogorov-smirnoff. Derajat signifikan
apabila p<0,05. Uji korelasi menggunakan uji korelasi pearson (uji parametric) atau
spearman (uji non-parametrik) dan mempunyai makna r sebagai berikut :

- r = 0,00-<0,2 ( hubungan sangat lemah)


- r = 0,2 - <0,4 (hubungan lemah)
- r = 0,4 - <0,6 (hubungan sedang)
- r = 0,6 – 0,8 (hubungan kuat)
- r = 0,8 – 1 (hubungan sangat kuat)34

4.6. Jadwal dan Alur Kegiatan Penelitian


4.6.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan kegiatan bimbingan dan pembuatan proposal,
sampai dengan persentasi hasil laporan penelitianpada setiap waktunya. Berikut
merupakan rancangan kegiatan penelitian.

33

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
1 Bimbingan dan
pembuatan
proposal
2 Seminar
proposal
3 Pengumpulan
data
4 Bimbingan,
pengolahan
data, analisa
data, dan
penyusunan
hasil penelitian
5 Persentasi hasil
penelitian

34

Universitas Sumatera Utara


4.6.2. Alur Kegiatan Penelitian

MULAI

PERUMUSAN

SURVEI AWAL

PENENTUAN

PENGUMPULAN DATA

KUALITAS TIDUR BAIK KUALITAS TIDUR BURUK

TINGKAT STRES : TINGKAT STRES :


- RINGAN - RINGAN
- SEDANG - SEDANG
- BERAT - BERAT
- SANGAT BERAT - SANGAT BERAT

PENGOLAHAN DATA

ANALISA DATA

HASIL

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 4.6.2. Kerangka alur penelitian

35

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2016 di kampus
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang berlokasi di jalan
dr. Mansyur No.5 Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden


Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII tahun 2016 yang termasuk
dalam kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

5.1.2.1. Karakteristik Responden


Deskripsi karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada (tabel
5.1).
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden
Variable Frekuensi (n=100) Persentase
Umur 19-21 tahun 83 83%
>21 tahun 17 17%
Jenis kelamin Laki-laki 37 37%
Perempuan 63 63%
Tempat tinggal Bersama orang tua 53 53%
Tidak bersama orang tua 47 47%

Berdasarkan tabel 5.1. di atas, diperoleh hasil analisis bahwa usia dari
responden terbanyak adalah 19-21 tahun sebanyak 83 orang (83%). Jenis kelamin
perempuan lebih besar yaitu sebanyak 63 orang (63%). Untuk tempat tinggal,
lebih banyak tinggal bersama orang tua yaitu sebanyak 53 orang (53%).

36

Universitas Sumatera Utara


5.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Stres
Distribusi persentase karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal pada
penelitian ini dapat dilihat pada (gambar 5.1).

Gambar 5.1 Distribusi persentase responden berdasarkan tingkat stres

Berdasarkan Gambar 5.1 di atas, berdasarkan hasil penilaian skor DASS42


dari 100 orang responden, didapati lebih banyak responden yang mengalami stres
ringan yaitu sebesar 57 orang (57%).

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Stres Terhadap Data Demografi


Variabel Tingkat stres (n=100)
Stres ringan Stres Stres berat Stres sangat
sedang berat
n % n % n % n %
Umur 19-21 tahun 48 48,0% 26 26,0% 6 6,0% 3 3,0%
>21 tahun 9 9,0% 5 5,0% 3 3,0% 0 0,0%
Jenis Laki-laki 28 28,0% 6 6,0% 2 2,0% 1 1,0%
kelamin Perempuan 29 29,0% 25 25,0% 7 7,0% 2 2,0%
Tempat Bersama ortu 33 33,0% 14 14,0% 4 4,0% 2 2,0%
tinggal Tidak bersama 24 24,0% 17 17,0% 5 5,0% 1 1,0%
ortu

37

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, berdasarkan hasil penilaian skor DASS42 dari
100 orang responden, didapati responden dengan kelompok umur 19-21 tahun
sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 48 orang (48,0%) dan
responden dengan kelompok umur >21 tahun mengalami stres ringan sebanyak 9
orang. Responden perempuan mengalami stres ringan sebanyak 29 orang dan
responden laki-laki mengalami stres ringan sebanyak 28 orang. Sedangkan
responden yang tinggal bersama orang tua mengalami stres ringan sebanyak 33
orang dan responden yang tidak tinggal bersama orang tua mengalami stres ringan
sebanyak 24 orang.

5.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kualitas Tidur


Berdasarkan hasil pengisian kuesioner PSQI yang dilakukan oleh 100 orang
responden, maka diperoleh hasil seperti gambar 5.2 dibawah ini.

