Yang dimaksud dengan Non Muscle Invasive Bladder Cancer atau NMIBC adalah tumor
papilari yang terbatas hanya pada mukosa atau menginvasi lamina propria dan termasuk klasifikasi
stadium Ta atau T1 berdasarkan sistem klasifikasi TNM. Tumor flat high-grade (HG) yang
terbatas pada mukosa diklasifikasikan sebagai carcinoma in situ (CIS, Tis). Tumor-tumor ini
dikelompokkan ke dalam NMIBC untuk tujuan terapi. Akan tetapi, teknik biologi molekuler dan
pengalaman klinis telah menunjukkan adanya potensi malignansi dari lesi CIS dan T1. Maka dari
itu istilah NMIBC dan Bca (bladder cancer) superfisial adalah deskripsi suboptimal.
Etiologi
Etiologi penyakit ini diduga berhubungan dengan beberapa faktor, seperti: kebiasaan merokok,
pekerjaan yang berkontak dengan zat kimia yang bersifat karsinogenik (golongan aromatik amin),
obat-obatan antara lain siklofosfamid, dan infeksi parasit schistosoma haematobium.2,4-6 Trauma
fisik terhadap lapisan uroepitelial yang diinduksi infeksi, instrumensasi, dan kalkulus dapat
meningkatkan resiko terjadinya keganasan.2 Terdapat beberapa zat yang diduga berhubungan
dengan penyakit ini, tetapi belum dapat dibuktikan, seperti: kopi, alkohol, pemanis siklamat dan
sakarin.7,8
Kanker buli merupakan kanker ke-7 yang paling sering didiagnosis pada populasi laki-laki
di seluruh dunia, dan merupakan yang ke-11 pada gabungan populasi laki-laki dan perempuan.
Angka age-standardised incidence rate mencapa 9 pada laki-laki dan 2,2 pada perempuan per
100.000 orang per tahunnya. Di daerah Uni Eropa, angka age-standardised incidence rate
mencapai 19,1 untuk laki-laki dan 4,0 untuk perempuan, dengan angka insidensi tertinggi
dilaporkan di Belgia (31 untuk laki-laki dan 6,2 untuk perempuan) dan terendah di Finlandia (18,1
untuk laki-laki dan 4,3 untuk perempuan). Di seluruh dunia, angka age-standardised incidence
untuk NMIBC hanya 3,2 pada populasi laki-laki dan 0,9 pada populasi wanita per 100.000 orang
per tahun. Dari seluruh kasus kanker buli, 75% di antaranya diperkirakan terbatas pada mukosa
Merokok merupakan faktor risiko terpenting untuk kanker buli, karena merokok berperan
dalam hingga 50% kasus. Paparan terhadap zat-zat seperti amina, hidrokarbon polisiklik dan
hidrokarbon klorin juga ditemukan pada 10% kasus. Paparan terhadap zat tersebut biasanya terjadi
melalui kontak dengan industri produsen cat, zat pewarna, logam, serta pengolahan minyak bumi.
Predisposisi genetik juga memiliki dampak terhadap suseptibilitas seseorang. Penambahan klorin
pada air minum dan kadar trihalometana tertentu berpotensi karsinogenik dan paparan terhadap
arsenik di air minum juga meningkatkan risiko terjadinya kanker buli. Selain itu, paparan terhadap
radiasi ion, siklofosfamid dan pioglitazone juga berisiko menyebabkan kanker buli. Infeksi
NMIBC. Hematuria merupakan tanda klasik dan paling sering ditemukan pad akasus NMIBC. CIS
lebih banyak dicurigai pada pasien dengan gejala storage lower urinary tract. Pemeriksaan fisik
Computed tomography (CT) urography digunakan untuk mendeteksi tumor papiler saluran
kemih. Pencitraan dengan urografi CT menunjukkan adanya gambaran filling defect dan/atau
hidronefrosis. Urografi intravena juga dapat digunakan sebagai alternatif juka urografi CT tidak
tersedia. Akan tetapi, urografi CT lebih dapat membedakan keterlibatan jaringan otot serta upper
masa ginjal, hidronefrosis, dan massa intraluminal dalam kantung kemih sehingga bermanfaat
secara umum untuk mengevaluasi pasien dengan hematuria. Akan tetapi ultrasonografi tetap tidak
dapat mendeteksi UTUC. CIS tidak dapat ditegakkan hanya dengan menggunakan pemeriksaan
pencitraan.
Pemeriksaan sitologi urin memiliki sensitivitas tinggi pada tumor high grade (84%) namun
rendah pada tumor low grade (16%). Sitologi urin dapat mendeteksi CIS dengan nilai sensitivitas
28-100%. Hasil pemeriksaan sitologi urin yang positif mengindikasikan adanya tumor di saluran
kemih, akan tetapi, hasil negatif tidak menyingkirkan keberadaan tumor. Interpretasi pemeriksaan
sitologi bersifat user dependent dan dapat dipengaruhi oleh cellular yield yang rendah, infeksi
saluran kemih, batu, maupun instilasi intravesika. Akan tetapi, bila dilakukan oleh pemeriksa yang
Diagnosis karsinoma buli papilar bergantung pada pemeriksaan sistoskopi dan evaluasi
histologi. CIS didiagnosis berdasarkan kombinasi pemeriksaan sistoskopi, sitologi urin, dan
Klasifikasi TNM yang telah diterima oleh Union Internationale Contre le Cancer yang telah
diperbarui pada tahun 2009 digunakan sebagai dasar klasifikasi kanker buli dan NMIBC.
Pada tahun 2004 World Health Organization (WHO) dan International Society of Urological
menyediakan stratifikasi berbeda jika dibandingkan dengan klasifikasi WHO tahun 1973.
