PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saliva umumnya adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga
minor dan cairan gingiva. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0.1 – 0.01 mm
yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Lapisan saliva ini selalu bergerak
dan akan menentukan distribusi material dan eliminasi bahan yang yang tidak
digunakan dalam rongga mulut. Kecepatan pergerakan cairan ini juga tergantung
pada jumlah dan komposisinya serta pergerakan pipi, bibir dan lidah. Kecepatan
mulut. Selain itu, saliva juga memiliki komposisi dan konsentrasi yang berbeda –
demineralisasi gigi dan remineralisasi, saliva menjadi turun karena produksi asam
dari bakteri setelah konsumsi karbohidrat. Di sisi lain, saliva akan naik ketika
mineral gigi (kalsium, fosfat, dan ion hidroksil). Derajat keasaman saliva juga
naik ketika bakteri plak baik metabolisme asam memproduksi alkali seperti
amonia dari senyawa nitrogen yang ditemukan pada makanan dan saliva, ion
1
2
kalsium, fosfat mulai memperbaiki kristal mineral yang rusak dari enamel yang
Pemeriksaan saliva untuk mendeteksi faktor risiko karies, karena fungsi saliva
pemeriksaan yang umum untuk deteksi faktor – faktor risiko tersebut adalah laju
email(Parsetya, 2008).
Salah satu usaha untuk mencegah karies adalah dengan melakukan pengukuran
risiko karies. Dalam pengukuran risiko karies, seseorang akan diukur tingkat
diketahui terlebih dahulu status risiko karies yang bersangkutan sehingga dapat
Indonesia masih cukup tinggi. Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi pada
jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum. Karies gigi disebabkan
ditandai oleh adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan
kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri
3
dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal
(Fatmawati, 2011).
tinggi, karena pada usia sekolah ini anak – anakbiasanya suka jajan makanan dan
mengetahui pengaruh atau dampak memakan makanan yang manis dan lengket,
selain itu minimnya pengetahuan anak tentang waktu menggosok gigi yang benar
menjadikan sisa makanan terakumulasi dalam waktu yang lama di rongga mulut,
umur tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur. Kelompok umur ini penting
untuk diperiksa karena umumnya anak – anak meninggalkan bangku sekolah pada
umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi pada
kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Beradasarkan ini, umur 12 tahun
mendeteksi faktor – faktor risiko terhadap karies pada siswa/i usia 11 – 12 tahun
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian
Faktor Risiko Terhadap Karies Pada Siswa/i Usia 11 – 12 Tahun di SDN 1 Bandar
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
a. Mengukur kualitas saliva dalam mendektesi faktor risiko terhadap karies
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui kulitas rata – ratalaju aliran volume, pH dan kapasitas
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti saat
melakukan penelitian.
2. Bagi Institut
a. UntukmenambahkepustakaanFakultasKedokteran Gigi dalambidang
karyatulis.
5
tulis ilmiah.
3. Bagi masyarakat
a. Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Saliva
1. Definisi saliva
Saliva adalah cairan tubuh yang dikeluarkan oleh tiga kelenjar saliva
konstituen yang berasal dari serum darah, dari sel mukosa dan antibodi tubuh
utuh atau yang dihancurkan dan dari mikroorganisme utuh atau dihancurkan
Saliva dapat diartikan sebagai cairan yang disekresikan ke dalam mulut oleh
kelenjar ludah mayor dan kelenjar ludah minor yang berada disekitar rongga
mulut. Yang termasuk dalam kelenjar ludah mayor adalah kelenjar parotis yang
2. Fungsi Saliva
kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus – menerus membantu
membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing. Penyangga
gigi (Nasution 2015). Fungsi saliva di dalam rongga mulut adalah sebagai
berikut:
7
disakarida.
c. Memiliki efek anti bakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim,
sumber makanan.
Kandungan air dalam saliva mencapai 99%, dengan komponen lain yang
menyusun adalah bahan organik, bahan anorganik, molekul makro, dan bahan
Komponen bahan organik yang menyusun saliva terdiri dari urea, glukosa
ion, antara lain: Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-, dan fosfat. Senyawa
8
Fosfat, Hidroksil, dan Ion Fluor berdifusi melalui plak. Masing – masing
enzim.
3) Fluoride: Remineralisasi,
5) Bikarbonat: Buffer
2015).
Faktor – faktor lain yang mempengaruhi saliva terutama aliran saliva adalah
sebagai berikut:
9
a. Irama sikardian: Laju aliran saliva meningkat pada akhir siang dan
kecil dibanding laki – laki. Hal ini menyebabkan laju aliran saliva pada
yaitu:
a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan
remineralisasi kariesdini.
tidak terangsang menjadi 7.4 pada saat tingkat produksi sedang tinggi.
risiko karies, maka harus diperhatikan kondisi saliva dalam dua keadaan,
jalan berikut:
11
yang keras.
