Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE

A. Definisi

Sebuah catatan dalam Wikipedia menjelaskan bahwa yang di maksud dengan


kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak
terkendali. Selain itu, kanker payudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma
ganas yang berasal dari parenchyma.

Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol


karena perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara tua akan mati dan digantikan oleh sel baru
yang lebih ampuh, regenerasi sel ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara.

Pakar lain mengatakan bahwa kanker payudara adalah se-kelompok sel tidak
normal (abnormal) pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Akhirnya, sel-sel
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak di buang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian tubuh lainnya.
Metastase bisa terjadi pada kelejar getah bening (limfa), ketiak, ataupun diatas tulang
belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru-paru, hati, kulit, dan
bawah kulit (Erik.T,.2005) dikutib dalam buku lengkap kanker payudara (Putra Sitiatava
2015)
B. Etiologi

Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi payudara merupakan alat seks sekunder
yang selalu menerima rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada saat hamil,
dan laktasi (menyusui). Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas (Manuaba,2010)

Meskipun penyebab kanker payudara tidak diketahui, riset mengidentifikasi


sejumlah factor yang dapat meningkatkan resiko pada individu tertentu, yaitu meliputi :
1. Keluarga yang memiliki penyakit serupa
2. Usia yang makin bertambah
3. Tidak memiliki anak
4. Kehamilan pertama di atas usia 30 tahun
5. Periode menstruasi yang lebih lama (menstruasi pertama lebih awal atau menopause
lebih lambat)
6. Factor hormonal baik estrogen dan androgen (Anonim,2011)

C. Klasifikasi

Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara, yakni klasifikasi patologis dan klasifikasi
klinik.
 Klasifikasi patologik
a. Kanker putting payudara (Paget’s disease). Paget disease adalah betuk kanker
yang dalam taraf permulaan manefestasinya sebagai eksema menahan putting
susu, yang biasanya merah dan menebal
b. Kanker duktus laktiferus: papillary, comedo, adeno carcinoma dengan banyak
fibrosis, medullary carcinoma dengan infiltrasi kelenjar
c. Kanker dari lobules ini yang sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan
lobules yang membesar.
 Klasifikasi klinis
Seperti kanker pada umumnya, kanker payudara juga mempunyai tahapan atau stadium
yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara teresbut. Stadium kanker payudara
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Stadium 0
Pada stadium ini, kanker tidak atau belum menyebar keluar dari pembuluh atau
seluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lubola) susu pada payudara.
Stadium inilah yang disebut dengan karsinoma duktralin situ atau kanker yang tidak
infasif.
2. Stadium I (stadium dini)
Pada stadium ini, tumor masih sangar kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening. Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,5cm, dan tidak
terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak pada stadium I ini,
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk memeriksa ada atau
tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
3. Stadium II a
Pada stadium ini, pasien mengalami hal-hal sebagai berikut :
a. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2cm dan telah ditemukan pada titik-
titik pembuluh getah bening di ketiak (axillary limpb nodes)
b. Diameter tumor lebih dari 2cm, tapi tidak lebih dari 5cm. Belum menyebar ke
titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak; dan
c. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak
4. Stadium II b
Pada stadium II b ini, penderita kanker payudara akan mengalami atau berada pada
kondisi sebagai berikut;
a. Diameter tumor lebih lebar dari 2cm, tapi tidak lebih dari 5cm;
b. Telah menyebar pada titik-titik pembuluh getah bening ketiak; dan
c. Diameter tumor lebih lebar dari 5cm, tapi belum menyebar.
5. Stadium III a
Pada stadium ini, penderita payudara berada dalam kondisi sebagai berikut:
a. Diameter tumor lebih kecil dari 5cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak; dan
b. Diameter tumor lebih besar dari 5cm dan telah menyebar ke titik-titik pembuluh
getah bening ketiak
6. Stadium III b
Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan, dan bisa juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis
sebagai inflammatory breast cancer. Bisa jadi sudah meneybar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain
dari organ tubuh.
7. Stadium III c
Pada stadium ini, kondisinya hampir sama dengan stadium III b, tetapi kanker sudah
menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam group N3. Dengan kata
lain, kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah bening dibawah tulang
selangka.
8. Stadium IV
Pada tahap ini, kondisi pasien tentu sudah mencapai tahap parah yang sangat kecil
kemungkinannya bisa disembuhkan. Pada stadium ini, ukuran tumor sudah tidak bisa
ditentukan lagi dan telah menyebar atau bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti
pada tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya.
D. Anatomi dan Fisiologi

 Anatomi Payudara

Secara fisiologi, anatomi payudara terdiri dari beberapa jaringan organ dalam, yaitu
alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan.
Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksilla. Sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian sentral dan pengaliran ke kelenjar interpektoralis.

Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan dtarik melalui putting susu
yang masing-masing saling tegak lurus. Empat itu meliputi kuadran atas luar (supero lateral),
kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah
dalam (infero medial). Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero
lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal daripada
payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang
lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. Pada
kuadran media atas di lateral bawah, jaringan kelenjar lebih sedikit jumlahnya dan paling
minimal terletak di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat
terjadi disepanjang garis susu yang membentang dari lipatan gars aksillaris anterior menurun
hingga lipatan paha.

Sebuah artikel yang ditulis oleh Steofandi Fizari, C. SPd.I menjelaskan secara singkat
dan padat tentang berbagai kelenjar (organ dalam) pada payudara. Menurutnya, payudara
normal mengandung beberapa organ dalam (jaringan), yakni jaringan kelenjar, duktus,
jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, pembuluh limfa dan susunan saraf.

1. Jaringan Kelenjar, Duktus, dan Jaringan Penyokong


Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar rodier mengelilingi
putting. Setiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi begitu sampai di
belakang areola ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali pada ibu yang
dalam masa menyusui akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tidak berisi
dan mempunyai satu bukaan kea rah putting (duktus eksretorius). Setiap lobus dibagi
menjadi 50-57 lobus yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke
dalam duktus eksretarius lobus itu. setiap lobus ata ( sekelompok alveolus) yang
bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) akan bergabung dengan duktus lainnya
untk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika
saluran-saluran ini mendekati putting, saluran tersebut akan membesar untuk wadah
penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus). Kemudian, saluran-saluran itu
menyempit lagi, menembus putting, dan bermuara di atas permukaannya.

Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga diantara kulit dan kelenjar
tersebut, bisa jadi terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada jaringan ikat
yang disebut ligmentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu
dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan
memberi rangka payudara.

2. Pembuluh Darah atau Vaskularisasi Payudara


Pembuluh darah ialah bagian system sirkulasi dan berfungsi mengalirkan darah ke
seluruh tubuh. Secara garis besar, pembuluh darah dyang ada dalam tubuh manusia
dibagi menjadi dua, yakni arteri (pembuluh tapis) dan vena (pembuluh balik). Kedua
pembuluh ini berfungsi sebagai pengatur sirkulasi darah di dalam organ tubuh. Kedua
pembuluh darah tersebut memegang peranan penting karena bertugas membawah darah
keluar atau masuk ke jantung. Jadi, keduanya memiliki posisi yang sangat signifikan bagi
tubuh manusia.
Pembuluh darah arteri dan vena juga mengalirkan darah yang berada di dalam
payudara. Untuk mengetahui lebih jelas dan detail tentang kedua pembuluh tersebut,
berikut uraian lengkapnya.
1) Pembuluh Darah Arteri
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang
berdinding tebal dan kaku. Pembuluh darah arteri ini terbagi menjadi dua, yakni :
a) Aorta, yaitu pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri yang tugasnya
mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh, serta
b) Pulmonalis, yakni pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan dam bertugas
membawah darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian
tubuh menuju ke paru-paru.

Untuk menjalankan kedua fungsi tersebut, pembuluh arteri dibantu oleh empat
kelenjar yang ada di dalam pembuluh arteri. Yaitu arteri mammaria interna, arteri
thorako-akromialis, arteri mammae eksternal, dan arteri thorako-dorsalis. Berikut cara
kerja keempat kelenjar tersebut:
a) Arteri mammaria interna. Arteri ini terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu
cabang I,II,III,IV dan V. cabang-cabang arteri mammaria interna tersebut
menembus di dinding dada, dekat pinggir sternum pada intercostal yang sesuai.
Kemudian, menembus minggu pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi
medial glandula mamma.
b) Arteri thorako akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara minggu pektoralis
minor dan minggu pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama mammaria pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma
bagian dalam (deep surface).
c) Arteri mammae eksternal. Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi
lateral minggu pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
d) Arteri thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari arteri
subskapularis. Arteri ini mendarahi minggu latissmus dorsi dan minggu
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan perdarahan pada
glandula mamma, tetapi sangat penting artinya karena pada tindakan radikal
masterktomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angel”.

Pada ujung paling akhir dari pembuluh arteri terdapat pembuluh darah yang
disebut pembuluh darah kapiler. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu
anyaman rumit di mana setiap mm jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000
kapiler darah.

1) Pembuluh Darah Vena


Pembuluh balik atau vena adalah pembulh darah yang membawah darah
menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya,
terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding
pembuluhnya tipis dan tidak elastis. Jika diraba, denyut jantungnya tidak
terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup
ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katub
tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah
tidak memancar, tetapi merembes.

