Anda di halaman 1dari 73

METODE PELAKSANAAN

Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan secara garis besarnya antara lain
adalah :
1. Survey dan identifikasi potensi energi aliran sungai, kondisi hidrologi dan hidrolika yang meliputi
kegiatan-kegiatan:
a) Mengukur Lebar Sungai,
b) Mengukur Kedalaman Rata Rata Sungai,
c) Mengukur Kecepatan Mengalir Air,
d) Mengukur Ketinggian Jatuh Air,
e) Menentukan pilihan Tata Letak Bangunan Rumah Turbin/Power House,
f) Menggambar Denah Lokasi dan
g) Melakukan Pemotretan.

2. Perencanaan teknis PLTMH


a. Pekerjaan Bangunan Sipil 1 (pembuatan intake dan saluran pembawa),
b. Pekerjaan Bangunan Sipil 2 (pembuatan surge tank, penstock dan power house),
c. Pekerjaan Mekanikal (turbin, adaptor dan transmisi), dan
d. Pekerjaan Elektrikal (sistem elektrikel dan panel).

3. Instalasi dan Uji coba PLTMH


Setelah semua pekerjaan pada no 2 di atas selesai, selanjutnya melakukan aplikasinya di
lapangan dan uji coba. Apakah sudah dilakukan dengan tepat atau belum dan terus dilakukan
evaluasi sampai terpenuhinya target yang diinginkan.

4. Sosialisasi kepada Masyarakat dan Mitra


Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan mitra
tentang segala aspek yang berkaitan dengan pembangunan PLTMH yang direncanakan. Selain
itu, kegiatan ini juga untuk mendapatkan umpan balik dan informasi yang penting untuk
dipertimbangkan dalam setiap tahapan kegiatan.

1
Bangunan Pengambilan
Saluran Pembawa
Mercu Bendung

Bak Penenang

Sal. Pembuangan H gross


Jaringan
Pipa Pesat
Transmisi
Rumah Pembangkit

Tailrace

Penjelasan
Mercu Bendung (Wier) Bangunan yang berada melintang sungai yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran air

Bangunan Pengambilan Bangunan yang berfungsi mengarahkan air dari sungai masuk ke dalam Saluran Pembawa (Headrace).
(Intake) Bak Penangkap Pasir (Sand Trap) dapat menjadi satu (terintegrasi) dengan bangunan ini.

Saluran Pembawa (Headrace) Bangunan yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari Intake ke Forebay.
Headrace dapat juga terbuat dari pipa.

Bak Penampungan (Forebay) Bangunan yang mempunyai potongan melintang (luas penampang basah) lebih besar dari Headrace yang
berfungsi untuk memperlampat aliran air.

Saringan (Trash Rack) Terbuat dari plat besi yang berfungsi menyaring sampah-sampah atau puing-puing agar tidak masuk ke dalam
bangunan selanjutnya.
Trash Rack diletakkan pada posisi melintang di bangunan Intake atau Forebay dengan kemiringan 65 - 75º

Saluran Pembuangan Bangunan yang memungkinkan agar kelebihan air di dalam Headrace untuk melimpah kembali ke dalam sungai.
(Spillway)

Pipa Pesat (Penstock) Pipa bertekanan yang membawa air dari Forebay ke dalam Power House.

Rumah Pembangkit Bangunan yang di dalamnya terdapat turbin, generator dan peralatan control.
(Power House)

Tailrace Saluran yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari turbin kembali ke sungai.

Jaringan Transmisi Terdiri dari tiang, kabel dan aksesoris lainnya (termasuk trafo; jika diperlukan) yang berfungsi mengalirkan energi
listrik dari Power House ke konsumen (rumah-rumah dan pabrik).
1.4.5 Kapasitas PLTMH
Dalam pedoman teknis ini lingkup kapasitas sistem yang diatur adalah maksimal 120
kW. Hal ini mengadopsi pedoman teknis kualitas dari India dan Nepal serta
mempertimbangkan kemampuan produksi di dalam negeri. Tidak dibatasi sistem turbin yang
dipergunakan apakah itu cross flow, propeller, pelton, turgo, axial flow, pump as turbine atau
turbin lain yang memenuhi criteria proyek. Kincir air dalam semua bentuknya tidak diatur
dalam pedoman teknis ini. Jika terdapat perkembangan baru mengenai teknologi PLTMH
yang berhasil dikuasai produsen lokal maka pedoman teknis ini perlu diperbarui.

1.5 Lingkup Pemberlakuan

Menyikapi masukan dari lapangan maka pedoman teknis ini akan menyinggung
proses adanya suatu PLTMH pada proses-proses berikut ini:
1. Perencanaan Pembangunan
2. Pabrikasi dan Pasca Pabrikasi
3. Pembangunan dan instalasi
4. Pasca Pembangunan dan Pengelolaan

1.6 Standar Nasional

Pedoman teknis ini selalu mengacu kepada pedoman teknis yang sudah terbentuk di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah berlaku
untuk produk-produk tertentu yang menjadi bagian penting dari suatu sistem PLTMH. Selain
itu Standar PLN (SPLN) yang berlaku untuk produk atau sistem tertentu juga dijadikan
rujukan bagi peningkatan kualitas peralatan PLTMH.
Pedoman teknis bagi beberapa peralatan komponen elektro mekanikal untuk Pusat
Listrik Tenaga Mini Hidro dapat mengacu kepada Standar Nasional Indonesia SNI 04-1930-
1996.
2. KETENTUAN UMUM

2.1 Perencanaan PLTMH

Pedoman teknis kualitas peralatan PLTMH ini disusun dengan semangat untuk
meningkatkan kelestarian PLTMH serta meningkatkan aplikasi PLTMH di Indonesia secara
lebih luas. Masalah perencanaan adalah bagian tak terlepaskan dari proses panjang
peningkatan kelestarian PLTMH.
Dalam perencanaan hal paling penting adalah penentuan debit rancangan dan head
Untuk suatu sistem PLTMH yang tidak terinterkoneksi (stand alone) ke jaringan PLN maka
debit rancangan seyognyanya tersedia sepanjang tahun. Sedangkan untuk sistem yang
terinterkoneksi jaringan PLN maka debit rancangan bisa disesuaikan dengan prinsip cost-
effectiveness.

2.2 Penentuan Debit Rancangan

Dalam penentuan debit rancangan, jika memungkinkan, dipersiapkan Flow Duration


Curve (FDC) yang mencerminkan aliran air selama setahun. Metoda standar yang berlaku
dipergunakan dalam menentukan FDC ini. Jika FDC diproduksi pada tahun basah maka
harus diketahui nilai koreksi untuk tahun keringnya.
Secara umum pengambilan sampel debit pada musim paling kering diperkenankan
untuk penentuan debit rancangan. Paling tidak dilakukan dua set pengukuran pada musim
paling kering di lokasi tersebut.
Pedoman teknis bagi perencanaan hidrologi dan hiraulik untuk bangunan sungai
dapat kepada Standar Nasional Indonesia SNI 03-1724-1989 dan SNI 03-3441-194 tentang

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


8
2. KETENTUAN UMUM

Tata cara penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah.

2.3 Prinsip Pembiayaan Efektif

Dalam studi kelayakan, konsultan harus memberikan perlu ada pemahaman


geohydrologi dan resiko bencana alam konfigurasi sistem sehingga ada pembanding dalam
hal output dan biaya sehingga prinsip cost effectiveness bisa dicapai. Pilihan yang diambil
harus sangat mempertimbangkan prinsip cost effectiveness.
Pada suatu lokasi potensi PLTMH ada beberapa kemungkinan konfigurasi peralatan
(khususnya mekanikal dan elektrikal) yang bisa dipakai. Selain itu konfigurasi bangunan sipil
serta penentuan lokasi intake dan power house juga akan mempengaruhi konfigurasi sistem.
Pilihan konfigurasi ini akan mempengaruhi output daya dan biaya. Dipilih konfigurasi yang
secara teknis cocok dengan lokasi serta rasio biaya per output yang paling baik.

2.4 Nilai Effisiensi Turbin Terbangkit

Dalam perencanaan nilai efisiensi design turbin yang dipakai harus mengacu kepada
prinsip yang konservatif dalam arti tidak melebih-lebihkan nilai efisiensinya. Untuk itu dalam
studi kelayakan disarankan menggunakan nilai efisiensi sebagai berikut:
1. Turbin Pelton dengan kapasitas daya terbangkit di bawah 30 kW menggunakan
nilai efisiensi OPTIMAL minimum 70%. Sedangkan kapasitas di atas 30 kW
menggunakan nilai efisiensi minimal 75% yang harus dibuktikan pada saat
dilakukan pekerjaan komisioning sebelum serah terima pekerjaan.
2. Turbin Cross Flow dengan kapasitas daya terbangkit dibawah 30 kW
menggunakan nilai efisiensi minimal 60%. Sedangkan Kapasitas diatas 30 kW
menggunakan nilai efisiensi minimal 65% yang harus dibuktikan pada saat
dilakukan pekerjaan komisioning sebelum serah terima pekerjaan.
3. Turbin Propeller dengan kapasitas daya terbangkit dibawah 30 kW

9 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


2. KETENTUAN UMUM

menggunakan nilai efisiensi minimal 60%. Kapasitas diatas 30 kW


menggunakan nilai efisiensi minimal 65% yang harus dibuktikan pada saat
dilakukan pekerjaan komisioning sebelum serah terima pekerjaan.
4. Untuk jenis turbin lain disesuaikan dengan spesifikasi produsennya.

2.5 Perencanaan Konfigurasi Power Generation

Untuk menentukan konfigurasi peralatan power generation table berikut ini bisa
dipergunakan sebagai pedoman teknis konfigurasi.

Tipe Turbin Deskripsi <10 kW 10 kW s.d 120 kW

Cross flow Cross flow


Pelton Pelton
PAT PAT
Turbin Jenis
Propeller Propeller
Dan lain-lain yang Dan lain-lain yang
sesuai sesuai

Sinkron atau Sinkron atau


Generator Jenis Induksi Induksi
Satu atau tiga fasa Tiga fasa

Dengan
brush brushless
brush/brushless

Efisiensi generator >60% >80%

Tegangan dan
220/240 V, 1 fasa, 50
frekuensi terminal 415 V, 3 fasa, 50 Hz
Hz (S-PLN)
rekomendasi

IGC/ELC IGC/ELC
Kontrol Kontrol direkomendasikan Direkomendasikan
ELC ELC

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


10
2. KETENTUAN UMUM

Tipe Turbin Deskripsi <10 kW 10 kW s.d 120 kW

Pemanas Udara atau Pemanas Udara atau


Ballast/Dummy Load
Pemanas Air Pemanas Air

Perlu roda gila untuk operasi sendiri


Flywheel/ roda gila
(isolated)

MCB/MCCB untuk proteksi over curr ent


Switchgear dan earth
fault protection Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) perlu
disediakan

Monitoring dan Arus, Tegangan, Arus, Tegangan,


proteksi Frekuensi frekuensi

Produksi energi, hour meter dan meter lain


Metering
yang diperlukan

Total (berdasarkan uji


lapangan dengan
Efisiensi Lebih besar dari 40% Lebih besar dari 45%
dasar debit actual
saat komisioning)

Ketentuan-ketentuan lain dalam perencanaan komponen peralatan PLTMH dibahas di


dalam bab yang berkaitan dengan komponen tersebut seperti komponen sipil, mekanikal dan
elektrikal, dan jaringan transmisi serta distribusi.