2) Kimiawi: rangsangan rasa seperti asam, manis, asin, pahit dan juga
pedas.
3) Psikis: stres yang akan menghambat sekresi saliva, dapat juga karena
meningkat.
dkk., 2016).
Pengumpulan saliva terdiri dari dua metode besar yaitu pengumpulan saliva
pengambilan sampel saliva langsung dan tanpa stimulasi dari luar. Berbeda
(Kusuma, 2013).
wax dilakukan terus menerus dalam jangka waktu tertentu tanpa melakukan
proses menelan. Setiap satu menit, saliva yang terkumul dalam rongga mulut
Terdapat lima (5) jenis cara pegumpulan sampel saliva yang biasanya
suction.
a. Metode spitting
Pada metode ini saliva dikumpulkan dalam rongga mulut dalam keadaan
mulut tertutup dan dikeluarkan setiap satu menit selama lima sampai lima
b. Metode Arbsorbent
swab,cotton atau sponge dalam mulut selama satu sampai lima menit.
Metode ini dapat memicu peningkatan aliran saliva dan perubahan beberapa
komponen sehingga untuk pengukuran laju aliran saliva metode ini tidak
waktu dua menit dalam rongga mulut untuk menghindari adanya perubahan
2013).
c. Passive Drool
Metode ini adalah metode yang paling efektif dan sering digunakan
ini telah diterima oleh banyak peneliti, tidak seperti metode absorben, yang
d. Suction
e. Arbsorbent (swab).
Saliva – check buffer kit yang terdiri dari kertas lakmus pH (In Vitro Ph Test
Stripe), kertas dapar strip (Buffer Test Stripe), Gelas ukur (Collection Cup) 20
mL, parafin wax dan pipet.Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus
sekresi saliva (laju aliran saliva dan volume saliva), pH saliva dan kapasitas
Analisa saliva merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
melakukan analisa saliva dapat dilakukan dengan cara analisa saliv istirahat
(Dwi, 2014).
terhadap karies:
laju aliran saliva berkisar antara 0.05 – 1.8 mL/menit. Nilai diukur secara
Interpretasi:
hasil metabolik bakteri dan zat – zat toksik bakteri akan larut dan
1.5 mL. Seperti yang telah diketahui, bahwa saliva disekresi oleh kelenjar
hari, kelenjar parotis sama sekali tidak berproduksi. Jadi, sekresi saliva
buffer kit merek GC America dengan melihat volume saliva (mL) yang
berikut:
Interpretasi:
ini dapat mempengaruhi kelarutan kalsium dan fosfor dari email. Bila
dan mencapai satu angka kritis diantara 5.2 – 5.5 yang menyebabkan
kalsium dan fosfor email akan mulai larut sehingga karies tidak akan
pertumbuhan bakteri antara 6.5 – 7.5 dan apabila rongga mulut pH – nya
Mengukur derajat asam maupun basa dari cairan tubuh. Keadaan basa
a) Rendah pH = <5.8
Interpretasi:
asam dan hal ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat dalam saliva. pH
kapasitas buffer saliva yang tinggi pada saliva yang tidak distimulasi dan
rendah akan dinetralisir oleh buffer agar tetap dalam keadaan konstan di
20
bikarbonat dan berhubungan dengan flow saliva. Laju sekresi saliva yang
Merah = poin 0
Risiko karies merupakan risiko terjadinya sebuah lesi karies pada seseorang.
karies yang sesuai ataupun mekanisme pertahanan yang tidak cukup sehingga
ditujukan untuk mengukur terjadinya karies pada masa yang akan datang
(Irene, 2012).
berhasil dengan baik, maka hal penting yang dapat dilakukan oleh seorang
dokter gigi bila menemui kasus karies adalah mengidentifikasinya, tidak hanya
faktor etiologi tetapi juga faktor non – etiologi, yang disebut dengan istilah
indikator risiko karies. Indikator risiko karies ini bukan merupakan faktor
Efek faktor tersebut dibedakan menjadi faktor risiko dan faktor modifikasi.
Faktor risiko merupakan faktor yang memiliki hubungan sebab akibat dengan
terjadinya karies. Individu dengan risiko karies yang tinggi adalah seseorang
yang mempunyai faktor risiko karies yang lebih banyak. Faktor risiko karies
terdiri atas karies, fluor, oral higiene (OH), bakteri, saliva dan pola makan.
karies selain dari faktor risiko. Faktor ini memang tidak langsung
22
karies. Faktor tersebut adalah umur, jenis kelamin, perilaku, faktor sosial,
risikokaries, dimana pada anak – anak berbeda dengan dewasa. Dalam hal
terdapat karies akar dan kariessekunder yang sering menjadi penyebab restorasi
harus diganti pada orang dewasa.Oleh karena itu, pengukuran risiko karies
kebutuhan.
