Metode yang dilaksanakan dalam pelaksanaan kegiatan secara garis besarnya antara lain
adalah :
1. Survey dan identifikasi potensi energi aliran sungai, kondisi hidrologi dan hidrolika yang meliputi
kegiatan-kegiatan:
a) Mengukur Lebar Sungai,
b) Mengukur Kedalaman Rata Rata Sungai,
c) Mengukur Kecepatan Mengalir Air,
d) Mengukur Ketinggian Jatuh Air,
e) Menentukan pilihan Tata Letak Bangunan Rumah Turbin/Power House,
f) Menggambar Denah Lokasi dan
g) Melakukan Pemotretan.
1
Bangunan Pengambilan
Saluran Pembawa
Mercu Bendung
Bak Penenang
Tailrace
Penjelasan
Mercu Bendung (Wier) Bangunan yang berada melintang sungai yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran air
Bangunan Pengambilan Bangunan yang berfungsi mengarahkan air dari sungai masuk ke dalam Saluran Pembawa (Headrace).
(Intake) Bak Penangkap Pasir (Sand Trap) dapat menjadi satu (terintegrasi) dengan bangunan ini.
Saluran Pembawa (Headrace) Bangunan yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari Intake ke Forebay.
Headrace dapat juga terbuat dari pipa.
Bak Penampungan (Forebay) Bangunan yang mempunyai potongan melintang (luas penampang basah) lebih besar dari Headrace yang
berfungsi untuk memperlampat aliran air.
Saringan (Trash Rack) Terbuat dari plat besi yang berfungsi menyaring sampah-sampah atau puing-puing agar tidak masuk ke dalam
bangunan selanjutnya.
Trash Rack diletakkan pada posisi melintang di bangunan Intake atau Forebay dengan kemiringan 65 - 75º
Saluran Pembuangan Bangunan yang memungkinkan agar kelebihan air di dalam Headrace untuk melimpah kembali ke dalam sungai.
(Spillway)
Pipa Pesat (Penstock) Pipa bertekanan yang membawa air dari Forebay ke dalam Power House.
Rumah Pembangkit Bangunan yang di dalamnya terdapat turbin, generator dan peralatan control.
(Power House)
Tailrace Saluran yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari turbin kembali ke sungai.
Jaringan Transmisi Terdiri dari tiang, kabel dan aksesoris lainnya (termasuk trafo; jika diperlukan) yang berfungsi mengalirkan energi
listrik dari Power House ke konsumen (rumah-rumah dan pabrik).
1.4.5 Kapasitas PLTMH
Dalam pedoman teknis ini lingkup kapasitas sistem yang diatur adalah maksimal 120
kW. Hal ini mengadopsi pedoman teknis kualitas dari India dan Nepal serta
mempertimbangkan kemampuan produksi di dalam negeri. Tidak dibatasi sistem turbin yang
dipergunakan apakah itu cross flow, propeller, pelton, turgo, axial flow, pump as turbine atau
turbin lain yang memenuhi criteria proyek. Kincir air dalam semua bentuknya tidak diatur
dalam pedoman teknis ini. Jika terdapat perkembangan baru mengenai teknologi PLTMH
yang berhasil dikuasai produsen lokal maka pedoman teknis ini perlu diperbarui.
Menyikapi masukan dari lapangan maka pedoman teknis ini akan menyinggung
proses adanya suatu PLTMH pada proses-proses berikut ini:
1. Perencanaan Pembangunan
2. Pabrikasi dan Pasca Pabrikasi
3. Pembangunan dan instalasi
4. Pasca Pembangunan dan Pengelolaan
Pedoman teknis ini selalu mengacu kepada pedoman teknis yang sudah terbentuk di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah berlaku
untuk produk-produk tertentu yang menjadi bagian penting dari suatu sistem PLTMH. Selain
itu Standar PLN (SPLN) yang berlaku untuk produk atau sistem tertentu juga dijadikan
rujukan bagi peningkatan kualitas peralatan PLTMH.
Pedoman teknis bagi beberapa peralatan komponen elektro mekanikal untuk Pusat
Listrik Tenaga Mini Hidro dapat mengacu kepada Standar Nasional Indonesia SNI 04-1930-
1996.
