CA MAMAE
A. Definisi
Pakar lain mengatakan bahwa kanker payudara adalah se-kelompok sel tidak
normal (abnormal) pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Akhirnya, sel-sel
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak di buang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian tubuh lainnya.
Metastase bisa terjadi pada kelejar getah bening (limfa), ketiak, ataupun diatas tulang
belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru-paru, hati, kulit, dan
bawah kulit (Erik.T,.2005) dikutib dalam buku lengkap kanker payudara (Putra Sitiatava
2015)
B. Etiologi
Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi payudara merupakan alat seks sekunder
yang selalu menerima rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada saat hamil,
dan laktasi (menyusui). Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas (Manuaba,2010)
C. Klasifikasi
Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara, yakni klasifikasi patologis dan klasifikasi
klinik.
Klasifikasi patologik
a. Kanker putting payudara (Paget’s disease). Paget disease adalah betuk kanker
yang dalam taraf permulaan manefestasinya sebagai eksema menahan putting
susu, yang biasanya merah dan menebal
b. Kanker duktus laktiferus: papillary, comedo, adeno carcinoma dengan banyak
fibrosis, medullary carcinoma dengan infiltrasi kelenjar
c. Kanker dari lobules ini yang sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan
lobules yang membesar.
Klasifikasi klinis
Seperti kanker pada umumnya, kanker payudara juga mempunyai tahapan atau stadium
yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara teresbut. Stadium kanker payudara
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Stadium 0
Pada stadium ini, kanker tidak atau belum menyebar keluar dari pembuluh atau
seluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lubola) susu pada payudara.
Stadium inilah yang disebut dengan karsinoma duktralin situ atau kanker yang tidak
infasif.
2. Stadium I (stadium dini)
Pada stadium ini, tumor masih sangar kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening. Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,5cm, dan tidak
terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak pada stadium I ini,
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk memeriksa ada atau
tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
3. Stadium II a
Pada stadium ini, pasien mengalami hal-hal sebagai berikut :
a. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2cm dan telah ditemukan pada titik-
titik pembuluh getah bening di ketiak (axillary limpb nodes)
b. Diameter tumor lebih dari 2cm, tapi tidak lebih dari 5cm. Belum menyebar ke
titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak; dan
c. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak
4. Stadium II b
Pada stadium II b ini, penderita kanker payudara akan mengalami atau berada pada
kondisi sebagai berikut;
a. Diameter tumor lebih lebar dari 2cm, tapi tidak lebih dari 5cm;
b. Telah menyebar pada titik-titik pembuluh getah bening ketiak; dan
c. Diameter tumor lebih lebar dari 5cm, tapi belum menyebar.
5. Stadium III a
Pada stadium ini, penderita payudara berada dalam kondisi sebagai berikut:
a. Diameter tumor lebih kecil dari 5cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak; dan
b. Diameter tumor lebih besar dari 5cm dan telah menyebar ke titik-titik pembuluh
getah bening ketiak
6. Stadium III b
Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan, dan bisa juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis
sebagai inflammatory breast cancer. Bisa jadi sudah meneybar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain
dari organ tubuh.
7. Stadium III c
Pada stadium ini, kondisinya hampir sama dengan stadium III b, tetapi kanker sudah
menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam group N3. Dengan kata
lain, kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah bening dibawah tulang
selangka.
8. Stadium IV
Pada tahap ini, kondisi pasien tentu sudah mencapai tahap parah yang sangat kecil
kemungkinannya bisa disembuhkan. Pada stadium ini, ukuran tumor sudah tidak bisa
ditentukan lagi dan telah menyebar atau bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti
pada tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya.
D. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Payudara
Secara fisiologi, anatomi payudara terdiri dari beberapa jaringan organ dalam, yaitu
alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan.
Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksilla. Sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian sentral dan pengaliran ke kelenjar interpektoralis.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan dtarik melalui putting susu
yang masing-masing saling tegak lurus. Empat itu meliputi kuadran atas luar (supero lateral),
kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah
dalam (infero medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero
lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal daripada
payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang
lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. Pada
kuadran media atas di lateral bawah, jaringan kelenjar lebih sedikit jumlahnya dan paling
minimal terletak di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat
terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan gars aksillaris anterior menurun
hingga lipatan paha.