Gambar 5.2 Distribusi persentase responden berdasarkan Kualitas tidur


Berdasarkan Gambar 5.2 di atas, diketahui berdasarkan hasil penilaian skor
PSQI bahwa dari 100 orang responden tercatat responden lebih banyak
mengalami kualitas tidur buruk yaitu sbesar 53 orang (53%).

5.1.2.3.1. Karakteristik kualitas tidur terhadap kebiasaan tidur


Distribusi persentase karakteristik responden berdasarkan kualitas tidur
terhadap kebiasaan tidur pada penelitian ini dapat dilihat pada table dibawah ini.

38

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3 Distribusi dan Persentase Kebiasaan Tidur pada responden
Variabel Frekuensi (n=100) Persentase
Mulai ke sudah mengantuk 20 20.0 %
tempat lelah/capek siap ngerjakan tugas 33 33.0 %
tidur? Kebiasaan tidur 40 40.0 %
Agar bangun cepat 7 7.0 %
Menanti Main handphone 52 52.0 %
sebelum Mencoba untuk tidur 21 21.0 %
tidur ? Berbaring di tempat tidur 6 6.0 %
Langsung tertidur 21 21.0 %
Bangun Kuliah 63 63.0 %
tidur ? Ngerjain tugas 4 4.0 %
Kebiasaan bangun 33 33.0 %

Berdasarkan Table 5.3 di atas, menunjukkan bahwa 40 orang (40%)


responden akan memulai ke tempat tidur karena kebiasaan tidur, 52 orang (52%)
responden mengungkapkan bahwa yang mereka lakukan diwaktu menanti
sebelum tertidur digunakan untuk bermain handphone, dan 63 orang (63%)
responden dapat bangun di pagi hari karena adanya kewajiban kuliah.

5.1.2.3.2. Karakteristik kualitas tidur terhadap data demografi


Distribusi persentase karakteristik responden berdasarkan kualitas tidur
terhadap data demografi pada penelitian ini dapat dilihat pada table dibawah ini.

39

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4 Karakteristik Kualitas Tidur Terhadap Data Demografi
Variabel Kualitas Tidur (n=100)
Baik Buruk
n % n %
Umur 19-21 tahun 41 41,0% 42 42,0%
>21 tahun 6 6,0% 11 11,0%
Jenis Laki-laki 24 24,0% 13 13,0%
kelamin Perempuan 23 23,0% 40 40,0%
Tempat Bersama ortu 25 25,0% 28 28,0%
tinggal Tidak bersama ortu 22 22,0% 25 25,0%

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, berdasarkan hasil penilaian skor PSQI dari
100 orang responden, didapati responden dengan kelompok umur 19-21 tahun
memiliki kualitas tidur buruk sebesar 42 orang dan responden dengan kelompok
umur >21 tahun didapati memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 11 orang.
Responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki kualitas tidur
buruk yaitu sebesar 40 orang dan reponden dengan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak memiliki kualitas tidur baik yaitu sebanyak 24 orang. Sedangkan
responden yang tinggal bersama orang tua memiliki kualitas tidur buruk yaitu
sebanyak 28 orang dan responden yang tidak tinggal bersama orag tua 25 orang
mengalami kualitas tidur buruk.

5.1.3. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur


Hubungan antara tingkat stress dengankualitas tidur pada responden dapat
dilihat dalam tabel 5.5.

40

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5 Hasil Tabulasi Silang Antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur
Kualitas tidur
Tingkat stres Baik Buruk p-value PR CI 95%
n (%) n (%)
Ringan 44 (93,6%) 13 (24,5%)
Sedang – berat 3 (6,4%) 40 (75,5%) 0,0001 11,064 3,683-33,255

Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa responden
dengan tingkat stres ringan memiliki kualitas tidur yang baik sebanyak 44 orang
(93,6%), dibandingkan responden dengan tingkat stres sedang-berat memiliki
kualitas tidur yang buruk sebanyak 40 orang (75,5%). Hasil uji statistic chi square
dari penelitian ini menunjukkan hasil p-value 0,0001 (CI 95%=3,683-33,255),
hasil menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan
kualitas tidur dan dari nilai PR=11,064 maka dapat dikatakan tingkat stres
merupakan faktor resiko terhadap kualitas tidur buruk.

Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur
Variabel r P
Total skor PSQI 0,595 0,0001

Dari Tabel 5.6 diatas,berdasarkan uji korelasi spearman dapat dilihat bahwa
nilai r untuk kualits tidur adalah 0,595 yang berarti semakin tinggu total skor
PSQI maka semakin meningkat tingkat stresnya dan secara statistik bermakna
karena nilai p adalah 0,0001 (<0,05).