2. KETENTUAN UMUM
Pedoman teknis kualitas peralatan PLTMH ini disusun dengan semangat untuk
meningkatkan kelestarian PLTMH serta meningkatkan aplikasi PLTMH di Indonesia secara
lebih luas. Masalah perencanaan adalah bagian tak terlepaskan dari proses panjang
peningkatan kelestarian PLTMH.
Dalam perencanaan hal paling penting adalah penentuan debit rancangan dan head
Untuk suatu sistem PLTMH yang tidak terinterkoneksi (stand alone) ke jaringan PLN maka
debit rancangan seyognyanya tersedia sepanjang tahun. Sedangkan untuk sistem yang
terinterkoneksi jaringan PLN maka debit rancangan bisa disesuaikan dengan prinsip cost-
effectiveness.
Dalam perencanaan nilai efisiensi design turbin yang dipakai harus mengacu kepada
prinsip yang konservatif dalam arti tidak melebih-lebihkan nilai efisiensinya. Untuk itu dalam
studi kelayakan disarankan menggunakan nilai efisiensi sebagai berikut:
1. Turbin Pelton dengan kapasitas daya terbangkit di bawah 30 kW menggunakan
nilai efisiensi OPTIMAL minimum 70%. Sedangkan kapasitas di atas 30 kW
menggunakan nilai efisiensi minimal 75% yang harus dibuktikan pada saat
dilakukan pekerjaan komisioning sebelum serah terima pekerjaan.
2. Turbin Cross Flow dengan kapasitas daya terbangkit dibawah 30 kW
menggunakan nilai efisiensi minimal 60%. Sedangkan Kapasitas diatas 30 kW
menggunakan nilai efisiensi minimal 65% yang harus dibuktikan pada saat
dilakukan pekerjaan komisioning sebelum serah terima pekerjaan.
3. Turbin Propeller dengan kapasitas daya terbangkit dibawah 30 kW
Untuk menentukan konfigurasi peralatan power generation table berikut ini bisa
dipergunakan sebagai pedoman teknis konfigurasi.
Dengan
brush brushless
brush/brushless
Tegangan dan
220/240 V, 1 fasa, 50
frekuensi terminal 415 V, 3 fasa, 50 Hz
Hz (S-PLN)
rekomendasi
IGC/ELC IGC/ELC
Kontrol Kontrol direkomendasikan Direkomendasikan
ELC ELC
2.6 Pabrikasi
Dalam hal pabrikasi hal-hal yang diatur adalah khusus mengenai produk-produk
yang bukan merupakan produk industri masal. Yang dimasukkan dalam produk industri
massal khususnya yang berkaitan dengan peralatan dan pembangunan PLTMH antara lain
adalah:
1. Semen dan bahan bangunan jadi seperti kaca, genting, atap zinc dan lain-lain
2. Bahan metal termasuk mild steel, besi tahan karat, tembaga untuk penangkal
anti petir dan lain-lain
1. Perlindungan komponen yang dibuat khusus dari kerusakan fisik saat pabrikasi
dan setelah pabrikasi
2. Perlindungan komponen dari karat (termasuk mur dan bautnya) saat pabrikasi
dan setelah pabrikasi
3. Spesifikasi pengelasan yang tepat sesuai dengan tekanan kerja yang akan
diterima peralatan yang dibuat
4. Material yang berkualitas dan sesuai spesifikasi dalam arti sesuai dengan
perhitungan dimensi yang aman bagi fungsinya dan berdasarkan input faktor
eksternal lain seperti misalnya debit, head, volume dan lain-lain.
Bangunan sipil adalah bagian penting dalam suatu skema PLTMH. Pada umumnya
bangunan sipil terdiri dari bangunan intake dan pengalih aliran, saluran pembawa, bangunan
forebay, bangunan power house dan bangunan tailrace. Aksesori bangunan sipil seperti
peralatan hidro mekanik juga merupakan bagian tak terlepaskan dari komponen sipil suatu
PLTMH.
3.1 Spesifikasi
3.1.1 Umum
1. Saluran pembawa air, kecuali penstock dan tail race, harus mampu
menampung debit air 10% lebih tinggi dari debit rancangan. Hal ini ditujukan
agar pada saat operasi maksimal muka air di forebay tidak turun dari ketinggian
biasanya dan untuk tinggi jagaan agar terhindar dari pelimpasan apabila terjadi
kelebihan debit.