Pembuluh darah vena terbagi menjadi dua, yakni pembuluh vena kava
anterior, yaitu pembuluh balik yang berasal dari bagian atas tubuh, dan
pembuluh vena kava pulmonalis, yaitu pembuluh balik yang berasal dari
bagian bawah tubuh.
a) Cabang-cabang perforantges vena mammaria interna. Vena ini
merupakan vena tersebar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena
ini bermuara pada vena mammaria interna yang kemudian bermuara
pada vea manominata.
b) Cabang-cabang vena aksillaris. Vena ini terdiri dari vena thorako-
akromialis, vena thoraklais lateralis, dan vena thorako-dorsalis.
c) Vena-vena kecil bermuara pada vena interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada vena vertebralis, kemudian bermuara pada azygos
(melalui vena-vena metastase dapat langsung terjadi di paru-paru).
3. Sistem Limfa pada Payudara
System limfa atau limfatik pada payudara melibatkan kinerja kelenjar getah
bening, yakni suatu kelenjar yang memegang peranan penting dalam mencegah
penyebaran atau perkembangan sel-sel kanker. Ahli bedah dan perintis terapi kanker
payudara, berpendapat bahwa kelenjar getah bening adalah suatu barrier pertahanan
bagi penyebaran sel-sel tumor. Diseminasi limfatik dari neoplasma ini ternyata
berjalan mengikuti suatu gaya aturan tertentu, sehingga mengjadikan kelenjar getah
bening itu sebagai suatu sumber penyebaran jauh.

Kelenjar getah bening terbagi menjadi tiga, yakni kelenjar getah bening aksilla,
kelenjar getah bening mammae interna, dan kelenjar getah bening di daerah tepi
medial kuadran medial bawah payudara. Berikut uraiannya:
a) Kelenjar getah being aksilla. Kelenjar getah bening aksilla ini mengalirkan
getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mammae, kuadran lateral
bawah, dan kuadran lateral atas payudara.
b) Kelenjar getah bening mammae interna. Saluran limfa ini mengalirkan getah
bening dari bagian dalam dan medial payudara. Dari kelenjar mammary
interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Sebagian akan bermuara pada vena kava dan sebagian akan bermuara ke
duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi
kanan).
c) Kelenjar getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vena epigastrica superior menembus
fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior
yang terletak di tepi atas diafragma, di atas ligamentum falsiform. Kelenjar
getah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum
falsiforme, dan bagian antero superior hepar. Dari kelenjar ini, limfa mengalir
melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
4. Susunan Saraf
Selain kelenjar-kelenjar atau pembuluh-pembuluh tersebut, di dalam payudara
juga terdapat system saraf yang tersusun sedemikian rupa. System saraf tersebut juga
memiliki peran yang cukup urgen dalam perkembangan dan pertumbuhan payudara.

Susunan saraf payudara berasal dari cabag yang bernama cutaneneous cervical
dan saraf thoracic spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneous dari cervical
plexus melewati bagian anterior dan berakhir di jajaran tulang tiga yang kedua.
Cabang-cabang ini menyuplai sensor ke bagian payudara atas, saraf thoracic spinal,
T3, T6 yang membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot pectoralis major
dekat sternum untuk menyuplai sensor ke bagian lateral payudara. Percabangan T2
memasuki bagian atas tubuh saraf intercostobrachial dan menyuplai sensor ke aksilla.
Susunan saraf areola dan putting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic yang
bercabang-cabang dengan bentuk membulat.

Namun secara morfologi, anantomi payudara dibagi menjadi dua, yakni kalang
payudara (areola mammae) dan putting susu.
1) Kalang Payudara (areola mammae)
Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan ileh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Peruahan
warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang
corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya
kehitaman, maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan, warna akan
menjadi lebih gelap dan akan menetap untuk selanjutnya. Jadi, tidak kembali
lagi seperti warna semula.

Pada daerah ini, terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak dari


Montgomery yang membentuk tubercle dan akan membesar selama
kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara, terdapat
duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
2) Putting Susu
Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tapi berhubung adanya variasi
dan ukuran payudara, maka letaknya bervariasi. Pada tempat ini, terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-
ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, dan serat-serat
otot polos yang tersusun secara sirkuler,sehingga bila ada kontraksi, duktus
laktiferus akan padat dan menyebabkan puting susu ereksi. Sedangkan, serat-
serat oto yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.

Payudara terdiri dari 15-25 lobulus. Masing-masing lobules terdiri dari 20-
40 lobulus. Selanjutnya, masing-masing lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan
masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus),
sehingga merupakan suatu pohon.

