Anda di halaman 1dari 62

Senin, 19 Maret 2018

Kelompok 1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA


“Pemilihan Media Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kebutuhan Peserta
Didik dan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk”

Tugas 6

Oleh :
Kelompok 1
Feby Aulyana (17175012)
Pendidikan Fisika A

Dosen:

Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S


Dr. Desnita, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat


dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemilihan Media Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kebutuhan Peserta Didik dan
Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk”. Dalam penyelesaian makalah ini
penulis banyak menemui kendala. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya
dosen pembimbing mata kuliah pengembangan media pembelajaran fisika, Ibu
Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Desnita, M.Si.
Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari
buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut.Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah yang
penulis tulis ini masih banyak kekurangan.Karena itu sangat diharapkan bagi
pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi
tercapainya makalah yang lebih baik.

Padang, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan............................................................................................... 3
D. Manfaat............................................................................................. 3
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 5
A. Landasan Pengembangan Media Pembelajaran Fisika .................... 5
1. Landasan Agama ......................................................................... 5
2. Landasan Yuridis ......................................................................... 7
3. Landasan Psikologis .................................................................... 7
B. Media Pembelajaran Fisika ............................................................. 9
C. Pemilihan Media Pembelajaran Fisika .......................................... 11
D. Potensi Peserta Didik.....................................................................24
1. Pengertian Potensi ..................................................................... 25
2. Jenis-jenis Potensi ..................................................................... 25
E. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ............................... 32
1. Pengertian Kecerdasan Majemuk .............................................. 32
2. Prinsip Umum Penerapan Kecerdasan Majemuk ...................... 35
3. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk .............................................. 36
4. Faktor-faktor yang Mempangaruhi Kecerdasan Majemuk........ 39
5. Langkah-Langkah Penerapan Kecerdasan Majemuk ................ 41
6. Desain Pelaksanaan Kecerdasan Majemuk ............................... 43
7. Dampak Teori Kecerdasan Majemuk ........................................ 44
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 45
A. Matriks Hubungan Pembelajaran berbasis Kecerdasan Majemuk
dengan Pemilihan Media dalam Pembelajaran Fisika................... 45
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 51
A. Kesimpulan .................................................................................... 51
B. Saran ............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan pendidikan. Hal ini menunjukan
bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah, lingkungan
keluarga atau lingkungan masyarakatnya sendiri. Belajar merupakan kegiatan
manusia untuk merubah dirinya dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari ke samaran
menjadi jelas, dan tentunya dalam proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas
dari pengaruh-pengaruh yang datang sebagai stimulus yang dapat merangsang
cepat atau lambatnya bahkan berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap anggota masyarakat dapat mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.
Media pembelajaran merupakan salah faktor penting dalam peningkatan
kualitas pembelajaran. Hal tersebut disebabkan adanya perkembangan teknologi
dalam bidang pendidikan yang menuntut efisiensi dan efektivitas dalam
pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang optimal,
salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mengurangi bahkan jika perlu
menghilangkan dominasi sistem penyampaian pelajaran yang bersifat verbalistik
dengan cara menggunakan media pembelajaran.
Sehubungan dengan penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, para
tenaga pengajar atau guru perlu cermat dalam pemilihan dan atau penetapan
media yang akan digunakannya. Kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan
media akan menunjang efektivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.
Disamping itu juga kegiatan pembelajaran menjadi menarik sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, dan perhatian siswa menjadi terpusat kepada topik
yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Kecermatan dan

1
ketepatan dalam memilih media pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti luas sempitnya pengetahuan dan pemahaman tenaga pengajar tentang
kriteria dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan serta prosedur pemilihan
media pembelajaran. Uraian berikut akan membahas hal-hal dimaksud agar kita
dalam memilihan media pembelajaran lebih tepat.
Pendidikan mengembangkan berbagai aspek kemampuan, salah satunya
adalah kecerdasan. Menurut Gardner, orang tidak memiliki satu inteligensi
umum, tetapi ditandai oleh serangkaian inteligensi. Bila semua kecerdasan
majemuk ini ditumbuhkan, dikembangkan dan dilibatkan dalam proses
pembelajaran, maka akan sangat meningkatkan efektivitas dan hasil
pembelajaran. Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai
taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi.
Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara
otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir
tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya
menekankan pada kemampuan logis-matematis dan linguistik saja. Kenyataan ini
senada dengan penelitian oleh Mulyadi (2011:4) seorang praktisi pendidikan anak,
bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik
hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem
pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-
mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas
tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, spasial, antarpribadi dan
intrapribadi, serta naturalis.
Sebagai pendidik, guru harus membimbing dalam arti menuntun sesuai
dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan peserta didik sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan. Maka dari itu, guru memegang peranan untuk
memahami keragaman kecerdasan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Oleh

2
karena itu dalam penyampaian materi pembelajaran penting bagi guru untuk
memahami media pembelajaran yang sesuai dengan keragaman kecerdasan
peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja landasan penggunaan media dalam pembelajaran fisika?
2. Apa saja Aspek-aspek yang diperlukan dalam pemilihan media pembelajaran
fisika berdasarkan kebutuhan peserta didik?
3. Bagaimana bentuk pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dalam
pembelajaran fisika?
4. Bagaimana hubungan media pembelajaran fisika terhadap kebutuhan peserta
didik?
5. Bagaimana hubungan media pembelajaran fisika terhadap kecerdasan
majemuk?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat menjelaskan landasan penggunaan media pembelajaran fisika
2. Dapat menjelaskan Aspek-aspek yang diperlukan dalam pemilihan media
pembelajaran fisika berdasarkan kebutuhan peserta didik
3. Dapat menganalisis pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk
4. Dapat menganalisis hubungan kebutuhan peserta didik dengan media
pembelajaran fisika
5. Dapat menganalisis Hubungan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk
dengan media pembelajaran fisika

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang media pembelajaran fisika.

3
2. Membantu mahasiswa memahami tentang media pembelajaran fisika yang
cocok digunakan sesuai dengan teori belajar dan teori perkembangan peserta
didik.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan media
pembelajaran Fisika, program studi magister pendidikan Fisika Universitas
Negeri Padang.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran


1. Landasan Agama
Kehujjahan Al-Qur’an dapat dibenarkan karena ia merupakan sumber segala
macam aturan tentang hukum, sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, moral,
dan sebagainya, yang harus dijadikan pandangan hidup bagi seluruh umat islam
dalam memecahkan seluruh persoalan. Pendidikan yang ideal harus sepenuhnya
mengacu pada pada nilai dasar Al-Qur’an karena Al-Qur’an diantaranya memuat
tentang sejarah pendidikan. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW berupa perintah tentang membaca dan hal tersebut sangat jelas
kaitannya dengan pendidikan yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5.

َ ‫اْل ْن‬
َ‫سان‬ َ .‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬
ِ ْ ‫علَّ َم‬ ْ ‫ اَلَّ ِذ‬.‫ اِ ْق َرا ْء َو َربكَ ْاْل َ ْك َرم‬.‫ق‬
َ ‫ي‬ ٍ َ‫سانَ ِم ْن َعل‬
َ ‫اْل ْن‬ ْ ‫اِ ْق َرا ْء ِباس ِْم َر ِبكَ الَّ ِذ‬
ِ ْ َ‫ َخلَق‬. َ‫ي َخلَق‬
) 5-1 :‫َما لَ ْم َي ْعلَ ْم (العلق‬
Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-Mulah
yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan
kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya(QS.Al-‘Alaq: 1-5)
Sejarah belajar dalam islam yang dikisahkan dalam Al-Qur’an sebagai
bentuk bahwa agama merupakan landasan utama bagi pendidikan. Kisah Nabi
Adam AS sebagai manusia pertama yang merintis proses pengajaran (ta’lim) pada
anak cucunya, seperti pengajaran tentang asma’ (nama-nama) benda. Yang
berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30-31.
)31 :‫ (البقرة‬. َ‫آلء ا ِْن ك ْنت ْم ص ِدقِيْن‬ ِ ‫ضه ْم َعلَى ْال َمآلئِ َك ِة فَقَا َل ا َ ْنبِئ ْونِ ْي بِأ َ ْس َم‬
ِ ‫اء هؤ‬ َ ‫َو َعلَّ َم آدَ َم ْاْلَسْمآ َء كلَّ َها ث َّم َع َر‬
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu
berfirman, “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar (QS. Al-Baqarah: 31)
Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan
suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media
pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran dapat

5
berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi
belajar. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru perlu dilandasi
langkah-langkah dengan sumber ajaran agama, sesuai firman Allah SWT
dalam Surah An-Nahl ayat 44, yaitu:

Artinya: “Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan


pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan”.
Demikian pula dalam masalah penerapan media pembelajaran, pendidik
harus memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan anak didik, karena faktor
inilah yang justru menjadi sasaran media pembelajaran. Tanpa memperhatikan
serta memahami perkembangan jiwa anak atau tingkat daya pikir anak didik, guru
akan sulit diharapkan untuk dapat mencapai sukses.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 125 yaitu:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”
Dalam Tafsir Al-Qur’an Hidayatul Insan, disebutkan:
Jalan Tuhanmu; Yang lurus; yang di dalamnya mengandung ilmu yang
bermanfaat dan amal yang shaleh. Hikmah artinya tepat sasaran, yakni dengan
memposisikan sesuatu pada tempatnya. Termasuk ke dalam hikmah
menyesuaikan media pembelajaran dengan keragaman kecerdasan peserta didik.
Dari tafsir di atas dapat dinyatakan bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran harus mempertimbangkan aspek pesan yang disampaikan adalah
positif, dan bahasa yang santun sebagai sarana penyampai pesan, dan jika
dibantah pun seorang pendidik harus menjelaskannya dengan bahasa yang

6
logis, agar peserta didik dapat menerima dengan baik. Dengan demikian, media
dalam penyampaian pesan di sini adalah bahasa lisan sebagai pengantar pesan

2. Landasan Yuridis
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor
20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam
undang-undang tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional guru sebagai fasilitator harus inovatif dalam proses
pembelajaran, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat bahan
ajar. Bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak dan non cetak dan media Presentasi
Power Point merupakan bahan ajar noncetak. Selanjutnya Kemendiknas 2010
menyatakan bahwa bahan ajar non cetak atau media Presentasi dikembangkan
memberikan kontribusi positif dalam hal : (1) membantu terjadinya proses
pembelajaran dan pengembangan kompetensi (2) memberikan pengalaman yang
nyata dan real (3) memotivasi adanya tindakan (action).
3. Landasan Psikologis
Landasan psikologi ialah alasan atau rasional mengapa media pembelajaran
dipergunakan ditinjau dari kondisi pelajar dan bagaimana proses belajar itu

7
terjadi. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas hasil pembelajaran peserta didik. Namun, diantara faktor-
faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu
adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka
ketepatan pemilihan media akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik. Oleh sebab itu, pemakaian media dalam pendidikan sangat berkaitan
dengan perkembangan psikologi belajar peserta didik. Pada hakikatnya, tujuan
pendidikan, termasuk pengajaran adalah diperolehnya perubahan tingkah laku
individu. Perubahan tingkah laku itu wujud dari hasil belajar. Hal terpenting
dalam proses belajar peserta didik dilihat dari psikologis tentunya adanya
keinginan atau motivasi dan kebutuhan dari pesrta didik itu sendiri. Selain,
keinginan yang kuat, motivasi dalam diri sendiri dan lingkunganya tentu akan
menambah semangat peserta didik, serta dengan adanya kesadaran kebutuhan
bahwa pendidikan dalam hidup itu diperlukan.
Dalam perkembangannya, belajar tidak bisa dipisahkan dari aspek
psikologis. Karena belajar merupakan bagian dari pendidikan maka psikologi
pendidikan pun menjadi teori belajar yang dapat diterapkan. Ada beberapa aliran
psikologi pendidikan yang cukup populer antara lain ;
a. Psikologi Behavioristik
Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini antara lain J.B. Watson, E.L Torndike
dan B F. Skinner. Dalam eksperimenya terhadap tingkah laku binatang berhasil
merumuskan teori dengan menggeneralisasikan bahwa perilaku atau tingkah laku
menjadi indikator utama bagi seseorang melakukan kegiatan (belajar). Ia tidak
memperhatikan keadaan “dalam” seseorang ketika melakukan kegiatan tersebut.
Para behaviorist memandang orang yang memberikan responsnya terhadap
lingkunganya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
mereka. Perilaku binatang yang menjadi parameter dalam teorinya seolah- olah
manusia memiliki sifat seperti binatang, yang gampang terangsang dan
mengumbar hawa nafsunya. Oleh karena itu, karena teori ini hanya