2. Survei topografi secara lengkap harus dilakukan dan hasilnya digambarkan
pada peta situasi dengan skala 1 : 1.000 atau lebih kecil, termasuk potongan
memanjang, potongan melintang dan secara jelas menunjukkan informasi
topografi daerah rencana pembangunan PLTMH.
3. Survei geoteknik diperlukan untuk mengetahui kondisi batuan di daerah
rencana bangunan sipil termasuk di dalamnya kestabilan tanah dan lain-lain
8. Bentuk bak harus sedemikian rupa sehingga endapan terkumpul diujung bak
dan mendekati katub atau pintu penguras
9. Kapasitas pintu penguras harus cukup besar sehingga air di bak pengendap
tetap bisa terbuang sementara intake tetap terbuka penuh untuk memasukkan
air penguras
10. Spill way untuk bak pengendap sebaiknya ada di sepanjang bak di sisi sungai
sehingga luapan air dapat langsung terbuang ke sungai
3.1.5 Forebay
1. Forebay dalam bentuk tanki bisa dibuat dari pasangan batu, atau beton
3.1.6 Penstock
1. Penstock bisa terbuat dari mild steel, HDPE, atau PVC harus dalam kondisi
baru dan baik
2. Ketebalan bahan penstock dari bahan besi ukuran 1,5 mm
3. Penstock harus dicegah terjadinya korosi, keamanan menjadi faktor penting
4. Penstock dari bahan plastic (HDPE atau PVC) harus di tanam di dalam tanah
atau dilindungi dari sinar matahari langsung dengan dibungkus
5. Penstock harus dirancang sedemkian sehingga kehilangan tekanan (head
losses) di dalam penstock maksimal 10 % dari head total.
6. Penstock yang amat panjang (5 x head) maksimal kehilangan tekanan 15%
masih bisa ditoleransi
3.1.7 Powerhouse
1. Powerhouse harus mampu melindungi peralatan elektro mekanikal dan kontrol
dari cuaca yang buruk serta akses dari orang yang tidak memiliki hak
2. Powerhouse harus berada pada posisi yang lebih tinggi dari ketinggian banjir
tahunan (misalnya banjir 25 tahunan atau 50 tahunan)
3. Layout peralatan di dalam powerhouse harus mengindahkan kemudahan
pergerakan operator di dalamnya termasuk saat perbaikan turbin atau kontrol.
4. Luas powerhouse harus disesuaikan dengan besarnya turbin dan kubikel
control
5. Jika dimungkinkan, powerhouse memiliki rel gantung (hoist) rsebagai alat
bantu kerja perbaikan
6. Pondasi rumah turbin dibuat dari konstruksi beton bertulang yang mampu
menahan gaya dan tekanan dari turbin maupun dari penstock
Peralatan hidro mekanik antara lain adalah peralatan mekanik yang menjadi
pelengkap bangunan air seperti misalnya trash rack, pintu air, penstock, dan katub pengaman
turbin. Dalam hal ini, katub-katub biasanya merupakan produksi masal sehingga pedoman
teknis khusus sudah diterapkan untuknya. Oleh karena itu dalam bagian ini hanya dibahas
mengenai pabrikasi trash rack, penstock serta pintu-pintu air.
sipil
2. Pintu air harus dibuat dari besi dengan ketebalan plat minimal 3 mm
3. Pintu air harus dilindungi dari karat menggunakan cat atau galvanisasi.
Pengecatan dilakukan setelah dilakukan proses sand blasting untuk
menghilangkan karat atau dengan proses lain. Pengecatan dilakukan dengan
cat dasar besi kemudian dicat anti karat minimal dua kali pengecatan.
Perlakuan perlindungan dari karat dikerjakan sebelum dikirim ke lokasi.
4. Pintu air harus menggunakan alat bantu untuk memudahkan operasi buka dan
tutup. Mekanisme atau tipe alat bantu tidak dibatasi
5. Pintu air harus dilengkapi dengan mekanisme pengunci pada pintu-pintu yang
penting misalnya di saluran pembawa setelah bak pengendap pertama atau
tepat sebelum penstock agar operasi pintu air hanya dilakukan oleh orang yang
berwenang
6. Pengelasan harus rapi dan kuat dan tidak memberikan kesempatan kepada
kebocoran. Pengelasan menggunakan las listrik.
Pedoman teknis pintu air dapat mengacu kepada Standar Nasional SNI 03-2829-
1992.