Putting susu payudara memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda


pada setiap perempuan. Tetapi, perbedaan tersebut tidak mempengaruhi fungsi
utama putting susu. Secara morfologis (betuk luar), sebuah artikel
menyebutkan bahwa ada beberapa bentuk puting susu yang berbeda satu sama
lain. Berikut berbagai bentuk tersebut :
a) Sosis besar atau bologna. Putting besar yang berada ditengah areola
yang melebar hampir ke seluruh bagian payudara.
b) Dolar perak atau silver dollars. Putting sangat melesak ke dalam, rata
dengan areola, hingga seolah-olah payudaranya tanpa puting.
c) Sosis berbumbu atau pepperoni (‘Ronis). Putting dengan bentuk tidak
biasa dan seperti mengkerut, serta batas putting yang juga terlihat
aneh.
d) Babi buta atau blind pigs. Putting panjang menjutai ke bawah dengan
arah yang tidak jelas
e) Permen karet atau bubble gum. Putting ini terlihat seperti habis
dikunyah.
f) Rumah smurf atau smurf houses. Jika areola dan putting terlihat
menyembul seperti jamur.
g) Lesung pipit atau dimples. Putting yang justru cekung ke dalam.
Penghapus pensil atau pencil erasers. Putting dengan ujung silindris
sempurna. Bentuk penghapus pensil ini ada dua variasi. Pertama, Tart
‘N Tinys, yaitu salah satu variasi bentuk pencil eraser hanya lebih
kecil dan manis. Kedua, Lincoln Logs (alias hot dogs), yaitu variasi
lain pencil eraser, tetapi lebih panjang sering mencapai panjang 1,5
cm.
Permen kancing atau candy buttons. Putting tidak begitu menonjol
h) Hantu atau ghosts. Ketika anda tidak yakin dimana areola dan
payudara karena putingnya hilang.
i) Buah berry yang renyah atau crunchberries.

Menurut Naning Pranoto, berdasarkan pembagian anatomi payudara


tersebut, baik secara fisiologis maupun morfologi, dapat disimpulkan bahwa
struktur pembentuk payudara dari dalam maupun luar adalah sebagai berikut ;
a) Otot
b) Lemak
c) Saluran pengumpul
d) Saluran utama
e) Areola
f) Putting susu
g) Saluran susu
h) Kelenjar mammary (susu)
i) Tulang rusuk, dan
j) Dinding dada.

 Fisiologi Payudara
Menurut Samsuhidajat (1997), payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi
oleh hormone. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progresteron yang diproduksi oleh ovarium dan hormone hipofisis menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Terkadang, timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan
nyeri, sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu iut,
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobules dan duktus alveolus berproliferasi, serta tumbuh duktus
baru. Sekresi hormone prolactin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke putting susu.

Roischa (2008) mengelompokkan fisiologi payudara ke dalam empat kelompok, yakni


kelompok perempuan hamil, perempuan menyusui, perempuan tidak menyusui, dan bentuk-
bentuk payudara. Pada kelompok terakhir, ia lebih memfokuskan pembahasan pada bentuk
morfologi payudara.

a. Perempuan Hamil
Menurut Roischa (2008), payudara membentuk struktur dan kelenjar internal yang
penting dalam menghasilkan susu selama kehamilan. Pada masa ini, terjadi peningkatan
prolactin (hormon hipofisis anterior) karena rangsangan dari peningkatan kadar estrogen.
Peningkatan kadar estrogen ini menyebabkan terjadinya duktus (saluran). Sedangkan,
peningkatan progresteron merangsang pembentukan lobules alveolus. Selain itu, terdapat
human chorionic somatomammotropin (suatu hormone peptide yang dikeluarkan oleh
plasenta) yang ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mammae (payudara) untuk
menghasilkan susu.
Air susu dihasilkan secara penuh oleh kelenjar mammae pada pertengahan
kehamilan. Namun, belum terjadi sekresi susu sampai persalinan.konsentrasi estrogen
dan progresteron yang tinggi ada pada tahap akhir masa kehamilan, yang bertugas
mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolactin pada sekresi susu.
Prolactin adalah stimulant utama bagi sekresi susu. Jadi, meskipun steroid-steroid
plasenta yang berkadar tinggi memicu perkembangan penghasilan susu di payudara,
steroi tersebut juuga menghambat kerja kelenjar-kelenjar sampai bayi lahir.

b. Perempuan menyusui
Menurut Roischia (2008), plasenta yang keluar setelah persalinan menjadi pemicu
laktasi. Laktasi didukung oleh dua hormone, yakni prolactin dan oksitosin. Fungsi
prolactin yaitu menghasilkan produksi air susu. Prolactin bekerja di epitel alveolus.
Sedangkan, oksitosin berperan dalam pengeluaran susu. Pengeluaran kedua hormone
tersebut dipicu oleh hisapan bayi pada putting. Penghisapan putting oleh bayi
merangsang ujung-ujung saraf sensorik di putting yang menimbulkan potensi aksi
menjalar ke hipotalamus. Adanya rangsangan di hipotalamus menyebabkan pengeluaran
oksitosin dari hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin ini menyebabkan terjadinya milk
let down (penyemprotan susu) dan proses itu terjadi selama bayi terus menyusui.

