Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami pertumbuhan,
yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika mencapai usia 16-
18 tahun. Dalam masa perkembangan, tubuh akan terjadi beberapa perubahan
pada payudara yang berhubungan dengan sistem metabolisme tubuh. Proses
tumbuh kembang payudara dipengaruhi oleh aktivitas dari hormon estrogen.(7)
Salah satu akibat dari aktivitas hormon estrogen adalah dapat menimbulkan
terjadinya fibroadenoma mammae. Fibroadenoma mammae merupakan tumor
jinak pada payudara yang paling umum ditemukan. Fibroadenoma mammae
terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda-tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal.
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan
berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma mammae umumnya terjadi
pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang
ditemukan pada payudara wanita post menopause. Tumor ini dapat tumbuh di
seluruh bagian payudara, namun tersering pada kuadran atas lateral. Penyakit ini
bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan
pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit
ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan
fibroadenoma mammae adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.
Fibroadenoma mammae harus dieksisi karena tumor jinak ini akan terus
membesar.(3,4,5,6,7,8)
Di Indonesia data penyakit fibroadenoma mammae masih belum lengkap,
namun selama pertengahan tahun 2011, sebanyak 100 orang telah terkena tumor
jinak payudara. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 15-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50.(6,7)
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun referat
yang berjudul fibroadenoma mammae.
2

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan referat ini adalah untuk memberikan
pengetahuan mengenai fibroadenoma mammae serta membedakannya
dengan diagnosis banding bagi tenaga medis khususnya dokter dan
mahasiswa kepaniteraan klinik bagian radiologi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari fibroadenoma mammae
b. Mengetahui penyebab terjadinya fibroadenoma mammae
c. Mengetahui tanda dan gejala dari fibroadenoma mammae
d. Mengetahui penegakan diagnosis dari fibroadenoma mammae
e. Mengetahui tatalaksana fibroadenoma mammae.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PAYUDARA
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan
terdapat dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Baik wanita, maupun
laki-laki memiliki sepasang mammae, tetapi biasanya glandula mammaria
biasanya hanya berkembang pada wanita. Pada pria glandula mammae tersebut
tidak berkembang dan mengalami rudimenter dan tidak berfungsi.(1)
Mammae terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari lateral
thoraks. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini terletak di fasia pektoralis.
Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago kosta
enam dan medial dari sternum serta lateral linea midaksilanis. Pada bagian
mammae yang paling menonjol terdapat sebuah papilla, dikelilingi oleh daerah
yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer lines pada kompleks
papilla-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer
lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi
pada biopsi mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar
dari lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor
payudara.(1)
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri
dari beberapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang
disebut duktus lactiferus yang bermuara pada papilla mammae. Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum suspensorium
Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.(1)
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas
beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus,
stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus
laktiferus, fascia pektoralis, M. pektoralis mayor dan tulang iga.(1)
4

Gambar 1. Potongan sagital mammae.(1)

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris,


ramus perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus
perforata arteri intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral
adalah arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis
terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak,
bermuara ke vena mammaria interna atau vena superfisial leher. Vena profunda
berjalan seiring dengan arteri yang senama, dan secara terpisah bermuara ke
vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.(1,2)
Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar
mammae, drainasenya terutama melalui : (1,2)
1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris
2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus
imfatik subareolar.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami
dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah yaitu :
5

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial M.pektoralis minor


melintasi anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke
permukaan dalam M. pektoralis mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis
lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke M.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada
dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi M. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama
pembuluh darah subskapularis, mempersarafi M. subskapularis, M. teres
mayor.(3)

Gambar 2. Kelenjar limfe dan penyaluran limfe pada mammae.(2)

B. FISIOLOGI PAYUDARA
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium
dan juga hormon hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. (9)
6

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang
dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang. (9)
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. (9)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.(9)

C. DEFINISI
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah
menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering
membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh
multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa
adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa
cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat
ransangan estrogen meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah
digerakkan dengan diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang
multiple dan diameternya melebihi 10 cm (giant fibroadenoma).