3. Sambungan las harus terjamin dari kebocoran akibat tekanan air yang tinggi.
Bagian pengelasan yang buruk harus dibuang dan jika perlu dilakukan
pemotongan bagian penstock tersebut.
4. Misalignment, atau ketidaktepatan bibir antar pipa, pada sambungan antar
pipa yang dilas hanya diberi toleransi sebesar maksimal 3 mm
5. Pembuatan sambungan flange harus selalu sepasang sehingga tidak ada mis-
alignment pada saat pemasangan
6. Bagian dalam dan luar penstock harus dilindungi dari korosi dengan
pengecatan bahan cat khusus anti karat
7. Pengecatan bagian dalam penstock dilakukan minimal dua kali, dengan
pengecatan dasar terlebih dahulu, sebelum dilakukan penyambungan.
8. Pengecatan bagian luar diakukan minimal dua kali dengan pengecatan dasar
terlebih dahulu. Jika material besi masih tampak, maka pengecatan harus
diulang kembali
9. Expansion joint atau flange harus dipersiapkan di pabrik dan tidak di lokasi.
Komponen ini harus dilindungi dari karat sebelum dipasang
10. Mur dan baut untuk sambungan flange harus disediakan dan diperlakukan
perlindungan karat padanya
11. Penstock sliding support harus dipersiapkan untuk setiap penstock support yang
direncanakan
12. Seal dan packing bagi sambungan flange harus dipersiapkan di pabrik
13. Sebaiknya dipersiapkan minimal 1 buah ekspansion joint bagi sebuah penstock
14. Setiap anchor block harus dilengkapi 1 buah ekspansion joint
15. Dipersiapkan sebuah release vent udara bagi sebuah penstock. Diameter
antara 1% hingga 2% dari diameter penstock
16. Diameter jembatan pipa atau talang air sebaiknya dibuat sedemikian sehingga
memungkinkan orang untuk masuk dan membersihkan bagian dalamnya
17. Support untuk jembatan pipa atau talang harus disediakan di bengkel dan
harus mengalami perlakuan perlindungan karat dengan galvanisasi
18. Penstock support dari kayu hanya bisa dipakai untuk kapasitas PLTMH kurang
dari 5 kW.
1. Dipastikan semua struktur bebas dari batuan atau sampah konstruksi saat
selesai dibangun dan sebelum dilakukan pengetesan
2. Sebelum dilakukan pengetesan minimal semua struktur sudah berumur 1
minggu sejak selesai finishing
3. Saluran pembawa dan forebay harus diuji kebocoran dengan cara mengisinya
dengan air hingga pada batas freeboard dan diamati selama paling tidak 2
minggu
4. Pengetesan dilakukan per bagian saluran pembawa dimana setiap bagian
maksimal sepanjang 50 meter
5. Jika saluran pembawa tidak begitu panjang, total kurang dari 50 meter, maka
pengetesan dilakukan bersamaan dengan pengetesan forebay
6. Jika terdapat bagian saluran pembawa yang menggunakan jembatan pipa,
maka jembatan pipa harus juga dilakukan test kebocoran secara tersendiri
7. Test kebocoran bak pengendap dan forebay dilakukan dengan merendam bak
tersebut sampai batas maksimal dan mengamatinya selama paling tidak 3
minggu
8. Penstock harus diuji kebocoran dengan melakukan uji tekanan static dengan
cara mengisi penstock secara penuh dan didiamkan selama paling tidak 24 jam
9. Pengecatan dan juga kualitas pengelasan harus diinspeksi setelah konstruksi
selesai dan sebelum pengetesan dilakukan, khususnya bagi komponen hidro
mekanikal seperti penstock dan pintu-pintu air.
4.1 Spesifikasi
Secara umum pemilihan peralatan Elektro Mekanik mengacu kepada table berikut ini.