2.6 Pabrikasi

Dalam hal pabrikasi hal-hal yang diatur adalah khusus mengenai produk-produk
yang bukan merupakan produk industri masal. Yang dimasukkan dalam produk industri
massal khususnya yang berkaitan dengan peralatan dan pembangunan PLTMH antara lain
adalah:
1. Semen dan bahan bangunan jadi seperti kaca, genting, atap zinc dan lain-lain
2. Bahan metal termasuk mild steel, besi tahan karat, tembaga untuk penangkal
anti petir dan lain-lain

11 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


2. KETENTUAN UMUM

3. Bahan pelapis cat dan sejenisnya


4. Katup-katup (valve) serta meter pendukung seperti pressure gauge
5. Bahan plastic dan turunannya seperti PVC dan HDPE
6. Seal, Bearing dan aksesorisnya
7. Generator dan aksesorisnya
8. Komponen elektronik seperti tahanan, MCB, kapasitor, indicator, meter dan
lain-lain
9. Kotak kontrol dari bahan metal (cubicles)
10. Elemen pemanas untuk ballast dan aksesorisnya
11. Kabel dan aksesori jaringan termasuk tiang besi dan tiang jenis lain
12. Switch gear accessories seperti transformator dan lain-lain
13. kWh meter atau MCB serta kabel untuk instalasi dalam rumah

Dalam penggunaan bahan-bahan produksi massal di atas terdapat pedoman teknis


lain yang bisa dijadikan bahan acuan seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Standar
Perusahaan Listrik Negara (SPLN)
Oleh karena itu dalam hal pabrikasi difokuskan pengaturan dalam pembuatan turbin,
kontrol sebagai satu kesatuan sistem dan alat pendukung lain seperti peralatan hidro mekanik
seperti misalnya pintu-pintu air dan lain-lain.
Secara umum dalam pabrikasi harus memperhatikan:

1. Perlindungan komponen yang dibuat khusus dari kerusakan fisik saat pabrikasi
dan setelah pabrikasi
2. Perlindungan komponen dari karat (termasuk mur dan bautnya) saat pabrikasi
dan setelah pabrikasi
3. Spesifikasi pengelasan yang tepat sesuai dengan tekanan kerja yang akan
diterima peralatan yang dibuat

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


12
2. KETENTUAN UMUM

4. Material yang berkualitas dan sesuai spesifikasi dalam arti sesuai dengan
perhitungan dimensi yang aman bagi fungsinya dan berdasarkan input faktor
eksternal lain seperti misalnya debit, head, volume dan lain-lain.

Pedoman teknis bagi Pembuatan, pemasangan dan pengujian komponen elektro


mekanikal untuk Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro berkapasitas sampai dengan 50 Kwatt
(PLTMH 50) dapat mengacu kepada Standar Nasional Indonesia SNI 04-3849.2.1995.

13 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

Bangunan sipil adalah bagian penting dalam suatu skema PLTMH. Pada umumnya
bangunan sipil terdiri dari bangunan intake dan pengalih aliran, saluran pembawa, bangunan
forebay, bangunan power house dan bangunan tailrace. Aksesori bangunan sipil seperti
peralatan hidro mekanik juga merupakan bagian tak terlepaskan dari komponen sipil suatu
PLTMH.

3.1 Spesifikasi

3.1.1 Umum
1. Saluran pembawa air, kecuali penstock dan tail race, harus mampu
menampung debit air 10% lebih tinggi dari debit rancangan. Hal ini ditujukan
agar pada saat operasi maksimal muka air di forebay tidak turun dari ketinggian
biasanya dan untuk tinggi jagaan agar terhindar dari pelimpasan apabila terjadi
kelebihan debit.
2. Survei topografi secara lengkap harus dilakukan dan hasilnya digambarkan
pada peta situasi dengan skala 1 : 1.000 atau lebih kecil, termasuk potongan
memanjang, potongan melintang dan secara jelas menunjukkan informasi
topografi daerah rencana pembangunan PLTMH.
3. Survei geoteknik diperlukan untuk mengetahui kondisi batuan di daerah
rencana bangunan sipil termasuk di dalamnya kestabilan tanah dan lain-lain

3.1.2 Intake dan Diversion Structure


1. Drop intake bisa dipergunakan jika gradient sungai lebih dari 5% jika kurang
dari itu intake lateral bisa dipergunakan (misalnya side intake)

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


14
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

2. Lokasi intake harus dipilih di tempat yang mampu menyedot sebanyak


mungkin air dan tidak membawa sedimen apung yang akan masuk ke dalam
intake. Bendung dan intake sebaiknya mampu menahan banjir tahunan
minimum dengan periode 25 tahunan.
3. Bukaan intake (intake orifice) harus tenggelam di bawah muka air setiap kondisi
aliran.
4. Pintu menutup intake diperlukan dalam rangka mengosongkan bangunan
pembawa air dan untuk perawatan atau berbaikan
5. Trash rack harus dipasang di intake khususnya untuk sedimen apung berukuran
besar
6. Bangunan intake harus dirancang sedemikian rupa sehingga aliran banjir selalu
melewati bendung dan tidak mengalir melalui bangunan intake.
Pedoman teknis bangunan air dapat mengacu kepada Standar Nasional Indonesia
SNI 03-1731-1989 tentang Pedoman Perencaan Bendungan Bangunan Sipil.

3.1.3 Bak Pengendap


1. Bak pengendap harus mampu mengendapkan material sedimen seperti tanah,
pasir dan bebatuan
2. Aliran air harus tidak menimbulkan olakan (turbulen) di dalam bak pengendap
sehingga material sedimen bisa dengan mudah diendapkan
3. Bak pengendap harus dibuat dari konstruksi beton bertulang
4. Mekanisme pembuangan endapan harus ada dan dapat berupa pintu air atau
jenis lain.
5. Jika air yang dipakai adalah mata air yang tidak membawa material sedimen,
maka bak pengendap tidak diperlukan
6. Jika kualitas air yang biasanya buruk dan banyak membawa material sedimen,
maka setelah bangunan intake harus dilengkapi dengan bak pengendap
7. Kemiringan lantai bak pengendap paling tidak 1:20 untuk intake lateral atau
1:10 untuk intake tipe drop (river bed intake)

15 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

8. Bentuk bak harus sedemikian rupa sehingga endapan terkumpul diujung bak
dan mendekati katub atau pintu penguras
9. Kapasitas pintu penguras harus cukup besar sehingga air di bak pengendap
tetap bisa terbuang sementara intake tetap terbuka penuh untuk memasukkan
air penguras
10. Spill way untuk bak pengendap sebaiknya ada di sepanjang bak di sisi sungai
sehingga luapan air dapat langsung terbuang ke sungai

3.1.4 Saluran Pembawa


1. Tidak disarankan menggunakan saluran alami dari tanah
2. Acian dinding saluran pembawa menggunakan adukan semen dengan
perbandingan minimum 1:3 (1 semen, 3 pasir)
3. Penguatan slope tanah perlu dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan lokasi
4. Pipa plastic bisa dipergunakan untuk saluran pembawa. Jika dipergunakan
pipa PVC atau HDPE maka pipa harus dipendam dengan kedalaman
minimum 60 cm.
5. Jembatan pipa atau talang dapat dipakai pada daerah yang rawan longsor
6. Jika saluran pembawa sangat panjang dan melalui tebing yang terjal, saluran
pembuang air harus diarahkan ke saluran alami sehingga aman bagi kekuatan
tanah
7. Jika diperlukan, pada saluran pembawa yang menggunakan pipa dipasangkan
pipa pelepas udara di lokasi-lokasi belokan tajam
8. Untuk saluran pembawa tinggi muka air minimal berjarak 25 cm dari bibir
saluran (freeboard) pada saat beban maksimal.
Hal yang berkaitan dengan konstruksi bisa dilihat dalam bagian konstruksi bangunan
sipil.

3.1.5 Forebay
1. Forebay dalam bentuk tanki bisa dibuat dari pasangan batu, atau beton

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


16
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

bertulang. Ketebalan beton minimal mempunyai diameter 25 cm


2. Forebay harus dibuat dari konstruksi kedap air dan tahan bocor
3. Forebay menghubungkan saluran pembawa dan penstock
4. Forebay harus dilengkapi dengan:
a. Trash rack yang lebih halus
b. Spill way dengan kapasitas 120% dari debit rancangan
c. Saluran pembuangan dari Flush gate untuk membuang endapan lebih
baik terpisah dari saluran spill way
d. Saluran pembuang air dari spill way dilengkapi dengan struktur
pemecah energi air (misalnya konstruksi tangga)
5. Lebar forebay paling tidak selebar trash rack, spill way sebaiknya sepanjang
forebay juga,
6. Penstock harus terendam air dalam kedalaman minimum 2 kali diameter
penstock, jarak penstock dari dasar forebay minimum 30 cm
7. Endapan direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak masuk ke penstock
8. Tangga harus disediakan untuk pembersihan tangki forebay.
Masalah konstruksi bangunan sipil bisa dilihat pada bagian konstruksi.