8
mengedepankan tingkah laku sebagai indikator dalam belajar, maka muncullah
teori baru yang menolak, yaitu cognitifisme.
b. Psikologi Cognitifisme
Pendukung teori ini antara lain adalah J.Bunner, d. Ausubel dan Jean Piaget.
Dalam teori ini ranah kognitif lebih merupakan faktor penggerak utama seseorang
melakukan kegiatan belajar. Faktor penggerak utama seseorang melakukan
kegiatan belajar. Memang kebanyakan orang mengandalkan rasionalitasnya ketika
berhadapan dengan kegiatan belajar. Tidak salah ketika ada keluhan bahwa
pelajaran tertentu telah menguras otak. Juga tidak keliru ketika nilai matematika
seseorang siswa sembilan dikatakan cerdas, otakencer (orang yang intelejensinya
tinggi). Namun kemudian tingkat kecerdasan seseorang tidak bisa hanya dilihat
dari satu sudut pandang saja. Orang sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan
kemampuan kognitifnya saja untuk bisa menjadi lebih cerdas dalam dimensi yang
lain.
c. Psikologi Humanistik
Teori ini merupakan gabungan dari teori Behaviorisme dan
cognitifistime.Tokohnya diantaranya maslow, JJ. Rousseau dan Carl Rogers.
Psikologi yang lebih tepat disebut sebagai gerakan, atau dalam bahasa Maslow “ a
third force ” (dimensi ketiga) ini mengakar pada satu aliran filsafat modern, yakni
eksistensialisme yaitu menolak paham yang menempatkan manusia semata- mata
sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Mereka percaya bahwa setiap individu
memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau
wujud dari keberadaanya,serta tanggung jawab atas pilihan dan keberadaanya itu.

B. Media Pembelajaran Fisika


Fisika sebagai suatu ilmu yang mempelajari fenomena alam mencakup
materi yang ekstrem yang sulit dalam penyampaian kepada siswa. Sehingga
dibutuhkan media untuk penyampaian materinya. Sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran juga dapat mempermudah siswa dalam menyerap setiap
pelajaran yang diberikan gurunya. Media pembelajaran merupakan salah satu
komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar (Sunarno, 1998).

9
Pada proses pembelajaran guru biasanya menggunakan alat uji seperti instrumen
alat fisika sederhana. Misalnya saja dalam pelajaran fisika yang membahas
tentang lensa. Guru akan menunjukkan lensa pada siswa untuk
memperaktekannya. Saai ini, media pembelajaran telah berkembang dengan
adanya komputer. Komputer termasuk salah satu media pembelajaran.
Penggunaan komputer dalam pembelajaran merupakan aplikasi teknologi dalam
pendidikan. Pada dasarnya teknologi dapat menunjang proses pencapaian tujuan
pendidikan.
Dalam pembelajaran fisika media pembelajaran yang dapat diberikan dapat
berupa bentuk cetak, gambar dan electronic learning. Ketiga media baik
digunakan dalam memberikan pelajaran fisika pada peserta didik, karena tanpa
adanya media pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan baik.
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”
yang secara harfiah berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’ yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Menurut
Sanaky (2010: 3) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan, sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang
berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.Sementara,
Murshall McLuhan (dalam Oemar Hamalik, 2003: 201) berpendapat bahwa media
adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain
yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan ini,
media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film dan telepon, bahwa jalan
raya dan jalan kereta api merupakan media yang memungkinkan seseorang
berkomunikasi dengan orang lain.
Muhson (2010: 3) menyatakan media pembelajaran merupakan “perangkat
lunak” (Software) yang berupa pesan atau informasi pendidikan yang disajikan
dengan memakai suatu peralatan bantu (Hardware) agar pesan/informasi tersebut
dapat sampai kepada peserta didik. Sedangkan Sanaky (2011:4) menyatakan
media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai
perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi

10
mencapai tujuan tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Oemar Hamalik membedakan
pengertian media pembelajaran menjadi dua yaitu dalam arti sempit dan dalam
arti luas. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat
digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan
dalam artian luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang
kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat sederhana, seperti slide, fotografi,
diagram, dan bagan buatan guru, objek-objek nyata, serta kunjungan ke luar
sekolah. Sejalan dengan pandangan itu, guru-guru pun dianggap sebagai media
penyajian, di samping radio dan televisi karena sama-sama membutuhkan dan
menggunakan banyak waktu untuk menyampaikan informasi kepada siswa.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran fisikaadalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan materi pelajaran fisika dari guru ke peserta didik ataupun sebaliknya
sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik
sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

C. Pemilihan Media Pembelajaran Fisika


Pemilihan media dan sumber belajar merupakan komponen dari sistem
instruksional secara keseluruhan. Oleh sebab itu, meskipun tujuan dan isinya
sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti siswa, strategi belajar mengajar,
organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur
penilaiannya perlu dipertimbangkan.
Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk
memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah dijadikan acuan
utama pemilihan dan penggunaan suatu media. Penggunaan berbagai media dalam
satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau
hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan instruksional yang
sedang berlangsung.
Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan
instruksional), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. Penggunaan beberapa
media sekaligus akan dapat membingungkan siswa. Penggunaan multimedia tidak

11
berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih
untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. Kebaikan
dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkretan dan keabstrakannya.
Media yang konkret, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi
media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
Sudono (2000) mengatakan, dalam pemilihan dan pemanfaatan media
pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah media pembelajaran untuk
perkembangan emosi dan social anak, motorik halus, motorik kasar, berbahasa,
persepsi penglihatan (pengamatan dan ingatan), persepsi pendengaran, dan
keterampilan berpikir.
1. Kriteria Pemilihan Umum
Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
media. Namun demikian secara teoritik bahwa setiap media memiliki kelebihan
dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektifitas program
pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji
media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan
sangat dipengaruhi beberapa kriteria sebagai berikut.
a. Kesesuaian dengan Tujuan (Instructional Goals)
Pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah
dirumuskan. Maka pemilihan media hendaknya menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan tersebut . media dipilih berdasarkan tujuan
intruksional yang telah di tetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu
atau dua dan tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan yang
dirumuskan ini adalah kriteria yang paling pokok, sedangkan tujuan pembelajaran
yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.
b. Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran (Instructional Content)
Yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program
pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan
tersebut, sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian
kita dapat mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan
tersebut.

12
c. Kesesuaian dengan Karakteristik Pembelajar / Siswa
Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru.
Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Hal lainnya
karakteristik siswa, baik secara kuantitatif ataupun kualitatif (kualitas, cirri, atau
kebiasaan lain) dari siswa terhadap emdia yang akan digunakan. Terdapat media
yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak cocok untuk siswa yang lain.
Misalnya seorag guru tidak akan menggunakan media video atau film, walaupun
media tersebut secara umum dipandang baik apabila akan diajarkan pada siswa
yang memiliki gangguan pada indra penglihatannya. Selain pertimbangan
tersebut, perlu juga diperhatikan aspek kemampuan awal siswa, budaya maupun
kebiasaan siswa. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari respon negatif
siswa, serta kesenjangan pemahaman yang dimiliki peserta didik sebagai hasil
belajarnya dengan isi materi yang terdapat pada media tersebut.
d. Kesesuaian dengan Teori
Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media yang
dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap satu media yang dianggap paling
disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari
penelitian dan riset sehingga telah terujui validitasnya. Pemilihan media bukan
pula karena alasan selingan atau hiburan semata. Melainkan media harus
merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran, yang fungsinya
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
e. Kesesuaian dengan Gaya Belajar Siswa
Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar
dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. Bobi Deporter (1999:117)
mengemukakan terdapat tiga gaya belajar siswa yaitu tipe visual, auditorial dan
kinestetik. Siswa yang memiliki tipa visual akan mudah memahami materi jika
media yang digunakan adalah media visual seperti TV, video, grafis, dan lain-lain.
Berbeda dengan siswa auditif, lebih menyukai cara belajar dengan mendengarkan
disbanding menulis dan melihat tayangan. Tipe kinestetik lebih suka melakukan
dibandingkan membaca dan mendengarkan.

13
f. Kesesuaian dengan Kondisi Lingkungan, Fasilitas Pendukung, dan Waktu
Luang yang Tersedia. Bagaimana bagusnya sebuah media, apabila tidak
didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia maka kurang efektif.

2. Kriteria Khusus Pemilihan Media


Sejumlah criteria khusus dalam memilih media pembelajaran yang tepat
dapat dirumuskan dari kata ACTION yaitu access, cost, technology, interactivity,
organization, dan novelty.
a. Access
Kemudahan access menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan
oleh siswa? Misalnya kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke
internet? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah siswa
diizinkan untuk menggunakannya? Murid harus memperoleh akses. Dalam hal
ini media harus merupakan bagian dalam interaksi dan aktivitas siswa, bukan
hanya guru yang menggunakan media tersebut.
b. Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat menjadi
pilihan kita, pada umumnya media canggih pada umumnya mahal. Namun
mahalnya biaya itu harus dihitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak
yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
Media yang efektif tidak selalu mahal, jika guru kreatif dan menguasai betul
materi pelajaran maka akan memanfaatkan objek-objek untuk dijadikan
sebagai media dengan biaya yang murah namun efektif.
c. Technology
Mungkin saja kita tertarik pada satu media tertentu. Tapi kita perlu
memperhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audiovisual di kelas. Perlu
dipertimbangkan apakah ada listrik, voltase listrik cukup dan sesuai?
d. Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang dikembangkan memerlukan
media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Jadikan media itu
sebagai alat bantu siswa dalam beraktivitas, misalnya puzzel untuk anak SD,

14
siswa dapat menggunakannya sendiri, menyusun gambar hingga lengkap,
flash card dapat dikondisikan dalam bentuk permainan dan semua siswa
terlibat baik secara fisik, intelektual maupun mental.
e. Organization
Pertimbangan yang juga penting adakah dukungan organisasi. Misalnya
apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya. Apakah di sekolah ini tersedia satu unit yang disebut
pusat sumber belajar?
f. Novelty
Kebaruan dari media yang dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Media
yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa. Diantara
media yang relatif baru adalah media yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi khususnya penggunaan internet.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Fisika yang Sesuai Perkembangan


Peserta Didik
Media pembelajaran Fisika yang sesuai dengan perkembangan peserta didik
SMP dan SMA adalah sebagai berikut.
a. Visual
Secara garis besar, unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas
garis, bentuk, warna dan tekstur (Arsyad, 1997). Untuk memberi kesan
penekanan, juga untuk membangun kemenarikan dan keterpaduan, bahkan dapat
mempertinggi realisme dan menciptakan respon emosional diperlukan warna.
Sementara, tekstur digunakan untuk memberikan kesan kasar dan halus, juga
untuk menambah penekanan sebagaimana halnya warna. Dalam mengembangkan
sebuah media pembelajaran, perlu diperhatikan beberapa prinsip agar media
tersebut memberikan pengaruh efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Arsyad (1997) menyatakan simbol pesan visual hendaknya memiliki prinsip
kesederhanaan, keterpaduan dan penekanan.
1) Media Visual Non Elektronik
Media visual non elektronik merupakan jenis media yang sering digunakan
dalam pembelajaran karena penggunaannya sederhana, tidak memerlukan banyak

15
kelengkapan dan relatif tidak mahal. Media visual non elektronik dapat
menerjemahkan ide abstrak menjadi lebih realistik. Beberapa jenis media visual
non elektronik yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain: benda
realita (real object) atau benda nyata, media peraga dan eksperimen, media grafis
serta media pajang.
a) Benda Realita (Benda Nyata)
Benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh
peserta didik sehinga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Benda
tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas ketika proses pembelajaran
berlangsung, tetapi siswa dapat melihat langsung ke lokasi obyek. Sebagai contoh,
untuk mempelajari pesawat sederhana, contoh dari pesawat sederhana, siswa bisa
mengamatinya langsung contoh pesawat sederhana, misalnya jungkat-jangit,
katrol, benda miring dan sebagainya.
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber
belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam
ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung
(observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam
kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi,
tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya.
Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh,
dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali
sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang
tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari
karakteristik berbagai jenis batuan, siswa diajak melakukan study wisata ke
daerah sungai ataupun pegunungan. Pada kegiatan tersebut siswa diminta
mengumpulkan berbagai jenis batuan dan menjabarkan ciri-ciri ataupun
karakteristik berbagai jenis batuan yang ditemukan. Selain observasi dalam
kondisi aslinya, penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi. Modifikasi
media realia berupa: potongan benda (cutaways), benda contoh (specimen), dan
pameran (exhibid). Cara potongan (cutaways) adalah benda sebenarnya tidak
digunakan secara utuh atau menyeluruh, tetapi hanya diambil sebagian saja yang