Ketentuan umum yang berlaku untuk spesifikasi atau konfigurasi di atas antara lain
adalah:
1. Peralatan sesuai dengan potensi yang ada di lokasi
2. Diutamakan menggunakan peralatan produksi lokal
3. Kerumitan peralatan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya operator
4. Cost effective
5. Berkualitas tinggi dan handal
6. Khusus untuk Generator Sinkron harus sesuai standar yang berlaku
Pedoman teknis cara uji Generator Sinkron dapat mengacu kepada SNI 04-1077-
1989.
dinamik
6. Runner turbin cross flow disarankan menggunakan bahan stainless steel atau
bahan yang tahan terhadap abrasi
7. Material untuk guide vane juga disarankan menggunakan bahan yang tahan
abrasi
8. Untuk turbin cross flow, pembentukan runner disk disarankan menggunakan
laser cutting. Khusus untuk turbin dengan diameter runner kecil, lebih kecil dari
200 mm, penggunaan laser cutting diwajibkan. Hal ini diperlukan untuk
menjaga ketelitian rancangan dan kinerja turbin. Jika tidak bisa dilakukan
sendiri maka disarankan melakukan outsourcing
9. Turbine housing harus memiliki bukaan yang mudah diakses untuk
pembersihan runner atau perbaikan
10. Jika perlu, turbine housing diperkuat dengan webs atau ribs sehingga dapat
mengurangi getaran atau kebisingan
11. Jika turbin memerlukan pasokan udara yang cukup maka turbine housing perlu
memberikan lubang udara yang cukup (misalnya untuk turbin cross flow)
12. Pressure gauge harus disediakan pada turbine inlet
13. Bearing yang dipakai harus memiliki spesifikasi umur operasi selama 40.000
jam operasi pada operasi normal. Sebeluh dilakukan delivery, bearing harus
sudah memiliki pelumas atau gemuk
14. Seal-seal yang dipakai disarankan berbahan non metalik
15. Seluruh komponen turbin yang telah jadi harus bebas dari karat dan dilakukan
pencegahan karat dengan pengecatan yang sesuai. Proses sand blasting untuk
penghilangan karat direkomendasikan dilakukan. Pengecatan dilakukan
minimal tiga lapis
16. Turbin dengan kapasitas 10 kW ke bawah cukup melakukan static balancing
17. Turbin dengan kapasitas 10 kW hingga 50 kW dengan kecepatan rotasi runner
kurang dari 600 rotasi per menit cukup melakukan static balancing
18. Turbin dengan kecepatan rotasi di atas 600 rotasi per menit atau berkapasitas
Induction Generator Controller (IGC). Sistem governor untuk turbin, seperti pengatur katup
turbin otomatis, tidak diatur dalam pedoman teknis ini. Hal ini dilakukan dengan asumsi
governor hanya untuk sistem berkapasitas lebih besar dari 120 kW.
Peralatan kontrol menggunakan bahan baku pedoman teknis industry dan telah
diproduksi secara masal. Produsen peralatan kontrol melakukan perangkaian
komponen-komponen tersebut. Dalam hal perangkaian komponen ini maka:
1. Komponen elektronik yang dipakai harus menggunakan peralatan dengan
kualitas tinggi dan jika ada disesuaikan dengan Pedoman teknis Nasional
Indonesia atau pedoman teknis internasional untuk komponen yang terkait
2. Komponen yang dianggap paling rawan kerusakan jika memungkinkan harus
bisa diperoleh di kota besar provinsi
3. Kontrol harus memiliki indikator minimal yang akan membantu operator dalam
mengoperasikan pembangkit yang antara lain adalah:
a. Tegangan dan frekuensi terbangkit
b. Arus di beban (tiap fasa)
c. Indikator untuk Balast (tegangan atau arus)
d. Hour meter
e. Produksi daya pembangkit (kilo watt hour meter)
4. Semua tombol untuk operasi atau keadaan emergency harus bisa diakses tanpa
membuka pintu kubikel kontrol
5. Switchgear sebaiknya tersusun dari MCCB (moulded case circuit breaker)
untuk menghubungkan beban dengan generator dan secara otomatis
memutuskan jika terjadi kegagalan. Kontaktor atau Mini Circuit Breakers
(MCB) bisa dipakai jika ada peralatan pengaman yang memutuskan arus
secara otomatis jika terjadi kesalahan
6. Kontrol harus diperlengkapi dengan mekanisme pendinginan seperti misalnya
kipas yang mengeluarkan panas