3.1.6 Penstock
1. Penstock bisa terbuat dari mild steel, HDPE, atau PVC harus dalam kondisi
baru dan baik
2. Ketebalan bahan penstock dari bahan besi ukuran 1,5 mm
3. Penstock harus dicegah terjadinya korosi, keamanan menjadi faktor penting
4. Penstock dari bahan plastic (HDPE atau PVC) harus di tanam di dalam tanah
atau dilindungi dari sinar matahari langsung dengan dibungkus
5. Penstock harus dirancang sedemkian sehingga kehilangan tekanan (head
losses) di dalam penstock maksimal 10 % dari head total.
6. Penstock yang amat panjang (5 x head) maksimal kehilangan tekanan 15%
masih bisa ditoleransi

17 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

7. Tingkat tekanan yang bisa diterima penstock harus mempertimbangkan


tekanan tiba-tiba (surge pressure), tekanan static dan tekanan yang dihasilkan
karena penutupan guide vane. Spesifikasi tekanan ini harus bisa diaplikasikan
di seluruh bagian penstock
8. Penstock harus mampu menahan tekanan akibat water hammer
9. Penstock harus dilengkapi dengan pipa napas di ujung atas penstock. Ukuran
diameter pipa napas berkisar 1% sampai 2% diameter penstock
10. Jika diperlukan katub udara (air release valve) dipasang pada titik-titik dimana
ada perubahan arah penstock yang signifikan seperti pada belokan
11. Spesifikasi katub udara disesuaikan dengan tingkat tekanan yang kemungkinan
diterima di titik tersebut.
Masalah pabrikasi dan konstruksi penstock bisa dilihat pada bagian pabrikasi dan
konstruksi.
Pedoman teknis pekerjaan ini mengacu kepada Standar Nasional Indonesia SNI 7-
6405-2000 dan SNI 13-3472-1994.

3.1.7 Powerhouse
1. Powerhouse harus mampu melindungi peralatan elektro mekanikal dan kontrol
dari cuaca yang buruk serta akses dari orang yang tidak memiliki hak
2. Powerhouse harus berada pada posisi yang lebih tinggi dari ketinggian banjir
tahunan (misalnya banjir 25 tahunan atau 50 tahunan)
3. Layout peralatan di dalam powerhouse harus mengindahkan kemudahan
pergerakan operator di dalamnya termasuk saat perbaikan turbin atau kontrol.
4. Luas powerhouse harus disesuaikan dengan besarnya turbin dan kubikel
control
5. Jika dimungkinkan, powerhouse memiliki rel gantung (hoist) rsebagai alat
bantu kerja perbaikan
6. Pondasi rumah turbin dibuat dari konstruksi beton bertulang yang mampu
menahan gaya dan tekanan dari turbin maupun dari penstock

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


18
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

7. Anchor block harus dipasang di powerhouse sehingga tekanan dari penstock


tidak dibebankan kepada housing turbine namun disalurkan ke tanah
8. Saluran kabel di dalam powerhouse harus dirancang agar tidak mudah
terendam air (misalnya jika ada kebocoran)
9. Tinggi atap atau plafon minimum adalah 2.5 meter atau tanpa plafon sama
sekali
10. Tailrace harus dirancang sehingga ketinggian muka air saat turbin berada pada
operasi maksimal berjarak minimum 30 cm dari outlet turbin
11. Powerhouse yang terbuat dari dinding kayu hanya boleh dilakukan untuk
PLTMH berkapasitas di bawah 5 kW. Disarankan powerhouse untuk semua
kapasitas menggunakan dinding pasangan bata
12. Pembumian proteksi dalam powerhouse:
a. Semua barang terbuat dari metal di dalam powerhouse harus diberi
pembumian sebagai proteksi
b. Pembumian dari semua peralatan tersebut dijadikan Satu
c. Batang untuk pembumian minimal berukuran 10 mm2 dan terbuat dari
tembaga dan ditanam cukup dalam ke dalam tanah
d. Proteksi untuk peralatan lain disesuaikan dengan spesifikasi dan metode
dari produsen.
Konstruksi bangunan powerhouse mengacu kepada bagian konstruksi sipil.
Proteksi pertanahan jaring tegangan rendah dan instalasi dapat mengacu kepada
Standar PLN : SPLN 3-1978.

3.1.8 Trash rack


1. Trash rack tidak boleh terbuat dari bambu atau kayu. Trash rack harus dibuat
dengan menggunakan besi pejal dengan diameter minimal 4 mm atau besi plat
dengan ketebalan minimum 3 mm
2. Trash rack dipasang di intake dan saluran pembawa awal dengan bukaan yang
relative lebar tergantung kepada karakter ukuran sampah dengan bukaan

19 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

minimal 5 cm dan maksimum 10 cm?


3. Inlet penstock harus menggunakan trash rack yang lebih sempit bukaannya.
Bukaan atau jarak antar besi disesuaikan dengan ukuran nozzle turbin pada
kasus turbin impulse
4. Trash rack harus mampu menahan tekanan air karena adanya penyumbatan
pada kondisi air penuh
5. Kemiringan trash rack paling tidak adalah 70 derajat dari dataran sehingga
memudahkan untuk pembersihan
6. Trash rack harus bisa dilepas dari struktur sipil untuk akses perbaikan dan
pembersihan.
Untuk pabrikasi trash rack, bisa mengacu kepada bagian pabrikasi peralatan hidro
mekanik.

3.1.9 Pintu Air dan Katub Pengaman


1. Tidak disarankan menggunakan pintu air dengan stop log kecuali untuk
PLTMH dengan kapasitas dibawah 5 kW
2. Ukuran pintu air disesuaikan dengan ukuran saluran yang akan dilayani
3. Menggunakan alat bantu pemutar sehingga memudahkan operasi
4. Pintu air harus dilindungi dari karat
5. Pintu air harus mampu menahan tekanan pada kondisi air penuh
6. Katub pengaman turbin harus mampu menahan tekanan statik maupun
tekanan surge serta water hammer
7. Katub pengaman sebaiknya dipasang pada sistem PLTMH dengan kapasitas 15
kW sampai 120 kW yang menggunakan turbin impulse (cross flow atau pelton).
Untuk pabrikasi pintu air, mengacu kepada bagian pabrikasi peralatan hidro mekanik.
Pabrikasi katub tidak diatur, namun spesifikasi katub yang dipakai harus sesuai dengan
pedoman teknis yang berlaku dan tekanan air yang diterima.

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


20
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

3.2 Konstruksi Peralatan Hidro Mekanik

Peralatan hidro mekanik antara lain adalah peralatan mekanik yang menjadi
pelengkap bangunan air seperti misalnya trash rack, pintu air, penstock, dan katub pengaman
turbin. Dalam hal ini, katub-katub biasanya merupakan produksi masal sehingga pedoman
teknis khusus sudah diterapkan untuknya. Oleh karena itu dalam bagian ini hanya dibahas
mengenai pabrikasi trash rack, penstock serta pintu-pintu air.

3.2.1 Trash rack


1. Trash rack harus dibuat dengan menggunakan besi beton dengan diameter
minimal 4 mm atau besi plat dengan ketebalan minimal 3 mm. Pengelasan
harus kuat dan rapi. Pengelasan menggunakan las listrik.
2. Trash rack harus dilindungi dari korosi dengan melakukan pengecatan atau
galvanisasi. Pengecatan dilakukan dengan cat dasar besi kemudian dicat anti
karat minimal dua kali pengecatan. Pengecatan dilakukan setelah dilakukan
proses sand blasting untuk menghilangkan karat atau proses lain untuk
menghilangkan karat. Pengecatan menggunakan cat khusus anti karat.
Galvanisasi direkomendasikan untuk dilakukan jika proses bisa dilakukan
3. Trash rack untuk intake dan saluran pembawa paling tidak memiliki celah
selebar 5 cm atau lebih lebar
4. Trash rack untuk inlet penstock harus memiliki celah yang lebih kecil dari trash
rack di intake. Ukuran celah tidak boleh lebih besar dari 0.5 kali jarak antar
runner blades (baik propeller maupun cross flow) atau 0.5 kali diameter nozzle
untuk pelton. Untuk turbin tipe lain disesuaikan dengan ukuran sampah kecil
yang sering terbawa dalam air

3.2.2 Pintu Air


1. Pintu air adalah pintu air itu sendiri dan frame yang tertanam dalam konstruksi

21 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

sipil
2. Pintu air harus dibuat dari besi dengan ketebalan plat minimal 3 mm
3. Pintu air harus dilindungi dari karat menggunakan cat atau galvanisasi.
Pengecatan dilakukan setelah dilakukan proses sand blasting untuk
menghilangkan karat atau dengan proses lain. Pengecatan dilakukan dengan
cat dasar besi kemudian dicat anti karat minimal dua kali pengecatan.
Perlakuan perlindungan dari karat dikerjakan sebelum dikirim ke lokasi.
4. Pintu air harus menggunakan alat bantu untuk memudahkan operasi buka dan
tutup. Mekanisme atau tipe alat bantu tidak dibatasi
5. Pintu air harus dilengkapi dengan mekanisme pengunci pada pintu-pintu yang
penting misalnya di saluran pembawa setelah bak pengendap pertama atau
tepat sebelum penstock agar operasi pintu air hanya dilakukan oleh orang yang
berwenang
6. Pengelasan harus rapi dan kuat dan tidak memberikan kesempatan kepada
kebocoran. Pengelasan menggunakan las listrik.
Pedoman teknis pintu air dapat mengacu kepada Standar Nasional SNI 03-2829-
1992.

3.2.3 Penstock dan Talang Air


Penstock yang diatur dalam hal pabrikasi adalah penstock dari bahan galvanized
steel atau mild steel. Penstock bahan HDPE atau PVC tidak diatur pabrikasinya. Penstock
biasanya dipabrikasi atau dirangkai di lokasi dalam arti pengelasannya dilakukan di lokasi.
Jembatan air atau talang yang terbuat dari mild steel juga harus mengalami perlakuan yang
sama dengan penstock.
1. Pengelasan yang dilakukan di lapangan harus dilakukan dengan baik dan rapi.
Operator las harus berpengalaman mengerjakan pengelasan untuk struktur
dengan tekanan tinggi. Pengelasan menggunakan las listrik.
2. Pengelasan sebaiknya menggunakan peralatan bantu, seperti rel gantung
sehingga pembentukan dan konstruksi penstock menjadi sempurna.