16
dianggap penting dan dapat mewakili aslinya. Benda contoh (specimen) adalah
benda asli tanpa dikurangi sedikitpun yang dipakai sebagai contoh untuk mewakili
karakter dari sebuah benda dalam jenis atau kelompok tertentu. Misalnya
beberapa dari jenis batuan tertentu dihadirkan untuk diamati di dalam kelas.
Pameran (exhibit) menampilkan benda benda tertentu yang dirancang seolah olah
berada dalam lingkungan atau situasi aslinya.
Pembelajaran menggunakan benda realia, selain dapat menjadikan peserta
didik lebih dekat dengan alam, juga merupakan experimental learning yang
menanamkan pengalaman-pengalaman belajar peserta didik selama proses
pembelajaran. Alam akan membuka cakrawala pandang lebih luas. Kegiatan ini
juga diharapkan dapat menjalin keselarasan antara materi pembelajaran dengan
alam sekitar. Sehingga, dengan menggunakan benda realia ini, dapat memenuhi
salah satu tujuan pembelajaran fisika, yaitu membentuk sikap positif terhadap
fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
b) Media Peraga dan Eksperimen
Media peraga dapat berupa alat-alat asli atau tiruan dan biasanya berada di
laboratorium. Media ini biasanya berbentuk model dan hanya digunakan untuk
menunjukkan bagian-bagian dari alat yang asli dan prinsip kerja dari alat asli
tersebut.
Di samping media peraga terdapat pula media eksperimen yang berupa alat-
alat asli yang biasanya digunakan untuk kegiatan praktikum. Perbedaan antara
media peraga dengan media eksperimen antara lain:
(1) Alat-alat pada media eksperimen berupa alat asli sedangkan media peraga
berupa alat-alat tiruan
(2) Media eksperimen dapat digunakan sebagai media peraga, sedangkan media
peraga belum tentu dapat digunakan sebagai media eksperimen
Salah satu contoh alat peraga fisika sederhana adalah tali, yaitu sebagai
suatu alat yang dapat digunakan untuk menunjukkan gejala gelombang
transversal. Kemudian salah satu contoh alat eksperimen fisika yang dapat

17
digunakan sebagai alat peraga adalah pipa kund, yang dapat digunakan untuk
mengukur kecepatan rambat bunyi.
Penggunaan alat peraga dan eksperimen dalam pembelajaran fisika untuk
mengatasi keterbatasan ketersediaan benda realita, baik keterbatasan karena alasan
biaya maupun karena sulit dijangkau.
c) Media Cetak
Media cetak adalah media pembelajaran yang disajikan dalam bentuk
tercetak (printed media). Media jenis ini termasuk kelompok media yang paling
tua dan banyak digunakan dalam proses pembelajaran karena praktis
penggunaannya dan tersedia di banyak tempat. Dalam media cetak seperti buku
teks, modul, buku petunjuk, lembar kerja dan sebagainya pada umumnya berisi
materi pembelajaran yang dapat diakses dan dibaca oleh siswa langkah demi
langkah sesuai dengan yang diinginkan. Untuk media yang berupa buku teks
biasanya dilengkapi uraian materi, contoh soal, dan latihan soal. Berbeda dengan
buku, modul umumnya dilengkapi dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, uraian materi, latihan soal, dan tes formatif, yang digunakan sebagai
umpan balik untuk mengetahui seberapa besar materi dalam setiap kegitan dapat
dikuasai oleh siswa maupun mahasiswa pada perguruan tinggi.
Kemudian untuk media cetak yang berupa hand out biasa digunakan
proses pembelajaran di kelas. Media ini berupa lembaran lepas yang biasanya
berisi materi untuk satu kegiatan tatap muka. Hand out yang lengkap akan berisi
tujuan, uraian singkat tentang materi pembelajaran, evaluasi, dan daftar pustaka.
Khusus untuk media cetak yang berupa lembar tugas biasa digunakan siswa untuk
mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah atau soal yang diberikan oleh guru
setelah penyampaian materi di kelas. Lembar tugas biasanya berisi tujuan, uraian
singkat tentang materi pembelajaran untuk setiap pkok bahasan dan latihan
memecahkan masalah.
d) Media Grafis
Media grafis menyalurkan pesan dan informasi melalui simbol-simbol
visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian
pelajaran dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan

18
apabila hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Media grafis seperti gambar,
foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, chart dan lain-lain. Media
grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini
merupakan penyampaian pesan lewat simbol-simbol visual dan melibatkan
rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat
kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu
masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah
harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki
ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses,
terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan
mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
e) Media Pajang
Media ini meliputi papan tulis, white board, papan magnetik, papan buletin
dan chart. Perbedaan antara papan tulis dan white board terletak pada alat
tulisnya. Papan tulis menggunakan kapur sebagai alat tulis, sedangkan white
board menggunakan spidol nonpermanen. Papan magnetik merupakan papan
yang permukaannya dibuat dari lembaran baja atau dapat juga berupa white board
yang di dalamnya dilapisi dengan lembaran baja atau seng. Materi yang disajikan
diletakkan di atas kertas atau karton yang di belakangnya diberi magnet. Papan ini
dapat berfungsi sebagai pendamping papan tulis di kelas. Untuk penyajian dengan
chart dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Pada umumnya materi yang
disajikan di dalam chart biasanya berbentuk diagram, bagan grafik dan gambar.
2) Media Visual Elektronik
Berkembangnya produk-produk teknologi informasi dan komunikasi dari
komputer dewasa ini, memungkinkan media visual pembelajaran dapat
ditampilkan dengan alat elektronik.
a) Overhead Projector (OHP)
OHP merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk memproyeksikan
objek melalui bahan transparan dengan bening ke suatu permukaan layar atau
dinding.

19
b) Video Compact Disk
VCD memiliki fungsi yang sama dengan LCD maupun Video Cassette.
Perbedaan antara VCD, LCD dan Video Cassette terletak pada perangkat
lunaknya. VCD menggunakan piringan yang memiliki diameter lebih kecil
dibandingkan dengan LCD, sehingga VCD praktis dan lebih ekonomis
daripada LCD sehingga dapat digunakan dalam komputer yang memiliki
CDROM. Pada Video Cassette perangkat lunaknya menggunakan pita cassette
sehingga sesuai perkembangan teknologi elektronika.
Untuk menayangkan program VCD instruksional dibutuhkan beberapa
perlengkapan, seperti kabel penghubung video dan audio, remote control dan
kabel penghubung RF dan TV.
c) TV Instruksional
Berdasarkan kegunaannya, program pembelajaran melalui televisi dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu berfungsi sebagai media pelengkap dan
sebagai media pengayaan. Sedangkan berdasarkan penyajiaannya, juga terdapat
beberapa model, diantaranya:
(1) Model penyajian yang hanya memindahkan proses pembelajaran tatap muka
di kelas atau laboratorium ke dalam program TV.
(2) Model penyajian yang digunakan untuk melengkapi suatu kegiatan proses
pembelajaran di kelas. Model penyajian ini diperlukan karena kegiatan ini
tidak mungkin dilakukan di dalam kelas. Selain itu, jika dilakukan di kelas
akan membutuhkan biaya yang cukup tinggi, waktu yang lama, serta beresiko
timbulnya bahaya yang tidak diinginkan.
(3) Model penyajian yang digunakan untuk pengayaan. Model ini biasanya tidak
berkaitan secara langsung dengan silabus atau kurikulum, tetapi diharapkan
materi penayaan ini mempunyai kaitan deangan suatu materi yang adadalam
kurikulum, misalnya hasil IPTEK yang perlu diketahui dan dibutuhkan
masyarakat.
(4) Model penyajian yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran
jarak jauh secara interaktif. Model ini membutuhkan biaya yang jauh lebih
besar daripada ketiga model sebelumnya, karena dalam model ini antara

20
peserta didik dan guru atau tutor dapat berdialog langsung untuk menanyakan
masalah-masalah yang belum jelas tentang materi yang disajikan dalam
program TV instruksional tersebut.
d) Internet
Media ini memberikan perubahan yang besar pada cara orang berinteraksi,
bereksperimen, dan berkomunikasi. Berdasarkan karakteristik tersebut, internet
sangat cocok untuk kelas jarak jauh, dimana siswa dan guru masing-masing
berada di tempat berbeda, tetapi tetap dapat berkomunikasi dan berinteraksi
seperti layaknya di kelas.
Untuk mengoperasikannya dibutuhkan komputer, modem, Internet Service
Provider (ISP) dan saluran telepon. Dalam proses pembelajaran komputer,
internet dapat berperan sebagai manajer dalam pembelajaran atau “computer
manage instruction” (CMI) dan dapat pula berperan sebagai alat bantu tambahan
dalam belajar atau Computer Assisted Instruction (CAI). Pada pembelajaran fisika
internet bisa digunakan untuk mencari fenomena alam dan materi tentang fisika.
b. Media Audio
Media audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera
pendengaran saja. Media audio berfungsimerekam dan memancarkan suara
manusia, binatang, dll dan untuk tujuan interview. Media audio digunakan dalam
pengembangan keterampilan-keterampilan mendengarkan untuk pesan-pesan lisan
atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif berupa kata-kata, musik dan efek suara (sound effect). Media audio
memiliki jenis dan bentuk yang bervariasi, diantaranya adalah radio, piringan
hitam, pita kaset suara, compact disc (CD).
Pesan-pesan dapat juga dipengaruhi oleh keterampilan-keterampilan
mendengarkan si penerima pesan. Penerima pesan harus mampu mengarahkan
dan mendukung konsentrasinya pada suatu rangkaian informasi yang
didengarnya. Dan seringkali kita berpikir lebih cepat dari pada membaca dan
menulis serta menggunakan. Seorang pendengar yang baik perlu mengembangkan
keterampilan untuk mengorganisasikan dan menyimpan informasi, sehingga pesan
dan informasi disimpan di dalam ingatan jangka panjang (long term memory)

21
bertahan lama. Hal itu akan terjadi jika: pengirim pesan (komunikator)
menyampaikan pesan dengan jelas dan logis, maka penerima pesan (komunikan)
akan memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dengan baik.
c. Media Audio Visual
Media ini dapat menampilkan gambar (visual) dan suara (audio) secara
bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media audio-
visual terbagi dua macam, yakni:
1) Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur garnbar berasal dari
satu sumber seperti video kaset.
2) Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnva berasal dari
sumber yang berbeda. Misalnva film bingkai suara yang unsur gambarnya
berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.
Media video dapat diklasifikasikan sebagai media audio-visual. Walau
bentuk fisiknva berbeda, media ini memiliki kesamaan dengan film, yakni sama-
sama mampu menayangkan gambar bergerak. Media video telah banyak
digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari hiburan, sampai bidang
pendidikan dan pembelajaran. Media ini dapat mengungkapkan objek dan
peristiwa seperti keadaan yang sesungguhnya. Perencanaan yang baik dalam
menggunakan media video akan membuat proses komunikasi (pembelajaran)
menjadi lebih efektif. Seperti pada video pembelajaran fisika tentang gaya, peserta
didik akan lebih mudah memahami tentang gaya di bantu sebuah video
pembelajaran.
d. Multimedia
Istilah multimedia muncul pertama kali di awal 1990 melalui media masa.
Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog dibidang
entertainment, publishing, communications, marketing, advertising dan juga
commercial. Multimedia merupakan penggabungan dua kata “multi’ dan media.”
Multi berarti banyak sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium.
Vaughan (2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang komunikasi
yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi dan video yang diterima oleh
pengguna melalui hardware komputer. Sejalan dengan hal di atas, Heinich et al

22
(2005) menyatakan bahwa multimedia merupakan penggabungan atau
pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti teks, grafik,
animasi dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer
(Supriatna, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh De Porter mengungkapkan manusia
dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa yang dikerjakan, 50% dari
apa yang didengar dan dilihat (audio visual) dan hanya 10% dari apa yang dibaca.
Dari penelitian diatas bisa disimpulkan bagaimana ketercapaian materi pelajaran
jika dalam KBM guru hanya mengandalkan ceramah dan latihan. Hasil penelitian
lainnya menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan
mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi
lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping
itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita
dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar. Selain
itu, dalam KBM fisika, siswa sering sekali dihadapkan pada materi yang abstrak
dan di luar pengalaman siswa sehari-hari, seperti energi yang dihasilkan ataupun
yang dilepaskan pada saat terjadi lompatan elektron. Fenomena ini sulit
ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa merasa jenuh dan
materi menjadi sulit untuk dipahami oleh siswa. Penggunaan media pembelajaran
yang dapat menghadirkan visualisasi dari materi palajaran akan sangat membantu
tidak hanya guru dalam menyampaikan materi tetapi juga siswa sebagai subjek
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan
multimedia dalam pembelajaran adalah dalam rangka menjawab kebutuhan
tersebut. Dengan multimedia materi dapat disajikan dalam bentuk gambar dua
dimensi maupun tiga dimensi, tampilan teks yang interaktif, efek animasi (gambar
bergerak), kombinasi warna yang menarik serta alat bantu suara (audio) yang
membantu siswa memahami materi dengan lebih mudah.
Selain hal diatas, penggunaan multimedia juga memberikan peranan penting
dalam hal mampu menimbulkan rasa senang kepada siswa selama proses KBM
berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proses KBM
berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Tidak

23
bisa dipungkiri bahwa teknologi multimedia mampu memberi kesan yang besar
dalam bidang komunikasi dan pendidikan karena bisa mengintegrasikan teks,
grafik, animasi, audio dan video. Multimedia telah mengembangkan proses
pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih dinamik. Namun yang lebih
penting ialah pemahaman tentang bagaimana menggunakan teknologi tersebut
dengan lebih efektif dan dapat menghasilkan idea-ide untuk pengajaran dan
pembelajaran. Pada masa kini, guru perlu mempunyai kemahiran dan keyakinan
diri dalam menggunakan teknologi ini dengan cara yang paling berkesan. Suasana
pengajaran dan pembelajaran yang interaktif, lebih menggalakkan komunikasi
aktif dalam berbagai hal. Penggunaan komputer multimedia dalam proses
pengajaran dan pembelajaran adalah dengan tujuan meningkatkan mutu
pengajaran dan pembelajaran. Dengan berkembangnya teknologi multimedia,
unsur-unsur video, bunyi, teks dan grafik dapat dikemas menjadi satu melalui
Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK).
Dengan memanfaatkan multimedia, selain mendapatkan pengetahuan, siswa
dilatih terbiasa dalam menggunakan teknologi, sehingga mampu bersaing dengan
negara lainnya. Penggunaan multimedia ini sesuai dengan tujuan pembelajaran
fisika, yakni menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

D. Potensi Peserta Didik


Tujuan pembelajaran hakekatnya adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan potensinya secara optimal, oleh karena itu guru seyogyanya
mengenali dan memahami potensi peserta didik yang menjadi siswa asuhnya.
Dengan memahami potensi peserta didik, guru dapat memberi gambaran tentang
kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan peserta didik, serta dapat
mengetahui potensi yang perlu ditingkatkan dan kelemahan yang perlu
diminimalisasi. Dengan demikian guru dapat merencanakan pembelajaran yang
tepat agar peserta didik mencapai prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya.

24
1. Pengertian Potensi
Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik
yang diperoleh secara herediter (pembawaan). Menurut Sukmadinata (2007:159)
kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi,
masih kuncup belum terwujudkan, dan merupakan kecakapan yang dibawa dari
kelahiran. Dengan demikian potensi merupakan modal dan sekaligus batas-batas
bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar. Peserta didik yang
memiliki potensi yang tinggi memungkinkan memiliki prestasi yang tinggi pula,
tapi tidak mungkin prestasinya melebihi potensinya. Melalui proses belajar atau
pengaruh lingkungan, maka potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil
belajar atau kecakapan nyata dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku.
Oleh karena potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau
yang masih terkandung dalam diri peserta didik, maka guru sebaiknya memiliki
kemauan dan kemampuan mengidentifikasi potensi yang dimiliki peserta didik
yang menjadi siswa asuhnya, kemudian membantu mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal.
2. Jenis-Jenis Potensi
Potensi dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi psikologis (Desmita,
2014:40). Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan, bakat (aptitude) dan
kreativitas. Kecerdasan diantaranya yaitu kecerdasan umum (kemampuan
intelektual), kecerdasan majemuk, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual.
Bakat terbagi menjadi bakat sekolah (scholastic aptitude) dan bakat dalam
pekerjaan (vocational aptitude).
a. Potensi Fisik
Potensi fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh, ketahanan
dan kekuatan tubuh, serta kecakapan motorik (Desmita,2014:53). Ada di antara
individu yang memiliki potensi fisik yang luar biasa, mampu membuat gerakan
fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh. Menurut
Gardner (Sukmadinata, 2007:95) individu yang memiliki kecerdasan kinestetis,
berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat dan

25
selalu menunjukkan permainan yang baik atau individu yang berbakat dalam seni
tari mampu menguasai gerakan-gerakan yang indah dan lentur.
b. Potensi Psikologis
1) Kecerdasan
a) Potensi Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual
merupakan kemampuan mental umum yang mendasari kemampuannya untuk
mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan, 2006:218) . Kemampuan umum
dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak,
keahlian dalam pembelajaran. Menurut Sukmadinata (2007:256) seseorang yang
memiliki kecerdasan yang tinggi maka memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengenal, menerima, dan memahami pengetahuan, menganalisa, mengevaluasi,
dan memecahkan masalah, membaca, menulis, serta mengingat fakta. Inteligensi
atau kemampuan intelektual merupakan potensi bawaan (potential ability) yang
dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi atau IQ nya tinggi
diprediksi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, dan sebaliknya.
b) Kecerdasan Majemuk
Menurut Gardner (Sukmadinata, 2011:95) tingkat inteligensi atau IQ
bukan satu-satunya kecerdasan yang dapat meramalkan kesuksesan, akan tetapi
ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas yaitu kecerdasan majemuk
(multiple intelligentce) . Dalam diri anak terdapat berbagai potensi atau
kecerdasan majemuk. Menurut Gardner setiap anak memiliki kecenderungan dari
delapan kecerdasan, meskipun memiliki tingkat penguasaan yang berbeda.
Konsep kecerdasan majemuk bukanlah hal baru, ahli-ahli lain
menyebutnya sebagai bakat atau aptitude. Dalam pandangan Gardner tidak ada
manusia bodoh, terutama jika individu diberikan rangsangan yang tepat. Setiap
peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbedabeda dari 8 kecerdasan
majemuk. Setiap kecerdasan akan menjadi suatu kemampuan yang luar biasa jika
lingkungan (orangtua dan guru) memberikan rangsangan yang tepat.

26
c) Kecerdasan Emosi
Konsep kecerdasan emosi semakin popular dan meluas serta menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya kecerdasan emosi dalam mencapai keberhasilan,
hal itu terjadi setelah Goleman menerbitkan buku Emotional Intelligence tahun
1995. Kecerdasan emosi memiliki peran yang penting dalam pendidikan, maupun
dunia kerja bahkan ke semua bidang kehidupan yang melibatkan hubungan antar
manusia. Menurut Goleman (1997:57) setiap orang memiliki kemampuan yang
berbeda dalam wilayah kecerdasan emosi, misalnya beberapa orang amat terampil
dalam menangani kecemasan sendiri tetapi sulit mengatasi rasa marah.
Kecerdasan emosi dikembangkan melalui proses belajar. Kecerdasan emosional
memiliki lima wilayah utama, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan
dengan orang lain.. Materi kecerdasan emosi akan dibahas pada materi khusus.
d) Kecerdasan Spiritual
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan fitrah sebagai
hambaNya untuk beribadah kepadaNya. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian
ahli psikologi/syaraf Michael Persinger dan V.S.Ramachandran ahli syaraf dari
universitas California yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia.
Pada God-spot itulah terdapat fitrah manusia yang terdalam. Danah Zohar dan Ian
Marshal adalah penggagas pertama mengenai konsep kecerdasan spiritual (SQ).
Materi kecerdasan spiritual akan dibahas pada materi khusus (Agustian, 2001:
xxxix)
2) Bakat
Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan
pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang
tertentu. Setiap individu memiliki bakat hanya berbeda baik dalam derajat
maupun jenisnya. Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat bilangan, bakat
bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan hubungan sosial, dan bakat gerak motoris
(Makmun, 2009:55). Pembagian jenis bakat mungkin dikaitkan dengan bidang
studi atau bakat sekolah (scholastic aptitude) atau bidang pekerjaan (vocational
aptitude). Bakat sekolah berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu,

27
penguasaan mata pelajaran, seperti bakat matematika, bahasa, fisika, sejarah, IPS,
olah raga, musik, menggambar dan keterampilan. Bakat pekerjaan berkaitan
dengan penguasaan bidang pekerjaan seperti bidang teknik, pertanian, dan
ekonomi.
3) Kreatifitas
Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan
kreativitas individu dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. Orang kreatif
adalah orang yang unggul, mereka terus belajar dan membuat kreasi. Banyak
karya-karya besar baik dalam bidang seni lukis, seni musik, ilmu pengetahuan dan
teknologi, lahir dari orang-orang kreatif. Setiap orang memiliki potensi kreatif
meskipun dalam derajat yang berbeda. Seperti halnya potensi yang lain bakat
kreatif dikembangkan melalui interaksinya dengan lingkungan.
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda mengenai kreativitas,
untuk memudahkan pemahaman mengenai kreatifitas Hurlock (2013:5)
merangkum unsur-unsur kreativitas sebagai berikut : (1) kreativitas merupakan
proses bukan hasil; (2) proses kreativitas memiliki tujuan yang memberikan
keuntungan; (3) kreativitas lahir dari pemikiran divergen; (4) kreativitas mengarah
pada penciptaan yang baru, berbeda, dan unik, dapat berupa lisan, tulisan, konkrit
atau abstrak; (5) kreativitas merupakan cara berpikir, berbeda dengan kecerdasan
yang mencakup kemampuan mental selain berpikir; (6). daya cipta bergantung
pada perolehan pengetahuan yang diterima; (7) kreativitas merupakan bentuk
imajinasi yang mengarah pada beberapa bentuk prestasi, misalnya, melukis,
membangun balok, atau melamun.
Menurut DePorter (2001:293) orang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba,
senang bermain, intuitif, dan setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi
orang kreatif seperti itu. Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita
semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan mereka
memandang segala sesuatu dengan cara-cara baru. Hal itu merupakan cara
berpikir lateral. Menurut De Bono (1991:8) pola berpikir lateral selalu berkaitan
dengan ide-ide baru, maka nampak erat kaitannya dengan pola berpikir kreatif.

28
Berdasarakan uraian di atakreativitas ditandai oleh berpikir divergen dan pola
berpikir lateral
a) Hubungan Kreatifitas dengan Kecerdasan
Menurut Hurlock (2013:4-5) tidak selamanya orang yang kreatif memiliki
inteligensi yang tinggi. Kadang-kadang ditemukan orang yang memiliki bakat
kreatifnya tinggi tetapi tingkat kecerdasannya rendah, dan tidak semua orang yang
tingkat kecerdasannya tinggi adalah pencipta Contohnya, banyak anak yang
pandai memiliki prestasi akademis yang tinggi, tetapi hanya sedikit yang
menunjukkan cara berpikir kreatif yang tidak sekedar memberikan yang
diinginkan guru.