7. Kontrol panel harus memiliki kotak kubikel tersendiri dan tidak tergabung
langsung dengan generator. Kubikel harus memiliki cukup lubang ventilasi
sehingga panas bisa terbuang keluar. Kubikel harus kuat dan aman serta tidak
mudah diakses oleh orang tak berkepentingan
8. Kubikel harus memiliki kunci sehingga hanya operator yang bisa membukanya
9. Rangkaian kontrol harus mampu menahan getaran selama transportasi ke
lokasi. Semua sambungan solder harus dicek kekuatannya sebelum dilakukan
pengiriman
10. Sebagai bagian dari kontrol maka disarankan menggunakan ballast pemanas
air. Jika tidak memungkinkan ballast pemanas udara bisa dipergunakan
11. Ukuran ballast paling tidak sama dengan kapasitas pembangkit dan jika
dipergunakan ELC dengan thryristor maka kapasitas ballast harus 120% dari
kapasitas pembangkit
12. Produsen harus menempelkan name plate yang berisikan:
a. Nama
b. Alamat dan kontak
c. Tipe kontrol
d. Nomor Produksi
e. Kapasitas pembangkit yang dikontrol
f. Tahun Pembuatan
13. Sistem kontrol harus mampu mengeluarkan listrik dengan kualitas stabil pada :
a. Tegangan 220/415 Volt
b. Frekuensi 50 Hertz
14. Setiap produksi kontrol harus dilengkapi dengan single line diagram dan modul
cara operasi dan pemeliharaan
15. Packing bagi perlengkapan kontrol menggunakan kotak kayu dan didalamnya
dilapisi plastik sehingga kubikel kontrol tidak terkena dampak perubahan cuaca
selama delivery ke lokasi.
bekerja dengan baik terutama indicator-indicator dan sistem pengaman. Hasil pengujian, jika
dimungkinkan dilakukan pengujian, didokumentasikan dan dilaporkan kepada pemilik
pekerjaan. Jika mungkin, pengujian dilakukan oleh lembaga independen dan mendapatkan
surat laik pakai.
Hal-hal lain yang diuji minimumnya adalah:
1. Surge protection
2. Perubahan bentuk gelombang listrik (waveform deviation)
3. Electro magnetic interference serta
4. Radio noise.
Uji operasi unjuk kerja sistem PLTMH harus dilakukan setelah konstruksi dan instalasi
selesai. Uji unjuk kerja sistem yang harus dilakukan antara lain adalah:
7. Pada saat pengujian, tenaga ahli dari produsen turbin dan kontrol harus hadir.
Pedoman teknis dapat mengacu kepada SNI 04-1905-1990 dan SPLN 90-2-1-1995.
4.4.2 Kontrol
Peralatan kontrol diuji dalam satu paket dengan pengujian peralatan mekanikal.
Elektrikal. Di sini diuji mengenai kestabilan kontroler. Hal yang perlu diperhatikan selama
pengujian kontrol terutama adalah:
1. Suara-suara yang tidak biasa atau aneh didengar dari generator atau turbin.
Walaupun kemungkinan besar disebabkan masalah fisik, namun jika kontroller
tidak dirancang dengan baik dapat menyebabkan kejadian tersebut. Hal ini
biasanya ditengarai pula dengan indikator baik arus maupun tegangan yang
tidak stabil
2. Pergerakan indikator baik itu indikator arus, tegangan, maupun frekuensi
3. Suhu kubikel atau kompartemen kontrol. Jika secara signifikan naik tajam
maka dimungkinkan perlunya ada sistem ventilasi yang lebih baik.
5. KETENTUAN UMUM
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI
Untuk masalah transmisi dan distribusi (JTR), spesifikasi dan perancangan harus
mengacu kepada Standar PLN mengenai Transmisi dan Distribusi untuk Pelistrikan
Perdesaan. Ketentuan umum lainnya adalah:
1. Transmisi tegangan menengah dan distribusi tegangan rendah harus sesuai
dengan Standar PLN mengacu SPLN 72-1987
2. Tegangan listrik dan frekuensi di tingkat konsumen memiliki toleransi lebih
kurang 10% sesuai dengan SNI 04-0227-1987 dan SNI 04-1922-1990
3. Tegangan di powerhouse harus bisa diatur melalui AVR atau potensiometer di
kontrol (untuk induction generator)
4. Peta jaringan distribusi harus ada untuk semua kapasitas PLTMH yang berisi:
a. Tegangan di powerhouse
b. Panjang kabel jaringan
c. Beban maksimal di pusat-pusat beban
d. Tegangan minimal yang ditoleransi di titik pusat beban
e. Jumlah tersambung tiap fase di tiap titik
f. Posisi penangkap petir
g. Posisi switch pemutus.