Risiko karies terbagi atas tiga yaitu risiko tinggi, sedang dan
yang beradapada risiko yang mudah terkena karies. Kelomopok risiko karies
Klasifikasi Faktor Risiko Karies terbagi atas 3 kategori yaiturisiko Rendah (R)
Sedang (S) dan Tinggi (T):
1. Definisi Karies
Karies merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi, yaitu
enamel, dentin dan sementum, disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang ada
dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Suatu karies mempunyai tanda
yaitu adanya demineralisasi jaringan keras gigi, diikuti oleh kerusakan bahan
Selain faktor penyebab yang langsung berhubungan dengan karies gigi, ada
sebagai faktor risiko, seperti usia, jenis kelamin, gangguan emosi, pengetahuan,
substrat dan waktu. Selain faktor penyebab yang langsung berhubungan dengan
karies gigi, ada beberapa faktor tidak langsung yang berhubungan dengan
karies, disebut sebagai faktor risiko. Yang dimaksud dengan faktor risiko
karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman
karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola makan
(Widyastuti, 2010).
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi),
struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi
menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu,
permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat
(kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar
banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin
resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang karies dari pada gigi permanen.
Hal ini disebabkan karena enamel gigi desidui mengandung lebih banyak
bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit dari pada
gigi permanen. Selain itu, secara kristalografis Kristal – Kristal gigi susu
tidak sepadat gigi tetap dan email orang muda lebih lunak dibandingkan
orang tua. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies pada anak – anak. Daerah yang mudah diserang karies
adalah pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal
molar dan pit palatal insisif, permukaan halus di daerah aproksimal sedikit
27
di bawah titik kontak, Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Pada awal
pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak
mitis, dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu,
ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi.
Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104
c. Substrat
untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyababkan
karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu
28
untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
yaitu:
jika gula tersebut dimakan dalam bentuk mudah melekat pada gigi.
d. Waktu
terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Adanya saliva di
dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun
tinggi, karena pada usia sekolah ini anak – anakbiasanya suka jajan makanan dan
mengetahui pengaruh atau dampak memakan makanan yang manis dan lengket,
selain itu minimnya pengetahuan anak tentang waktu menggosok gigi yang benar
menjadikan sisa makanan terakumulasi dalam waktu yang lama di rongga mulut,
umur tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur. Kelompok umur ini penting
umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi pada
kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Beradasarkan ini, umur 12 tahun
Kecepatan pH
Kapasitas
Sekresi Saliva Saliva
Buffer
Saliva
Laju Aliran Volume
Rendah Sedang Tinggi
Saliva Saliva
Rendah Sedang Tinggi
Deminer Deminera Deminer
Rendah Sedang Tinggi
↑ lisasi Kontrol Kontrol Kontrol
30
B. Keterangan Peta Kerangka Konseptual
minuman baik di sekolah maupun di rumah, karena makanan dan minuman yang
banyak mengandung gula sangat cepat menurunkan pH plak ke tingkat yang dapat
tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur. Kelompok umur ini penting untuk
12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi pada
kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Beradasarkan ini, umur 12 tahun
Pada umunya fungsi saliva adalah fungsi protektif, yaitu menjaga kesehatan
gigi dan mulut. Welton menyatakan bahwa saliva berperan sebagai cairan
air. Sebagai cairan lubrikasi adalah karena saliva melapisi mukosa dan
mendeteksi faktor risiko karies, karena fungsi saliva yang pada umumnya
untuk deteksi faktor – faktor risiko tersebut adalah kecepatan sekresi saliva (laju
1
32
aliran saliva dan volume saliva), pH dan kapasitas buffer terhadap karies, sebagai
kepala menunduk dan saliva menampung ke dalam gelas ukur (Collection Cup)
selama 5 menit. Aliran saliva rata – rata dihitung berdasarkan jumlah saliva yang
terkumpul bagi waktu yang digunakan untuk mengumpul saliva. Apabila sekresi
saliva sedikit, saliva menjadi kurang efektif untuk membersihkan gigi dan mulut
Laju aliran saliva merupakan pengaturan fisiologis sekresi saliva. Laju aliran
peralatan dokter gigi). Bila aliran saliva menurun, maka akan terjadi peningkatan
frekuensi karies gigi. Jika laju aliran saliva meningkat, akan menyebabkan
konsentrasi fosfat, magnesium dan urea akan menurun. Salah satu faktor yang
zat-zat toksik bakteri akan larut dan tertelan sehingga keseimbangan lingkungan
rongga mulut tetap terjaga dan frekuensi karies gigi akan menurun (juliatri dkk.,
2015).