Kreativitas dan kecerdasan akan berjalan seiring apabila faktor lingkungan


dan dalam diri individu tidak mengganggu perkembangan kreativitas. Contohnya,
cara mendidik yang sangat otoriter di rumah atau di sekolah selama tahun-tahun
pembentukan awal akan menghambat kreativitas, akan tetapi tidak mempengaruhi
kecerdasan yang tinggi. Dalam kondisi seperti ini hubungan antara kreativitas dan
inteligensi akan rendah. Terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan dengan
kreativitas, apabila kreativitas menjurus pada penciptaan sesuatu yang baru yang
bergantung pada kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan yang sudah umum
diterima. Kemampuan untuk menerima pengetahuan yang akan digunakan dalam
menciptakan sesuatu yang baru bergantung pada kemampuan intelektual atau
kecerdasan.
Apabila tidak ada hambatan yang mengganggu perkembangan kreativitas,
maka semakin cerdas anak semakin dapat ia menjadi kreatif.
b) Nilai Kreatifitas
Kreativitas memiliki arti yang penting bagi anak-anak. Kreativitas
memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar. Anak merasa
puas dapat menciptakan sesuatu sendiri, dan apabila dihargai maka anak merasa
bahagia. Penghargaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian
anak. Sebaliknya kritikan dan ejekan terhada kreasi anak, maka akan megurangi
harga dirinya.

29
Dengan bertambahnya usia anak, prestasi merupakan hal yang paling
penting dalam penyesuaian hidup mereka. Kreativitas dapat membantu mereka
untuk mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi mereka dan dipandang
baik oleh orang yang berarti bagi dirinya (contohnya, orangtua dan guru). Hal ini
akan menjadi sumber kepuasan bagi dirinya.
c) Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas
Kreativitas itu mengutamakan proses bukan hasil, berkembang dalam
iklim yang demokratis dan permisif, serta diperlukan sarana dan prasarana untuk
mengembangkannya. Seperti halnya potensi yang lain bakat kreatif dikembangkan
melalui interaksinya dengan lingkungan Hurlock (2013:11) menyatakan terdapat
beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas, seperti berikut ini.

(1) Waktu
Beri kesempatan kepada anak untuk memiliki waktu bebas untuk
menemukan ide-ide dan mempraktekkan idenya. Kesempatan. Berikan waktu dan
kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya,
bebas dari tekanan kelompok sosial. Dorongan. Berikan dorongan untuk kreatif
meskipun prestasinya tidak sesuai dengan standar orang dewasa, jangan diejek
atau dikritik Sarana. Sedakan sarana yang merupakan hal penting untuk
merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi.
(2) Lingkungan.
Berikan lingkungan rumah dan sekolah yang merangsang kreativitas anak.
Bimbinglah untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas dan
berikan sedini mungkin sejak anak masih bayi dan lanjutkan hingga masa sekolah
Percaya diri. Bangun hubungan orangtua dan anak yang tidak posesif, agar
memberikan rasa percaya diri dan mandiri.
(3) Cara mendidik
Didiklah anak secara demokratis dan permisif baik di rumah dan di
sekolah akan meningkatkan kreativitas.
(4) Pengetahuan

30
Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Berikan kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh
anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. Pulaski mengatakan,
“Anak-anak harus berisi agar dapat berfantasi”.
d) Karakteristik Kreativitas
Beberapa ahli psikologi mengemukakan karakteristik kreativitas
berdasarkan hasil studi terhadap kreativitas. Menurut Utami Munandar (Ali,
2014:52) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sbb.
(1) Senang Mencari Pengalaman Baru
(2) Mempunyai keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
(3) Mempunyai inisiatif.
(4) Mempunyai ketekunan yang tinggi.
(5) Cenderung kritis terhadap orang lain.
(6) Berani menyampaikan pendapat dan keyakinannya.
(7) Selalu ingin tahu.
(8) Peka atau perasa.
(9) Enerjik dan ulet.
(10) Menyenangi tugas-tugas yang majemuk.
(11) Percaya diri.
(12) Memiliki rasa humor.
(13) Mempunyai rasa keindahan.
(14) Memiliki wawasan mesa depan dan penuh imajinasi
Sedangkan menurut Torrance (Ali, 2014:53) ciri-ciri kreativitas
diantaranya adalah sbb.
1. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
2. Tekun dan tidak mudah bosan.
3. Percaya diri dan mandiri.
4. Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas.
5. Berpikir divergen.
e) Tahap Kreativitas

31
Menurut Wallas (Ali, 2014:51) keberhasilan orang-orang kreatif dalam
mencapai ide, gagasan, pemecahan, cara kerja, dan karya baru biasanya melewati
beberapa tahapan seperti berikut ini.
1. Persiapan meletakan dasar: mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk
dan problematiknya. Pada tahapan ini diperlukan minat dan antusiasme untuk
memperoleh pengetahuan dan informasi sebagai persiapan untuk kreativitas
2. Inkubasi: mengambil waktu untuk meninggalkan masalah, istirahat, santai.
Mencari kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai
masalah yang sedang dihadapi. Pada tahap ini proses pemecahan masalah
diendapkan dalam alam pra sadar.
3. Iluminasi: tahap ini disebut sebagai tahap pemahaman, suatu tahap
mendapatkan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban
baru.
4. Verifikasi/produksi: menghadapi dan memecahkan masalah- masalah praktis,
sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara
kerja, dan jawaban baru. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah untuk
mewujudkan ide dan gagasan kreatif menjadi karya kreatif dan inovatif.

E. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk


1. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh Gardner,
seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School
of Education, Harvard University Amerika Serikat pada tahun 1983. Gardner
mendefinisikan intelligence sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam
situasi yang nyata. Intelligence bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab
soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya.
Akan tetapi, intelligence memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan
persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang
memiliki intelligence yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan
hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan

32
mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam
dan kompleks, semakin tinggi intelligencenya (Munif, 2010).
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
sukses gagalnya peserta didik dalam belajar. Peserta didik yang mempunyai
taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan bermotivasi
tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang
secara otomatis akan sukses belajar di sekolah (Ibid). Berbagai ilmu dari Gardner
yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligence
bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Menurut Djaali
(2007, 73) teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang
sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.
Teori kecerdasan majemuk adalah validasi tertinggi gagasan bahwa
perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat
tergantung pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap
atau berbagai cara siswa belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan
penghargaan terhadap setiap minat masing-masing siswa. Teori kecerdasan
majemuk bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-
tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga menganggap
serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan
sangat berharga (Julia, 2007: 13).
Gardner dalam bukunya Jasmine mengenalkan teori kecerdasan majemuk
yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kecerdasan. Yaitu
linguistik, matematis, visual, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas, karena tes IQ
hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap
orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang.
Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat
sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain (Ibid).

33
Dengan menerapkan kecerdasan majemuk, maka aktivitas mengajar adalah
ibarat air yang mengisi ruang-ruang murid. Ketika murid diibaratkan
bagaikan botol, maka seorang pendidik dituntut untuk mampu menyesuaikan
seperti botol; dan ketika murid ibarat seperti gelas, maka seorang pendidik juga
dituntut dapat mengikuti seperti gelas. Artinya dengan bekal kecerdasan
majemuk, aktivitas mengajar harus sesuai dengan gaya belajar setiap
individu murid (Lwin, 2005: 5). Mengembangkan kecerdasan majemuk siswa
merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan siswa. Dengan
mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari
masing-masing individu, maka seorang pendidik/orangtua diharapkan dapat
bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih gaya mengajar yang sesuai
dengan gaya belajar siswa.
Apabila diperhatikan secara cermat teori tentang kecerdasan majemuk,
sebenarnya merupakan fungsi dari dua belahan otak manusia, yakni otak
kanan dan otak kiri. Otak kiri memiliki kemampuan dan potensi untuk
memecahkan masalah problem matematik, logis dan fenomenal. Sedangkan
otak kanan memiliki kemampuan untuk merespons hal-hal yang bersifat
kualitatif, artistic dan abstrak, tetapi tetap harus diingat bahwa ini semua
masih dalam kerangka kemampuan terhadap dunia luar, sedangkan
pengetahuan tentang diri, belum dijangkau (Suharsono, 2004: 47).
Suharsono menyebutkan bahwa temuan Gardner tentang kecerdasan
majemuk ini banyak diadaptasi oleh berbagai pihak, karena fungsinya
sebagai deteksi dini terhadap bakat intelektual (gifted) maupun seni
(talented). Tidak kurang dari teori belajar quantum (quantum learning) juga
merujuk pada pola kecerdasan ini. Begitu juga dengan berbagai bidang lainnya,
karena dengan sistem kecerdasan majemuk Gardner, dimungkinkan penjaringan
dan penyaringan anakanak berbakat, yang dikemudian hari diharapkan
memberikan kontribusi yang signifikan bagi keunggulan dan motivasi manusia.
Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk secara umum dapat diartikan
sebagai proses pembelajaran yang memberi “ruang gerak” bagi setiap
individu siswa untuk mengembangkan potensi kecerdasannya. Siswa dituntut

34
agar dapat belajar secara enjoy, tidak merasa terpaksa, dan memiliki
motivasi yang tinggi. Pada hakikatnya, pembelajaran berbasis kecerdasan
majemuk dapat juga dimaknai sebagai pembelajaran yang membiarkan anak didik
untuk selalu kreatif. Tentunya, kreativitas yang dibangun adalah bentuk kreatifan
yang dapat mendukung terhadap keberlangsungan proses pembelajaran dengan
menghasilkan target motivasi akademik yang membanggakan.
2. Prinsip Umum Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Haggerty dalam bukunya Paul (2004: 65) mengungkapkan beberapa
prinsip umum untuk membantu mengembangkan kecerdasan majemuk pada
siswa, yaitu:
a. Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Maka,
mengajar tidak hanya terfokus pada kemampuan dari intelligence yang
lain. Kemampuan yang hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk
menjawab persoalan manusia secara menyeluruh. Perlu dikenalkan pula
intelligence yang lain.
b. Pendidikan seharusnya individual, pendidikan harusnya lebih personal,
dengan memperhatikan intelligence setiap siswa, mengajar dengan cara,
materi dan waktu yang sama, jelas tidak menguntungkan bagi siswa
yang berbeda intelligence-nya, jadi, guru perlu banyak cara untuk membantu
siswa.
c. Pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan
dan program belajar mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk
menggunakan cara belajar dan cara kerja sesuai dengan minat mereka.
d. Sekolah harus menyediakan sarana dan fasilitas yang dapat dipergunakan
siswa untuk melatih kemampuan intelektual mereka berdasarkan
intelligence majemuk.
e. Evaluasi belajar harus lebih konstektual dan bukan tes tertulis saja.
Evaluasi lebih harus berupa pengalaman lapangan langsung dan dapat
diamati bagaimana performa siswa, apakah langsung maju atau tidak.
f. Pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah,
intelligence majemuk memungkinkan juga dilaksanakan di luar sekolah,

35
lewat masyarakat, kegiatan ekstra, serta kontak dengan orang luar dan para
ahli.
Dalam prinsip umum ini cukup jelas arah umum bila guru mau
membantu siswa berkembang dalam intelligence majemuk mereka.
3. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, pada dasarnya adalah
menentukan pendekatan pembelajaran yang sejalan dengan kurikulum tersebut.
Membahas pendekatan pembelajaran, banyak sekali jenis pendekatan yang
dapat diterapkan. Di antaranya pendekatan pembelajaran yang dikembangkan
dari suatu teori yang dikenal dengan teori kecerdasan majemuk. Teori tersebut
digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, karena di dalamnya membicarakan
tentang keberagaman yang bertautan dengan kompetensi peserta didik.
Pada dasarnya setiap kurikulum menitikberatktan pada pencapaian suatu
kompetensi tertentu peserta didik. Pendekatan kecerdasan majemuk pun
memandang bahwa seseorang/manusia memiliki beberapa potensi kecerdasan.
Salah satu dari kecerdasan setiap peserta didik itulah yang harus
dikembangkan, sehingga pada akhirnya menjadi suatu kompetensi yang sangat
dominan dikuasainya. Gardner dengan bukunya yang berjudul Frames of
Mind: the Theory of Multiple Intelligens, sebagaimana dikutip Paul (2004)
membagi kecerdasan manusia dalam tujuh kategori, dan kemudian berkembang
menjadi sepuluh kategori yaitu:
a. Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Bahasa merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan
kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide
atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang mempunyai kecerdasan
linguistik tinggi akan mampu berbahasa dengan lancar, baik dan lengkap. Ia
mudah untuk mengetahui dan mengembangkan bahasa dan mudah mempelajari
berbagai bahasa.
b. Kecerdasan Matematika (Logic-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan Matematika merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan
kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam

36
kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan
perhitungan.
c. Kecerdasan Ruang Visual (Spatial Intelligence)
Kecerdasan Ruang atau intelligence r Auang visual adalah kemampuan
seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang
dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini
adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat,
melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan
tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya
dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.
d. Kecerdasan Gerak Badani (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan Gerak Badani merupakan kemampuan seseorang untuk
secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini
dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang
mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak
tubuh.
e. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan Musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan
mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap
ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi,
menciptakan lagu dan menikmati lagu.
f. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Interpersonal intelligence merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen,
ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, intelligence
interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan orang lain.
g. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan

37
pengenalan diri. Termasuk dalam Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan
seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran
tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan
pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga
kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal akan
dapat berkonsentrasi dengan baik.
h. Kecerdasan Lingkungan/ Natural (Natural Intelligence)
Kecerdasan lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti
flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan
menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan
pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural
memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan
berkawan dengan baik.
i. Kecerdasan Eksistensial (Existential Intelligence)
Kecerdasan eksistensial lebih menyangkut pada kepekaan dan
kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam
mengenai eksistensi manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan eksistensi
mencoba menyadari dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan yang
muncul adalah mengapa aku ada? Mengapa aku mati? Apa makna hidup ini?
Bagaimana manusia sampai ke tujuan hidup?
j. Kecerdasan Spritual (Spritual Intelligence)
Pada tahun 1990-an, penelitian oleh Michael Persinger dan V.S.
Ramachandran menemukan adanya titik ketuhanan (God-spot) dalam otak
manusia. Daerah ini berlokasi pada penghubung saraf pada lobus temporal
otak. Tanpa kecerdasan spritual, kemampuan manusia tidak dapat mencapai
potensi yang penuh. Kecerdasan spritual merupakan akses manusia untuk
menggunakan makna, visi, dan nilai-nilai dalam jalan yang pikirkan dan
keputusan yang dibuat. Dengan Kecerdasan spritual manusia menyadari
dengan sumber daya yang tersedia bagi mereka, manusia menemukan
kebebasan dari keterbatasan sebagai manusia dan mencapai keilahian.

38
Jika ditautkan kesepuluh kecerdasan yang dimiliki manusia tersebut
dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa “Sebaiknya kecerdasan
majemuk digunakan dan diterapkan sebagai pendekatan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. ”Setiap manusia (peserta didik) tentu akan memiliki potensi
yang sesuai dengan salah satu kecerdasan di atas. Dengan demikian, maka
diharapkan salah satu potensi kompetensi dari peserta didik dapat muncul dan
dapat dikembangkan.
Kecerdasan majemuk yang mencakup sepuluh kecerdasan itu pada
dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu
dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal
memasuki sekolah (7 – 8 tahun).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kecerdasan majemuk
adalah adanya tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, dan kecerdikan
seorang guru dalam memerhatikan bakat masing-masing siswa (peserta didik). Di
dalam maupun di luar sekolah, setiap siswa harus berhasil menemukan
paling tidak satu wilayah kemampuan yang sesuai dengan potensi
kecerdasannya. Jika hal itu berhasil ditemukan oleh siswa dengan bimbingan
guru, maka akan menimbulkan kegembiraan dalam proses pembelajaran,
bahkan akan membangkitkan ketekunan dalam upaya-upaya penguasaan
disiplin keilmuan tertentu.
4. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Majemuk
Ada 3 faktor penting yang berkaitan dengan apakah kecerdasan dapat
berkembang atau tidak, yaitu:
a. Faktor biologis
Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya adalah faktor keturunan atau
genetis dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran
(Dalyono, 2007: 188).
b. Sejarah hidup pribadi
Termasuk didalamnya pengalaman–pengalaman dengan orang tua, guru,
teman sebaya, kawan-kawan, dan orang lain, baik yang membangkitkan
maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan.
c. Latar belakang kultural dan historis

39
Termasuk waktu dan tempat individu dilahirkan dan dibesarkan serta
sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural ditempat-tempat lain.
Selain itu ada juga faktor pendorong dan penghambat kecerdasan. Faktor-
faktor tersebut adalah Crystallizing dan paralyzing experiences yang
merupakan dua proses kunci dalam perkembangan kecerdasan. Pengalaman
yang mengkristalkan (Crystallizing experiences) adalah titik balik dalam
perkembangan bakat dan kemampuan orang. Seringkali titik balik itu
terjadi pada awal masa kanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang
hidup. Istilah pengalaman yang melumpuhkan (Paralyzing experiences)
digunakan untuk menyebutkan pengalaman yang menghambat kecerdasan.
Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau
menghambat perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:
a. Akses Ke Sumber Daya Atau Mentor
Apabila orang tua tidak mampu membelikan anaknya gitar, drum atau alat
musik lain, mungkin kecerdasan musik anak tidak akan berkembang.
b. Faktor Historis-Kultural
Apabila individu adalah seorang siswa yang memiliki kecenderungan
pada matematika pada saat program-program matematika dan ilmu
pengetahuan banyak mendapat subsidi, besar kemungkinan kecerdasan
matematis-logis individu tersebut berkurang.
c. Faktor Geografis
Apabila individu dibesarkan di lingkungan perkebunan, individu tersebut
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kecerdasan
naturalisnya dibanding jika dibesarkan di keramaian kota dengan gedung-
gedungnya yang menjulang tinggi.
d. Faktor Keluarga
Apabila individu ingin menjadi pemusik, tetapi orang tua menginginkan
individu tersebut menjadi pengacara, mungkin pengaruh mereka akan
mendorong perkembangan kecerdasan linguistik, tetapi menghambat
kemajuan kecerdasan musikal anda.
e. Faktor Situasional
Apabila individu harus membantu merawat keluarga besarnya saat
beranjak dewasa padahal ia memiliki keluarga sendiri maka ia tidak
akan punya waktu untuk mengembangkan aspek-aspek kecerdasan yang
dimilikinya, kecuali kecerdasan itu bersifat interpersonal.
Teori kecerdasan majemuk memiliki kelemahan yaitu, kedelapan
kecerdasan tersebut belum memiliki standar tes dan norma, artinya sampai saat ini
belum ditemukan alat ukur untuk mengukur kecerdasan majemuk. Alat ukur yang

40
telah ada hanya memetakan kedelapan kecerdasan dalam kecerdasan
majemuk namun tidak untuk dipakai sebagai alat pengukuran. Gardner
mengungkapkan bahwa kecerdasan dalam kecerdasan majemuk dapat
didukung dengan menggunakan tes-tes standart, seperti Skala Kecerdasan
Weschler yang berisi subtes yang melibatkan kecerdasan logic
mathemathic,verbal linguistic, visual spatial, bodily kinesthathic (dalam
kandungan yang lebih sedikit). Tes kecerdasan lainnya yang menyentuh
kecerdasan interpersonal dan intrapersonal seperti Skala Kedewasaan
Masyarakat Vineland dan Daftar Penilaian Diri Coopersmith. Namun
beberapa alat tes yang telah disebutkan di atas adalah untuk menilai setiap
kecerdasan,sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk
menggambarkan kecerdasan dalam kecerdasan majemuk, maka alat-alat tes
tersebut tidak dapat digunakan.
5. Langkah-langkah Penerapan Kecerdasan Majemuk
Penerapkan pendekatan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran, harus
memerhatikan beberapa langkah, meliputi:
a. Mengidentifikasi elemen-elemen kecerdasan majemuk dalam program
kurikuler dan ekstrakurikuler. Misalnya memasukkan program seni ke dalam
kurikulum.
b. Meninjau kembali sistem teknologi dan program piranti lunak untuk melihat
kecerdasan-kecerdasan apa yang terabaikan.
c. Para guru merenungkan kemampuan peserta didik, kemudian memutuskan
untuk secara sukarela bekerjasama dengan rekan-rekan yang lain.
d. Proses pembelajaran dengan tanggung jawab tertentu, bisa dipilih sebagai
metode pembelajaran.
e. Diskusi dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat sehingga dapat
membuka kesempatan-kesempatan magang bagi para siswa (Suparno, ).
Di samping langkah-langkah di atas, sebagai upaya untuk memadukan
pendekatan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran, perlu juga
memperhatikan hal-hal berikut:
b. Persepsi tentang siswa harus diubah selama ini semua orang selalu
memiliki persepsi terhadap siswa, bahwa siswa itu cerdas, rata-rata, dungu,
dan lain-lain. Persepsi inilah yang harus diubah. Sebaiknya para pendidik
memberikan perhatian kepada berbagai macam cara yang dilakukan siswa

41
untuk memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Guru harus menerima bahwa siswa memiliki
profil-profil kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Guru
harus menyediakan kesempatan-kesempatan belajar yang kaya,
mempertajam kemampuan-kemampuan observasi mereka, mengumpulkan
informasi tentang bakat dan kegemaran siswa, serta mempelajari
kecerdasan-kecerdasan yang tidak biasa.
c. Guru membutuhkan dukungan dan waktu untuk memperluas daftar pengajaran
mereka. Jika proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa
harus memiliki pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang
seimbang, maka jam belajar yang selama ini hanya cukup untuk menguasai
pengetahuan saja harus diubah dengan memperluas jam belajar. Hal ini
perlu dilakukan tidak lain untuk:
2) Memberi dukungan dan melakukan praktik.
3) Meminta guru tertentu yang memiliki kemampuan tinggi dalam sebuah
kecerdasan untuk memberikan pelatihan.
4) Mengintegrasikan para spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang
tertentu.
5) Mengunjungi lokasi-lokasi lain sebagai bahan perbandingan proses
pembelajaran.
6) Pendekatan kecerdasan majemuk dan pembelajaran. Kurikulum pada
dasarnya berfokus pada pengetahuan yang mendalam dan pengembangan
kemampuan. Dalam hal ini, pembelajaran tidak harus menekankan
pengajaran melalui kecerdasan, tetapi yang harus mendapat penekanan
adalah bahwa pembelajaran itu untuk kecerdasan atau penguasaan
kompetensi tertentu sesuai dengan minat dan bakat siswa.
7) Diperlukan pendekatan baru terhadap proses penilaian. Ada beberapa hal
8) yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:
a) Bagaimana menilai kecerdasan siswa;
b) Bagaimana meningkatkan penilaian secara umum dalam hal kognitif,
afektif, dan psikomotorik;
c) Bagaimana melibatkan siswa dalam proses penilaian.
9) Praktik profesional menuju ke arah perkembangan. Tingkat profesionalime
para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan yang dihadapi
terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas,
tepat dan sesuai dengan kompetensi siswa.

42
6. Desain Pembelajaran Kecerdasan Majemuk
Sebelum memulai mengajar, guru perlu mempersiapkan lebih dulu
bagaimana ia akan mengajar dengan teori kecerdasan majemuk. Dalam persiapan
itu guru akan meneliti kemungkinan-kemungkinan bentuk intelligensi
majemuk yang dapat digunakan suatu topik dalam bidang yang ingin
diajarkan. Setelah melihat kemungkinan-kemungkinannya, ia menyusunnya
dalam urutan yang nanti dapat langsung digunakan dalam mengajar.
Dari gagasan Amstrong (1994) dapat diringkaskan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam persiapan mengajar.
a. Terfokus pada Topik Tertentu
Sangat baik apabila guru memfokuskan diri pada topik-topik tertentu
dalam bidang yang akan diajarkan. Misalnya dalam pelajaran fisika: topik
hukum Newton II, dalam pembelajaran IPS: soal keadilan, dalam pelajaran
matematika: topik limit. Pemfokusan ini sangat penting agar guru tidak
menjadi bingung dalam persiapan. Pendekatan intelligence majemuk memang
cocok dengan model pembelajaran berfokus pada topik. Bukan pada
keseluruhan bab atau mata pelajaran. Dengan adanya fokus, topik dapat
didekati dengan berbagai intelligence yang semuanya mengarah pada topik
tersebut, maka pelajaran menjadi sungguh mendalam. Selain itu, topik sendiri
dapat didekati dengan model interdisipliner, yang lebih sesuai dengan
kecerdasan majemuk.
b. Mempertanyakan pendekatan kecerdasan majemuk yang cocok dengan topik
Selanjutnnya, guru perlu bertanya bagaimana semua kecerdasan
majemuk dapat digunakan atau diterapkan dalam topik yang bersangkutan.
c. Membuat skema dan kemungkinan yang dapat dibuat
Langkah selanjutnya, guru membuat skema yang berisi segala
kemungkinan kegiatan yang sesuai dengan topik itu dalam bentuk kecerdasan
mejemuk. Di sini hanya perlu ditulis semua kegiatan yang mungkin. Dalam
memikirkan kegiatan-kegiatan tersebut perlu dipertimbangkan peralatan dan
fasilitas yang dimiliki sekolah dan yang mungkin diusahakan siswa.
d. Memilih dan mengurutkan dalam rencana pelajaran
Setelah semua ditulis, lalu dipilih beberapa kegiatan yang memang akan
dibuat dalam pelajaran sesungguhnya. Dipilih kegiatan yang memang sungguh
akan dikerjakan yang ada sarananya dan dapat dibuat. Setelah itu, semuanya
diurutkan dalam satu rencana pelajaran. Dengan demikian, guru mempunyai
rencana pembelajaran konkret yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran (Suparno, 2004: 98).