5.2. Pembahasan
5.2.1. Analisis Univariat
5.2.1.1.Tingkat Stres
Pada penelitian ini dari 100 responden didapatkan bahwa hampir seluruh
responden memiliki tingkat stres ringan, yaitu sebanyak 64 orang, stres sedang
sebanyak 24 orang, stres berat sebanyak 9 orang, dan stres sangat berat sebanyak

41

Universitas Sumatera Utara


3 orang. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Issabel, 2015
pada sebagian besar mahasiswa kedokteran di Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya memiliki tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (37,9%), stres sedang
sebanyak 21 orang (31,8%), stres berat sebanyak 15 orang (22,7%), dan stres
sangat berat sebanyak 5 orang (7,6%).35
Dari hasil penelitian diapati stres ringat paling banyak di temukan pada
kelompok usia 19-21 tahun. Stres juga dapat terjadi kepada siapa saja tanpa
mengenal usia dan kapan saja tergantung bagaimana cara individu itu sendiri
menangani stresor tersebut.2
Dari penelitian ini didapati bahwa tingkat stres lebih banyak pada responden
perempuan daripada responden laki-laki, dimana perempuan untuk segala hal
lebih menggunakan perasaan dibandingkan akal sehingga lebih mudah menjadi
stres, sedangkan laki-laki lebih menggunakan akal daripada perasaan sehngga
kemungkinan terjadinya stres lebih kecil. Berkaitan dengan tingkat stres terhadap
jenis kelamin, dimana perempuan lebih sensitif dalam menanggapi masalah yang
kecil sehingga akan menambah beban pikiran yang akhirnya mengakibatkan
perempuan lebih mudah ansietas, stres, bahkan sampai depresi. Sedangkan untuk
laki-laki sendiri kebanyakan berpikir secara rasional sehingga tidak terlalu
menanggapi masalah yang kecil yang akan menambah beban pikiran. Akan
tetapi, wanita lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan
bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta gangguan makan.1Sesuai
dengan American Institute of Stress bahwa perempuan 2-3 kali lebih rentan
terhadap stres dibandingkan laki-laki.18 Didukung juga dengan penelitian oleh
Abdulghani,dkk, 2011 bahwa tingkat stres lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.5
Berdasarkan tempat tinggal, stres lebih banyak ditemukan pada responden
yang tinggal bersama orang tua dibandingkan responden yang tidak tinggal
bersama orng tua. Hal ini bisa saja dikarenakan adanya masalah keluarga yang
timbul seperti pertengkaran antar keluarga serta lingkungan yang tidak
mendukung mengakibatkan stres menjadi meningkat, dimana responden yang
tidak tinggal bersama orang tua memiliki tingkat stres yang lebih rendah ini bisa

42

Universitas Sumatera Utara


saja dikarenakan adanya teman sebaya yang dapat membantu dan lebih
memahami. Hal ini juga didukung dengan penelitian Putri, 2012 bahwa tingkat
stres lebih tinggi pada responden yang tinggal bersama keluarga dibandingkan
yang tidak bersama keluarga. Tetapi tidak menutup kemungkinan responden yang
kost memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan yang tinggal bersama
keluarga.4
Penyebab stres pada mahasiswa berbeda antara satu individu dengan yang
lain. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres dapat dibagi atas faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri individu
mahasiswa sendiri misalnya kondisi fisik, motivasi, dan tipe kepribadian dari
mahasiswa itu sendiri. Faktor eksternal biasanya berasal dari luar individu seperti
keluarga, pekerjaan, fasilitas, lingkungan, dosen dan lain-lain.1

5.2.1.2.Kualitas Tidur
Dari hasil penelitian ini didapati bahwa prevalensi dari 100 responden
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII tahun
2016 lebih banyak mengalami kualitas tidur buruk sejumlah 53% dibandingkan
kualitas tidur baik sejumlah 47%.
Hasil dalam penelitian dini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lemma dkk, 2012 pada Universitas di Ethiopia didapati mahasiswa yang
memiliki kualitas tidur buruk sebesar 55,8%.36 Sementara itu berdasarkan hasil
penelitian Brick, dkk, 2010 pada mahasiswa kedokteran di Amerika memiliki
kualitas tidur buruk sebanyak 50,9%.9 Sedangkan berdasarkan penelitian yang
dilakukan Fridayana, dkk, 2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak didapati mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk sebesar
72,2%.12
Dari penelitian ini kualitas tidur berdasarkan umur tidak didapati perbedaaan
yang signifikan antara kelompok umur 19-21 tahun dan >21 tahun. Hal ini dapat
dilihat dari pola tidur seseorang, dimana remaja memiliki rata-rata tidur sekitar 7,5
jam sedangkan dewasa muda memiliki rata-rata tidur 6 – 8,5 jam.19

