SIFILIS
Disusun Oleh :
G1A217007
SIFILIS
Oleh:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Clinical Science Session yang berjudul “Sifilis” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hendra Herman, Sp.U yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Anatomi
2.1.1. Genitalia Pria
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang tergantung
bebas. Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringan erektil yang dinamakan
bulbus penis dan crus penis dextra dan sinistra. Bulbus penis terletak di garis tengah
dan melekat pada permukaan bawah diafragma urogenital. Bulbus penis ditembus
oleh uretra dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus bulbospongiosus.
Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubicus dan permukaan
luarnya diliputi oleh musculuc ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri ke depan
sebagai corpus penis dan membentuk corpus spongiosum penis. Di anterior crus
penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus penis terletak berdampingan
membentuk corpus cavernosum penis.2
Corpus penis terdiri atas tiga jaringan erektil yang diliputi sarung fascia
berbentuk tubular (Fascia Buck). Jaringan erektil dibentuk dari dua corpora
cavernosa penis yang terletak di dorsal dan satu corpus spongiosum penis yang
terletak pada permukaan ventralnya. Pada bagian distal corpus spongiosum penis
melebar membentuk glans penis yang meliputi ujung distal corpora cavernosa
panis. Pada ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara uretra disebut
ostium urethrae externum. Preputium Penis merupakan lipatan kulit seperti
kerudung yang menutupi glans penis yang dihubungkan dengan glans penis oleh
lipatan yang terdapat tepat di bawah muara uretra, disebut frenulum preputii.2
Scrotum merupakan kantong kulit yang terletak di bagian bawah dinding
anterior abdomen dan berisi testis, epididymis, dan ujung bawah funiculus
spermaticus. Dinding scrotum terdiri atas lapisan kulit, fascia superficialis, fascia
Colles, fascia spermatica externa yang berasal dari aponeurosis musculus obliqus
abdomina abdominis externus, fascia cremasterica yang berasal dari aponeurosis
musculus obliqus internus, fascia spermatica interna yang berasal dari fascia
transversalis, dan tunica vaginalis.2
Urethra masculina panjangnya sekitar 8 inchi (20 cm) dan terbentang sari
colllum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum pada glans penis. Urethra
masculina dibagi menjadi tiga bagian yaitu pars prostatica, pars membranacea, dan
pars cavernosa. Urethra pars prostatica panjangnya 1 ¼ inchi (3 cm) dan berjalan
melalui prostat dari basis sampai apexnya. Bagian ini merupakan bagian yang
paling lebar dan paling dapat dilebarkan dari urethra. Urethra pars membranacea
panjangnya sekitar ½ inchi (1,25 cm), terletak di dalam diafragma urogenitale, dan
dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini merupakan bagian urethra
yang paling tidak bisa dilebarkan. Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 6
inchi (15,75 cm) dan dibungkus di dalam bulbus dan corpus spongiosum penis.
Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari seluruh urethra.
Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa
navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra
pars spongiosa distal dari diafragma urogenitale.2
2.2. Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi menahun dengan remisi dan eksaserbasi yang
disebabkan oleh Treponema Pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada
perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak
penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.1,3
2.3. Epidemiologi
Treponema pallidum merupakan bakteri patogen pada manusia.
Kebanyakan kasus infeksi didapat dari kontak seksual langsung dengan orang yang
menderita sifilis aktif baik primer ataupun sekunder. Penelitian mengenai penyakit
ini mengatakan bahwa lebih dari 50% penularan sifilis melalui kontak seksual.
