Lapsus
Lapsus
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Umur : 7 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Ciledug, Kab. Cirebon
Agama : Islam
2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Juli 2018
Keluhan utama : Nyeri menelan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien pergi berobat ke poli
klinik THT RSUD Waled. Pasien mengeluh adanya nyeri menelan yang dirasakan
hilang timbul. Nyeri menelan dirasakan terutama saat menelan makanan padat seperti
nasi, tetapi tidak ada keluhan jika mengkonsumsi cairan. Keluhan dirasa semakin hebat
bila pasien mengkonsumsi makanan pedas dan gorengan. Pasien juga mengeluh
perasaan tidak enak di tenggorokan dan bau mulut. Menurut orang tua, pasien saat
tidur mengorok dan sering terbangun disaat tidur karena sesak. Sebelumnya pasien
sering mengeluh nyeri menelan disertai dengan sering demam yang tidak begitu tinggi,
batuk pilek yang kumat-kumatan sejak 2 tahun sebanyak ± 6 kali sebelum masuk
Rumah Sakit, oleh orangtuanya, pasien diberi obat flu yang dibeli di warung, pasien
merasa baikan namun kambuh lagi. Tidak ada keluhan nyeri pada kedua telinga, tidak
ada kurang pendengaran dan tidak ada sakit kepala serta tidak ada keluhan pada mata,
seperti pandangan ganda dan visus turun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
Riwayat batuk lama dan pengobatan TB disangkal
Riwayat dirawat di Rumah Sakit disangkal
Riwayat asma diakui sejak pasien balita
Riwayat alergi onat dan makanan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat asma dikeluarga disangkal
Riwayat batuk lama dan pengobatan TB dikeluarga disangkal
3. PEMERIKSAAN FISIK
2. Hidung
Dextra Sinistra
Hidung Bentuk normal Bentuk normal
Sekret Mukoserous Mukoserous
Mukosa Tenang, Tenang,
hipertrofi (-) hipertrofi(-)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Massa (-) (-)
3. Tenggorokan
Orofaring
Mukosa bucal : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
granulasi (-)
Tonsil
Pemeriksaan rutin khusus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nasofaring
Discharge : Negatif
Mukosa : Tenang
Adenoid : Tidak Hipertrofi
Massa : Negatif
Laringofaring
Mukosa :
Massa : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain :
4. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun 7 bulan datang dengan keluhan residifitas 2
tahun : Odinofagia residif, ftekuensi > 6 kali/tahun, perasaan tenggorokan tidak nyaman,
febris, nyeri menelan saat makanan padat, malaise, snoring, sleep apneu, halitosis, riwayat
batu pilek, dan riwayat asma. Pemeriksaan fisik Tonsil: T3/T3 hiperemis, kripte melebar,
berbenjol.
5. DIAGNOSA BANDING
Tonsilitis kronis
Tonsilofaringitis kronis
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 12,3 gr% Clotting time 8 menit
Hematokrit 37 % Bleeding time 2 menit
Trombosit 323 mm3 GDS 94 mg/dl
Leukosit 8,2 rb mm3 SGOT 20,2 U/L
Eritrosit 4,82 mm3 SGPT 13,3 U/L
Diff count 0/11/0/47/37/5 Ureum 13,9 mg/dl
LED 12 mm/jam Kreatinin 0,63 mg/dl
Thorax foto: dalam batas normal
7. DIAGNOSA KERJA
Tonsilitis kronis
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama: Tonsilektomi
Medika Mentosa pre operatif:
Amoxicillin 3 x 500 mg
Parasetamol 3 x 500mg
9. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
11. KOMPLIKASI
Abses peritonsiler
(Tonsilo) Faringitis
Tonsils
Gambar 5. Adenoid
Fossa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior. Pada bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.
Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil. 9 Pada bagian
permukaan lateral dari tonsil tertutup oleh suatu membran jaringan ikat, yang disebut
kapsul. Kapsul tonsil terbentuk dari fasia faringobasilar yang kemudian membentuk
septa.9
Plika anterior dan plika posterior bersatu di atas pada palatum mole. Ke arah
bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring. Plika
triangularis atau plika retrotonsilaris atau plika transversalis terletak diantara pangkal lidah
dengan bagian anterior kutub bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot
palatofaringeus. Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil
dengan jerat. Komplikasi yang sering teijadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau
terpotongnya pangkal lidah.9
Vaskularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu A.
maksilaris eksterna (A. fasialis) yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A.
palatina asenden, A. maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A.
lingualis dengan cabang A. lingualis dorsal, dan A. faringeal asenden.