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


22
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

3. Sambungan las harus terjamin dari kebocoran akibat tekanan air yang tinggi.
Bagian pengelasan yang buruk harus dibuang dan jika perlu dilakukan
pemotongan bagian penstock tersebut.
4. Misalignment, atau ketidaktepatan bibir antar pipa, pada sambungan antar
pipa yang dilas hanya diberi toleransi sebesar maksimal 3 mm
5. Pembuatan sambungan flange harus selalu sepasang sehingga tidak ada mis-
alignment pada saat pemasangan
6. Bagian dalam dan luar penstock harus dilindungi dari korosi dengan
pengecatan bahan cat khusus anti karat
7. Pengecatan bagian dalam penstock dilakukan minimal dua kali, dengan
pengecatan dasar terlebih dahulu, sebelum dilakukan penyambungan.
8. Pengecatan bagian luar diakukan minimal dua kali dengan pengecatan dasar
terlebih dahulu. Jika material besi masih tampak, maka pengecatan harus
diulang kembali
9. Expansion joint atau flange harus dipersiapkan di pabrik dan tidak di lokasi.
Komponen ini harus dilindungi dari karat sebelum dipasang
10. Mur dan baut untuk sambungan flange harus disediakan dan diperlakukan
perlindungan karat padanya
11. Penstock sliding support harus dipersiapkan untuk setiap penstock support yang
direncanakan
12. Seal dan packing bagi sambungan flange harus dipersiapkan di pabrik
13. Sebaiknya dipersiapkan minimal 1 buah ekspansion joint bagi sebuah penstock
14. Setiap anchor block harus dilengkapi 1 buah ekspansion joint
15. Dipersiapkan sebuah release vent udara bagi sebuah penstock. Diameter
antara 1% hingga 2% dari diameter penstock
16. Diameter jembatan pipa atau talang air sebaiknya dibuat sedemikian sehingga
memungkinkan orang untuk masuk dan membersihkan bagian dalamnya
17. Support untuk jembatan pipa atau talang harus disediakan di bengkel dan
harus mengalami perlakuan perlindungan karat dengan galvanisasi

23 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

18. Penstock support dari kayu hanya bisa dipakai untuk kapasitas PLTMH kurang
dari 5 kW.

3.3 Konstruksi Bangunan Sipil


Ketentuan umum dalam konstruksi bangunan sipil pembangunan sistem PLTMH
adalah:
1. Konstruksi sipil untuk bangunan seperti intake, bendung, saluran pembawa,
bak pengendap, dan forebay harus selalu mempertimbangkan kekuatan tanah
pondasi.
2. Penggalian tanah harus dilakukan secara hati-hati. Tanah galian ditempatkan
pada sisi yang stabil atau diberikan penahan dari kayu. Kedalaman maksimal
galian tanpa penahan dinding adalah 1,3 meter
3. Pengurukan kembali harus dilakukan selapis demi selapis dan ketebalan tiap
lapisan tidak boleh melebihi 15 centi meter. Pemampatan tanah pada sisi dekat
pipa harus dilakukan dengan hati-hati. Batuan dengan ukuran kecil hanya
boleh dilakukan di ujung urugan. Tidak boleh ada batuan di dekat urugan pipa
4. Ketebalan pasangan batu tanpa pembebebanan minimum dari 20 cm,
ketebalan pasangan batu untuk penahan tanah minimum dari 50 cm, dihitung
berdasarkan kekuatan dinding ketebalan penahan tanah dan dilpilih ukuran
yang paling besar
5. Diameter besi beton biasa tidak boleh kurang dari 15 cm dan ketebalan beton
bertulang tidak boleh kurang dari 10 cm. Ketebalan dinding disesuikan dengan
beban yang ditahan.
6. Adukan semen untuk bagian yang terkena air disarankan 1 bagian semen dan 4
bagian pasir. Jika tidak bersentuhan dengan air maka satu bagian semen dan
enam bagian pasir
7. Beton untuk bangunan struktur, misalnya beton bertulang, lebih baik
menggunakan campuran 1 bagian semen, 2 bagian pasir, dan 3 bagian kerikil.
Beton lain dipakai perbandingan 1:3:5

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


24
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

8. Beton bertulang paling tidak menggunakan tulangan dengan ukuran minimal 8


mm dan jarak antar tulangan maksimal 200 mm
9. Jika terdapat jembatan air dengan pipa yang terbuat dari mild steel maka harus
dilengkapi dengan expansion joint dan pipa harus dilakukan pengecatan serta
perlindungan terhadap karat
10. Trash rack harus bisa dilepas dari bangunan sipil untuk akses perbaikan
11. Penstock dari bahan besi tidak boleh dipendam di dalam tanah. Harus terdapat
jarak minimal 30 cm antara tanah dengan pipa penstock
12. Penstock dari bahan PVC atau HDPE sebaiknya dipendam di dalam tanah
dengan kedalaman minimal 60 cm dari sisi atas penstock
13. Jika tidak memungkinkan dipendam maka pipa dari bahan PVC atau HDPE
harus ditutup atau dibungkus dengan baik sehingga tidak terekspos oleh sinar
matahari
14. Jika dipergunakan pipa PVC untuk penstock maka minimal memiliki spesifikasi
tekanan kerja sebesar 12 kg/cm2 untuk kapasitas PLTMH maksimal 5 kW.
Untuk kapasitas lebih besar maka harus disesuaikan dengan debit dan head,
15. Sambungan penstock dari bahan selain mild steel menggunakan metoda yang
biasa dilakukan untuk bahan tersebut. Penyambungan pipa untuk HDPE atau
PVC disarankan menggunakan sambungan flange atau bell spigot
16. Penstock support atau anchor block harus dibangun sehingga tidak tergelincir.
Anchor block harus mampu menyalurkan gaya lateral dan longitudinal
penstock ke tanah. Kedalaman pondasi minimal adalah 50 cm di bawah
permukaan tanah
17. Penstock support bisa dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang. Anchor
block dibuat dari beton bertulang
18. Penstock support harus dilengkapi dengan saddle yang memberikan kebebasan
bagi penstock untuk memuai atau sebaliknya
19. Setiap anchor block dilengkapi dengan expansion joint pada bagian penstock di
bawahnya

25 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

20. Powerhouse harus memiliki:


a. Pintu yang cukup lebar untuk memasukkan peralatan termasuk turbin
dan kubikel control. Pintu tersebut harus bisa dikunci. Pintu bisa terbuat
dari kayu atau besi
b. Jendela yang memberikan cahaya alami dan ventilasi udara yang cukup
ke dalam ruangan. Rangka jendela bisa terbuat dari kayu atau
aluminum
c. Saluran pembuangan air baik di dalam maupun di sekitar powerhouse.
Saluran harus diarahkan ke saluran air alami
d. Ventilasi yang cukup sehingga panas dari mesin bisa dikeluarkan dari
ruangan. Ventilasi harus mampu menjaga supaya serangga tidak masuk
ke ruangan
e. Atap yang tidak mudah bocor dan tidak menggunakan atap yang
terbuat dari bahan alami seperti ijuk atau rumbia
f. Almari penyimpanan alat kerja dan catatan (log book) operator. Almari
bisa terbuat dari kayu maupun besin
21. Konstruksi powerhouse sebaiknya mengindahkan ruang istirahat bagi operator
22. Lantai powerhouse, khususnya pada bagian baseframe turbin dan generator
harus terbuat dari beton bertulang. Ketebalan lantai pada bagian tersebut
disesuaikan dengan besar turbin. Minimal ketebalan adalah 200 mm
23. Ballast pemanas udara ditempatkan pada lokasi yang terlindung dari akses tak
bertanggung jawab dan mendapat ventilasi baik
24. Penerangan harus diberikan di lokasi intake, sepanjang saluran dengan jarak 30
meter tiap lampu, di forebay, sepanjang penstock dengan jarak 30 meter tiap
lampu, teras powerhouse, dan ruangan kerja powerhouse
25. Penerangan luar harus terlindung dari perubahan cuaca. Penerangan tidak
boleh menggunakan lampu pijar atau lampu TL (neon) biasa.

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


26
3. KETENTUAN UMUM BANGUNAN SIPIL

3.4 Pengujian Setelah Konstruksi

1. Dipastikan semua struktur bebas dari batuan atau sampah konstruksi saat
selesai dibangun dan sebelum dilakukan pengetesan
2. Sebelum dilakukan pengetesan minimal semua struktur sudah berumur 1
minggu sejak selesai finishing
3. Saluran pembawa dan forebay harus diuji kebocoran dengan cara mengisinya
dengan air hingga pada batas freeboard dan diamati selama paling tidak 2
minggu
4. Pengetesan dilakukan per bagian saluran pembawa dimana setiap bagian
maksimal sepanjang 50 meter
5. Jika saluran pembawa tidak begitu panjang, total kurang dari 50 meter, maka
pengetesan dilakukan bersamaan dengan pengetesan forebay
6. Jika terdapat bagian saluran pembawa yang menggunakan jembatan pipa,
maka jembatan pipa harus juga dilakukan test kebocoran secara tersendiri
7. Test kebocoran bak pengendap dan forebay dilakukan dengan merendam bak
tersebut sampai batas maksimal dan mengamatinya selama paling tidak 3
minggu
8. Penstock harus diuji kebocoran dengan melakukan uji tekanan static dengan
cara mengisi penstock secara penuh dan didiamkan selama paling tidak 24 jam
9. Pengecatan dan juga kualitas pengelasan harus diinspeksi setelah konstruksi
selesai dan sebelum pengetesan dilakukan, khususnya bagi komponen hidro
mekanikal seperti penstock dan pintu-pintu air.

27 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

4.1 Spesifikasi

Secara umum pemilihan peralatan Elektro Mekanik mengacu kepada table berikut ini.

Deskripsi <10 kW 10 kW s.d 120 kW


Turbin Jenis Cross flow Cross flow
Pelton Pelton
PAT PAT
Propeller Propeller
Dan lain-lain yang Dan lain-lain yang
sesuai sesuai
Generator Jenis Sinkron atau Sinkron atau Induksi
Induksi tiga fasa
Satu atau tiga fasa
Dengan Dengan brush, brushless
brush/brushless disarankan brushless
Efisiensi generator >60% >80%
Tegangan dan 220/240 V, 1 fasa, 50 415 V, 3 fasa, 50 Hz
frekuensi terminal Hz
rekomendasi
Kontrol Kontrol IGC/ELC IGC/ELC
direkomendasikan Direkomendasikan
ELC ELC
Ballast/Dummy Load Pemanas Air atau Pemanas Air atau
Pemanas Udara Pemanas Udara
Flywheel/roda gila Perlu roda gila untuk operasi sendiri (isolated)
Switchgear dan earth MCB/MCCB untuk proteksi over current
fault protection Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) perlu
disediakan
Monitoring dan proteksi Arus, Tegangan, Arus, Tegangan,
Frekuensi frekuensi
Metering Produksi energy, Kwh meter dan meter lain
yang diperlukan
Efisiensi Total (berdasarkan uji Lebih besar dari 40% Lebih besar dari 45%
lapangan dengan
dasar debit actual saat
komisioning)

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


28
4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

Ketentuan umum yang berlaku untuk spesifikasi atau konfigurasi di atas antara lain
adalah:
1. Peralatan sesuai dengan potensi yang ada di lokasi
2. Diutamakan menggunakan peralatan produksi lokal
3. Kerumitan peralatan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya operator
4. Cost effective
5. Berkualitas tinggi dan handal
6. Khusus untuk Generator Sinkron harus sesuai standar yang berlaku
Pedoman teknis cara uji Generator Sinkron dapat mengacu kepada SNI 04-1077-
1989.