D. EPIDEMIOLOGI
FAM merupakan penyakit payudara tersering kedua yang menyebabkan
benjolan di payudara. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 15-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9%
populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast
Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15
7

dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami
fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi
pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause,
tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia
muda.(4,5)

E. ETIOLOGI
Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal
termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor
genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-
degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus
hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan
normal dan involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu usia 15-25
tahun yaitu, waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus
pada mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap
merupakan bagian dari perkembangan mammae.(4,5,6)

F. PATOGENESIS
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal. Penyebab proliferasi
duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor
pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Dihipotesiskan bahwa estrogen
receptor-β yang secara normal terdapat pada di epitel payudara mungkin
berinteraksi dengan promotor pertumbuhan seperti, transforming growth
factor-α dan platelet-derived growth-factor. (4,10)
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen maupun progesteron, diperkirakan
berperan dalam pembentukannya. Adanya peningkatan aktivitas estrogen
dikarenakan adanya peningkatan pada aktivitas reseptor estrogen yaitu,
estrogen receptor-β dan progesterone receptor yang di ekspresikan pada sel
8

stroma payudara. Sehingga, mengakibatkan adanya perubahan pada kelenjar-


kelenjar serta sel epitel pada payudara.(11)
Berdasarkan penelitian lainnya, peningkatan aktivitas growth hormone
berperan dalam timbulnya fibroadenoma. Growth hormone diduga merangsang
produksi dari IGF (Insuline growth factor) tipe 1 dan 2 sehingga terjadinya
proliferasi sel-sel epitel pada payudara yang berlebihan.(12)
Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap
tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah
mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi
ganas.(3,5)
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami post
menopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada
terapi pergantian hormon, dan pada orang-orang yang mengalami penurunan
kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan
keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh,
perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(5)
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada
wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan
Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma
autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan
kelainan endokrin.(3)

G. MANIFESTASI KLINIK
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala
dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma
relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur
dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang
dirasakan nyeri bila ditekan.4,6)
Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh
dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan,
9

benjolan fibroadenoma teraba kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak


menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan)
dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting
(puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada
jaringan sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multipel.(4,6)

H. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan histopatologi
Diagnosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun
dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration
(FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa
fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia
muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma
dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).(13)

Gambar 3. Pemeriksaan Fine-needle aspiration (FNA).(13)

Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat –


putih pada irisan, dengan bercak-bercak kuning serta merah muda yang
mencerminkan daerah kelenjar.(4)
10

Gambar 4. Gambaran makroskopik suatu fibroadenoma


mammae, berwarna cokelat.(14)

Gambar 5. Gambaran makroskopis suatu multiple


fibroadenoma.(14)

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan
berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang
mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan
bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi
11

oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas
dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan
cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan
oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang
rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip – bintang
(fibroadenoma intrakanalikularis).(4,13)

Gambar 6. Gambaran mikroskopik suatu fibroadenoma yang


memperlihatkan adanya hiperplasia pada epitelnya.(14)
12

Gambar 7. Gambaran mikroskopik suatu fibroadenoma mammae tipe


intrakanalikularis.(14)

Gambar 8. Gambaran mikroskopik suatu fibroadenoma mammae tipe


perikanalikularis.(14)
13

2. Pemeriksaan Ultrasonography
Pemeriksaan tumor payudara dengan USG mulai dikembangkan oleh
Wild dan Reid pada tahun 1952 dan saat ini pemeriksaan dengan USG sudah
semakin popular dan berkembang dengan pesat. Keuntungan pemeriksaan
USG adalah :
a. Tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi
b. Pemeriksaannya bersifat non-invasif, relatif mudah dikerjakan,
cepat, dan dapat dipakai berulang-ulang.(15)
USG terutama berperan pada payudara yang padat yang biasanya
ditemui pada wanita muda, dimana jenis payudara ini kadang-kadang sulit
dinilai dengan mamografi. USG juga sangat bermanfaat untuk membedakan
apakah tumor itu solid atau kistik, dimana gambaran mamografi hampir
sama, tetapi mikrokalsifikasi tak dapat dikenal dengan USG.
Tanda tumor ganas secara USG :
a. Lesi dengan batas tak tegas dan tidak teratur
b. Struktur echo internal lemah dan heterogen
c. Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada
(posterior acoustic shadow).(15)
d. Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan secara USG
Tanda tumor jinak secara USG :
1) Lesi dengan batas tegas, licin dan teratur
2) Struktur echo internal biasa :
a. Tak ada (sonolusen), misalnya kista
b. Lemah sampai menengah tetapi homogen, misalnya pada
fibroadenoma
c. Batas echo anterior lesi dan posterior lesi bervariasi dari kuat
atau menengah
d. Lateral acoustic shadow dari lesi dapat bilateral atau unilateral
(tedpole sign).(15)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas,
berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar
dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya
14

homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hipoechoic.


Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari
fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak
memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG
merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di
sekitarnya.(15)

Gambar 9. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa


hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian lobus merupakan
khas dari fibroadenoma.(16)
15

Gambar 10. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa


hipoechoic yang rata, batas tegas dengan bilateral tedpole sign.(16)

3. Pemeriksaan Mamografi
Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk mengenal secara
dini keganasan pada payudara. Mamografi terutama berperan pada payudara
yang mempunyai jarigan lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular
yang relatif lebih sedikit dan biasanya ditemukan pada wanita dewasa diatas
umur 40 tahun, yang pada umur tersebut meningkatnya angka keganasan
pada payudara. Peranan mamografi menjadi kurang pada payudara yang
mempunyai jaringan fibroglandular padat dimana keadaan ini sering
terdapat pada wanita muda dibawah 30 tahun.
Indikasi pemeriksaan mamografi adalah :
a. Adanya benjolan pada payudara
b. Adanya rasa tidak enak pada payudara
c. Pada penderita dengan riwayat risiko tinggi untuk mendapatkan
keganasan payudara
d. Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan
e. Penyakit Paget pada puting susu
16

f. Adanya penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer.(15)


Kelainan pada mammogram dapat diketahui dengan adanya tanda
primer dan tanda sekunder
1) Tanda primer
a. Kepadatan tumor dengan peningkatan densitas, batas tumor tak
teratur, merupakan spikula atau mempunyai ekor seperti komet
b. Perbedaan besar tumor pada pemeriksaan klinis dan mamografi
c. Adanya mikrokalsifikasi yang spesifik.(15)
2) Tanda sekunder
a. Perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi
b. Kepadatan yang asimetris
c. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang tak
teratur
d. Bertambahnya vaskularisasi yang asimetris
e. Pembesaran kelenjar aksiler.(15)
Sedangkan untuk tumor jinak, mamografi memberikan tanda :
1) Lesi dengan densitas meningkat, atas tegas, licin dan teratur
2) Adanya halo
3) Kadang-kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat
dihitung.(15)
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai
massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran
sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama
dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar,
dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor
terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai infraksi
atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau
di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan
berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit
atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)
17

Gambar 11. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa


berbatas tegas, tak tampak adanya mikrokalsifikasi spesifik.(16)

Gambar 11. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa


berbatas tegas serta tampak adanya kalsifikasi.(16)
18

I. PENATALAKSANAAN
Operasi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi
dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk
menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan
lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (13)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve atau Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya
memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang
besar dan berada di daerah lateral payudara.(13)

Gambar 12. Proses insisi pada fibroadenoma.(13)


19

J. DIAGNOSIS BANDING
Tumor Phyllodes
1. Definisi
Tumor phyllodes adalah neoplasma fibroepitelial yang jarang ditemukan.
Insidensnya hanya sekitar 0,3-0,9% dari seluruh tumor payudara, sedangkan
frekuensi lesi maligna bervariasi sekitar 5-30%. Tumor phyllodes
dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller dengan nama cystosarcoma
phyllodes pada tahun 1838, untuk menunjukkan tumor yang makroskopik
menyerupai daging dengan gambaran leaf like pada potongan melintang; juga
disebut giant fibroadenoma, cellular intracanalicular fibroadenoma dan
beberapa nama lain. Penyebutan sarcoma dianggap kurang tepat, karena
phyllodes tidak selalu bersifat ganas. Saat ini penamaan yang dipakai adalah
menurut WHO (1982) yaitu tumor phyllodes.