Volume saliva adalah yang disekresikan setiap hari diperkirakan antara 1.0 –
1.5 Liter. Sekresi saliva yang berkurang akan mengakibatkan mulut kering,
33
keluhan rasa sakit pada lidah dan mukosa, juga dapat menyebabkan karies dan
hidroksiapatit dapat terjadi pada pH di bawah 5.5 (pH kritis). Namun, pH kritis
berbeda pada masing – masing individu, dimana pada keadaan saliva dengan
konsentrasi kalsium dan fosfat rendah, pH kritis berada pada nilai sekitar 6.5,
sedangkan pada saliva dengan keadaan Ca2+ dan PO43- tinggi, pH kritis berada
antara nilai 5.5 Demineralisasi dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jumlah bakteri (Streptococcus mutans), komposisi dan aliran saliva,
aksi buffer saliva, diet, struktur gigi, pengaruh obat-obatan dan kekasaran
menghilangkan ion OH- untuk membentuk air dan juga semakin rendah pH,
dimana mineral inorganik dalam saliva terakumulasi pada daerah yang mengalami
disolusi enamel dan menggantikan mineral yang hilang dari gigi (Kartika, dkk.,
2013).
34
hal ini tergantung pada konsentrasi bikarbonat dalam saliva. pH dan kapasitas
buffer saliva memiliki hubungan yang signifikan. Hubungan ini dilihat dari
adanya hubungan secara statistik antara kapasitas buffer saliva yang tinggi pada
saliva yang tidak distimulasi dan tingkat karies rendah (Nugroho, 2016).Derajat
keasaman saliva yang rendah akan dinetralisir oleh buffer agar tetap dalam
keadaan konstan di dalam rongga mulut. Kapasitas buffer saliva bergantung pada
konsentrasi bikarbonat dan berhubungan dengan flow saliva. Laju sekresi saliva
Risiko karies terbagi atas tiga yaitu risiko tinggi, sedang dan rendah. Risiko
karies tinggi didefinisikan sebagai suatu individu yang berada pada risiko yang
yang berada pada risiko yang rentan terkena karies, dan risiko rendah merupakan
individu yang berada pada risiko yang tidak mudah terserang karies (Karpanan,
2016).
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pemeriksaan kualitas laju aliran, volume, pH dan kapasitas dapar saliva pada
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah pada bulan desember
2017.
1. Populasi
2. Besar sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu anak usia 11 – 12 tahun SDN 2 Bandar
Hal.120 – 121).
D. Teknik sampling
120 – 121). untuk menghitung besar sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan
(Acuray) penelitian ini menggunakan rumus untuk populasi kecil atau lebih kecil
dari 100 (Notoatmodjo, 2010) adalah jumlah sampel berdasarkan rumus slovin:
N 78 78
n = 1+N(d)2 n = 1+78(0.1)2 𝑛 = 1+78(0.1)2
78 78 78
𝑛= 𝑛= n=
1 + 78(0.01) 1 + (0.78) 1 + 0.78
78
n = 1.78 n = (43.82)dibulatkan menjadi 44 orang.
Keterangan:
N= besar populasi
E. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusif
2. Kriteria Ekslusif
inklusi dari suatu studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah jenis kelamin, usia 11 – 12 tahun, Laju aliran saliva,
1. Bahan Penelitian:
2. Alat Penelitian :
I. Etika Penelitian
Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiayata Kediri (IIK),
manfaat penelitian dan meminta izin melakukan penelitian kepada subjek yang
dirahasiakan.
untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman, juga tidak menyikat gigi
pagi.
Kemudian aliran saliva rata – rata diukur dengan cara menghitung jumlah
kuantitas saliva.
2) Gunakan pipet untuk mengambil saliva, kemudiam tetesi test strip pada
ketiga garis.
K. Data Penelitian
1. Data Primer
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang ditentukan dari hasil
pemeriksaan: laju aliran, volume, pH dan kapasitas dapar saliva pada siswa/i
1. Pengolahan data
2. Analisis Data
kelamin dan usia dengan volume saliva laju aliran saliva pH saliva dan buffer
saliva terhadap risiko karies karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2
Bandar Lor.
43
M. Alur Penelitian
Sampel
Pemeriksaan saliva
Saliva
Hasil
44
BAB V
Saliva umumnya adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh tiga
minor dan cairan gingiva. Pemeriksaan saliva untuk mendeteksi faktor risiko
karies, karena fungsi saliva yang pada umumnya protektif, terutama proteksi
A. Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin dan usia di SDN 2 Bandar Lor
Total responden dalam penelitian ini berjumlah 44 anak. Dari total tersebut,
berdasarkan usia. Dalam penelitian ini, 32 anak atau sekitar memiliki usia 11
Laju Aliran Saliva pH Saliva Dan Buffer Saliva gigi pada anak usia 11 – 12
kategori volume saliva. Hasil analisis tabel rata – rata memberikan informasi
bahwa sebanyak 4 responden (9,13%) yang masuk kategori risiko karies tinggi
berdasarkan memiliki volume saliva rendah < 3.5 mL, sebanyak 6 responden
(13,64%) memiliki volume saliva 3.5 – 5.0 mL sedang dengan risiko karies
sedang, sedangkan yang masuk dalam kategori risiko karies rendah sebanyak 34
responden (77,26%) memiliki volume saliva> 5.0 mLtinggi. Secara rata – rata
volume saliva responden tergolong tinggi dengan rata – rata risiko karies rendah.