4.2 Pabrikasi Peralatan Mekanikal Elektrikal

4.2.1 Pabrikasi Turbin


Peralatan elektro mekanik pada sistem PLTMH khususnya turbin menggunakan
produksi dalam negeri. Turbin yang sudah mampu diproduksi antara lain bertipe cross flow,
propeller dan pelton. Penggunaan turbin impor disesuaikan dengan spesifikasi dari pabrikan
bersangkutan.
1. Material untuk turbin harus bebas dari korosi dan berkualitas tinggi
2. Material yang dipakai untuk casting harus bebas dari bahan pengotor
(impurities) dan mempunyai sifat homogen saat siap dipergunakan dalam
casting (seperti untuk runner propeller, pelton dll.)
3. Untuk housing turbin, ketebalan bahan harus mempersiapkan kemungkinan
korosi setebal 1.5 mm
4. Pengelasan turbin dengan kapasitas di atas 15 kW harus dilakukan oleh tenaga
berpengalaman dan memiliki spesifikasi ketrampilan yang dikeluarkan oleh
instansi pendidikan teknik khusus
5. Pengelasan harus rapi serta kuat dalam menahan tekanan statik maupun

29 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

dinamik
6. Runner turbin cross flow disarankan menggunakan bahan stainless steel atau
bahan yang tahan terhadap abrasi
7. Material untuk guide vane juga disarankan menggunakan bahan yang tahan
abrasi
8. Untuk turbin cross flow, pembentukan runner disk disarankan menggunakan
laser cutting. Khusus untuk turbin dengan diameter runner kecil, lebih kecil dari
200 mm, penggunaan laser cutting diwajibkan. Hal ini diperlukan untuk
menjaga ketelitian rancangan dan kinerja turbin. Jika tidak bisa dilakukan
sendiri maka disarankan melakukan outsourcing
9. Turbine housing harus memiliki bukaan yang mudah diakses untuk
pembersihan runner atau perbaikan
10. Jika perlu, turbine housing diperkuat dengan webs atau ribs sehingga dapat
mengurangi getaran atau kebisingan
11. Jika turbin memerlukan pasokan udara yang cukup maka turbine housing perlu
memberikan lubang udara yang cukup (misalnya untuk turbin cross flow)
12. Pressure gauge harus disediakan pada turbine inlet
13. Bearing yang dipakai harus memiliki spesifikasi umur operasi selama 40.000
jam operasi pada operasi normal. Sebeluh dilakukan delivery, bearing harus
sudah memiliki pelumas atau gemuk
14. Seal-seal yang dipakai disarankan berbahan non metalik
15. Seluruh komponen turbin yang telah jadi harus bebas dari karat dan dilakukan
pencegahan karat dengan pengecatan yang sesuai. Proses sand blasting untuk
penghilangan karat direkomendasikan dilakukan. Pengecatan dilakukan
minimal tiga lapis
16. Turbin dengan kapasitas 10 kW ke bawah cukup melakukan static balancing
17. Turbin dengan kapasitas 10 kW hingga 50 kW dengan kecepatan rotasi runner
kurang dari 600 rotasi per menit cukup melakukan static balancing
18. Turbin dengan kecepatan rotasi di atas 600 rotasi per menit atau berkapasitas

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


30
4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

50 kW ke atas harus melakukan dynamic balancing


19. Turbin harus mampu mengatasi run away speed dan jika dianggap terlalu
mahal maka harus disediakan mekanisme tertentu untuk melakukan
emergency stop
20. Sebelum dikirim turbin harus dirangkai sehingga siap dipasang di lokasi
21. Spesikasi Turbin harus jelas terpasang dengan menyebutkan antara lain :
a. Debit dan head rancangan
b. Kecepatan putaran nominal
c. Output rancangan pada shaft turbine
d. Tahun pembuatan
e. Jumlah mangkuk dan jet pada turbin penstock
f. Lebar dan diameter runner pada turbin crossflow
g. Produsen: Alamat, Nomer Telepon dan lain-lain.
22. Name plate Turbin ini tidak boleh dilepas walaupun dilakukan pengecatan
ulang oleh developer atau sistem integrator.
23. Base frame harus disediakan oleh pembuat turbin dan disesuaikan dengan jenis
generator yang akan dipakai serta layout dari power house. Baseframe harus
kuat dan memberikan kelonggaran dalam melakukan pengaturan dan
alignment peralatan seperti pulley, generator, coupling dan lain-lain
24. Ketebalan besi untuk base frame minimal adalah 3 mm
25. Mur dan baut untuk pemasangan turbin pada baseframe harus dilindungi dari
karat sebelum dikirim dan dilakukan packing khusus
26. Turbin dengan bobot di atas 50 kg harus dilengkapi cincin pengangkat yang
akan dipergunakan dan memudahkan pekerjaan saat instalasi
27. Setiap turbin yang diproduksi harus dilengkapi dengan panduan pemeliharaan
serta onderdil tertentu serta alat bantu untuk pemeliharaan atau perbaikan
28. Packing turbin dan perlengkapannya harus menggunakan kotak kayu tertutup
sehingga tidak terkena perubahan cuaca selama pengiriman ke lokasi.

31 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

4.2.2 Pengujian Turbin di Bengkel


1. Setiap turbin yang akan dikirim sebaiknya dilakukan pengujian. Turbin yang
sebaiknya diuji adalah yang berkapasitas di atas 15 kW
2. Jika memungkinkan pengujian yang dilakukan adalah pengujian tekanan
dengan rating tekanan sebesar 1,6 kali tekanan rancangan dan dilakukan
selama 2 jam atau lebih lama
3. Jika memungkinkan dilakukan pengujian bearing dengan menjalankan turbin
pada kecepatan putaran rancangannya selama 24 jam. Suhu bearing tidak
boleh lebih dari 600 Celsius
4. Jika memungkinkan, dilakukan test efisiensi turbin.
Pedoman teknis pengujian turbin dapat mengacu kepada SNI terkait.

4.2.3 Pabrikasi Peralatan Pulley


Khusus mengenai pulley, maka pulley harus dibuat sesuai dengan spesifikasi belt yang
akan dipakai.
1. Ukuran pulley harus dihitung sesuai dengan kapasitas dan rancangan
kecepatan putaran turbin dan generator
2. Pulley harus di-ballance sehingga dapat beroperasi dengan baik
3. Pulley dan belt harus diberi pengaman berupa sangkar. Sangkar pengaman
disediakan oleh pembuat pulley
4. Disarankan menggunakan flat belt. Chain belt tidak disarankan untuk
dipergunakan
5. Sangkar pengaman pulley dan belt dirancang supaya tidak menghalangi
pemeliharaan rutin seperti penambahan gemuk atau pembersihan
6. Packing pulley dan belt harus menggunakan kotak kayu yang melindungi dari
perubahan cuaca selama pengiriman.

4.2.4 Pabrikasi Peralatan Kontrol


Peralatan kontrol di sini hanya mencakup Electronic Load Controller (ELC) dan

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


32
4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

Induction Generator Controller (IGC). Sistem governor untuk turbin, seperti pengatur katup
turbin otomatis, tidak diatur dalam pedoman teknis ini. Hal ini dilakukan dengan asumsi
governor hanya untuk sistem berkapasitas lebih besar dari 120 kW.
Peralatan kontrol menggunakan bahan baku pedoman teknis industry dan telah
diproduksi secara masal. Produsen peralatan kontrol melakukan perangkaian
komponen-komponen tersebut. Dalam hal perangkaian komponen ini maka:
1. Komponen elektronik yang dipakai harus menggunakan peralatan dengan
kualitas tinggi dan jika ada disesuaikan dengan Pedoman teknis Nasional
Indonesia atau pedoman teknis internasional untuk komponen yang terkait
2. Komponen yang dianggap paling rawan kerusakan jika memungkinkan harus
bisa diperoleh di kota besar provinsi
3. Kontrol harus memiliki indikator minimal yang akan membantu operator dalam
mengoperasikan pembangkit yang antara lain adalah:
a. Tegangan dan frekuensi terbangkit
b. Arus di beban (tiap fasa)
c. Indikator untuk Balast (tegangan atau arus)
d. Hour meter
e. Produksi daya pembangkit (kilo watt hour meter)
4. Semua tombol untuk operasi atau keadaan emergency harus bisa diakses tanpa
membuka pintu kubikel kontrol
5. Switchgear sebaiknya tersusun dari MCCB (moulded case circuit breaker)
untuk menghubungkan beban dengan generator dan secara otomatis
memutuskan jika terjadi kegagalan. Kontaktor atau Mini Circuit Breakers
(MCB) bisa dipakai jika ada peralatan pengaman yang memutuskan arus
secara otomatis jika terjadi kesalahan
6. Kontrol harus diperlengkapi dengan mekanisme pendinginan seperti misalnya
kipas yang mengeluarkan panas
7. Kontrol panel harus memiliki kotak kubikel tersendiri dan tidak tergabung
langsung dengan generator. Kubikel harus memiliki cukup lubang ventilasi

33 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

sehingga panas bisa terbuang keluar. Kubikel harus kuat dan aman serta tidak
mudah diakses oleh orang tak berkepentingan
8. Kubikel harus memiliki kunci sehingga hanya operator yang bisa membukanya
9. Rangkaian kontrol harus mampu menahan getaran selama transportasi ke
lokasi. Semua sambungan solder harus dicek kekuatannya sebelum dilakukan
pengiriman
10. Sebagai bagian dari kontrol maka disarankan menggunakan ballast pemanas
air. Jika tidak memungkinkan ballast pemanas udara bisa dipergunakan
11. Ukuran ballast paling tidak sama dengan kapasitas pembangkit dan jika
dipergunakan ELC dengan thryristor maka kapasitas ballast harus 120% dari
kapasitas pembangkit
12. Produsen harus menempelkan name plate yang berisikan:
a. Nama
b. Alamat dan kontak
c. Tipe kontrol
d. Nomor Produksi
e. Kapasitas pembangkit yang dikontrol
f. Tahun Pembuatan
13. Sistem kontrol harus mampu mengeluarkan listrik dengan kualitas stabil pada :
a. Tegangan 220/415 Volt
b. Frekuensi 50 Hertz
14. Setiap produksi kontrol harus dilengkapi dengan single line diagram dan modul
cara operasi dan pemeliharaan
15. Packing bagi perlengkapan kontrol menggunakan kotak kayu dan didalamnya
dilapisi plastik sehingga kubikel kontrol tidak terkena dampak perubahan cuaca
selama delivery ke lokasi.