43
7. Dampak Teori Kecerdasan Majemuk
a. Dampak Terhadap Kurikulum
Teori Kecerdasan majemuk banyak mempengaruhi penyusunan
kurikulum, pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat
topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model kurikulum klasik.
Topik biasanya gabungan dari yang ditentukan pemerintah lokal dan pilihan
siswa, ini untuk menjembatani ketentuan pemerintah lokal dan minat serta
kesenangan siswa.
b. Dampak Terhadap Pembelajaran
Banyak siswa yang tadinya diperkirakan tidak dapat berhasil dalam studi
mereka ternyata dapat dibantu dan berhasil dengan baik, demikian juga guru yang
tadinya mengajar dengan metode yang sama terus menerus ternyata dapat
membantu anak didik dengan metode bervariasi.
c. Dampak terhadap guru yang mengajar
Secara umum dampak kecerdasan majemuk bagi guru adalah:
1) Guru perlu mengerti kecerdasan siswa-siswa mereka.
2) Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai kecerdasan
yang menonjol pada dirinya.
3) Guru perlu mengajar dengan intelligence siswa, bukan dengan intelligence
dirinya sendiri yang tidak cocok dengan intelligence siswa.
4) Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai
model yang cocok dengan Teori kecerdasan majemuk.
d. Dampak Terhadap Pengaturan Kelas
Pendekatan pembelajaran yang berbeda, bervariasi karena intelligence
siswa dan guru yang berbeda, juga mempengaruhi pengaturan kelas. Perlu
ditekankan bahwa belajar tidak boleh dibatasi di dalam kelas atau sekolah.
Kadang demi pemahaman yang lebih mendalam dan mudah.
e. Dampak Terhadap Evaluasi
Karena sistem pembelajaran dan juga pendekatan yang bervariasi, jelas
bahwa sistem evaluasi juga harus berbeda. Evaluasi yang tepat haruslah juga
menggunakan macam-macam intelligence yang dipakai dalam pembelajaran,
evaluasi perlu menggunakan model yang memuat semua macam Teori kecerdasan
majemuk sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya.
f. Dampak Terhadap Pendidikan Nilai
Teori kecerdasan majemuk merupakan pengelompokan dalam diri
seseorang dapat berfungsi secara lebih penuh. Intelligence ini jelas mempengaruhi
pula bila mau menanamkan nilai pada anak. Karena siswa lebih dapat menangkap
makna ataupun isi nilai pun perlu memperhatikan kecerdasan majemuk tersebut.

44
BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Hubungan Pembelajaran berbasis Kecerdasan Majemuk dengan Pemilihan Media dalam Pembelajaran Fisika
Tabel 1. Matriks Hubungan Pembelajaran berbasis Kecerdasan Majemuk dengan Pemilihan Media dalam Pembelajaran Fisika
Desain Pembelajaran Contoh Dalam Pembelajaran Fisika Kecerdasan yang Media Yang Digunakan
Kecerdasan Majemuk Terbentuk
1. Terfokus pada Topik Gerak Melingkar Beraturan (GMB)  Visual
Tertentu  Audio Visual
 Multimedia
 Lembar Kerja Peserta Didik
 Media Peraga dan
Eksperimen
2. Mempertanyakan Guru menghubungkan konsep gerak melingkar beraturan dengan Kecerdasan  Visual: seperti modul, buku
pendekatan kecerdasan spritual sehingga siswa dapat menyadari kebesaran Spritual ajar, handout
kecerdasan majemuk Allah? Disini diharapkan siswa dapat menerapkan sikap  Audio Visual: Video
yang cocok dengan bersyukur dalam kehidupan sehari-hari? tentang hikmah
topik “Jika Allah tidak mengatur bumi bergerak dengan kelajuan mempelajari GMB
konstan/tetap, maka apa yang akan terjadi menurutmu ?”  Multimedia: seperti
“ Jika Allah tidak menjaga matahari tidak berada pada garis multimedia interaktif (PPT)
edarnya berupa lintasan elips, maka apa yang akan terjadi untuk menjelakan materi
menurutmu ?” GMB yang dikaitkan
dari kaitan ini siswa dapat menyadari kebesaran Allah dan dapat dengan nilai spritual yang
bersyukur kepada Allah dari mempelajari gerak melingkar diperoleh
beraturan ini.

45
Desain Pembelajaran Contoh Dalam Pembelajaran Fisika Kecerdasan yang Media Yang Digunakan
Kecerdasan Majemuk Terbentuk
Siswa diminta mendefinisikan konsep dan karakteristik GMB Kecerdasan bahasa  Visual: seperti modul, buku
dengan kalimat mereka sendiri. ajar, handout
 Multimedia: seperti
multimedia interaktif (PPT)
untuk menjelakan materi
GMB
Siswa memasukkan bilangan, perhitungan, logika, klasifikasi, Kecerdasan  Visual: seperti modul, buku
dan ketrampilan perfikir kritis dalam topik GMB. Sehingga siswa matematika ajar, handout
tau bagaimana persamaan itu dapat ditemukan atau diturunkan.  Multimedia: seperti
Contoh : dalam menemukan persamaan kecepatan maksimum multimedia interaktif (PPT)
pada tikungan. untuk menjelakan materi
GMB
Guru menggunakan bantuan visual, warna, seni, metafor dalam Kecerdasan ruang-  Visual: seperti modul, buku
topik GMB. Sehingga secara visual dapat ditunjukkan visual ajar, handout
visualisasi bagaimana pengaruh kecepatan kendaraan saat berada  Multimedia: seperti
di tikungan. Siswa dapat melihat apa yang terjadi dengan jika multimedia interaktif (PPT)
mobil melaju lebih lambat atau lebih kencang di tikungan. Dapat untuk menjelakan materi
ditunjukkan dengan gambar atau percobaan sehingga siswa GMB yang dilengkapi
dapat melihat perubahannya secara visual. gambar dan bagan
 Lembar Kerja Peserta
Didik: LKPD untuk materi
GMB
 Media Peraga dan
Eksperimen:
eksperimen di laboratorium
tentang hubungan

46
Desain Pembelajaran Contoh Dalam Pembelajaran Fisika Kecerdasan yang Media Yang Digunakan
Kecerdasan Majemuk Terbentuk
kecepatan, gaya sentipetal,
dan gaya sentrifugal.
Guru membawa masuk musik dan suara lingkungan dan Kecerdasan musik  Audio Visual: Video video
melodi dalam topik GMB. Hal ini dapat diwujudkan dengan pembelajaran tentang
menampilkan video pembelajaran tentang orang yang sedang orang yang sedang
menghi-dupkan musik menggunakan CD. Agar musik CD menghi-dupkan musik
terdengar baik, keping CD harus berputar dengan kecepatan linier menggunakan CD. Agar
yang konstan. musik CD terdengar baik,
keping CD harus berputar
dengan kecepatan linier
yang konstan.
Guru mengupayakan siswa untuk memasukkan seluruh tubuh Kecerdasan gerak-  Lembar Kerja Peserta
atau menggunakan pengalaman-pengalaman manual sehingga badan Didik: LKPD untuk materi
siswa dapat aktif membuat sesuatu tentang GMB. Barangkali GMB
harus dengan melakukan percobaan di laboratorium atau main
gerak melingkar dengan berputar-putar di depan kelas.
Guru mengaktifkan siswa dalam sharing kelompok, belajar Kecerdasan Inter  Lembar Kerja Peserta
bersama dalam kelompok. Salah satunya dengan melakukan personal Didik: LKPD untuk materi
kerja sama dalam mengerjakan persoalan GMB. GMB
Guru menggerakkan siswa pada aspek perasaan pribadi, ingatan, Kecerdasan  Visual: seperti modul, buku
atau memberikan siswa suatu pilihan pribadi. Guru intrapersonal ajar, handout
memberikan waktu kepada siswa untuk berefleksi sendiri  Multimedia: seperti
tentang materi tersebut. Dengan menanyakan multimedia interaktif (PPT)
“apa kegunaan belajar GMB itu untuk hidup ananda ?” untuk menjelakan manfaat
Guru merefleksikan materi GMB kepada siswa sehingga mempelajari materi GMB
memancing siswa untuk menyadari kegunaan mempelajari GMB.

47
Desain Pembelajaran Contoh Dalam Pembelajaran Fisika Kecerdasan yang Media Yang Digunakan
Kecerdasan Majemuk Terbentuk
Misalnya dengan mengungkapkan bahwa GMB ini juga perlu
dalam kehidupan sehari-hari misalnya kita sedang berada di
tikungan menggunakan mobil, jika kita bergerak dengan
kecepatan yang tepat, maka kecelakaan dapat dihindari.
Guru memberikan penjelasan dimana saja kaitan dengan alam Kecerdasan  Audio Visual: Video
lingkungan sekitar. Dan menjelaskan bahwa GMB ini terkait lingkungan/naturalis Pembelajaran tentang GMB
seluruh alam. Guru memancing siswa menyebutkan peristiwa
yang menerapkan prinsip GMB.
Guru memancing siswa dengan memberikan pernyataan Kecerdasan  Audio Visual: Video
dampak/pentingnya GMB dalam keteraturan di dunia ini sehingga eksistensial Pembelajaran tentang
siswa terpancing untuk berpikir bahwasannya jika suatu benda GMB
dengan gerakan melingkar beraturan itu terganggu, maka siklus
kehidupan didunia ini akan terancam. Sehingga tampak
eksistensinya materi GMB ini.
3. Membuat skema dan Langkah selanjutnya, Karakteristik GMB
kemungkinan yang guru membuat skema  Besaran-besaran terkait GMB
dapat dibuat yang berisi segala  Contoh penerapan GMB dalam
kemungkinan kegiatan kehidupan sehari-hari
yang sesuai dengan topik  Hikmah mempelajari GMB
itu dalam bentuk Besaran-besaran GMB
kecerdasan mejemuk. Di  Konsep perioda, frekuensi,
sini hanya perlu ditulis perpindahan linier, perpindahan
semua kegiatan yang sudut, kecepatan sudut,
mungkin. Dalam percepatan sentripetal, gaya
memikirkan kegiatan- sentripetal.
kegiatan tersebut perlu  Prinsip perioda, frekuensi,

48
Desain Pembelajaran Contoh Dalam Pembelajaran Fisika Kecerdasan yang Media Yang Digunakan
Kecerdasan Majemuk Terbentuk
dipertimbangkan perpindahan linier, perpindahan
peralatan dan fasilitas sudut, kecepatan sudut,
yang dimiliki sekolah percepatan sentripetal, gaya
dan yang mungkin sentripetal
diusahakan siswa.  Hikmah mempelajari besaran-
besaran pada GMB
Pemindahan GMB
 Karakteristik hubungan roda-roda
sepusat, hubungan roda-roda
bersinggungan, dan hubungan
roda-roda menggunakan rantai.
 Prinsip hubungan roda-roda
sepusat, hubungan roda-roda
bersinggungan, dan hubungan
roda-roda menggunakan rantai.
 Hikmah mempelajari hubungan
pada roda-roda
4. Memilih dan Setelah semua ditulis, Karakteristik GMB Video, LKS dan slide power
mengurutkan dalam lalu dipilih beberapa  Besaran-besaran terkait GMB
point, Buku Siswa Kurikulum
rencana pelajaran kegiatan yang memang  Contoh penerapan GMB dalam
akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari 2013, Bahan Ajar tentang
pelajaran sesungguhnya.  Hikmah mempelajari GMB Hukum II Newton,
Dipilih kegiatan yang Langkah-langkah Pembelajaran:
memang sungguh akan Lampiran 1 Jurnal/artikel, Internet, dan
dikerjakan yang ada
Alam Sekitar
sarananya dan dapat

49
Desain Pembelajaran Contoh Dalam Pembelajaran Fisika Kecerdasan yang Media Yang Digunakan
Kecerdasan Majemuk Terbentuk
dibuat. Setelah itu,
semuanya diurutkan
dalam satu rencana
pelajaran. Dengan
demikian, guru
mempunyai rencana
pembelajaran konkret
yang dapat diterapkan
dalam proses
pembelajaran

50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Landasan penggunaan media pembelajaran fisika yaitu Agama, Yuridis dan
Agama.
2. Aspek-aspek yang diperlukan dalam pemilihan media pembelajaran fisika
berdasarkan kebutuhan peserta didik yairu kriteria pemilihan umum yang
meliputi: kesesuaian dengan tujuan (instructional goals), kesesuaian dengan
materi pembelajaran (instructional content), kesesuaian dengan karakteristik
pembelajar / siswa, kesesuaian dengan teori, kesesuaian dengan gaya belajar
siswa, kesesuaian dengan kondisi lingkungan, serta kriteria khusus pemilihan
media yaitu access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.
3. Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk secara umum dapat diartikan
sebagai proses pembelajaran yang memberi “ruang gerak” bagi setiap
individu siswa untuk mengembangkan potensi kecerdasannya.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan.Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.Semoga
makalah ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan pemakalah pada khususnya.