46
Kategori Risiko Karies Laju Aliran Saliva Jumlah (n) Rata - Persen
Rata
Risiko karies tinggi < 0.7 mL/menit 5 0,58 11,36%
Risiko karies Sedang 0.7 – 1 mL/menit 7 0,742 15,90%
Risiko karies Rendah >1 mL/menit 32 1,779 72,72%
Total 44 100%
Tabel V.3.2 memberikan informasi tentang kategori risiko karies berdasarkan
laju aliran saliva. Hasil analisis tabel rata – rata memberikan informasi bahwa
berdasarkan laju aliran saliva rendah < 0.7 mL/menit, sebanyak 7 responden
responden (15,90%) yang masuk dalam kategori risiko karies sedang dengan
(72,72%) berdasarkan laju aliran saliva tingggi >1 mL/menit dengan kategori
Saliva
kategori pH saliva. Hasil analisis tabel rata – rata memberikan informasi bahwa 5
responden (11,36%) yang masuk kategori risiko karies tinggi dengan pH saliva
5.0 – 5.8 rendah, berdasarkan pH saliva sedang 6.0 – 6.6 sebanyak 4 responden
47
memilki kategori pH tinggi 6.8 – 7.8 yang masuk dalam kategori risiko rendah.
Saliva
buffer saliva. Hasil analisis tabel rata – rata memberikan informasi bahwa
anak yang memiliki buffer saliva tinggi 10 – 12 yaitu masuk dalam kategori
C. Tabel V.7 Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Volume Saliva Laju
Aliran pH Saliva Dan Buffer Saliva Terhadap Risiko Karies gigi pada anak
terhadap risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor
Pada tabel V.7.1 Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa pemanfaatan kualitas
saliva terhadap jenis kelamin dengan volume saliva menunjukkan bahwa yang
berisiko rendah sebanyak 20(45.5%) berisiko sedang 3(6.8%) dan berisiko tinggi
Tabel V.7.2 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan laju aliran saliva
terhadap risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor
Dari hasil tabel V.7.2 tabulasi silang bisa diketahui bahwa pemanfaatan
kualitas saliva terhadap jenis kelamin dengan laju aliran saliva dapat disimpulkan
bahwa responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 12(27.3%) berisiko
rendah terhadap karies, berisiko sedang 5(11.4%) dan yang berisiko tinggi
Tabel V.7.3 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan pH saliva terhadap
risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
Pada Tabel V.7.3 dapat dilihat bahwa pemanfaatan kualitas saliva terhadap
laki – laki berisiko karies rendah sebanyak 14 responden dengan (31.8%) berisiko
rendah sebanyak 21(47.7%) berisiko sedang 2(4.5%) dan berisiko tinggi terhadap
Tabel V.7.4 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan Buffer salivaterhadap
risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
Hasil tabulasi silang bisa diketahui jika pemanfaatan kualitas saliva terhadap
jenis kelamin dengan buffer saliva dapat dijelaskan bahwa responden yang
50
berjenis kelamin laki – laki sebanyak 12(27.3%) berisiko rendah terhadap karies,
berisiko sedang 5(11.4%) dan yang berisiko tinggi 1(2.3%). Sedangkan responden
D. Tabel V.8 Tabulasi Silang Usia Dengan Volume Laju Aliran pH dan
Buffer Saliva Terhadap Risiko Karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di
risikokaries gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
Hasil tabulasi silang bisa diketahui pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia
karies 3(6.8%) dan yang berisiko tinggi 4(9.1%). Sedangkan respondeng yang
usia 12 tahun sebanyak 9(20.5%) berisiko rendah terhadap karies dan berisiko
sedang terhadap karies 3(6.8%) dan risiko karies tinggi hasil analisis menunjukan
Tabel V.8.2 Tabulasi silang antara usia dengan Laju aliran saliva terhadap
risiko karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
Hasil tabulasi tabel V.8.3 silang bisa diketahui pemanfaatan kualitas saliva
terhadap usia dengan volume saliva dapat disimpulkan bahwa responden yang
sedang terhadap karies 3(6.8%) dan yang berisiko tinggi 5(11.4%). Sedangkan
karies dan berisiko sedang terhadap karies 8(18.2%) dan risiko karies tinggi (0%).
gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri.
Pada Tabel V.8.3 Tabulasi silang antara usia dengan pH saliva terhadap risiko
karies rendah terhadap karies, berisiko sedang terhadap karies 2(4.5%) dan hasil
sebanyak 9(20.5%) risiko rendah terhadap karies, berisiko sedang terhadap karies
3(6.8%) dan hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada risiko karies tinggi atau
(0%).