4.2.5 Pengujian Kontroller di Bengkel


Pengujian pembebanan sebaiknya dilakukan di pabrik dan dipastikan bahwa sistem

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


34
4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

bekerja dengan baik terutama indicator-indicator dan sistem pengaman. Hasil pengujian, jika
dimungkinkan dilakukan pengujian, didokumentasikan dan dilaporkan kepada pemilik
pekerjaan. Jika mungkin, pengujian dilakukan oleh lembaga independen dan mendapatkan
surat laik pakai.
Hal-hal lain yang diuji minimumnya adalah:
1. Surge protection
2. Perubahan bentuk gelombang listrik (waveform deviation)
3. Electro magnetic interference serta
4. Radio noise.

4.3 Instalasi Peralatan Mekanikal Elektrikal

4.3.1 Instalasi Turbin dan Generator


1. Powerhouse harus dalam kondisi bersih dari bahan dan material konstruksi
selama instalasi peralatan elektro mekanik. Bangunan powerhouse harus
sudah selesai sebelum instalasi dilakukan dan baseframe sudah terpasang
2. Untuk PLTMH dengan bobot turbin atau generator lebih dari 50 kilogram harus
dipersiapkan hoist atau alat penggantung untuk memudahkan pekerjaan di
lapangan. Hoist harus disediakan oleh developer
3. Metode pemasangan komponen turbin yang masih terpisah harus mengikuti
prosedur yang ditetapkan oleh produsen dengan dibawah pengawasan
produsen turbin atau dilakukan oleh produsen turbin di pabrik
4. Pastikan bahwa base frame sudah kuat dan paling tidak berumur satu minggu
sejak selesai dibangun. Pemasangan turbin dan generator pada baseframe
sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli dari produsen turbin
5. Alignment harus dilakukan secara benar dengan peralatan yang benar
6. Kabel-kabel harus diberikan jalur tertentu yang terlindung. Konduit untuk kabel
harus dipersiapkan selama konstruksi

35 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

7. Penyambungan kabel-kabel generator ke kontrol harus dilakukan oleh tenaga


dari pabrikan kontrol untuk menghindari kesalahan
8. Setelah instalasi harus dipastikan turbin berada dalam kondisi bersih dan
semua bearing memiliki pelumas atau gemuk.

4.3.2 Peralatan Kontrol


1. Kubikel peralatan kontrol yang berbobot lebih dari 25 kg lebih baik tidak
digantung pada dinding
2. Jika harus diletakkan di atas lantai maka harus dipersiapkan dudukan khusus
untuk kubikel minimal setinggi 1.5 meter dari bahan yang tidak mudah lapuk.
Jika terbuat dari bahan besi maka dudukan harus dibumikan
3. Jika kubikel berbentuk almari maka dudukan khusus dipersiapkan minimal
setinggi 25 cm dari atas lantai. Dudukan berupa beton atau pasangan batu bata
4. Jika kubikel digantung pada dinding maka minimal ketinggian kubikel dari
lantai adalah 1.5 meter. Produsen kontrol harus menyediakan pola atau mal
untuk memasang penggantung kubikel pada dinding
5. Dipersiapkan drainase di sekitar dudukan kubikel yang berada di atas lantai
6. Sambungan kabel harus kuat dan tepat dan dilindungi dari benturan mekanik
dengan conduit atau pipa proteksi lainnya. Kabel tidak boleh melintang bebas
di atas lantai
7. Jika bisa ditempel di dinding maka dipergunakan penggantung yang kuat
seperti dyna bolt atau visser yang sesuai dengan bobot kubikel
8. Ballast baik itu pemanas air atau pemanas udara lebih baik berada di luar
powerhouse
9. Ballast pemanas udara harus terlindung dari akses yang berbahaya misalnya
anak-anak
10. Jika dipergunakan pemanas air dipastikan debit air yang mengalir ke bak cukup
besar dan air cukup bersih sehingga tidak terjadi kemungkinan penyumbatan
11. Jika dipergunakan pemanas udara maka ventilasi harus cukup sehingga proses

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


36
4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

pendinginan bisa terjadi dengan baik


12. Setelah instalasi maka dipastikan bahwa semua kabel, sistem pembumian,
kubikel control telah terpasang baik dan kuat
13. Setelah instalasi maka semua kotoran yang terkait dengan instalasi peralatan
kontrol harus dibersihkan.

4.4 Uji Setelah Instalasi (Komisioning)

Uji operasi unjuk kerja sistem PLTMH harus dilakukan setelah konstruksi dan instalasi
selesai. Uji unjuk kerja sistem yang harus dilakukan antara lain adalah:

4.4.1 Turbin dan Generator


Secara umum pengujian yang dilakukan antara lain adalah:
1. Sistem proteksi turbin dan generator harus dicek apakah sudah sesuai dengan
pedoman teknis minimum atau belum
2. Menggunakan tachometer kecepatan rotasi turbin untuk 20%, 50%, 100% dan
120% dari kecepatan rancangan. Generator harus tidak tersambung secara
elektrikal
3. Tidak dilakukan test beban saat dilakukan pengetesan AVR/test eksitasi
4. Test beban dilakukan antara lain:
a. Load acceptance
b. Load rejection
c. Test output
d. Test kestabilan kontroller
5. Test efisiensi untuk melihat produksi nyata dari sistem dengan menggunakan
beban ballast serta instrument lain untuk mengukur
6. Getaran, suhu dan noise pada tingkat load yang berbeda yaitu 20%, 50%,
100% dan 120%

37 Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


4. KETENTUAN UMUM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

7. Pada saat pengujian, tenaga ahli dari produsen turbin dan kontrol harus hadir.
Pedoman teknis dapat mengacu kepada SNI 04-1905-1990 dan SPLN 90-2-1-1995.

4.4.2 Kontrol
Peralatan kontrol diuji dalam satu paket dengan pengujian peralatan mekanikal.
Elektrikal. Di sini diuji mengenai kestabilan kontroler. Hal yang perlu diperhatikan selama
pengujian kontrol terutama adalah:
1. Suara-suara yang tidak biasa atau aneh didengar dari generator atau turbin.
Walaupun kemungkinan besar disebabkan masalah fisik, namun jika kontroller
tidak dirancang dengan baik dapat menyebabkan kejadian tersebut. Hal ini
biasanya ditengarai pula dengan indikator baik arus maupun tegangan yang
tidak stabil
2. Pergerakan indikator baik itu indikator arus, tegangan, maupun frekuensi
3. Suhu kubikel atau kompartemen kontrol. Jika secara signifikan naik tajam
maka dimungkinkan perlunya ada sistem ventilasi yang lebih baik.

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


38
5. KETENTUAN UMUM
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

5. KETENTUAN UMUM
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

5.1 Spesifikasi Umum

Untuk masalah transmisi dan distribusi (JTR), spesifikasi dan perancangan harus
mengacu kepada Standar PLN mengenai Transmisi dan Distribusi untuk Pelistrikan
Perdesaan. Ketentuan umum lainnya adalah:
1. Transmisi tegangan menengah dan distribusi tegangan rendah harus sesuai
dengan Standar PLN mengacu SPLN 72-1987
2. Tegangan listrik dan frekuensi di tingkat konsumen memiliki toleransi lebih
kurang 10% sesuai dengan SNI 04-0227-1987 dan SNI 04-1922-1990
3. Tegangan di powerhouse harus bisa diatur melalui AVR atau potensiometer di
kontrol (untuk induction generator)
4. Peta jaringan distribusi harus ada untuk semua kapasitas PLTMH yang berisi:
a. Tegangan di powerhouse
b. Panjang kabel jaringan
c. Beban maksimal di pusat-pusat beban
d. Tegangan minimal yang ditoleransi di titik pusat beban
e. Jumlah tersambung tiap fase di tiap titik
f. Posisi penangkap petir
g. Posisi switch pemutus.
5. Pada jaringan distribusi 3 fasa maka beban sebaiknya selalu seimbang setiap
saat di tiap fasa
6. Power factor untuk generator sinkron tidak boleh kurang dari 0.8, dan tidak

Standardisasi Peralatan dan Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


39
5. KETENTUAN UMUM
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

boleh kurang dari 0.95 untuk generator induksi


7. Pembumian dan penangkap petir harus dilakukan sesuai SNI 04-3855-1995
atau SPLN 27-1980
8. Kabel transmisi atau distribusi harus disesuaikan dengan perkiraan beban dan
kehilangan daya (penurunan tegangan yang diperbolehkan)
9. Kabel di atas tanah sebaiknya berada minimal 5 meter di atas tanah
10. Jika menggunakan jaringan kabel terbuka maka antar konduktor jarak minimal
adalah 30 cm dengan syarat tinggi tiang listrik minimal 9 meter
11. Tiang listrik bisa menggunakan kayu, tiang besi atau tiang beton pratekan
sesuai dengan SPLN 93-1991
12. Tiang jaringan menggunakan kayu hanya boleh dilakukan untuk PLMTH
dengan kapasitas di bawah 15 kW sesuai dengan sesuai dengan SPLN 115-
1995
13. Jarak antar tiang untuk kabel berukuran 16 mm2 dual core disarankan adalah
30 meter, sedangkan untuk kabel berukuran sampai 35 mm2 disarankan
adalah 25 meter sesuai dengan SPLN 87-1991 Standar konstruksi listrik
pedesaan. Maksimal rentangan adalah 50 meter
14. Semua kabel yang dipakai harus sesuai dengan SNI 04-1926-1990 jaringan
listrik pedesaan SPLN.

5.2 Spesifikasi Tiang Listrik

Spesifikasi tiang listrik dan pondasinya baik untuk saluran tegangan rendah maupun
menengah disesuaikan dengan Standar yang ada. Jika pada kondisi yang ekstrim dan standar
tidak bisa dipenuhi maka spesifikasi berikut dapat dipakai :
1. Tinggi tiang minimal untuk jaringan tegangan rendah adalah 6 meter
2. Tiang listrik dan pondasinya harus mampu menahan tekanan angin dengan
menggunakan kayu keras lokal atau tiang besi biasa lain. Ketebalan minimal
untuk tiang besi adalah 2 mm dan memperkirakan untuk korosi sebesar 1 mm
3. Tiang bambu tidak disarankan dipakai
4. Jika ada perubahan arah kabel maka tiang harus diberikan penahan baik
berupa kabel (guy wire) atau bahan lain seperti tiang penyangga
5. Kedalaman pondasi minimal 15% dari panjang tiang
6. Jika dipergunakan tiang besi berlubang, maka ujung atas harus tertutup
sehingga air tidak masuk
7. Pondasi yang dipergunakan adalah beton dengan campuran minimal 1:3:5
(semen, pasir, kerikil).