Sebuah artikel yang ditulis oleh Steofandi Fizari, C. SPd.I menjelaskan secara singkat
dan padat tentang berbagai kelenjar (organ dalam) pada payudara. Menurutnya, payudara
normal mengandung beberapa organ dalam (jaringan), yakni jaringan kelenjar, duktus,
jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, pembuluh limfa dan susunan saraf.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga diantara kulit dan kelenjar
tersebut, bisa jadi terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada jaringan ikat
yang disebut ligmentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu
dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan
memberi rangka payudara.
Untuk menjalankan kedua fungsi tersebut, pembuluh arteri dibantu oleh empat
kelenjar yang ada di dalam pembuluh arteri. Yaitu arteri mammaria interna, arteri
thorako-akromialis, arteri mammae eksternal, dan arteri thorako-dorsalis. Berikut cara
kerja keempat kelenjar tersebut:
a) Arteri mammaria interna. Arteri ini terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu
cabang I,II,III,IV dan V. cabang-cabang arteri mammaria interna tersebut
menembus di dinding dada, dekat pinggir sternum pada intercostal yang sesuai.
Kemudian, menembus minggu pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi
medial glandula mamma.
b) Arteri thorako akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara minggu pektoralis
minor dan minggu pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama mammaria pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma
bagian dalam (deep surface).
c) Arteri mammae eksternal. Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi
lateral minggu pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
d) Arteri thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari arteri
subskapularis. Arteri ini mendarahi minggu latissmus dorsi dan minggu
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan perdarahan pada
glandula mamma, tetapi sangat penting artinya karena pada tindakan radikal
masterktomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angel”.
Pada ujung paling akhir dari pembuluh arteri terdapat pembuluh darah yang
disebut pembuluh darah kapiler. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu
anyaman rumit di mana setiap mm jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000
kapiler darah.
Pembuluh darah vena terbagi menjadi dua, yakni pembuluh vena kava
anterior, yaitu pembuluh balik yang berasal dari bagian atas tubuh, dan
pembuluh vena kava pulmonalis, yaitu pembuluh balik yang berasal dari
bagian bawah tubuh.
a) Cabang-cabang perforantges vena mammaria interna. Vena ini
merupakan vena tersebar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena
ini bermuara pada vena mammaria interna yang kemudian bermuara
pada vea manominata.
b) Cabang-cabang vena aksillaris. Vena ini terdiri dari vena thorako-
akromialis, vena thoraklais lateralis, dan vena thorako-dorsalis.
c) Vena-vena kecil bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada vena vertebralis, kemudian bermuara pada azygos
(melalui vena-vena metastase dapat langsung terjadi di paru-paru).
3. Sistem Limfa pada Payudara
System limfa atau limfatik pada payudara melibatkan kinerja kelenjar getah
bening, yakni suatu kelenjar yang memegang peranan penting dalam mencegah
penyebaran atau perkembangan sel-sel kanker. Ahli bedah dan perintis terapi kanker
payudara, berpendapat bahwa kelenjar getah bening adalah suatu barrier pertahanan
bagi penyebaran sel-sel tumor. Diseminasi limfatik dari neoplasma ini ternyata
berjalan mengikuti suatu gaya aturan tertentu, sehingga mengjadikan kelenjar getah
bening itu sebagai suatu sumber penyebaran jauh.
Kelenjar getah bening terbagi menjadi tiga, yakni kelenjar getah bening aksilla,
kelenjar getah bening mammae interna, dan kelenjar getah bening di daerah tepi
medial kuadran medial bawah payudara. Berikut uraiannya:
a) Kelenjar getah being aksilla. Kelenjar getah bening aksilla ini mengalirkan
getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mammae, kuadran lateral
bawah, dan kuadran lateral atas payudara.
b) Kelenjar getah bening mammae interna. Saluran limfa ini mengalirkan getah
bening dari bagian dalam dan medial payudara. Dari kelenjar mammary
interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Sebagian akan bermuara pada vena kava dan sebagian akan bermuara ke
duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi
kanan).
c) Kelenjar getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vena epigastrica superior menembus
fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior
yang terletak di tepi atas diafragma, di atas ligamentum falsiform. Kelenjar
getah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum
falsiforme, dan bagian antero superior hepar. Dari kelenjar ini, limfa mengalir
melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
4. Susunan Saraf
Selain kelenjar-kelenjar atau pembuluh-pembuluh tersebut, di dalam payudara
juga terdapat system saraf yang tersusun sedemikian rupa. System saraf tersebut juga
memiliki peran yang cukup urgen dalam perkembangan dan pertumbuhan payudara.