Sumber lain menyebutkn bahwa pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang
sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan berbagai macam hormone.
Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian.
a) Pembentukan kelenjar paudara
b) Pembentukan air susu. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang
masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu.
 Refleks prolaktin. Pada akhir kehamilan, hormon prolaktim memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena
aktivitas prolactin dihambat oleh estrogen dan progresteron kadarnya tinggi.
Setelah partus, berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsi korpus
luteum, maka estrogen dan progresteron berkurang, ditambah dengan adanya
isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara akan
merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis,
hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang
memacu sekresi prolactin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolactin akan
merangsang hipofisis anterior, sehingga keluar prolactin. Hormone ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak. Pada saat tersebut, tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak, tetapi tidak menyusui, kadar prolactin
akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu menyusui, prolactin akan
meningkat dalam keadaan, seperti stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan putting susu.
 Reflek let down. Bersama dengan pembentukan prolactin oleh hopofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang di lanjutkan ke
hipofisis posterior (neurohipofise) yang kemudian mengeluarkan oksitisin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus, sehingga terjadi
involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang
telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus, selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi.
Berbagai faktor yang meningkatkan let me down adalah melihat bayi,
mendengar suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan menyusui bayi.
Sedangkan, berbagai faktor yang menghambat refleks let me down adalah
stress seperti keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas.
c) Pemeliharana pengeluaran air susu
c. Perempuan Tidak Menyusui
Pada perempuan yang tidak menyusui, produksi susu akan berhenti. Sebab,
sekresi prolactin tidak di rangsang melalui penghisapan putting, sehingga tidk ada
rangsangan untuk menghasilkan air susu. Tanpa penghisapan, milk let down tidak akan
terjadi karena tidak adanya pengeluaran oksitosin.

d. Bentuk-Bentuk Payudara
Ternyata, bentuk payudara memiliki hubungan erat dengan kepribadiannya bentuk
payudara anda akan menentukan sedikit banyak kepribadian anda. Hal itu dinyatakan
oleh seksolog asal Italia, Piero Lorenzoni, dalam sebuah penelitian unik yang
dulakukannya. Menurutnya, bentuk payudara perempuan dapat menentukan
kepribadiannya. Piero mengategorikan kepribadian perempuan menurut payudara.
Berikut kategorinya:
1) Bentuk payudara melon. Biasanya perempuan dengan bentuk payudara menyerupai
buah melon memiliki kepribadian keibuan. Ia juga bijaksana dan senang dikagumi
2) Bentuk payudara oval. Perempuan dengan bentuk payudara oval menyerupai nanas
biasanya pintar. Mereka tipe wanita karier, namun sangat romantic. Para perempuan
ini juga setia, menjalin hubungan secara serius
3) Bentuk payudara grapefruit (jeruk bali). Bentuk payudara seperti jeruk bali
mencirikan bentuk wanita pemalu. Namun, ketika berhadapan dengan pasangannya,
ia berubah menjadi wanita erotis dan mampu memuaskan
4) Bentuk payudara kecil. Biasanya mereka berkepribadian lucu. Mereka bisa
menghibur orang disekitarnya dan sangat pintar. Mereka dapat membuat pasangannya
merasa sengang setiap saat
5) Bentuk payudara pear. Bentuk payudara seperti buah pear mencirikan pribadi
perempuan yang penuh cinta. Ia bisa menjadi sangat religious, tetapi disisi lain,
perempuan tipe ini juga tahu saat tepat untuk berselingkuh

Pernyataan tersebut juga diakui oleh Gan Gie Sian (GGS), pakai fisiognomi dari
zaman Tiongkok pada zaman abad pertengahan. Ia menuturkan bahwa payudara memiliki
banyak informasi tentang tabiat, sifat dan peruntungan seorang perempuan.
E. Patofisiologi

Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetic berkaitan
dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetic masih belum di ketahui.
Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa
diidentifikasi melalui beberapa factor resiko, factor ini penting dalam membantu
mengembangkan program pencegahan. Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60%
yang di diagnose kanker payudara tidak mempunyai factor resiko yang teridentifikasi kecuali
lingkungan hormonal mereka. Di masa kehidupan, wanita dianggap beresiko untuk
mengalami kanker payudara, namun mengidentifikasi factor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin di untungkan dari kelangsungan hidup yang harus
meningkat dan pengobatan dini (Price,A Sylvia. 2006).

Untuk dapat menegakkan diagnose kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya. Tumor/ neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri: proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menganggu fungsi jaringan normal dengan
meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

a. Fase induksi: 15-30 tahun


Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat
merubah jaringan dysplasia menjadi tumor ganas.
b. Fase insitu: 5-10 tahun\
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di serviks
uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara.
c. Fase invasi: 1-5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membrane sel ke
jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah serta limfa
d. Fase desiminasi: 1-5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain

F. Manifestasi Klinis

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara
di sekitarnya.
1. Fase awal: asimtomatik
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit
- Tanda umum: benjolan/ penebalan pada payudara
- Tanda dan gejala lanjut :
a) Kulit cekung
b) Retraksi/ deviasi putting susu
c) Nyeri tekan/ raba
d) Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
e) Ulserasi pada payudara

- Tanda metastase:
a) Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
b) Batuk menetap
c) Anoreksia
d) BB turun
e) Gangguan pencernaan
f) Kabur
g) Sakit kepala

Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding atau kulit disekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit
payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. Penemuan
dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan ditemukan jika sudah teraba oleh
pasien.