5.3 Instalasi Jaringan Transmisi dan Distribusi

5.3.1 Instalasi Jaringan Transmisi dan Distribusi


Instalasi peralatan jaringan transmisi dan distribusi harus disesuaikan dengan
standar terkait. Instalasi peralatan jaringan dan transmisi harus menggunakan peralatan yang
sesuai. Prinsip utama:
1. Kabel transmisi atau distribusi tidak boleh terlalu dekat dengan tanah. Jarak
minimal dengan tanah adalah 6 meter
2. Cabang-cabang pepohonan di sekitar jaringan harus dipotong sehingga
terhindar dari kemungkinan cabang jatuh ke kabel
3. Pemasangan harus aman dan dilengkapi dengan pengaman, terutama
pengamanan terhadap petir
4. Instalasi jaringan dilakukan oleh tenaga instalatur bersertifikat. Pada kondisi
tertentu jika tidak terdapat tenaga ahli dapat menggunakan tenaga yang
terlatih.
Pedoman teknis instalasi jaringan dapat mengacu kepada SNI 04-3855-1995.
5.3.2 Instalasi Jaringan Sambungan Rumah
1. Proses instlasi harus dilakukan oleh tenaga bersertifikat dan terlatih dengan
menggunakan peralatan kerja yang tepat guna
2. Instalatur harus melakukan pelatihan dan pengarahan instalasi kepada
operator sehingga operator bisa melakukan di kemudian hari
3. Kabel untuk dalam rumah tidak dipergunakan untuk kabel luar rumah
4. Koneksi kluster antar rumah menggunakan kabel sesuai dengan SPLN 87-1991
5. Instalasi di dalam bangunan/rumah pedesaan harus menggunakan kabel yang
tepat sesuai SNI 04-1925-1990.
6. Jika dipergunakan kabel NYM dengan pelindung tunggal, maka kabel harus
dilindungi dengan pipa PVC sesuai dengan SPLN 42-2-1992
7. Setiap titik koneksi disambung dengan menggunakan terminal dan terlindung
dengan adanya T Dos
8. Setiap paket instalasi rumah harus mempunyai pembumian yang cukup sesuai
dengan SPLN 27-1980
9. Lampu yang dipergunakan adalah lampu CFL (compact fluorescent lamps)
atau lampu hemat energi. Tidak dianjurkan menggunakan lampu pijar atau
lampu TL efisiensi rendah
10. Setiap alat pembatas daya atau alat pengukur konsumsi daya (kWh meter)
harus sesuai dengan SNI 04-3862-1995.
11. Saat listrik telah menyala maka setiap sambungan rumah harus diuji beban
sehingga nilai pembatas yang dipakai benar seperti yang tertera pada alat
pembatas tersebut. Uji dilakukan secara populasi terhadap seluruh pelanggan.
Uji tidak boleh dilakukan secara sampel.
12. Jika lebih dari 10% dari semua pembatas yang terpasang gagal lulus uji maka
semua pembatas harus diganti dengan menggunakan komponen yang yang
lebih baik.
6. KETENTUAN LAIN - LAIN

6.1 Paket Peralatan Pendukung

Dari temuan lapangan tampak bahwa dari beberapa lokasi yang dikunjungi paket yang
diterima berbeda-beda. Hal ini memberikan pengaruh kepada khususnya kinerja operator
dalam memelihara, mengoperasikan, serta menanggulangi permasalahan kecil. Paket
peralatan, khususnya peralatan mekanikal, elektrikal dan kontrol, antara lain adalah:
1. Manual Pengoperasian atau Instruction Manual.
Dalam hal ini jika generator diimpor dari luar, maka developer wajib
menterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dimengerti oleh
operator. Manual ini harus memberikan informasi secara jelas mengenai :
a. gambar detil dan rangkaian dari peralatan,
b. cara pengetesan,
c. cara pengoperasian,
d. cara pemeliharaan, dan
e. cara penyelesaian masalah jika bisa diselesaikan di lapangan
2. Jika instalasi jaringan dan rumah dilakukan oleh kontraktor maka wajib
memberikan kepada pengelola perihal diagram peta jaringan serta daftar
penyebaran koneksi beban di tiap fasa dan lokasi atau tiang interkoneksinya.
3. Komponen cadangan pengganti harus diberikan secara khusus untuk :
a. Bearing
b. Pelumas
c. Instruments (voltmeter dll.)
d. Mur dan baut
e. Fuses, MCB dan ELCB
f. Connector kabel
g. Ballast heater
h. V-Belt/flat belt dan karet coupling
i. AVR (Automatic Voltage Regulator)
j. Gasket, O ring untuk sambungan flange
k. Minyak seal, packing karet
l. Lampu indicator
Banyak sedikitnya atau macam onderdil yang disediakan bisa bervariasi.
Komponen tersebut harus mampu menjamin operasi normal selama 5 tahun.
4. Peralatan bantu kerja seperti:
a. Spanner
b. Obeng Plus dan Minus
c. Tembakan pelumas/gemuk
d. Penarik bearing (tergantung design turbin)
e. Almari tool
f. Multimeter dan Multimeter tang
g. Dan peralatan lain yang sesuai dengan jenis turbin yang diberikan.
5. Papan peralatan atau almari peralatan dengan gantungan
6. Bahan habis pakai seperti misalnya gemuk dan pelumas
7. Log book.
Paket tersebut harus diberikan oleh kontraktor dan wajib memberikan pelatihan
mengenai bagaimana mempergunakan peralatan yang menjadi bagian dari paket tersebut.

6.2 Paket Garansi

Selama ini praktek yang dilakukan untuk program-program PLTMH yang didanai oleh
pemerintah adalah memberikan garansi perawatan dan perbaikan selama 12 bulan setelah
serah terima proyek. Garansi ini dirasakan kurang karena banyak tercatat kejadian dimana
kerusakan terjadi setelah 12 bulan.
Pekerjaan survei dan desain umumnya dilaksanakan oleh entitas yang berbeda
dengan yang melakukan konstruksi sehingga kesalahan pada design misalnya pada peletakan
saluran pembawa dan lain-lain tidak bisa diserahkan kepada kontraktor pembangunan.
Aspek yang digaransi mengacu kepada praktek yang selama ini telah ada misalnya:
1. Perbaikan komponen sipil termasuk di dalamnya peralatan hidro mekanik dan
powerhouse
2. Perbaikan atau penggantian turbin dan khususnya runner serta aksesorinya
3. Perbaikan atau penggantian generator
4. Perbaikan atau penggantian system control
5. Perbaikan atau penggantian komponen transmisi dan distribusi seperti
misalnya transformer.
Kejadian alam seperti bencana alam bisa menjadi bagian force majeur. Sambaran petir
tidak masuk kategori force majeur. Kerusakan pada komponen mekanikal elektrikal karena
sambaran petir masih menjadi tanggung jawab dari kontraktor selama masa garansi. Masa
waktu garansi lebih baik minimal satu tahun setelah serah terima.
Garansi harus disesuaikan dengan daftar serah terima sehingga apa yang dibangun
dan dipasang oleh kontraktor harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh konsultan
perencana. Jika konstruksi tidak sesuai dengan rencana atau rencana telah diubah tanpa
persetujuan pemilik pekerjaan, maka kontraktor harus menanggung kerusakan yang terjadi.
LAMPIRAN

Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Perusahaan Listrik


Negara (SPLN) yang Terkait.

Standar PLN

1. SPLN 3-1978 mengenai Pentanahan jaringan tegangan rendah dan


instalasinya
2. SPLN 2-1978 mengenai Pentanahan netral sistem transmisi
3. SPLN 7-1978 mengenai Pedoman pemilihan tingkat isolasi transformator dan
penangkap petir
4. SPLN 20-1980 mengenai Pedoman Penerapan untuk Komisioning
Pengusahaan dan Pemeliharaan Turbin Air.
5. SPLN 54-1983 mengenai Standar tiang baja
6. SPLN 56-1984 mengenai Sambungan listrik
7. SPLN 72-1987 mengenai Spesifikasi desain jaringan tegangan menengah
(JTM) dan Jaringan tegangan rendah (JTR)
8. SPLN 74-1987 mengenai Standar listrik pedesaan
9. SPLN 76-1987 mengenai Transformator arus
10. SPLN 27-1990 mengenai Pentanahan jaringan listrik pedesaan
11. SPLN 55-1990 mengenai Alat pengukur pembatas dan perlengkapannya
12. SPLN 90-1990 mengenai Komisioning PLTA
13. SPLN 3-1991 mengenai Tiang beton pratekan untuk jaringan distribusi
14. SPLN 83-1991 mengenai Lengkapan sambungan rumah dengan saluran
udara berisolasi
15. SPLN 87-1991 mengenai Standar konstruksi listrik pedesaan
16. SPLN 88-1991 mengenai Pembumian netral sistem 20KV dengan lebih dari
satu sumber
17. SPLN 42-2-1992 mengenai Kabel berisolasi dan berselubung PVC tegangan
pengenal 300/500 volt (NYM)
18. SPLN 91-1-1992 mengenai Spesifikasi pipa untuk instalasi listrik – bagian 1 :
Persyaratan Umum
19. SPLN 56-1-1993 mengenai Sambungan tegangan listrik tegangan rendah
(SLTR)
20. SPLN 56-2-1993 mengenai Sambungan tegangan listrik tegangan menengah
(SLTM)
21. SPLN 57-1-1993 mengenai kWh meter arus bolak balik kelas 0,5; 1 dan 2 –
bagian 1 : Pasangan dalam
22. SPLN 57-2-1993 mengenai Ketentuan tambahan untuk kWh meter pasangan
luar
23. SPLN 102-1993 mengenai Elektroda bumi jenis batang bulat berlapis tembaga
24. SPLN 108-1993 mengenai Pemutus tegangan mini untuk pembatas dan
pengaman arus lebih untuk instalasi gedung dan rumah
25. SPLN 1-1995 mengenai Tegangan-tegangan standar
26. SPLN 115-1995 mengenai Tiang kayu untuk jaringan distribusi
27. SPLN 50-1997 mengenai Spesifikasi transformer distribusi
28. SPLN 72-1997 mengenai Spesifikasi desain Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
SNI

Metode Pengukuran Perencanaan :