5. Pada jaringan distribusi 3 fasa maka beban sebaiknya selalu seimbang setiap
saat di tiap fasa
6. Power factor untuk generator sinkron tidak boleh kurang dari 0.8, dan tidak
Spesifikasi tiang listrik dan pondasinya baik untuk saluran tegangan rendah maupun
menengah disesuaikan dengan Standar yang ada. Jika pada kondisi yang ekstrim dan standar
tidak bisa dipenuhi maka spesifikasi berikut dapat dipakai :
1. Tinggi tiang minimal untuk jaringan tegangan rendah adalah 6 meter
2. Tiang listrik dan pondasinya harus mampu menahan tekanan angin dengan
menggunakan kayu keras lokal atau tiang besi biasa lain. Ketebalan minimal
untuk tiang besi adalah 2 mm dan memperkirakan untuk korosi sebesar 1 mm
3. Tiang bambu tidak disarankan dipakai
4. Jika ada perubahan arah kabel maka tiang harus diberikan penahan baik
berupa kabel (guy wire) atau bahan lain seperti tiang penyangga
5. Kedalaman pondasi minimal 15% dari panjang tiang
6. Jika dipergunakan tiang besi berlubang, maka ujung atas harus tertutup
sehingga air tidak masuk
7. Pondasi yang dipergunakan adalah beton dengan campuran minimal 1:3:5
(semen, pasir, kerikil).
Dari temuan lapangan tampak bahwa dari beberapa lokasi yang dikunjungi paket yang
diterima berbeda-beda. Hal ini memberikan pengaruh kepada khususnya kinerja operator
dalam memelihara, mengoperasikan, serta menanggulangi permasalahan kecil. Paket
peralatan, khususnya peralatan mekanikal, elektrikal dan kontrol, antara lain adalah:
1. Manual Pengoperasian atau Instruction Manual.
Dalam hal ini jika generator diimpor dari luar, maka developer wajib
menterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dimengerti oleh
operator. Manual ini harus memberikan informasi secara jelas mengenai :
a. gambar detil dan rangkaian dari peralatan,
b. cara pengetesan,
c. cara pengoperasian,
d. cara pemeliharaan, dan
e. cara penyelesaian masalah jika bisa diselesaikan di lapangan
2. Jika instalasi jaringan dan rumah dilakukan oleh kontraktor maka wajib
memberikan kepada pengelola perihal diagram peta jaringan serta daftar
penyebaran koneksi beban di tiap fasa dan lokasi atau tiang interkoneksinya.
3. Komponen cadangan pengganti harus diberikan secara khusus untuk :
a. Bearing
b. Pelumas
c. Instruments (voltmeter dll.)
d. Mur dan baut
e. Fuses, MCB dan ELCB
f. Connector kabel
g. Ballast heater
h. V-Belt/flat belt dan karet coupling
i. AVR (Automatic Voltage Regulator)
j. Gasket, O ring untuk sambungan flange
k. Minyak seal, packing karet
l. Lampu indicator
Banyak sedikitnya atau macam onderdil yang disediakan bisa bervariasi.
Komponen tersebut harus mampu menjamin operasi normal selama 5 tahun.
4. Peralatan bantu kerja seperti:
a. Spanner
b. Obeng Plus dan Minus
c. Tembakan pelumas/gemuk
d. Penarik bearing (tergantung design turbin)
e. Almari tool
f. Multimeter dan Multimeter tang
g. Dan peralatan lain yang sesuai dengan jenis turbin yang diberikan.
5. Papan peralatan atau almari peralatan dengan gantungan
6. Bahan habis pakai seperti misalnya gemuk dan pelumas
7. Log book.
Paket tersebut harus diberikan oleh kontraktor dan wajib memberikan pelatihan
mengenai bagaimana mempergunakan peralatan yang menjadi bagian dari paket tersebut.
Selama ini praktek yang dilakukan untuk program-program PLTMH yang didanai oleh
pemerintah adalah memberikan garansi perawatan dan perbaikan selama 12 bulan setelah
serah terima proyek. Garansi ini dirasakan kurang karena banyak tercatat kejadian dimana
kerusakan terjadi setelah 12 bulan.