Tanda-tandanya:

a) Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
b) Nyeri di daerah massa
c) Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
d) Edema dengan “peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk)
e) Pengelupasan papilla mammae
f) Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting, keluar cairan spontan, kadang disertai
darah
g) Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium meliputi:


- Morfologi sel darah
- LED
- Test fal marker (CEA) dalam serum/ plasma
- Pemeriksaan sitologis
b. Monografi : Menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan
pemeriksaan fisik
c. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound : Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatic,
respon pengobatan
d. Biopsy (aspirasi, eksisi) : Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan
- Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan :
a) Aspirasi biopsy (FNAP) Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan antar
kristik atau padat
b) True cut/ care biopsy Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy
mamografi untuk memandu jarum pada massa
e. Penanda tumor : Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein,
HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat
sebagai prognosis/ monitor terapeutik. Reseptor estrogen/ progesterone assay yang
dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang manipulasi
hormonal.
f. Tes skrining kimia: elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
g. Foto toraks
h. USG : USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan
padat.
i. Mammografi : Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan
daerah yang abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang
berudia diatas40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan
pada usia 50 tahun keatas mammogram dilakukan sekali/ tahun
j. Termografi : Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara
k. Staging (Penentuan Stadium Kanker) : stadium kanker pentung sebagai panduan
pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
- Stadium 0 : kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam
jaringan payudara yang normal
- Stadium I : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar
payudara
- Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIA : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke
struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.
- Stadium IIIB : tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara
atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding
dada dan tulang dada
- Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

H. Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa factor yang jadi pertimbangan dokter sebelum memutuskan pengobatan yang
terbaik, yaitu stadium serta tingkat perkembangan kanker, kondisi kesehatan menyeluruh dari
penderita dan masa menopause. Jika terdekteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke
bagian tubuh lain, kanker payudara tidak bisa di sembuhkan. Jenis pengobatan yang akan
dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.

Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang hanya mengangkat tumor
dan operasi yang hanya mengangkat payudara secara menyeluruh (mastektomi). Operasi
plastik rekonstruksi biasanya dapat di lakaukan langsung setelah mastektomi. Untuk
menangani kanker payudara stadium awal, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi operasi
pengangkatan tumor dan radioterapi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan
mastektomi total.

1. Operasi untuk menyelamatkan payudara


Ini adalah operasi pengangkatan tumor dimana paydara secara keseluruhan tidak
diangkat melainkan dibiarkan seutuh mungkin. Operasi ini meliputi pengangkatan tumor
beserta sedikit jaringan di sekitarnya sampai mastektomi parsial atau pengangkatan
seperempat bagian payudara (quadrantectomy).
Terdapat beberapa pertimbangan yang akan diangkat
Jumblah jaringan yang akan diangkat
 Kuantitas jaringan pada daerah sekitar tumor yang perlu diangkat
 Jenis, kuran, serta lokasi tumor, dan
 Ukuran payudara
Sejumlah jaringan sehat di sekitar tumor juga akan diangkat untuk memeriksa
keberadaan sel-sel kanker. Kemungkinan kanker akan kembali tumbuh sangat kecil jika
tidak terdapat sel-sel kanker dalam jaringan sehat itu. Tetapi jika sel-sel kanker di
temukan, lebih banyak jaringan perlu di angkat lalu radioterapi biasanya di tawarkan
untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

2. Mastektomi (pengangkatan payudara )


Proses operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, termasuk putting.
Penderita dapat menjalani mastektomi bersamaan dengan biopsy noda limfa sentinel jika
tidak ada indikasi penyebaran kanker pada kelenjar geta bening. Sebaiknya penderita di
anjurkan untuk menjalani proses pengangkatan kelenjar geta bening di ketiak jika kanker
sudah menyebar ke bagian itu.
3. Operasi plastic rekonstruksi
Ini adalah proses operasi untuk membuat payudara baru yang semirip mungkin
dengan payudara satunya. Operasi pembuatan payudara baru ini bisa di lakukan dengan
menggunakan implan payudara atau jaringan dari bagian lain tubuh.
Ada dua jenis operasi plastic rekonstruksi, yaitu:
 Operasi rekonstruksi langsung yang bisa dilakukan bersama mastektomi dan
 Operasi rekonstruksi berkala yang di lakukan beberapa waktu setelah mastektomi

