Jtptunimus GDL Arifkurnia 7213 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Arifkurnia 7213 3 Babii PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Enuresis
1. Pengertian
ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan
terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali
pakaian pada siang hari atau ke tempat tidur pada malam hari pada anak-
anak yang menurut perkembangan lebih tua dari 5 tahun. Kejadian itu
enuresis (periode tidak lebih dari 6 bulan kering di malam hari, tidak ada
gejala siang hari). Sekunder atau rumit nocturnal enuresis (malam waktu
basah setelah jangka waktu 6 bulan menjadi kering dan / atau adanya
Mengompol adalah akibat dari pengeluaran air kemih normal tetapi pada
saat dan tempat yang tidak diinginkan. Enuresis umumnya terjadi pada
(Kurniawati, 2008).
enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari oleh anak berumur 5
tahun atau lebih baik siang maupun malam hari (Suwardi, 2000).
2. Penyebab
masalah psikis lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti
adanya infeksi salura kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan
13
bahwa faktor lain seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung
seorang anak disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya,
(Suwardi, 2000).
a. Faktor Genetik
2008).
keluarga dengan anak enuresis , salah satu atau lebih anggota keluarga
14
b. Faktor Sosial dan Psikologis
c. Faktor tidur
15
nyenyak secara bermakna dibandingka dengan saudaranya yang tidak
enuresis.
dikaitkan dengan bias seleksi karena anak enuresis wilth mereka adalah
memiliki batas yang lebih tinggi untuk gairah: misalnya, stimulus yang
dalam satu sampel dari 33 anak laki-laki. Tidur studi anak-anak dengan
dan tidak ada waktu spesifik dari malam atau tahap tidur ketika enuresis
memproduksi urin kurang per jam pada malam hari dibandingkan siang
hari, dalam beberapa unrine anak nokturnal out put mungkin gagal
16
dibantu dengan desmopresin (DDAVP), yang mengalami penurunan
merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air
kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training
diharapkan dapat melatih anak untuk mampu buang air kecil (BAK)
dan buang air besar (BAB) pada tempat yang telah ditentukan. Dasar
f. Kontipasi
17
konstipasi, yang menyebabkan dilatasi rektum yang menekan kandung
B. Toilet training
1. Pengertian
anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar
mampu buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) pada tempat
18
kedua sfingter yaitu sfingter ani dan uretra semakin mampu menggontrol
rasa ingin berkemih dan defekasi. Toilet training merupakan suatu usaha
untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air
besar dan kecil juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat
pada anak. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada
pada diri anak dan keluarga, seperti kebiasaan fisik, dimana kemampuan
anak secara fisik sudah kuat dan mampu. Kesiapan psikologis di mana
konsentrasi dalam merangsang untuk buang air kecil dan besar. Persiapan
intelektual pada anak juga membantu dalam proses buang besar dan kecil,
gunakan kata-kata yang khas bila anak ingin buang besar atau kecil seperti
19
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi toilet training
training meliputi :
a. Usia
pada usia 18-24 bulan tetapi tidak semua anak dapat mencapai usia
b. Jenis kelamin
c. Psikologis
d. Fisik
merupakan suatu hal yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya,
20
sendiri dalam melaksanakan buang air kecil maupun buang air besar tanpa
a. Teknik lisan
anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar.
rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar dimana dengan
Cara untuk melatih anak dengan cara meniru untuk buang air
besar maupun buang air kecil atau dengan memberikan contoh. Tetapi
cara ini mempunyai dampak yang jelek pada cara ini apabila contoh
yang diberikan salah akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak
a. Jaga anak untuk tidak berlari ketika ingin buang air besar atau buang air
21
b. Perkenalkan anak dengan pot portabel atau toilet, letakkan pot portabel
c. Anjurkan anak untuk jongkok di pot portabel atau toilet beberapa lama
setiap hari dengan menggunakan pakaian yang mudah dilepas, hal ini
akan membuat anak merasa nyaman pada waktu jongkok di toilet dan
toilet. Saat yang tepat adalah saat anak ingin buang air besar atau kecil.
agar anak belajar mengenal dorongan untuk buang air besar atau kecil.
Masalah yang sering terjadi adalah karena orang tua merasa khawatir
anjurkan untuk buang air besar atau kecil dengan cara tunjukkan
dimana toilet dan anjurkan anak untuk jongkok di toilet, bantu anak bila
mengalami kesulitan dan ajak anak untuk sambil bermain, jika anak
melakukanya lagi.
f. Usahakan anak untuk berlatih membuka rok atau celana bagian luar
22
g. Jelaskan langkah-langkah toilet training pada anak sesuai pemahaman
anak, mulai dari melepas pakaian dan celana dalam, kemudian pergi ke
toilet untuk buang besar atau buang air kecil. Bila telah selesai
a. Kesiapan fisik
1) Kontrol volunter sfingter anal dan uretral, biasanya pada usia 18-24
bulan.
3) Defekasi teratur
b. Kesiapan mental
mengikuti perintah
23
c. Kesiapan psikologis
terjatuh
d. Kesiapan parental
C. Faktor Psikologis
1. Pengertian
respon tubuh yang tidak bersifat spesifik terhadap setiap tuntutan atau
beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi
tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespons dengan tidak
24
Taylor (1995) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional
(Murwani, 2008).
2. Penyebab Stres
dikucilkan.
25
Menurut Noviekayati (2010) penyebab stres pada anak dibagi
a. Faktor normatif
b. Faktor lingkungan
pencetus adalah :
26
terlebih jika merasa penyebab kematian tersebut adalah
mereka.
dan pengucilan.
27
c. Pada faktor fisiologi anak menjadi sering mengeluh merasa tidak
D. Konstipasi
1. Pengertian
cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup
penderitanya,
transit diusus dan berat tinja. Konstipasi adalah keluhan utama pada 3
% pasien rawat jalan pediatrik dan sampai 25 % dari anak yang dirujuk
28
ke ahli gastroenterologi anak mengalami gangguan defekasi (Rudolph,
2006).
dari sebelumnya dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja (skibala)
sering hilang setelah defekasi. Riwayat feses yang keras dan/ feses yang
29
normal, meningkat atau berkurang. Massa abdomen teraba pada palpasi
abdomen kiri dan kanan bawah dan daerah suprapubis (Yusri D.J,
2013).
seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk
usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda
c. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,
transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari
31
E. Kerangka Teori
Faktor-Faktor Penyebab :
Faktor Genetik
Stres
Faktor Tidur
Toilet Training
Kondisi fisik :
Adanya infeksi
Adanya alergi
Konstipasi
Skema 2.1
Kerangka Teori (Daulay, 2008), (Wong, 2008) dan (Wolraich, 2008)
32
F. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian enuresis pada anak
33