Susunan saraf payudara berasal dari cabag yang bernama cutaneneous cervical
dan saraf thoracic spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneous dari cervical
plexus melewati bagian anterior dan berakhir di jajaran tulang tiga yang kedua.
Cabang-cabang ini menyuplai sensor ke bagian payudara atas, saraf thoracic spinal,
T3, T6 yang membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot pectoralis major
dekat sternum untuk menyuplai sensor ke bagian lateral payudara. Percabangan T2
memasuki bagian atas tubuh saraf intercostobrachial dan menyuplai sensor ke aksilla.
Susunan saraf areola dan putting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic yang
bercabang-cabang dengan bentuk membulat.
Namun secara morfologi, anantomi payudara dibagi menjadi dua, yakni kalang
payudara (areola mammae) dan putting susu.
1) Kalang Payudara (areola mammae)
Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan ileh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Peruahan
warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang
corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya
kehitaman, maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan, warna akan
menjadi lebih gelap dan akan menetap untuk selanjutnya. Jadi, tidak kembali
lagi seperti warna semula.
Payudara terdiri dari 15-25 lobulus. Masing-masing lobules terdiri dari 20-
40 lobulus. Selanjutnya, masing-masing lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan
masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus),
sehingga merupakan suatu pohon.
Fisiologi Payudara
Menurut Samsuhidajat (1997), payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi
oleh hormone. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progresteron yang diproduksi oleh ovarium dan hormone hipofisis menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Terkadang, timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan
nyeri, sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu iut,
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobules dan duktus alveolus berproliferasi, serta tumbuh duktus
baru. Sekresi hormone prolactin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke putting susu.
a. Perempuan Hamil
Menurut Roischa (2008), payudara membentuk struktur dan kelenjar internal yang
penting dalam menghasilkan susu selama kehamilan. Pada masa ini, terjadi peningkatan
prolactin (hormon hipofisis anterior) karena rangsangan dari peningkatan kadar estrogen.
Peningkatan kadar estrogen ini menyebabkan terjadinya duktus (saluran). Sedangkan,
peningkatan progresteron merangsang pembentukan lobules alveolus. Selain itu, terdapat
human chorionic somatomammotropin (suatu hormone peptide yang dikeluarkan oleh
plasenta) yang ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mammae (payudara) untuk
menghasilkan susu.
Air susu dihasilkan secara penuh oleh kelenjar mammae pada pertengahan
kehamilan. Namun, belum terjadi sekresi susu sampai persalinan.konsentrasi estrogen
dan progresteron yang tinggi ada pada tahap akhir masa kehamilan, yang bertugas
mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolactin pada sekresi susu.
Prolactin adalah stimulant utama bagi sekresi susu. Jadi, meskipun steroid-steroid
plasenta yang berkadar tinggi memicu perkembangan penghasilan susu di payudara,
steroi tersebut juuga menghambat kerja kelenjar-kelenjar sampai bayi lahir.
b. Perempuan menyusui
Menurut Roischia (2008), plasenta yang keluar setelah persalinan menjadi pemicu
laktasi. Laktasi didukung oleh dua hormone, yakni prolactin dan oksitosin. Fungsi
prolactin yaitu menghasilkan produksi air susu. Prolactin bekerja di epitel alveolus.
Sedangkan, oksitosin berperan dalam pengeluaran susu. Pengeluaran kedua hormone
tersebut dipicu oleh hisapan bayi pada putting. Penghisapan putting oleh bayi
merangsang ujung-ujung saraf sensorik di putting yang menimbulkan potensi aksi
menjalar ke hipotalamus. Adanya rangsangan di hipotalamus menyebabkan pengeluaran
oksitosin dari hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin ini menyebabkan terjadinya milk
let down (penyemprotan susu) dan proses itu terjadi selama bayi terus menyusui.