4. Kemoterapi
Kemotrerapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi yang biasanya di terapkan
setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker dan kemoterapi sebelum operasi
yang di gunakan untuk mengecilkan tumor.kemoterapi biasanya mengunakan obat-obatan
antikanker. Beberapa jenis obat bisa diaplikasikan secara bersamaan. Jenis kanker dan
tingkat penyebaranya akan menentukan jenis obat yang di pilih serta kombinasinya.
Kemoterapi umunya di berikan melalui infus unuk pasien berobat jalan atau tanpa
menginap di rumah sakit. Dokter juga mungkin akan member obat dalam bentuk tablet
untuk di bahwa pulang. Namun, melakukan pengobatan kemoterapi sekarang ini, pasien
diharuskan menginap di rumah sakit. Hal ini di lakukan agar pemantauan terhadap
perkembangan pengobatan kemoterapi dapat berjalan dengan baik dan pasien mendapat
penanganan yang maksimal. Efek samping kemoterapi akan mempengaruhi sel-sel sehat
misalnya sel kekebalan tubuh. Tapi obat dari dokter biasanya bisa mencegah atau
mengendalikan sebagian efek samping.
Beberapa efek samping dari kemoterapi, antara lain:
- Hilangnya nafsu makan,
- Mual dan muntah,
- Sariawan atau sensasi perih dalam mulut,
- Rentan terhadap infeksi,
- Kelelahan dan
- Rambut rontok
Dokter akan menjelaskan efek samping dari semua pengobatan terhadap kesuburan
karena obat-obatan yang di gunakan dalam kemoterapi juga bisa menghambat produksi
hormone estrogen tubuh. Penderita yang belum mengalami menopause akan mengalami
menstruasi yang terhenti selama kemoterapi. Ovarium seharusnya akan kembali
memproduksi estrogen setelah pengobatan selesai. tetapi menopause dini juga bisa
terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun karena meraka mendekati usia rata-rata
menopause.

Jika bagian tubuh lainya sudah terkena penyebaran kanker payudara, kemoterapi
tidak bisa menyembukan kanker. Tetapi kemoterapi dapat mengecilkan tumor, gejala-
gejala, dan memperpanjang usia.

5. Radioterapi
Radioterapi adalah proses terapi untuk memusnakan sisa-sisa sel-sel kanker dengan
dosis radiasi yang terkendali. Proses ini biasanya diberikan sekitar bsatu bulan setelah
operasi dan kemoterapi agar kondisi tubuh dapat pulih terlebih dulu. Tetapi tidak semua
penderita kanker payudara membutukannya.
Sama seperti kemoterapi, prosedur ini juga memiliki efek samping, yaitu iritasi sehingga
kulit payudara perih, merah, dan beair, warna kulit paydara menjadi lebih gelap,
kelelahan berlebih serta limfedema (kelebihan cairan yang muncul di lengan akibat
tersumbatnya kelenjar geta bening di ketiak).
6. Terapi hormon untuk mengatasi kanker payudara
Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya di picu estrogen atau
progesterone alami (kanker positif reseptor-hormon), tetapi hormone digunakan untuk
menurunkan tingkat atau menghambat efek hormon tersebut. Langkah ini juga kadang di
lakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor agar mudah di angkat, tetapi ini
umunya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.

Jika kondisinya kurang sehat, penderita tidak akan bisa menjalani operasi,
kemoterapi, radioterapi. Karena itu, terapi hormone dapat menjadi aternatif sebagai
proses pengobatan tunggal. Durasi terapi hormon yang umunya di anjurkan adalah
maksimal lima tahun setelah operasi jenis terapi yang anda jalani tergantung pada usia
anda, jika anda telah mengalami menopause, tingkat perkemangan kanker, jenis hormone
yang memicu kanker, dan jenis pengobatan akan berbeda.

Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase adalah dua jenis obat yang biasanya di
gunakan dalam terapi hormone, tamoksifen dapat di minum dalam bentuk tablet atau cair
yang berfungsi untuk menghambat estrogen agar tidak mengikatkan diri pada sel-sel
kanker. Sedangkan penghambat enzim aromatase di anjurkan untuk penderita yang sdah
mengalami menopause karena fungsinya adalah untuk menghalangi kinerja aromatase,
yaitu substansi yang membantu produksi estrogen dalam tubuh setelh menopause.

Contoh penghambat enzim aromatase dalam bentuk tablet yang tersedia dan di
minum setiap hari adalah letrozol, eksemestan, dan anastrozol.
Tamoksifendan penghambat enzim aromatase dapat menyebabkan beberapa efek
samping yaitu mirip, antara lain sakit kepalah, mual, muntah serta sentasi rasa panas,
berkeringat, dan kemerahan pada wajah. Tetapi, tamoksefen memiliki efek samping
khusus, yaitu dapat menyebebkan perubahan siklus menstruasi pada penderita kanker
payudara.
7. Langkah ablasi atau ovarium
Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium untuk memproduksi
estrogen. Ablasi sendiri bisa di lakukan dengan operasi atau radioterapi. ablasi ovarium
akan menghentikan kinerja ovarium secara permanen dan memicu menoupause dini.
Supresi ovarium menggunakan agonis luteinizing hormonereleasing hormone (ALHRH)
yang bersama goserelin. Pemakaian obat ini akan menghentikan menstruasi untuk
sementara. Menstruasi akan kembali normal setelah proses pemakaian selesai. Bagi
penderita berusia mendekati usia menopause atau sekitar 45 tahun, menstruasi mereka
mungkin akan berhenti secara permanen meski pemakaian goselin sudah selesai,
Suntikan goselin di berikan sebulan sekali. Efek samping obat ini menyerupai masa
menopause seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur dan sentasi panas yang
disertai dengan jantung yang berdebar-debar