Tabel V.8.4 Tabulasi silang antara usia dengan Buffer saliva terhadap risiko
karies gigi pada anak usia 11 – 12 tahun di SDN 2 Bandar Lor Kecamatan
Berasarkan tabel V.8.4 hasil analisis tabulasi silang antara usia dengan buffer
responden usia 12 tahun sebanyak 8(18.2%) risiko rendah terhadap karies dan
berisiko sedang terhadap karies 4(9.1%) dan risiko karies tinggi dalam penelitian
BAB VI
PEMBAHASAN
faktor risiko terhadap karies gigi pada anak – anak usia 11 – 12 tahunpada bulan
Januari 2018, dengan jumlah sampel 44 siswa/i di SDN Bandar Lor, Kecamatan
rongga mulut, menjaga keutuhan enamel gigi, dengan demikian saliva merupakan
faktor yang juga sangat berpengaruh dalam proses karies gigi. Karakteristik
kualitas saliva yang digunakan untuk melihat faktor risiko karies seseorang antara
lain volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan kapasitas buffer saliva
(Muhamad, 2015).
karies sedang yaitu sbesar 13,64%. Volume saliva (Quantity saliva) saliva
karies. Volume saliva yang disekresikan setiap hari diperkirakan antara 1.0 – 1.5
mL. Seperti yang telah diketahui, bahwa saliva disekresi oleh kelenjar parotis,
parotis sama sekali tidak berproduksi. Jadi, sekresi saliva berasal dari kelenjar
submandibularis, yaitu lebih kurang 70% dan sisanya (30%) disekresikan oleh
kelenjar sublingualis dan kelenjar ludah minor. Sekresi saliva dapat dipengaruhi
oleh rangsangan yang diterima oleh kelenjar saliva nilai diukur berdasarkan
indikator saliva – check buffer kit merek GC America dengan melihat volume
Pada tabel V.3.2 pengukuran risiko karies berdasarkan laju aliran saliva
terstimulasi (Stimulated) Lilin parafin (Parafin Wax). Hasil pengukuran laju aliran
responden berisiko karies sedang. Bila aliran saliva menurun, maka akan terjadi
peningkatan frekuensi karies gigi. Jika laju aliran saliva meningkat, akan
meningkat, tetapi konsentrasi fosfat, magnesium dan urea akan menurun. Dengan
zat – zat toksik bakteri akan larut dan tertelan sehingga keseimbangan lingkungan
rongga mulut tetap terjaga dan frekuensi karies gigi akan menurun (Carolin,
2009).
responden risiko karies rendah sedangkan 11,36% risiko karies tinggi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa anak dengan tingkat risiko karies rendah banyak
kebersihan mulut. Sedangkan anak dengan tingkat risiko karies tingggi sedikit
yang mempunyai pH saliva rendah, karena anak tersebut kurang mampu menjaga
konsentrasi ion hydrogen yang menunjukan keasaman atau kebasaan suatu zat.
mempengaruhi kelarutan kalsium dan fosfor dari email. Bila asam banyak
dihasilkan maka akan membuat nilai pH menjadi rendah dan mencapai satu angka
kritis diantara 5.2 – 5.5 yang menyebabkan kalsium dan fosfor email akan mulai
berdasakan buffer saliva setelah terstimulasi total 36,65. Dari hasil analisis
buffer saliva tinggi dengan risiko karies rendah yaitu 72,72%. Menurut penelitian
(peluang yang besar terhindar dari risiko karies) tetapi dengan catatan bahwa
keseimbangan lingkungan rongga mulut tetap terjaga dan frekuensi karies gigi
akan menurun. Sedangkan 18,18% responden yang berisiko karies sedang maka
(moderate risk caries) apabila faktor risiko lebih tinggi daripada faktor protektif
menunjukkan ada responden yang berisiko karies rendah. Hal ini menunjukkan
mencegah timbulnya suasana asam dalam rongga mulut karena adanya ion sodium
bikarbonat yang berfungsi sebagai buffer asam dalam saliva yang jumlahnya
Check buffer dengan membandingkan warna pada kertas strip (Merinda, et al,
2013).
Analisis data selanjutnya tabulasi silang jenis kelamin dan usia dengan
pemanfaatan kulitas volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan buffer saliva
mengetahui keempat variabel yaitu volume saliva, laju aliran saliva, pH saliva dan
kelompok dengan tingkat risiko rendah (merupakan kelompok yang berada pada
risiko yang tidak mudah terserang karies), kelompok dengan tingkat risiko sedang
(sebagai suatu kelompok yang berada pada risiko yang rentan terkena karies) dan
kelompok dengan tingkat risiko tinggi (sebagai suatu kelompok yang berada pada
Pada tabel V.7.1 hasil dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang
berjenis perempuan dengan risiko karies rendah yaitu sebesar 45,5%. Sedangkan
responden yang berjenis kelamin laki – laki sedikit dengan risiko karies rendah
yaitu 31,8%. Menurut hasil penilitian Diana (2016) menyatakan bahwa ada
perbedaan kebersihan gigi dan mulut anak perempuan dengan anak laki – laki.