2. Etiologi dan patofisiologi


Etiologi tumor phyllodes tidak diketahui. Tumor phyllodes secara nyata
berhubungan dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus, karena pasien dapat
memiliki kedua lesi dan gambaran histologis kedua lesi mungkin terlihat pada
tumor yang sama. Namun, apakah tumor phyllodes berkembang dari
fibroadenoma atau keduanya berkembang bersama-sama, atau tumor phyllodes
dapat muncul de novo, tidaklah jelas. Noguchi dan kolega telah mempelajari
pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga kasus dimana fibroadenoma
dan tumor phyllodes diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada masing-
masing kasus, kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif yang
sama. Mereka menyatakan bahwa tumor phyllodes memiliki asal yang sama
dengan fibroadenoma, fibroadenoma tertentu dapat berkembang menjadi
tumor phyllodes (Jong, 2004).
Studi menarik oleh Yamashita dkk, mengamati immunoreactive
endothelin 1 (irET-1). Level irET-1 jaringan diukur dengan ekstrak dari 4
tumor phyllodes dan 14 fibroadenoma. Immunoreactive endothelin 1 dapat
dibuktikan dalam semua kasus, namun levelnya jauh lebih tinggi pada tumor
phyllodes dibandingkan pada fibroadenoma. Endothelin 1 (ET-1) pada
20

prinsipnya merupakan vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak


fungsi lainnya. Ia menyebabkan stimulasi lemah DNA fibroblas mammae,
namun dapat digabungkan dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk
menciptakan stimulasi kuat. ET-1 tidak terdapat pada sel epitel mammae
normal, namun reseptor ET-1 spesifik terdapat pada permukaan sel stroma
normal. Reseptor ET-1 dijumpai pada permukaan sel dari sel-sel stroma tumor
phyllodes namun sel-sel immunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel tapi
bukan sel-sel stroma, memberi kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel
tumor phyllodes. Dengan demikian hal tersebut menjelaskan kemungkinan
mekanisme parakrin pada stimulasi pertumbuhan stroma cepat yang selalu
terlihat bersama tumor phyllodes (Jong, 2004).
Berdasarkan penelitian lainnya, tumor phylloides disebabkan karena
adanya mutasi pada gen MED12 dan apabila terdapat mutasi pada TERT maka
akan menyeabkan terjadinya tumor phyllodes tipe malignan (Jong, 2004).

3. Manifestasi Klinis
Tumor phyllodes merupakan neoplasma non-epitelial mammae yang
paling sering terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor mammae.
Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas tegas dan biasanya bergerak secara
bebas. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5
cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan. Kebanyakan tumor tumbuh
dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum pasien datang, namun tumor-
tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar. Hal ini disebabkan mereka
khususnya tidak invasif; besarnya tumor dapat menempati sebagian besar
mammae, atau seluruhnya dan menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun
masih memperlihatkan sejumlah mobilitas pada dinding dada. Meskipun
tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki kecenderungan
untuk tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan sarkoma,
tumor maligna bermetastase secara hematogen. Ciri-ciri phyllodes maligna
adalah sebagai berikut:
21

a. Tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor


asal
b. Paru merupakan tempat metastase yang paling sering, diikuti oleh
tulang, jantung, dan hati
c. Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera,
beberapa bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
d. Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari
terapi awal.
e. Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi

4. Penegakan Diagnosis
a) Pemeriksaan ultrasonography
Pada pemeriksaan ultrasonography tumor phyllodes digambarkan
sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus
dengan ukuran >4cm. Tumor phyllodes biasanya memiliki densitas
inhomogen, tetapi, kadang-kadang gambaran vaskularisasi disekitar
massa sering terlihat dan terlihat adanya gambaran posterior acoustic
shadow
22

Gambar 12. Gambaran USG tumor phyllodes. Tampak massa solid dan
kistik, batas tegas dengan gambaran posterior acoustic shadow.(16)
23

Gambar 13. Gambaran USG tumor phyllodes. Tampak massa solid dan
kistik, dengan adanya vaskularisasi di sekitar massa.(16)

b) Pemeriksaan mamografi
Pemeriksaan mamografi pada phyllodes tumor digambarkan dengan
adanya massa berbentuk oval, berbatas tegas dan licin.. Kadang tampak adanya
kalsifikasi dengan gambaran seperti plak di beberapa bagian.
24