8. Terapi biologis dengan trastuzumab


Pertumbuhan sebagian jenis kanker payudara yang di picu oleh protein HER2 (hman
epidermal growth factor receptor 2) di sebut positif HER2. Selain menghentikan efek
HER2, terapi biologis juga membantu sistem imun untuk melawan sel-sel kanker. Jika
tingkat protein HER2 anda tinggi dan anda mampu menyalani terapi biologis,
trastuzumab mungkin akan dianjurkan oleh dokter untuk anda setelah kemoterapi.
Antibody berfungsi memusnakan sel-sel berbahaya seperti virus dan bakteri. Protein ini
di produkdi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh. Trastuzumab adalah jenis terapi
biologis yang dikenal sebagai antibody monoclonal. Antibody trastuzumab mengincar
dan memusnakan sel-sel kanker positif HER2.
Terapi ini tidak cocok untuk penderita dengan penyakit jantung seperti agina,tekanan
hipertensi, atau penyakit katub jantung. Jika memang di haruskan untuk menggunakan
trastuzumab, penderita harus menjalani pemeriksaan jantung secara rutin. Hal ini karena
trastuzumab dapat menyebabkan efek samping pada jantung. Efek samping lain dari
trastuzumab adalah alergi pada pemakaian awal yang menimbulkan gejala mual, sesak
napas, mengiggil, demam serta rasa nyeri dan sakit
I. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi: lokasi, karakteristik,


onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/eratnya nyeri
2. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi, dan terapi musik)
3. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan dan suara bising)
4. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
5. Bersihkan dengan normal saline/pembersihyang tidak beracun dengan tepat
6. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
7. Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada luka dengan tepat
8. Ajarkan pasien atau anggota keluarga pada prosedur perawatan luka
9. Kolaborasi pemberian salep yang sesuai dengan jenis lesi atau kulit
10. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian tubuh) disebabkan
adanya penyakit atau pembedahan, dengan cara yang tepat
11. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan yang akan meningkatkan
penampilan
12. Tentukan persepsi klien dan keluarga terkait dengan perubahan citra diri dan realitas
13. Meminta keluarga untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas

J. Komplikasi

Menurut Sjamsuhidayat (2004) komplikasi kanker payudara adalah


a) Gangguan Neurovaskuler
b) Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengorokan, vertebra, iga ,tulang panjang.
c) Fraktur patologi
d) Fibrosis payudara
e) Kematian
Menurut Breast kanker Indonesia 2017 Hospital Authority
Kanker payudara bisa menjadi fatal jika menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti paru-
paru, hati, otak, dll. Tindakan pengobatan juga bisa menyebabkan efek samping atau
komplikasi yang merugikan, termasuk:
1) Infeksi lika pasca operasi
2) Pasien yang yang kelenjar geta beningnya di ketiak di angkat mungkin akan
merasakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan kekakuan di bahu.
3) Pasien mastektomi yang oto-oto dinding di dadanya di angkat mungkin
akanmengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
4) Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa tidak nyaman
dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan
5) Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri karena
adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh.
6) Terapi yang ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan, namun bisa
mempengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang sangat jarang terjadi

K. Pencegahan

Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokan dalam 3 kelompok besar, begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan agar orang hidup sehat melalui upaya menghindarkan diri darii keterpaparan
pada berbagai factor resiko. Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga
memperkecil factor resiko terkena kanker payudara
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap indiviidu. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan mammografi
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada Individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapn hidup penderita
DAFTAR PUSTAKA

Hasdianah,dkk. 2014. Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta : Nuha Medika

Pamungkas Zaviera. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta : Buku Biru

Putra Sitiatava. 2015. Buku Lengkap Kanker Payudara. Yogyakarta : Laksana

Savitri Astrid, dkk. 2015. Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim.
Jakarta : EGC
Wijaya Andra, dkk. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika
Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengajar : Dr. Christian Lombogia, MARS

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMAE

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Ivon A. Pattiasina
Linianda Wenben 15061099
Fiktoria Titirloloby 15061069
Zevanya Kumontoy 15061059
Hana Stela Ngantung 15061083
Yunita Rombot 15061201

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2018

Anda mungkin juga menyukai