Arteri tonsilaris beijalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor superior dan
memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden,
mengirimkan cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri
faringeal asenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m.
konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim
cabangnya ke tonsil, plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau a.
palatina posterior atau "lesser palatine artery" memberi vaskularisasi tonsil dan palatum
mole dari alas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina asenden. Vena-vena dari
tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring.9,10
INCLUDEPICTURE "../../win10/Downloads/media/image7.jpeg" \*
MERGEFORMAT INCLUDEPICTURE
"../Downloads/media/image7.jpeg" \* MERGEFORMAT
Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui peajalanan aliran getah
bening. Aliran limfa dari daerah tonsil akan mengalir ke rangkaian getah bening servikal
profunda atau disebut juga deep jugular node. Aliran getah bening selanjutnya menuju ke
kelenjar toraks dan pada akhirnya ke duktus torasikus.
Innervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf V melalui
ganglion sphenopalatina dan bagian bawah tonsil berasal dari saraf glossofaiingeus (N.
IX).
INCLUDEPICTURE "../../win10/Downloads/media/image8.jpeg" \*
MERGEFORMAT INCLUDEPICTURE
"../Downloads/media/image8.jpeg" \* MERGEFORMAT
Gambar 8. Tonsilitis
3. ETIOLOGI
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease bekeija sama dengan Surgeon
General of the Army America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut:
25% disebabkan oleh Streptokokus (3 hemolitikus yang pada masa penyembuhan
tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.
25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak menunjukkan
kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita. Sisanya adalah
Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.
Sisanya berasal dari virus dan jamur
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu :10
• Rangsangan kronis (rokok, makanan)
5. PATOLOGI
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses
radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan
mengerut sehingga kripta akan melebar.
Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripta berupa eksudat berwarna
kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Pada anak-anak, proses ini akan
disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.10
6. MANIFESTASI KLINIS
Pada anamnesis, terdapat keluhan lokal berupa:
Nyeri menelan
Nyeri tenggorokan
Rasa mengganjal ditenggorok
Mulut berbau (halitosis)
Demam
Mendengkur
Gangguan bernafas
Hidung tersumbat
Batuk pilek berulang
Dapat pula disertai keluhan sistemik berupa rasa lemah, nafsu makan berkurang,
sakit kepala dan nyeri pada sendi.
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis
yang mungkin tampak, yakni:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan
sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti
keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta yang melebar dan
ditutupi eksudat yang purulen.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak
antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil,
maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:10
To : Tonsil masuk di dalam fossa
Ti : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil.
Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan
yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau
Pneumokokus.10
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasti untuk tonsillitis kronis adalah pembedahan dengan pengangkatan
tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan medis atau yang
konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan medis termasuk
pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk
membersihkan kripte tonsil dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak
mempunyai hubungan dengan infeksi kronis maupun berulang.
Terapi antibiotik pada tonsilitis kronis sering gagal dalam mengurangi dan
mencegah rekurensi infeksi, baik karena kegagalan penetrasi antibiotik ke dalam
parenkim tonsil ataupun ketidaktepatan antibiotik. Oleh sebab itu, penanganan yang
efektif bergantung pada identifikasi bakteri penyebab dalam parenkim tonsil.
Pemeriksaan apus permukaan tonsil tidak dapat menunjukkan bakteri pada parenkim
tonsil, walaupun sering digunakan sebagai acuan terapi, sedangkan pemeriksaan aspirasi
jarum halus (fine needle aspiration/FNA) merupakan tes diagnostik yang menjanjikan.
Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology –
Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995
menetapkan
8. KOMPLIKASI
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat teijadi secara perkontinuitatum ke daerah
sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun
berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut:10
a. Komplikasi sekitar tonsila
Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan
abses.
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi
berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus
kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau
pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal,
adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya teijadi pada
anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar
limfe.
Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan
ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil
yang membentuk bahan keras seperti kapur.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil
(Adenotonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan
medis atau terapi konservatif yang gagal untuk meringankan gejala-gejala.
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi
tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi
gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronis atau
berulang-ulang.
Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang diusulkan oleh Celsus
dalam buku De Medicina (tahun 10 Masehi). Jenis tindakan ini juga merupakan tindakan
pembedahan yang pertama kali didokumentasikan secara ilmiah oleh Lague dari Rheims
(1757).
KESIMPULAN
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab tersering morbiditas dan
mortalitas pada anak. Tonsilitis kronik pada anak mungkin disebabkan karena anak sering
menderita ISPA atau karena tonsilitis akut yang tidak diterapi adekuat atau dibiarkan.
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain: fosa tonsil, kapsul tonsil, plika
triangularis.
Tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya. Bila
tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul
tonsilitis.Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang disebabkan
oleh virus ataupun bakteri.
Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi
berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan
diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar
serangan terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan
apabila tonsil ditekan keluar detritus.
Secara klinis pada tonsilitis kronik didapatkan gejala berupa nyeri tenggorok atau nyeri
telan ringan, mulut berbau, badan lesu, sering mengantuk, nafsu makan menurun, nyeri kepala
dan badan terasa meriang.
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil
(Adenotonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan
medis atau terapi konservatif yang gagal untuk meringankan gejala-gejala. Indikasi
tonsilektomi pada tonsilitis kronik adalah jika sebagai fokus infeksi, kualitas hidup menurun
dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
DAFTAR PUSTAKA