Sumber lain menyebutkn bahwa pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang
sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan berbagai macam hormone.
Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian.
a) Pembentukan kelenjar paudara
b) Pembentukan air susu. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang
masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu.
Refleks prolaktin. Pada akhir kehamilan, hormon prolaktim memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena
aktivitas prolactin dihambat oleh estrogen dan progresteron kadarnya tinggi.
Setelah partus, berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsi korpus
luteum, maka estrogen dan progresteron berkurang, ditambah dengan adanya
isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara akan
merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis,
hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang
memacu sekresi prolactin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolactin akan
merangsang hipofisis anterior, sehingga keluar prolactin. Hormone ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak. Pada saat tersebut, tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak, tetapi tidak menyusui, kadar prolactin
akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu menyusui, prolactin akan
meningkat dalam keadaan, seperti stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan putting susu.
Reflek let down. Bersama dengan pembentukan prolactin oleh hopofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang di lanjutkan ke
hipofisis posterior (neurohipofise) yang kemudian mengeluarkan oksitisin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus, sehingga terjadi
involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang
telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus, selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi.
Berbagai faktor yang meningkatkan let me down adalah melihat bayi,
mendengar suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan menyusui bayi.
Sedangkan, berbagai faktor yang menghambat refleks let me down adalah
stress seperti keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas.
c) Pemeliharana pengeluaran air susu
c. Perempuan Tidak Menyusui
Pada perempuan yang tidak menyusui, produksi susu akan berhenti. Sebab,
sekresi prolactin tidak di rangsang melalui penghisapan putting, sehingga tidk ada
rangsangan untuk menghasilkan air susu. Tanpa penghisapan, milk let down tidak akan
terjadi karena tidak adanya pengeluaran oksitosin.
d. Bentuk-Bentuk Payudara
Ternyata, bentuk payudara memiliki hubungan erat dengan kepribadiannya bentuk
payudara anda akan menentukan sedikit banyak kepribadian anda. Hal itu dinyatakan
oleh seksolog asal Italia, Piero Lorenzoni, dalam sebuah penelitian unik yang
dulakukannya. Menurutnya, bentuk payudara perempuan dapat menentukan
kepribadiannya. Piero mengategorikan kepribadian perempuan menurut payudara.
Berikut kategorinya:
1) Bentuk payudara melon. Biasanya perempuan dengan bentuk payudara menyerupai
buah melon memiliki kepribadian keibuan. Ia juga bijaksana dan senang dikagumi
2) Bentuk payudara oval. Perempuan dengan bentuk payudara oval menyerupai nanas
biasanya pintar. Mereka tipe wanita karier, namun sangat romantic. Para perempuan
ini juga setia, menjalin hubungan secara serius
3) Bentuk payudara grapefruit (jeruk bali). Bentuk payudara seperti jeruk bali
mencirikan bentuk wanita pemalu. Namun, ketika berhadapan dengan pasangannya,
ia berubah menjadi wanita erotis dan mampu memuaskan
4) Bentuk payudara kecil. Biasanya mereka berkepribadian lucu. Mereka bisa
menghibur orang disekitarnya dan sangat pintar. Mereka dapat membuat pasangannya
merasa sengang setiap saat
5) Bentuk payudara pear. Bentuk payudara seperti buah pear mencirikan pribadi
perempuan yang penuh cinta. Ia bisa menjadi sangat religious, tetapi disisi lain,
perempuan tipe ini juga tahu saat tepat untuk berselingkuh
Pernyataan tersebut juga diakui oleh Gan Gie Sian (GGS), pakai fisiognomi dari
zaman Tiongkok pada zaman abad pertengahan. Ia menuturkan bahwa payudara memiliki
banyak informasi tentang tabiat, sifat dan peruntungan seorang perempuan.
E. Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetic berkaitan
dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetic masih belum di ketahui.
Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa
diidentifikasi melalui beberapa factor resiko, factor ini penting dalam membantu
mengembangkan program pencegahan. Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60%
yang di diagnose kanker payudara tidak mempunyai factor resiko yang teridentifikasi kecuali
lingkungan hormonal mereka. Di masa kehidupan, wanita dianggap beresiko untuk
mengalami kanker payudara, namun mengidentifikasi factor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin di untungkan dari kelangsungan hidup yang harus
meningkat dan pengobatan dini (Price,A Sylvia. 2006).