Biasanya hanya sedikit penularan melalui kontak nongenital (contohnya bibir),
pemakaian jarum suntik intravena, atau penularan melalui transplasenta dari ibu
yang mengidap sifilis tiga tahun pertama ke janinnya. Prosedur skrining transfusi
darah yang modern telah mencegah terjadinya penularan sifilis.4
Angka sifilis di Amerika Serikat terus menurun sejak tahun 1990,
jumlahnya dibawah 40.000 kasus per-tahun. Sekitar 20% kasus adalah sifilis primer
atau sekunder dan sisanya adalah laten dan tertier. Center for Disease Control
(CDC) melaporkan hanya 11,2 kasus sifilis per 100.000 populasi pada tahun 2000
dan kasus-kasus ini terpusat di kota-kota besar dan wilayah tertentu. Angka
kejadian ini merupakan hasil laporan terendah sejak pelaporan kasus sifilis dimulai
(1941). Terjadi peningkatan kasus setiap tahun dari 2001-2009, meskipun angka
sifilis di Amerika Serikat menurun 89,7% dari tahun 1990-2000, kemudian terjadi
penurunan kasus pada tahun 2010. Angka kejadian sifilis tidak banyak berubah
ditahun 2011. Terjadi peningkatan kasus sifilis pada pria dari 3,0 menjadi 8,2 kasus
per 100.000 populasi (2001-2011), sedangkan pada perempuan terjadi peningkatan
kasus dari 0,8 menjadi 1,5 kasus per 100.000 populasi (2004-2008), menurun
menjadi 1,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2010 dan 1,0 kasus per 100.000
populasi di tahun 2011. Berdasarkan umur, angka kejadian tertinggi terjadi pada
usia 20-24 tahun yaitu 13,8 kasus per 100.000 populasi dan 25-29 tahun dengan
12,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2011.4
Penyebaran sifilis didunia telah menjadi masalah kesehatan yang besar dan
umum, dengan jumlah kasus 12 juta per-tahun. Hasil penelitian Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, 24 lapas dan rutan di Indonesia
dari 900 narapidana laki-laki dan 402 narapidana perempuan di tahun 2010,
didapatkan prevalensi sifilis 8,5% pada responden perempuan dan 5,1% pada
responden laki-laki.4
2.4. Etiologi
Penyebab penyakit sifilis adalah Treponema pallidum, 90% penularan
melalui hubungan seksual, penularan melalui hubungan non-seksual jarang. Sifilis
diklasifikasikan sebagai bawaan atau didapat. Masa inkubasi berkisar antara 10- 90
hari. Sifilis juga dapat diperoleh melalui transmisi bawaan pada bayi baru lahir dan
melalui transfusi darah, tetapi ini lebih jarang terjadi. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat
empat subspesies, yaitu Treponema pallidum pallidum, yang menyebabkan sifilis,
Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan yaws, Treponema pallidum
carateum,yang menyebabkan pinta dan Treponema pallidum endemicum yang
menyebabkan sifilis endemik (juga disebut bejel). Klasifikasi bakteri penyebab
sifilis adalah; Kingdom: Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas: Spirochaetes,
Ordo: Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema, Spesies:
Treponema pallidum, Subspesies: Treponema pallidum pallidum.1,4,5
2.5. Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis
kongenital dibagi menjadi stadium dini (sebelum dua tahun), stadium lanjut
(sesudah dua tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara,
yaitu secara klinis dan epidemiologis. Secara klinis dibagi menjadi tiga stadium,
yaitu Stadium I (SI), Stadium II (SII), dan Stadium III (SIII). Secara epidemiologis
menurut WHO dapat dibagi menjadi :1
- Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri dari SI, SII,
stadium rekuren, dan stadium laten dini.
- Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas
stadium laten lanjut dan SIII.
2.6. Patogenesis
Penularan sifilis biasanya melalui hubungan seksual (membran mukosa
vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu
yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
Treponema pallidum masuk dengan cepat melalui membran mukosa yang utuh dan
kulit yang lecet, kemudian kedalam kelenjar getah bening, masuk aliran darah,
kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh. Bergerak masuk keruang intersisial
jaringan dengan cara gerakan cork-screw (seperti membuka tutup botol). Beberapa
jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik meskipun gejala klinis dan serologi
belum kelihatan pada saat itu. Darah dari pasien yang baru terkena sifilis ataupun
yang masih dalam masa inkubasi bersifat infeksius. Waktu berkembangbiak
Treponema pallidum selama masa aktif penyakit secara in vivo 30-33 jam. Lesi
primer muncul di tempat kuman pertama kali masuk, biasa-nya bertahan selama 4-
6 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman
mengadakan multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang
terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat
sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat masuknya
kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum berada diantara
endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel yang
dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans). Kerusakan
vaskular ini mengakibatkan aliran darah pada daerah papula tersebut berkurang
sehingga terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini disebut chancre.4
Sifat yang mendasari virulensi Treponema pallidum belum dipahami
selengkapnya, tidak ada tanda-tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena
didalam dinding selnya tidak ditemukan eksotoksin ataupun endotoksin. Meskipun
didalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan
jaringan yang cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan
terbunuh oleh fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap dapat
bertahan di dalam sel makrofag dan di dalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya
sel endotel dan fibroblas. Keadaan tersebut dapat menjadi petunjuk mengapa
Treponema pallidum dapat hidup dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang
lama, yaitu selama masa asimtomatik yang merupakan ciri khas dari penyakit sifilis.