Gambar 14. Gambaran mamografi pada tumor phyllodes, terlihat adanya


massa isodense pada regio kanan bawah.(14)
25

BAB III
PEMBAHASAN

Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah


menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar
mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi
pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Nodul Fibroadenoma sering soliter,
mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang
multiple dan diameternya melebihi 10 cm (giant fibroadenoma). Pertumbuhan
fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan
tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan
dengan permukaan yang licin. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang
dirasakan nyeri bila ditekan. Pada pemeriksaan, benjolan fibroadenoma teraba
kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah,
nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit
payudara ataupun retraksi puting (puting masuk). (10,11)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas,
berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan
dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan
ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hipoechoic. Gambaran echogenic
kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan
mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul,
gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan pseudocapsule
yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.(15)
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa
berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 – 100
mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan kelenjar
sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang
lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar,
yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus –
lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma
26

akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau
tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)
Sedangkan, tpumor phyllodes adalah neoplasma fibroepitelial yang jarang
ditemukan. Insidensnya hanya sekitar 0,3-0,9% dari seluruh tumor payudara,
sedangkan frekuensi lesi maligna bervariasi sekitar 5-30%. Tumor phyllodes
merupakan neoplasma non-epitelial mammae yang paling sering terjadi, meskipun
hanya mewakili 1% dari tumor mammae. Tumor ini memiliki tekstur halus,
berbatas tegas dan biasanya bergerak secara bebas. Tumor ini adalah tumor yang
relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah
dilaporkan. Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar
sebelum pasien datang.
Pada pemeriksaan ultrasonography tumor phyllodes digambarkan sebagai
massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dengan ukuran >4cm.
Tumor phyllodes biasanya memiliki densitas inhomogen, tetapi, kadang-kadang
gambaran vaskularisasi disekitar massa sering terlihat dan terlihat adanya gambaran
posterior acoustic shadow.(15,16)
Pemeriksaan mamografi pada phyllodes tumor digambarkan dengan
adanya massa berbentuk oval, berbatas tegas dan licin.. Kadang tampak adanya
kalsifikasi dengan gambaran seperti plak di beberapa bagian.(16)
27

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara. Benjolannya bersifat
keras, kenyal, dan tidak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi
terkesan mobile. Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan
operasi pengangkatan tumor tersebut, dimana prognosis dari fibroadenoma
mammae adalah baik, bila diangkat dengan sempurna.

B. Saran
Dengan adanya referat fibroadenoma mammae ini, diharapkan kepada
para dokter, mahasiswa kepaniteraan klinik bagian radiologi dan tenaga medis
lainnya untuk lebih mengetahui serta memahami tentang fibroadenoma
mammae, serta tanda gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaannya.
28

DAFTAR PUSTAKA
1. Moore, Keith L dan Anne M.R Agur. Dalam : Anatomi Klinis Dasar. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2012. Hal 35-39.
2. Snell, Richard. Dalam : Anatomi Klinis Dasar untuk Mahasiswa Kedokteran.
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2012
3. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul
J. Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://ajcp.ascpjournals.org/.
4. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia
Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran
Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2012. Hal. 793 – 794.
5. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
6. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.
7. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2012. Hal. 388 – 393.
8. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.
9. Guyton, Arthur C dan John E Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2012
10. Sapino, Anna dkk. Estrogen receptor-β is expressed in stromal cells of
fibroadenoma and phyllodes tumors of the breast. Availabe from :
https://www.nature.com/articles/3800574/. Update on March 16, 2006.
11. Woolcott, Chirsty G. Estrogen and progesterone receptor levels in
nonneoplastic breast epithelium of breast cancer cases versus benign breast
biopsy controls. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2397427/. Update on May
8, 2008.
29

12. Leniček, Tanja dkk. Expression of growth hormone and growth hormone
receptor in fibroadenomas of the breast. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24053085/. Update on June, 2013.
13. Cerrato, Felicia dan Brian I Labow. Diagnosis and Management of
Fibroadenomas in the Adolescent Breast. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3706050/. Update on
Febuary, 2013.
14. Nassar, Hind. Breast, non malignant fibroadenoma. Available from :
http://www.pathologyoutlines.com/topic/breastfibroadenoma.html. Update
on August, 2017.
15. Makes, Daniel. Dalam : Radiologi Diagnostik Edisi 2. Badan Penerbit FK
UI. Jakarta. 2013. Hal 511-517.
16. Glick, Yair. Fibroadenoma (breast). Available from :
https://radiopaedia.org/articles/fibroadenoma-breast. Update on August,
2016.

Anda mungkin juga menyukai