Untuk dapat menegakkan diagnose kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya. Tumor/ neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri: proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menganggu fungsi jaringan normal dengan
meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal.
F. Manifestasi Klinis
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara
di sekitarnya.
1. Fase awal: asimtomatik
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit
- Tanda umum: benjolan/ penebalan pada payudara
- Tanda dan gejala lanjut :
a) Kulit cekung
b) Retraksi/ deviasi putting susu
c) Nyeri tekan/ raba
d) Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
e) Ulserasi pada payudara
- Tanda metastase:
a) Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
b) Batuk menetap
c) Anoreksia
d) BB turun
e) Gangguan pencernaan
f) Kabur
g) Sakit kepala
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding atau kulit disekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit
payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. Penemuan
dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan ditemukan jika sudah teraba oleh
pasien.
Tanda-tandanya:
a) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
b) Nyeri di daerah massa
c) Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
d) Edema dengan “peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk)
e) Pengelupasan papilla mammae
f) Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting, keluar cairan spontan, kadang disertai
darah
g) Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa factor yang jadi pertimbangan dokter sebelum memutuskan pengobatan yang
terbaik, yaitu stadium serta tingkat perkembangan kanker, kondisi kesehatan menyeluruh dari
penderita dan masa menopause. Jika terdekteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke
bagian tubuh lain, kanker payudara tidak bisa di sembuhkan. Jenis pengobatan yang akan
dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.
Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang hanya mengangkat tumor
dan operasi yang hanya mengangkat payudara secara menyeluruh (mastektomi). Operasi
plastik rekonstruksi biasanya dapat di lakaukan langsung setelah mastektomi. Untuk
menangani kanker payudara stadium awal, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi operasi
pengangkatan tumor dan radioterapi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan
mastektomi total.
4. Kemoterapi
Kemotrerapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi yang biasanya di terapkan
setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker dan kemoterapi sebelum operasi
yang di gunakan untuk mengecilkan tumor.kemoterapi biasanya mengunakan obat-obatan
antikanker. Beberapa jenis obat bisa diaplikasikan secara bersamaan. Jenis kanker dan
tingkat penyebaranya akan menentukan jenis obat yang di pilih serta kombinasinya.
Kemoterapi umunya di berikan melalui infus unuk pasien berobat jalan atau tanpa
menginap di rumah sakit. Dokter juga mungkin akan member obat dalam bentuk tablet
untuk di bahwa pulang. Namun, melakukan pengobatan kemoterapi sekarang ini, pasien
diharuskan menginap di rumah sakit. Hal ini di lakukan agar pemantauan terhadap
perkembangan pengobatan kemoterapi dapat berjalan dengan baik dan pasien mendapat
penanganan yang maksimal. Efek samping kemoterapi akan mempengaruhi sel-sel sehat
misalnya sel kekebalan tubuh. Tapi obat dari dokter biasanya bisa mencegah atau
mengendalikan sebagian efek samping.
Beberapa efek samping dari kemoterapi, antara lain:
- Hilangnya nafsu makan,
- Mual dan muntah,
- Sariawan atau sensasi perih dalam mulut,
- Rentan terhadap infeksi,
- Kelelahan dan
- Rambut rontok
Dokter akan menjelaskan efek samping dari semua pengobatan terhadap kesuburan
karena obat-obatan yang di gunakan dalam kemoterapi juga bisa menghambat produksi
hormone estrogen tubuh. Penderita yang belum mengalami menopause akan mengalami
menstruasi yang terhenti selama kemoterapi. Ovarium seharusnya akan kembali
memproduksi estrogen setelah pengobatan selesai. tetapi menopause dini juga bisa
terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun karena meraka mendekati usia rata-rata
menopause.
Jika bagian tubuh lainya sudah terkena penyebaran kanker payudara, kemoterapi
tidak bisa menyembukan kanker. Tetapi kemoterapi dapat mengecilkan tumor, gejala-
gejala, dan memperpanjang usia.