Sifat invasif Treponema sangat membantu memperpanjang daya tahan kuman di
dalam tubuh manusia.4
2.9. Tatalaksana
a. Sifilis Stadium Dini (Primer, Sekunder, dan Laten Dini, yang diperoleh < 1
tahun sebelumnya)
b. Stadium Laten Akhir (yaitu diperoleh > 1 tahun sebelumnya atau durasi yang
tidak diketahui), Sifilis Kardiovakuler dan Gummatous
Opsi Terapi Lini Pertama untuk Pengobatan Sifilis Stadium Dini (yaitu
diperoleh < 1 tahun sebelumnya):
Benzatin penisilin G (BPG) 2,4 juta unit IM dosis tunggal (atau 1,2 juta
unit di setiap pantat) Catatan: beberapa ahli merekomendasikan 2 dosis
BPG 2,4 juta unit (hari 1 dan 8) tapi ini tidak cukup bukti yang mendasari.
Pasien harus dijaga selama 30 menit pengamatan klinisnya setelah injeksi.1
d. Sifilis Kongenital
Opsi Terapi Lini Pertama:
Benzyl penicillin 150.000 unit / kg IV setiap hari (diberikan dalam dosis 6
setiap 4 jam) selama 10-14 hari1
Jika CSF normal: memeriksa usia1
1. Terapi lini pertama: BPG 50.000 unit / kg IM (dosis tunggal) sampai
dengan dosis dewasa 2,4 juta unit
2. Terapi lini kedua: penisilin Prokain 50.000 unit / kg IM setiap hari
selama 10-14 hari, yaitu jika BPG tidak tersedia.
BAB III
KESIMPULAN
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual yang kompleks, progresif
dengan banyak stadium disebabkan oleh infeksi bakteri spirochete Treponema
pallidum subspesies Pallidum. Penyebaran sifilis terutama disebabkan oleh
hubungan seksual, kontak lansung dengan lesi yang terinfeksi. Treponema pallidum
masuk dengan cepat melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet,
kemudian kedalam kelenjar getah bening, masuk aliran darah, kemudian menyebar
ke seluruh organ tubuh.1,4
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang. Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer,
sekunder, laten dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit
yang berbeda-beda dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula.4
Ada banyak pemeriksaan untuk mendiag-nosis sifilis secara langsung dan
tidak langsung. Belum ada uji tunggal yang optimal. Metode diagnostik langsung
termasuk pemeriksaan mikroskop dan amplifikasi asam nukleat dengan polymerase
chain reaction (PCR). Diagnosis secara tidak langsung berdasarkan uji serologi
untuk mendeteksi antibodi. Uji serologi dibagi dalam dua kategori yaitu uji
nontreponemal untuk skrining dan uji treponemal untuk konfirmasi. Uji
nontreponemal yang sering dilakukan dilaboratorium ialah uji VDRL dan RPR.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Sifilis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VII. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2015.
2. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi VI. Jakarta:
EGC; 2006.
3. Siregar RS. Atlas Berwarna Satipati Kulit Edisi II. Jakarta: EGC; 2004.
4. Efrida, Elvinawaty. Imunopatogenesis Treponema Pallidum dan Pemeriksaan
Serologi. Jurnal Kesehatan Andalas 2014; 3 (3): pg. 547-87.
5. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipoccrates; 2000.