1. SNI 03-1731-1989 mengenai tata cara perencanaan keamanan bendungan
(desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan).
2. SNI 03-1724-1989 mengenai Pedoman perencanaan hidrologi dan hidraulik
untuk bangunan di sungai
3. SNI 03-1734-1989 mengenai Tata cara perencanaan beton bertulang dan
struktur dinding bertulang untuk rumah dan gedung
4. SNI 03-0675-1989 mengenai Spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen
jendela kayu, daun pintu kayu untuk bangunan rumah dan gedung
5. SNI 03-2414-1991 mengenai Metode pengukuran debit pada sungai dan
saluran terbuka
6. SNI 03-2400-1991 mengenai Tata cara perencanaan umum krib sungai
7. SNI 03-2401-1991 mengenai Pedoman keamanan desain bendung
8. SNI 03-2415-1991 mengenai Metode pengukuran debit banjir
9. SNI 03-2819-1992 mengenai Metode Pengukuran debit sungai dan saluran
terbuka dengan alat ukur arus tipe baling-baling
10. SNI 03-2820-1992 mengenai Metode Pengukuran debit sungai dan saluran
terbuka dengan pelampung permukaan
11. SNI 03-2830-1992 mengenai Metode perhitungan tinggi muka air sungai
dengan cara pias berdasarkan rumus Manning's
12. SNI 03-2925-1992 mengenai Pintu air pengatur dan pengukur untuk irigasi
13. SNI 03-2828-1992 mengenai Pintu air pengatur sorong
14. SNI 03-3412-1994 mengenai Metode perhitungan debit harian Sungai
15. SNI 03-3441-1994 mengenai Sungai, Tata cara perencanaan teknik pelindung
tebing dari pasangan batu
16. SNI 03-3432-1994 mengenai Bendungan, Tata cara penetapan banjir desain
dan kapasitas pelimpah
17. SNI 03-0090-1999 mengenai Spesifikasi bronjong kawat (dimensi, bahan
baku, mutu)
18. SNI 03-1726-2002 mengenai Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
rumah dan gedung

Konstruksi Pipa Pesat (Penstock) :

1. SNI 7-1769-1990 mengenai Penyambungan pipa air minum bertekanan dari


besi tuang kelabu
2. SNI 13-3472-1994 mengenai Pengelasan saluran pipa dan fasilitas yang terkait
3. SNI 7-6405-2000 mengenai Tata cara pengelasan pipa baja untuk air di
lapangan
4. SNI 13-6220-2000 mengenai Praktek pengelasan pemeliharaan saluran pipa

Turbin air dan pengujiannya :

1. SNI 04-1905-1990 mengenai Turbin air, Pedoman uji siap guna, operasi dan
pemeliharaan
2. SNI 04-3865-1995 mengenai Pedoman untuk komisioning, operasi dan
pemeliharaan pompa penyimpanan dan turbin pompa yang bekerja sebagai
pompa
3. SNI 4-6915-2002 mengenai Petunjuk Spesifikasi Sistem Kendali Turbin Air
4. SNI 4-1706.2-2004 mengenai Evaluasi Lubang Kavitasi Pada Turbin Air,
Pompa Tando dan Pompa Turbin – Bagian 2: Evaluasi Pada Turbin Pelton
5. SNI 4-7023.2-2004 mengenai Evaluasi Lubang Kavitasi Pada Turbin Air,
Pompa Tando dan Pompa Turbin – Bagian 2: Evaluasi Pada Turbin Pelton
6. PNPS-2007 mengenai Pedoman Penerapan Uji Penerimaan Model/Prototipe
Turbin Air
Elektro Mekanik Sistem PLTMH :

1. SNI 04-1077-1989 mengenai Generator sinkron, cara uji


2. SNI 4-1930-1995 mengenai Pedoman bagi peralatan elektromekanik untuk
pusat tenaga listrik mini hidro, bagian 1: uraian rencana dan kondisi operasi
instalasi dari pusat pembangkit
3. SNI 4-1930.3-1995 mengenai Pedoman bagi peralatan elektromekanik untuk
pusat tenaga listrik mini hidro - bagian 3: pemeriksaan, penyerahan dan
pemeliharaan
4. SNI 4-1930.4-1995 mengenai Pedoman bagi peralatan elektromekanik untuk
pusat tenaga listrik mini hidro - bagian 4 : Definisi, istilah dan Lambang

Instalasi dan Jaringan Listrik :

1. SNI 04-0225-1987 mengenai Peraturan umum instalasi listrik 1987 (PUIL


1987)
2. SNI 04-0227-1987 mengenai Tegangan standar
3. SNI 04-1630-1989 mengenai Pengamanan tegangan kurang, persyaratan
umum
4. SNI 04-1707-1989 mengenai listrik pedesaan
5. SNI 04-1690-1989 : Tiang listrik kayu. Syarat-syarat teknis.
6. SNI 04-0533-1989 mengenai Sakelar arus bolak balik
7. SNI 04-017-1989 mengenai Fiting lampu arus bolak balik
8. SNI 04-1705-1989 mengenai Sistem distribusi, keandalan
9. SNI 04-0532-1989 mengenai Kotak hubung bagi arus bolak balik
10. SNI 04-1471-1989 mengenai Instalasi listrik pada mesin peralatan pabrik.
Persyaratan umum
11. SNI 04-1922-1990 mengenai Frekwensi standar
12. SNI 04-1923-1990 mengenai Arus Pengenal standar
13. SNI 04-1925-1990 mengenai Instalasi rumah/bangunan listrik pedesaan
14. SNI 04-1926-1990 mengenai jaringan distribusi listrik pedesaan
15. SNI 04-2702-1992 mengenai Kilowat hour meter arus bolak balik kelas 0,5;1;2
16. SNI 04-3593-1994 mengenai Instalasi listrik untuk bangunan, bagian 2 prinsip
dasar
17. SNI 04-3559-1994 mengenai Lampu fluorescen untuk penggunaan umum,
mutu dan cara uji
18. SNI 04-3846-1995 mengenai Papan meter konsumen
19. SNI 04-3862-1995 mengenai Meter kWh statis, Spesifikasi metrologi untuk
meter kWh kelas 2,0 dan 0,5 S
20. SNI 04-3874-1995 mengenai Perlengkapan uji meter energi listrik
21. SNI 04-3849.1-1995 mengenai Instalasi pembangkit listrik pedesaan. Bagian 1
: Pusat Listrik tenaga diesel (PLTD)
22. SNI 04-3849.2-1995 mengenai Instalasi Pembangkit Listrik Perdesaan –
Bagian 2: Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro berkapasitas sampai 50 KW
(PLTMH-P50). Subbagian 2: Pembuatan, Pemasangan dan Pengujian
23. SNI 04-3853-1995 mengenai Spesifikasi desain untuk jaringan tegangan
menengah dan jaringan tegangan rendah
24. SNI 04-3855-1995 mengenai Pembumian jaringan tegangan rendah dan
instalasi tegangan rendah
25. SNI 04-3879-1995 mengenai Gangguan pada sistem suplai yang diakibatkan
oleh piranti listrik dan perlengkapannya
26. SNI 04-3849.2.1-1996 mengenai Instalasi Pembangkit Listrik Perdesaan –
Bagian 2: Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro berkapasitas sampai 50 KW
(PLTMH-P50)
27. SNI 04-6953-2003 mengenai Pembangkit Listrik Hidro Skala KecilGambar
Konstruksi PLTMH Tipikal
Gambar Konstruksi PLTMH Tipikal

Bagian-bagian dari Skema Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro


Penjelasan

Mercu Bendung (Wier) Bangunan yang berada melintang sungai yang berfungsi untuk
membelokkan arah aliran air

Bangunan Bangunan yang berfungsi mengarahkan air dari sungai masuk


Pengambilan (Intake) ke dalam Saluran Pembawa (Headrace).
Bak Penangkap Pasir (Sand Trap) dapat menjadi satu
(terintegrasi) dengan bangunan ini.

Saluran Pembawa Bangunan yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari Intake ke


(Headrace) Forebay.
Headrace dapat juga terbuat dari pipa.

Bak Penampungan Bangunan yang mempunyai potongan melintang (luas penampang


(Forebay) basah) lebih besar dari Headrace yang berfungsi untuk
memperlampat aliran air.

Saringan (Trash Rack) Terbuat dari plat besi yang berfungsi menyaring sampah-sampah
atau puing-puing agar tidak masuk ke dalam bangunan selanjutnya.
Trash Rack diletakkan pada posisi melintang di bangunan
Intake atau Forebay dengan kemiringan 65 - 75º

Saluran Pembuangan Bangunan yang memungkinkan agar kelebihan air di dalam


(Spillway) Headrace untuk melimpah kembali ke dalam sungai.

Pipa Pesat (Penstock) Pipa bertekanan yang membawa air dari Forebay ke dalam
Power House.
Rumah Pembangkit Bangunan yang di dalamnya terdapat turbin, generator dan
(Power House) peralatan control.

Tailrace Saluran yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari turbin


kembali ke sungai.
Jaringan Transmisi Terdiri dari tiang, kabel dan aksesoris lainnya (termasuk trafo;
jika diperlukan) yang berfungsi mengalirkan energi listrik dari
Power House ke konsumen (rumah-rumah dan pabrik).
Weir & Intake

Intake Bebas (Intake tanpa Bendung atau Bendung sementara)


Intake sisi / tepi dengan bendung permanen

Catatan :
Intake harus berada
pada sudut luar belokan sungai
Potongan memanjang

Potongan melintang
Lubang intake atau orifice

Drop intake (Intake Jatuh)


Desain 1
Desain 2
Desain 3
Tipikal Intake

Intake Dengan Sandtrap

Intake tanpa sandtrap


Sandtrap (Bak Penangkap Pasir)
Desain 1

Desain 2
Desain 3

Desain 4
Head race (Saluran Pembawa)
Tipe Saluran

Limpasan pada head rece


Valve pada head race
LAMPIRAN

Forebay
Desain 1
Desain 2

Desain 3
Desain 4

Saluran Pelimpah

Pens tock

Pipa Pembilasan dia. 6"


Thrustblock

Saringan

Potongan A - A

Saringan

Pipa Penstock
Trash rack ( Saringan )
Spillway Trashrack
Penstock ( Pipa Pesat )

Pi pa N apa s
Thru st Blo ck 1
Expa nsi on Joi nt 1 DN 38 0

Sl idi ng Bl ock

Pen sto ck Dia . 38 0

Thrus t Blo ck 2

Expan sio n Join t 2 D N 570


Expansion Joint dan Valve pada Penstock
LAMPIRAN

Butterfly Valve

Turbine Safety Valve


Spherical Valve
Power House ( Rumah Pembangkit )
Layout Desain

Ballast Load

Connus Ø380 to Ø20 "


Butterfly Valve DN 20" Turbine X-flow T-14 D300 Generator
Dismantling Joint
Adaptor

Control Panel

Flat Belt & Safeguard

Flexible Coupling
Plummer Block
Potongan memanjang dan melintang

Bal las t Lo ad

C onn us
B utte rfly Val ve
D isma ntli ng Jo int
Ada ptor
Tu rbi ne
Gen era to r

Pe nstock

Thru st Bl ock

Stiffne r

B al las t Lo ad

Tur bin e

Pu ll ey Turb ine
Pintu Air ( Flow Gate)

Anda mungkin juga menyukai