5. Radioterapi
Radioterapi adalah proses terapi untuk memusnakan sisa-sisa sel-sel kanker dengan
dosis radiasi yang terkendali. Proses ini biasanya diberikan sekitar bsatu bulan setelah
operasi dan kemoterapi agar kondisi tubuh dapat pulih terlebih dulu. Tetapi tidak semua
penderita kanker payudara membutukannya.
Sama seperti kemoterapi, prosedur ini juga memiliki efek samping, yaitu iritasi sehingga
kulit payudara perih, merah, dan beair, warna kulit paydara menjadi lebih gelap,
kelelahan berlebih serta limfedema (kelebihan cairan yang muncul di lengan akibat
tersumbatnya kelenjar geta bening di ketiak).
6. Terapi hormon untuk mengatasi kanker payudara
Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya di picu estrogen atau
progesterone alami (kanker positif reseptor-hormon), tetapi hormone digunakan untuk
menurunkan tingkat atau menghambat efek hormon tersebut. Langkah ini juga kadang di
lakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor agar mudah di angkat, tetapi ini
umunya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.
Jika kondisinya kurang sehat, penderita tidak akan bisa menjalani operasi,
kemoterapi, radioterapi. Karena itu, terapi hormone dapat menjadi aternatif sebagai
proses pengobatan tunggal. Durasi terapi hormon yang umunya di anjurkan adalah
maksimal lima tahun setelah operasi jenis terapi yang anda jalani tergantung pada usia
anda, jika anda telah mengalami menopause, tingkat perkemangan kanker, jenis hormone
yang memicu kanker, dan jenis pengobatan akan berbeda.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase adalah dua jenis obat yang biasanya di
gunakan dalam terapi hormone, tamoksifen dapat di minum dalam bentuk tablet atau cair
yang berfungsi untuk menghambat estrogen agar tidak mengikatkan diri pada sel-sel
kanker. Sedangkan penghambat enzim aromatase di anjurkan untuk penderita yang sdah
mengalami menopause karena fungsinya adalah untuk menghalangi kinerja aromatase,
yaitu substansi yang membantu produksi estrogen dalam tubuh setelh menopause.
Contoh penghambat enzim aromatase dalam bentuk tablet yang tersedia dan di
minum setiap hari adalah letrozol, eksemestan, dan anastrozol.
Tamoksifendan penghambat enzim aromatase dapat menyebabkan beberapa efek
samping yaitu mirip, antara lain sakit kepalah, mual, muntah serta sentasi rasa panas,
berkeringat, dan kemerahan pada wajah. Tetapi, tamoksefen memiliki efek samping
khusus, yaitu dapat menyebebkan perubahan siklus menstruasi pada penderita kanker
payudara.
7. Langkah ablasi atau ovarium
Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium untuk memproduksi
estrogen. Ablasi sendiri bisa di lakukan dengan operasi atau radioterapi. ablasi ovarium
akan menghentikan kinerja ovarium secara permanen dan memicu menoupause dini.
Supresi ovarium menggunakan agonis luteinizing hormonereleasing hormone (ALHRH)
yang bersama goserelin. Pemakaian obat ini akan menghentikan menstruasi untuk
sementara. Menstruasi akan kembali normal setelah proses pemakaian selesai. Bagi
penderita berusia mendekati usia menopause atau sekitar 45 tahun, menstruasi mereka
mungkin akan berhenti secara permanen meski pemakaian goselin sudah selesai,
Suntikan goselin di berikan sebulan sekali. Efek samping obat ini menyerupai masa
menopause seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur dan sentasi panas yang
disertai dengan jantung yang berdebar-debar
J. Komplikasi
K. Pencegahan
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokan dalam 3 kelompok besar, begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan agar orang hidup sehat melalui upaya menghindarkan diri darii keterpaparan
pada berbagai factor resiko. Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga
memperkecil factor resiko terkena kanker payudara
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap indiviidu. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan mammografi
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada Individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapn hidup penderita
DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas Zaviera. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta : Buku Biru
Savitri Astrid, dkk. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim.
Jakarta : EGC
Wijaya Andra, dkk. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika
Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengajar : Dr. Christian Lombogia, MARS
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Ivon A. Pattiasina
Linianda Wenben 15061099
Fiktoria Titirloloby 15061069
Zevanya Kumontoy 15061059
Hana Stela Ngantung 15061083
Yunita Rombot 15061201