Pekerjaan survei dan desain umumnya dilaksanakan oleh entitas yang berbeda
dengan yang melakukan konstruksi sehingga kesalahan pada design misalnya pada peletakan
saluran pembawa dan lain-lain tidak bisa diserahkan kepada kontraktor pembangunan.
Aspek yang digaransi mengacu kepada praktek yang selama ini telah ada misalnya:
1. Perbaikan komponen sipil termasuk di dalamnya peralatan hidro mekanik dan
powerhouse
2. Perbaikan atau penggantian turbin dan khususnya runner serta aksesorinya
3. Perbaikan atau penggantian generator
4. Perbaikan atau penggantian system control
5. Perbaikan atau penggantian komponen transmisi dan distribusi seperti
misalnya transformer.
Kejadian alam seperti bencana alam bisa menjadi bagian force majeur. Sambaran petir
tidak masuk kategori force majeur. Kerusakan pada komponen mekanikal elektrikal karena
sambaran petir masih menjadi tanggung jawab dari kontraktor selama masa garansi. Masa
waktu garansi lebih baik minimal satu tahun setelah serah terima.
Garansi harus disesuaikan dengan daftar serah terima sehingga apa yang dibangun
dan dipasang oleh kontraktor harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh konsultan
perencana. Jika konstruksi tidak sesuai dengan rencana atau rencana telah diubah tanpa
persetujuan pemilik pekerjaan, maka kontraktor harus menanggung kerusakan yang terjadi.
LAMPIRAN
Standar PLN
1. SNI 04-1905-1990 mengenai Turbin air, Pedoman uji siap guna, operasi dan
pemeliharaan
2. SNI 04-3865-1995 mengenai Pedoman untuk komisioning, operasi dan
pemeliharaan pompa penyimpanan dan turbin pompa yang bekerja sebagai
pompa
3. SNI 4-6915-2002 mengenai Petunjuk Spesifikasi Sistem Kendali Turbin Air
4. SNI 4-1706.2-2004 mengenai Evaluasi Lubang Kavitasi Pada Turbin Air,
Pompa Tando dan Pompa Turbin – Bagian 2: Evaluasi Pada Turbin Pelton
5. SNI 4-7023.2-2004 mengenai Evaluasi Lubang Kavitasi Pada Turbin Air,
Pompa Tando dan Pompa Turbin – Bagian 2: Evaluasi Pada Turbin Pelton
6. PNPS-2007 mengenai Pedoman Penerapan Uji Penerimaan Model/Prototipe
Turbin Air
Elektro Mekanik Sistem PLTMH :
Mercu Bendung (Wier) Bangunan yang berada melintang sungai yang berfungsi untuk
membelokkan arah aliran air
Saringan (Trash Rack) Terbuat dari plat besi yang berfungsi menyaring sampah-sampah
atau puing-puing agar tidak masuk ke dalam bangunan selanjutnya.
Trash Rack diletakkan pada posisi melintang di bangunan
Intake atau Forebay dengan kemiringan 65 - 75º
Pipa Pesat (Penstock) Pipa bertekanan yang membawa air dari Forebay ke dalam
Power House.
Rumah Pembangkit Bangunan yang di dalamnya terdapat turbin, generator dan
(Power House) peralatan control.
Catatan :
Intake harus berada
pada sudut luar belokan sungai
Potongan memanjang
Potongan melintang
Lubang intake atau orifice
Desain 2
Desain 3
Desain 4
Head race (Saluran Pembawa)
Tipe Saluran
Forebay
Desain 1
Desain 2
Desain 3
Desain 4
Saluran Pelimpah
Pens tock
Saringan
Potongan A - A
Saringan
Pipa Penstock
Trash rack ( Saringan )
Spillway Trashrack
Penstock ( Pipa Pesat )
Pi pa N apa s
Thru st Blo ck 1
Expa nsi on Joi nt 1 DN 38 0
Sl idi ng Bl ock
Thrus t Blo ck 2
Butterfly Valve
Ballast Load
Control Panel
Flexible Coupling
Plummer Block
Potongan memanjang dan melintang
Bal las t Lo ad
C onn us
B utte rfly Val ve
D isma ntli ng Jo int
Ada ptor
Tu rbi ne
Gen era to r
Pe nstock
Thru st Bl ock
Stiffne r
B al las t Lo ad
Tur bin e
Pu ll ey Turb ine
Pintu Air ( Flow Gate)