kebersihan gigi dan mulut anak perempuan diduga disebabkan oleh anak
57
antara laki – laki dan perempuan dengan laju aliran saliva menunjukan bahwa
sebagian besar responden adalah perempuan yang memiliki risiko karies rendah
yaitu 45.5%, dibandingkan laki – laki yaitu 27.3%. Penelitian ini terlihat banyak
hasil yang lebih rendah risiko karies pada siswa perempuan daripada siswa laki –
laki oleh karena siswa perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah siswa laki –
laki dan pada anak laki – laki biasanya jarang memperhatikan kebersihan
manis – manis dan minuman bersoda dibandingkan siswa laki – laki. Oleh karena
Pada tabel V.7.3 hasil diketahui bahwa pengukuran risiko karies antara jenis
adalah perempuan yang memiliki risiko karies rendah yaitu 47,7% dibandingkan
anak laki – laki yaitu 31.8%. Hal ini didukung dengan penelitian Randy (2015)
pada anak – anak SDN 1 Malang, yang menyatakan anak perempuan memiliki
status kebersihan rongga mulut yang lebih baik daripada anak laki – laki.
saliva atau pH saliva pada rongga mulut biasanya dipengaruhi oleh konsumsi
turun menjadi 5,5 sehingga meningkatkan risiko karies, hal ini sesuai dengan
Berdasarkan tabel V.7.4 data hasil penelitian antar jenis kelamin dengan
perempuan memiliki kapasitas buffer saliva tinggi dengan risiko karies rendah
sebesar 47,7% dibandingkan siswa laki – laki 27.3%. Penelitian ini didukung oleh
pada anak perempuan lebih baik dibandingkan anak laki – laki dikarenakan anak
buffer. Hasil penelitian Muhamad (2015) juga menyatakan bahwa paling banyak
karies lebih rendah dari pada responden dengan kapasitas buffer lebih rendah.
Kapasitas Buffer saliva larut yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap
konstan, jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal buruk antara
usia dengan volume saliva menunjukan bahwa responden yang berusia 11 tahun
memiliki nilai volume saliva tinggi sebesar 56,8% sehingga masuk dalam kategori
risiko karies rendah dan anak usia 12 tahun juga menunjukkan berisiko karies
rendah dengan nilai sebesar 20,5%. Hasil penelitian pada siswa/i usia 11 – 12
tahun di SDN 2 Bandar Lor menunjukan bahwa volume saliva tinggi pada
kategori risiko karies rendah. Hal ini dapat dilihat di sekolah dengan adanya UKS
agar kesehatan diri sendiri lebih baik. Penelitian ini didukung oleh Hansen tahun
2013 juga menyatakan bahwa usia 11 – 12 tahun merupakan masa peralihan dari
diri khususnya kesehatan gigi dan mulut anak tersebut. Usia seseorang merupakan
salah satu ciri kedewasaan fisik dan kematangan psikologis berkaitan dalam
Pada tabel V.8.2 diketahui bahwa pemanfaatan kualitas saliva terhadap usia
dengan laju aliran saliva dapat disimpulkan bahwa responden yang usia11 tahun
54.5% dan usia 12 tahun 18,2% menunjukan bahwa anak usia 11 dan 12 tahun
risiko rendah terhadap karies. Menurut penelitian Juliatri dkk (2015) menyatakan
bahwa laju aliran saliva berperan dalam kemampuan saliva membersikan sisa –
sisa makanan atau debris dari dalam rongga mulut. Sebaliknya aliran saliva
60
Pada tabel V.8.3 berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui antara usia
mempunyai nilai pH saliva paling tinggi dengan risiko karies sangat rendah
sebesar 59,1%. Sedangkan usia 12 tahun sedikit responden yang memilki risiko
karies rendah yaitu 20,5%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gudkina dan
dengan risiko karies tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
SDN 2 Bandar Lor yang hasilnya menunjukan bahwa responden pada anak usia
rendah terhadap karies dan 20,5% responden usia 12 tahun berisiko karies rendah
buffer saliva tinggi maka risiko karies rendah, hal ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan dari hasilnya menunjukan bahwa paling banyak responden
adalah anak usia 11 tahun yang memiliki risiko karies rendah dibandingkan usia
12 tahun.