Yang dimaksud dengan carcinoma in situ (CIS) adalah flat HG/G3 urothelial carcinoma
yang mungkin terlewatkan pada pemeriksaan sitoskopi bila tidak dibiopsi. CIS biasanya bersifat
multifokal dan dapat terjadi tidak hanya pada buli tapi juga pada saluran kemih bagian atas, saluran
prostat serta uretra bagian prostat. Berdasarkan gambaran klinisnya, CIS kemudian
diklasifikasikan lagi menjadi CIS primer, sekunder dan konkuren. CIS primer adalah CIS terisolasi
tanpa tumor papiler konkuren atau sebelumnya dan tanpa CIS sebelumnya. CIS sekunder
merupakan CIS yang terdeteksi pada pasien yang di-follow-up dengan riwayat tumor sebelumnya
yang bukan CIS, dan CIS konkuren adalah CIS yang disertai adanya tumor urotelial atau tumor
Secara histopatologi karsinoma kandung kemih terdiri dari 95% karsinoma sel transisional,
3% karsinoma sel skuamosa, dan 2 % adenokarsinoma.1,9,10 Tujuh puluh lima sampai delapan
puluh persen tumor menyebabkan lesi superfisial, 20 % terdapat invasi tumor ke otot, dan 5% telah
bermetastasis.1,2,9
Tujuan utama dari prosedur TURBT pada tumor TaT1 adalah untuk menegakkan diagnosis
dan mengangkat seluruh lesi yang terlihat. Strategi pelaksanaan prosedur TURBT disusun
berdasarkan ukuran lesi. TURBT yang dilakukan secara menyeluruh dan benar dapat memberikan
Instilasi kemoterapi langsung pasca operasi telah terbukti dapat menghancurkan sisa sel
tumor setelah tindakan TUR-BT dan memiliki efek ablasi pada sisa sel tumor di lokasi reseksi dan
pada tumor-tumor kecil yang tidak terlihat. Instilasi langsung kemoterapi setelah TURBT dapat
mengurangi tingkat rekurensi sebesar 11,7% dibandingkan dengan TUR-BT saja. Instilasi
langsung paling efektif pada tumor risiko rendah. Mitomicin C (MMC), epirubicin, dan
doxorubicin memiliki efek yang menguntungkan, namun efektifitas ketiga obat ini belum pernah
dibandingkan.
Instilasi ulangan dapat mengurangi rekurensi yang berasal dari implantasi tumor.
Pencegahan implantasi sel tumor harus dimulai dalam jam-jam awal setelah TUR BT. Dalam
beberapa jam, sel-sel akan tertanam kuat dan dilindungi oleh matriks ekstraselular. Studi saat
ini,menganjurkan pemberian instilasi langsung dalam waktu 24 jam setelah TUR-BT. Untuk
memaksimalkan efektivitas instilasi langsung, sebaiknya instilasi diberikan sedini mungkin, yaitu
di ruangan pemulihan atau bahkan di ruang operasi. Instilasi kemoterapi langsung pasca operasi
tidak boleh dilakukan pada kasus dengan atau dicurigai perforasi intra atau ekstraperitoneal dan
DNA khususnya dalam pembelahan sel fase-S. Tingkat kekambuhan setelah adjuvan Doksorubisin
instilasi telah dilaporkan 30% -38% di studi sebelumnya. Dalam beberapa penelitian ini, tingkat
kekambuhan (30%) dari instilasi Doksorubisin lebih rendah dari beberapa laporan sebelumnya.
Dosis diberikan 50mg Doksorubisin yang diencerkan dengan 50mL normal saline, dan lepaskan
kateter. Pasien diminta untuk beristirahat di tempat tidur selama 105 menit dengan mengambil
posisi lateral kanan, kiri lateral, tengkurap dan terlentang, dan kemudian berjalan di selama 15
menit sebelum mengeluarkan obat. Pemberian ini diulang setiap minggu 4 kali , dan setiap sebulan
kekambuhan; oleh karena itu, kami berkonsentrasi untuk mengevaluasi kekambuhan penyakit
serta efek samping, komplikasi dan toleransi pasien terhadap berangsur-angsur. Kemoterapi
Doksorubisin secara intrabuli aman dan dapat ditoleransi untuk tumor kandung kemih non-invasif
dan telah mengurangi tingkat kekambuhan tumor, terutama ketika masih tingkat rendah, tetapi
mungkin tidak memiliki dampak positif pada perkembangan penyakit atau harapan hidup.
2.6.2 Mitomicin
Instilasi yang diberikan segera setelah TUR Buli dilakukan, dapat mengurangi angka
kekambuhan sebesar 40%. Regimen yang biasa diberikan adalah Mitomycin-C dengan dosis 1 x
2.7 Follow Up
Follow up perlu dilakukan pada penderita karsinoma buli non invasif yang telah diberikan
instilasi kemoterapi agar kekambuhan lokal dan metastasis jauh dapat dicegah serta segera diambil
langkah terapi selanjutnya. Penderita karsinoma buli superfisial dengan risiko rendah (Ta G1)
perlu menjalani cystoscopy 3 bulan pasca terapi. Bila tidak didapatkan tanda kekambuhan atau
tidak didapatkan keganasan atau progresif, maka cystoscopy perlu dilanjutkan tiap 3 bulan selama
2 tahun, tiap 4 bulan pada tahun ketiga, dan tiap 6 bulan sampai tahun kelima. IVU tiap tahun
sekali perlu juga dilakukan. Penderita dengan risiko sedang perlu menjalani follow up diantara
kedua kategori penderita yang telah disebutkan diatas, dan disesuaikan dengan kondisi penderita.