51
DAFTAR PUSTAKA

A.Tabrani Rusyan, dkk. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Cet
ke-1. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. 1992. Tafsir Al-Maraghy Jilid 4, Terj. Bahrun Abu
Bakar dkk,
Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami , Menyingkap
Rentang Kehidupan Manusia dari Pra Lahir Hingga Pasca Kematian; Cet
ke-1. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Amier Dien Indrakusuma. 1999. Pengantar Ilmu Pendidikan Cet ke-2. Surabaya :
Usaha Nasional
B. Surya Subroto. 1997. Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Cet ke-1. Jakarta :
Rineka Cipta
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Cet ke-9 1996. Jakarta :
Bumi Aksara
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan cet ke-2. Jakarta: Bumi Aksara
Julia Jasmine. 2007. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Kecerdasan Majemuk;
Cet ke-1. Bandung: Nuansa
M. Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan Cet ke-1. Jakarta: Rineka Cipta
May Lwin dkk. 2005. How to Multiply Your Child’s Intelligence, Cara
Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: Indeks1
Munif Chatib. 2010. Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligence
di Indonesia; cet ke-1. Bandung: Kaifa
Paul Suparno. 2004. Teori Intelligence Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, Cara
Menerapkan Teori Multiple Intelligencess Howard Gardner; cet ke-2.
Yogyakarta: Kanisius
Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
S.Nasution, Pembelajaran dan Motivasi Belajar Mengajar Cet ke-2. 1998.
Jakarta : Rineka Cipta
Sardiman AM. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Cet ke -1. Jakarta:

52
Rajawali Press
Sardiman, AM Interaksi ....., h. 95.
Sudarwan Damin. 1995. Media Komunikasi Pendidikan Cet- ke-1. Jakarta : Bumi
Aksara
Suharsono. 2004. Mencerdaskan Anak, Melejitkan Intelektual dan Spritual,
Memperkaya Hasanah Batin, Kesalehan serta Kreativitas Anak (IQ, EQ
dan SQ, Cet: ke-1. Depok: Inisiasi Press8
Syaiful Bahri Djamarah, Motivasi Belajar dan Kompetensi Guru Cet ke-2. 1994.
Surabaya: Usaha Nasional
Syaiful Bahri Djamarah. 1995. Strategi Belajar Mengajar Cet k5. Jakarta : Rineka
Cipta
Terjemah Tafsir Al-Maraghy Jilid 4 Cet ke-7. Semarang: Toha Putra
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Revisi, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia; Cet ke-4. Jakarta: Balai Pustaka
WS. Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Cet ke-3. Jakarta: Gramedia

53
Lampiran 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan Kecerdasan Majemuk
Deskripsi Kegiatan Alokasi
No Kegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

Pendahuluan A. Guru mengatur kondisi fisik dan psikis A. Siswa melaksanakan perintah guru 15’
Siswa(membaca do’a, mengabsen ,dll) (membaca doa, megacungkan tangan
saat di absen, dll)
 Guru mengucap salam  Siswa menjawab salam
 Guru meminta siswa untuk membaca doa  Siswa membaca doa sebelum belajar yang
sebelum belajar (Religius) dipimpin oleh ketua kelas (Religius)
 Guru mengecek daftar hadir siswa (Kecerdasan Spritual)
 Siswa merespon guru

B. Apersepsi B. Apersepsi
Guru bertanya kepada siswa tentang: Siswa menjawab pertanyaan yang
 Apa saja pelajaran tentang gerak lurus yang diberikan guru dengan kalimat sendiri
masih ananda ingat ? (Kecerdasan bahasa)

C. Motivasi C. Motivasi
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan Siswa mendengarkan motivasi yang
yang meningkatkan motivasi siswa. disampaikan guru dan mencatat dibukunya
 Apa saja contoh-contoh gerak melingkar agar diterapkan manfaat positifnya dalam
yang ada dalam lingkunganmu ? kehidupan sehari-hari (Kecerdasan
bahasa)
D. Menyampaikan tujuan pembelajaran D. Mendengarkan tujuan pembelajaran
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa mendengarkan dan mencatat tujuan
yang ingin dicapai yaitu: pembelajaran hari ini yang disampaikan

54
Deskripsi Kegiatan Alokasi
No Kegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

 Siswa mengetahui karakteristik dari Gerak guru


Melingkar Beraturan (GMB) dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2 Inti Fase Orientasi Pada Masalah  Siswa memperhatikan video yang 60’
 Guru menunjuk salah seorang siswa untuk ditampilkan di depan kelas. (mengamati)
mengamati perputaran jarum jam tangan (Kecerdasan ruang-visual dan
 Guru menampilkan video yang harus Kecerdasan music)
diamati oleh siswa serta mengarahkan
siswa untuk memikirkan pertanyaan dari
video tersebut.
 Fase Konseptual
Pertanyaan
 Guru membimbing siswa untuk bertanya  Siswa menanyakan kepada guru terkait
terkait video yang ditampilkan guru. dengan video yang ditampilkan guru.
(menanya) (rasa ingin tahu)
Hipotesis umum
 Guru menyuruh siswa membuat hipotesis  Siswa membuat hipotesis umum
umum mengenai masalah yang diberikan. mengenai masalah yang diberikan dengan
kalimatnya sendiri (Kecerdasan bahasa)
Fase Investigasi
Eksplorasi
 Guru memancing siswa untuk mengingat  Siswa menyebutkan besaran-besaran pada
pelajaran GMB GMB
 Guru memancing siswa untuk mencari  Siswa mencari hubungan antara besaran-
besaran pada GMB Kecerdasan

55
Deskripsi Kegiatan Alokasi
No Kegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

hubungan antara besaran-besaran pada matematika)


GMB.
 Guru memaparkan hubungan antara  Siswa menyimak pemaparan dari guru dan
besaran-besaran pada GMB lengkap dengan mencatat dibuku tulis mereka masing-
turunan rumusnya. masing.
 Guru memaparkan manfaat dan hikmah
mempelajari GMB
Eksperimen
 Guru mengorganisasi siswa untuk belajar  Siswa membentuk kelompok
dalam bentuk diskusi kelompok kecil.  Siswa duduk bersama kelompok masing-
 Guru membagi kelompok-kelompok belajar masing untuk bekerja sama (kerja sama)
sesuai dengan tingkat kemampuannya (Kecerdasan Interpersonal)
(dicampur antara kemampuan tinggi dengan
kemampuan rendah) untuk menyelidiki
masalah hubungan besaran-besaran pada
GMB berdasarkan data percobaan (grafik)
yang berhubungan dengan materi GMB
dengan kelompoknya masing – masing
 Guru membagi LKS sebagai panduan  Siswa membaca LKS yang berisi panduan
melakukan praktikum untuk melakukan praktikum.
 Guru menyuruh siswa melakukan  Siswa melakukan praktikum bersama
praktikum dengan jujur dan teliti teman kelompok yang dibimbing oleh
 Guru membimbing siswa dalam melakukan guru dengan jujur dan teliti (Kecerdasan
praktikum terkait hubungan antara besaran- gerak-badani) (mengeksperimen) (jujur
besaran pada GMB dan teliti)

56
Deskripsi Kegiatan Alokasi
No Kegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

Interpretasi Data
 Guru menyuruh siswa mengisi data di LKS  Siswa mengisi data yang diperoleh pada
berdasarkan data yang diperoleh dari LKS. (Kecerdasan interpersonal)
praktikum.  Siswa mengolah data yang diperoleh
(menalar) (Kecerdasan interpersonal)
 Fase Kesimpulan
 Guru mengajak siswa untuk mengambil  Siswa mengambil kesimpulan berdasarkan
kesimpulan dari praktikum yang telah hasil praktikum.
dilakukan.
 Guru mengajak siswa untuk  Siswa membandingkan kesimpulan
membandingkan kesimpulan dengan dengan hipotesis yang telah dibuat
hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. sebelumnya.
 Guru meminta siswa untuk membuat  Siswa membuat laporan hasil praktikum.
laporan praktikum yang telah dilakukan.

 Fase Diskusi
Komunikasi
 Guru menyuruh siswa mempresntasikan  Masing-masing kelompok atau salah satu
laporan hasil praktikum kelompok terpilih mengkomunikasikan
 Guru memberi kesempatan kepada hasil penyelidikan dan hasil diskusi.
kelompok lain untuk memberi tanggapan (Kecerdasan eksistensi)
dan pertanyaan. (mengkomunikasikan)
 Kelompok lain memberikan saran dan
tanggapan.

57
Deskripsi Kegiatan Alokasi
No Kegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

Refleksi
 Guru menggambarkan, mengkritisi dan  Siswa menyimak kritikan dan evaluasi
mengevaluasi laporan siswa. laporan praktikum yang disampaikan guru
 Guru membahas seluruh hasil laporan
praktikum.
 Guru membimbing diskusi kelas untuk
mengklarifikasi pemahaman siswa
mengenai hubungan antara besaran-besaran
terkait materi GMB
 Guru mengingatkan kembali manfaat
mempelajari GMB
3 Penutup  Guru membimbing siswa membuat  Siswa mendengarkan simpulan dan 15’
simpulan dan merangkum kegiatan rangkuman kegiatan pembelajaran
pembelajaran.  Siswa mengevaluasi proses pemecahan
 Guru membimbing siswa untuk masalah yang telah dilakukan dengan
mengevaluasi proses pemecahan masalah bimbingan guru.
yang telah dilakukan.  Siswa dibimbing untuk merefleksi seluruh
 Guru juga membimbimbing siswa untuk akttivitas pembelajaran yang dilakukan.
merefleksi seluruh akttivitas pembelajaran Refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada
yang dilakukan. Refleksi dapat dikaitkan perilaku ilmiah yang dapat terbentuk pada
difokuskan pada perilaku ilmiah yang dapat diri siswa melalui akktivitas pembelajaran
terbentuk pada diri siswa melalui akktivitas Perilaku ilmiah tersebut seperti memiliki
pembelajaran Perilaku ilmiah tersebut keingintahuan, objektif, jujur, teliti,
seperti memiliki keingintahuan, objektif, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung

58
Deskripsi Kegiatan Alokasi
No Kegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, jawab, terbuka, kritis, kreatif, dan
bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif. (Kecerdasan intrapersonal)
dan inovatif.  Siswa mengerjakan pekerjaan rumah yang
 Memberi pengayaan : Guru memberikan diberikan guru dalam bentuk:
pengayaan kepada Siswadirumah dalam - Mengerjakan soal yang ada dalam
bentuk lembar kerja
- Mengerjakan soal yang ada dalam - Membaca dan merangkum materi
lembar kerja mengenai materi untuk minggu
- Membaca dan merangkum materi depan.
mengenai materi untuk minggu depan.  Siswa diharapkan mampu menerapkan
pembelajaran GMB dengan peristiwa di
alam dan menerapkan manfaaatnya dalam
kehidupan sehari-hari (Kecerdasan
lingkungan dan (Kecerdasan spritual)

59

Anda mungkin juga menyukai