dan melindungi terhadap iritasi mekanik, termal, dan kimia, membantu kelancaran
saliva menjadi cadangan ion karena saliva adalah cairan jenuh terutaman dengan
ion kalsium akan manifestasi proses remineralisasi. Berperan sebagai buffer yang
mikroorganisme mulut secara spesifik misalnya dengan sIgA dan non spesifik
Integrity) yaitu mengandung ion – ion kalsium dan fosfat. Kelarutan dari ion – ion
tinggi dari kalsium dan fosfat pada permukaan gigi menyebabkan pematangan
meningkat pada permukaan gigi dan mukosa oral, membentuk film tipis yang
disebut pelikel saliva (Salivary Pellicle) dan juga pembentuk pelikel yang
berfungsi sebagai barier mislnya terhadap asam hasil fermentasi sisa – sisa
berperan dalam interaksi antara makanan dengan kuncup perasa ada sel indera
pengecap rasa terutama pada dorum lidah. Ekskresi meningkat ronggga mulut
secara teknis langsung berhubung dengan bagian luar tubuh substansi yang
disekresi akan dibuang. Dan kesimbangan air dalam keadaan dehidrasi, aliran
saliva akan menurun dan rongga mulut akan terasa sehingga orang akan merasa
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
beberapa hal, yaitu volume saliva, aliran saliva, pH saliva, dan buffer saliva
Secara keseluruhan keempat variabel yaitu volume saliva, laju aliran saliva, pH
saliva dan buffer saliva memiliki nilai rata – rata tinggi sehingga dapat
disimpulkan bahwa risiko karies rendah pada siswa/i usia 11 – 12 tahun di SDN 2
Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.
B. Saran
2. Siswa/i hendaknya menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini untuk
DAFTAR PUSTAKA
Amalia AR., 2015. Pencegahan karies dan penilaian resiko terjadinya karies dini
Universitas Indonesia.
Athiyah, dkk., 2015. Aplikasi klinik gigi pencegahan Caries Risk Assessment
Chitharanjan Shetty et al. Correlation between dental caries with salivary flow,
agustus 2017.
Carolin M. K. S., 2009 hubungan keadaan saliva dengan risiko karies pada siswa
Utara.
Chitharanjan Shetty et al. Correlation between dental caries with salivary flow,
terjadinya karies gigi. Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 3, 2011: 127
kalimantan 37 jember.
Hira GP., 2012. Buffering capacity of saliva, salivary flow rates and cortisol
witwatersrand, johannesburg.
Indriana, T. 2011. Perbedan Laju Alir Saliva dan pH karena Pengaruh Stimulus
Juliatri, dkk., 2015. Penilaian Risiko Karies Melalui Pemeriksaan Aliran Dan
Januari-Juni 2015.
66
Karmawati, IA., dkk. (2011). Perbedaan risiko terjadinya karies baru pada anak
Cilanda Jakarta Selatan. Jurnal Health Quality Vol. 2 (no 4), 228- 231,
Karpanan L., 2016. Pengukuran saliva menggunakan saliva- check buffer kit dan
Kuswandar S., dkk., 2012. Faktor risiko terjadinya karies baru dengan
Kusuma N., 2015 fisiologi dan patofisiologi saliva. Dicetak dan terbitkan oleh:
Mawadara PA., 2013 saliva sebagai cairan diagnostik resiko terjadinya karies.
Merinda, et al., 2010. Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva terhadap Indeks
Multazam A., 2013. Analisis kadar kalsium dalam saliva pada penyalahguna
Nasution SDA., 2015. Peran perokok terhadap kadar protein saliva dengan
Mustika MD. Dkk., 2014. Insidensi karies gigi pada anak usia prasekolah di tk
Mangkurat, Banjarmasin.
Rineka Cipta
Pardede R. 2016. Peranan saliva dalam melindungi gigi terhadap karies. Medan:
Availablefrom:URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/823
4\/1/000600087.pdf
Parsetyo CR. 2008. Perbandingan jumlah koloni bakteri saliva pada anak-anak
1693 – 9697.
Pradanta, dkk., 2016. Hubungan Kadar pH Dan Volume Saliva Terhadap Indeks
Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 2. September 2016 : 158 – 163. Thai
Putri, dkk. 2011. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan
Sukowono Jember.
69
Sundoro EH., 2015. Pemanfaatan saliva dalam mendeteksi faktor – faktor risiko
Sumintono B dan Widhiarso W, 2013. aplikasi Model Rash untuk Peneltian Ilmu–
Widyastuti T. 2010. Kejadian Karies Aktif pada anak usia 3 – 5 Tahun yang
Wardani, dkk., 2016. Uji bufer saliva dan streptococcus mutans pada anak resiko
penyakit gigi dan mulut secara komprehensif kode /nama rumpun ilmu :
%
% within Kategori pH 60.0% 40.0% 75.0% 59.1%
Saliva
% of Total 47.7% 4.5% 6.8% 59.1%
Total Count 35 5 4 44
% within jenis kelamin 79.5% 11.4% 9.1% 100.0
%
% within Kategori pH 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
Saliva %
% of Total 79.5% 11.4% 9.1% 100.0
%
BufferSaliva
% of Total 18.2% 9.1% .0% 27.3%
Total Count 32 8 4 44
% within usia 72.7% 18.2% 9.1% 100.0%
% within Kategori 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
BufferSaliva
% of Total 72.7% 18.2% 9.1% 100.0%
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90