43

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa kualitas tidur buruk lebih
banyak pada responden perempuan daripada responden laki-laki. Banyaknya
kualitas tidur buruk pada perempuan dapat disebabkan oleh karena turunnya kadar
hormon estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi.37 Penurunan kadar
progesteron selama masa premenstruasi berhubungan dengan kesulitan tidur dan
meningkatkan frekuensi bangun. Hormon estrogen dapat menurunkan latensi tidur
dan frekuensi bangun serta meningkatkan jumlah total jam tidur. Terapi estrogen
pada perempuan dapat meningkatkan jumlah tidur gelombang lambat dan tidur
REM sehingga kualitas tidur yang dialami akan lebih baik.38
Berdasarkan kualitas tidur terhadap tempat tinggal responden ditemukan
bahwa kualitas tidur buruk banyak ditemukan pada responden yang tinggal
bersama orang tua dibandingkan responden yang tidak tinggal bersama orng tua.
Penelitian ini didukung dengan penelitian Viona, 2013 dimana kualitas tidur
buruk lebih banyak pada responden yang tinggal bersama orang tua, dimana juga
didapati adanya faktor lingkungan seperti suhu yang terlalu panas, kebisingan,
cahaya, suhu yang terlalu dingin, dan faktor lain.9

5.2.2. Analisa Bivariat


5.2.2.1.Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur
Dari hasil analisis bivariat penelitian dengan metode chi square dimana
didapati nilai p-value sebesar 0,0001. Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak,
sehingga terdapat adanya suatu hubungan antara tingkat stres dengan kualitas
tidur . Berdasarkan uji korelasi spearman didapatkan hasil hubungan sedang dan
bermakna (r= 0,595, p=0,0001) yang berarti semakin meningkat tingkat stresnya
maka 0,595 kali mengakibatkan kualitas tidur semakin buruk dan dikarenakan
penelitian ini signifikan maka dapat beralaku secara umum. Didukung juga
dengan penelitian Wichaksono, 2012 di Universitas Airlangga didapati nilai p-
value sebesar 0,024 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres
dengan kualitas tidur dan nilai r = 0,318 yang dapat diartinya hubungan lemah
antar tingkat stres dengan kualitas tidur.7

44

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian Mesquita, dkk, 2009 didapati nilai p-value sebesar 0,0596
(>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat stres denga kualitas
tidur, tetapi mereka menyatakan stres merupakan prediktor terkuat terjadinya
kualitas tidur yang buruk.14
Kecendrungan stres sering terjadi pada mahasiswa tingkat akhir dimana ia
diberikan tugas akhir kuliah berusa skripsi, yang mana dalam mengerjakannya
sering sekali mahasiswa menghadapi berbagai macam kendala yang nantinya akan
berpengaruh terhadap kualitas tidurnya, sehingga mengakibatkan mahasiswa
tersebut memiliki kualitas tidur yang buruk. Dimana mahasiswa yang mengalami
stres akan terus berfikir terhadap stresor yang dihadapinya sehingga dapat
mengakibatkan dia tidak bias tidur dengan tenang.

45

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah sebagai


berikut :

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII


pada tahun 2016 mengalami stres ringan sebesar 57%, stres sedang sebesar
31%, stres berat sebesar 9%, dan stres sangat berat sebesar 3%.
2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester VII
pada tahun 2016 memiliki 53% mengalami kualitas tidur buruk dan sebanyak
47% mengalami kualitas tidur baik.
3. Tingkat stress pada mahasiswa memiliki hubungan yang bermakna dengan
kualitas tidur dengan nilai p = 0,0001.
4. Semakin meningkat tingkat stresnya maka semakin buruk kualitas tidurnya
dan secara korelasi sedang dan hasilnya bermakna (r=0,595, p=0,0001).

6.2. Saran
1. Bagi mahasiswa, disarankan perlunya dilakukan gaya hidup sehat seperti
tidur yang cukup, makan makanan yang sehat dan seimbang, dan lain-lain.
Mahasiswa juga hendaknya mengatur jadwal kegiatan sehari-hari sehingga
jadwal tidurnya teratur.
2. Bagi fakultas, untuk dapat melakukan upaya pencegahan dan manajemen
stres bagi mahasiswa berupa konseling.
3. Bagi penelitian, penelitian ini diharapkan dapat sebagai pedoman dalam
penelitian terkait tentang tingkat stres terhadap kualitas tidur. Penelitian ini
tidak melihat adanya faktor-faktor interpersonal, coping style, ciri
kepribadian pada tingkat stres dan kualitas tidur untuk itu dapat diteliti lebih
lanjut pada penelitian selanjutnya.

46

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai