Anda di halaman 1dari 6

RSIA YK MADIRA

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


SMF KESEHATAN ANAK
RSIAYK MADIRA PALEMBANG

ASMA BRONKIAL
J.45.9
1. Definisi Asma adalah penyakit saluran respiratori kronis dengan dasar inflamasi kronis yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi.
2. Anamnesis 1. Keluhan wheezing dan atau batuk berulang
2. Sesak napas
3. Rasa dada tertekan
4. Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang, BKB)
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah:
 Gejala timbul secara episodik atau berulang
 Timbul bila ada faktor pencetus
o Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin,
udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan,
pewarna makanan.
o Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
o Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold, rinofaringitis
o Aktifitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
 Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya
 Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan
dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal).
 Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan
pemberian obat pereda asma.
-
3. Pemeriksaan 1. Dalam keadaan stabil tanpa gejala, tidak ditemukan kelainan.
Fisik 2. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing,
baik yang langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.
Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopi atau
rinitis alergi, dan dapat pula dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau
geographic tongue.
4. Kriteria
Diagnosis Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak napas,  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
dada tertekan, produksi  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
sputum  Gejala memberat pada malam atau dini hari
 Gejala timbul bila ada pencetus
Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
Gambaran obstruksi saluran FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
respiratori FEV1/ FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca Peningkatan FEV1 > 12%
bronkodilator)
Variabilitas Perbedaan PEFR harian > 13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 > 20%, atau PEFR > 15%
Tabel 2. Kriteria Penentuan Derajat Kekerapan Asma:
Derajat Asma Uraian kekerapan gejala asma
Intermitten Episode gejala asma < 6x/ tahun atau jarak antar gejala ≥ 6
minggu
Persisten ringan Episode gejala asma > 1x/ bulan, < 1x/ minggu
Persisten sedang Episode gejala asma > 1x/ minggu, namun tidak setiap hari
Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir setiap hari

Tabel 3. Derajat serangan asma


Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas
Bicara dalam kalimat Bicara dalam kata Mengantuk
Lebih senang duduk Duduk bertopang lengan Letargi
daripada berbaring Gelisah Suara napas tak terdengar
Tidak gelisah Frekuensi napas meningkat
Frekuensi napas meningkat Frekuensi nadi meningkat
Frekuensi nadi meningkat Retraksi jelas
Retraksi minimal SpO2 (udara kamar) < 90%
SpO (udara kamar): PEF < 50% prediksi atau
2
90 – 95% terbaik
PEF > 50% prediksi atau
terbaik

5. Diagnosis Klasifikasi Asma


a. Berdasarkan umur :
1. Asma balita
2. Asma Anak
b. Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
1. Asma intermiten
2. Asma persisten ringan
3. Asma persisten sedang
4. Asma persisten berat
c. Berdasarkan deajat beratnya serangan
1. Asma serangan ringan – sedang
2. Asma serangan berat
3. Serangan asma dengan ancaman henti napas
d. Berdasarkan derajat kendali
1. Asma terkendali penuh (well controlled)
2. Asma terkendali sebagian
3. Asma tidak terkendali
e. Berdasarkan keadaan saat ini
1. Tanpa gejala
2. Ada gejala
3. Serangan ringan sedang
4. Serangan berat
5. Ancaman gagal napas
6. Diagnosis Bronkiolitis
Banding Aspirasi benda asing
7. Pemeriksaan
Penunjang 1. Pemeriksaan fungsi paru (spirometri atau peak flow meter) sekaligus uji
reversibilitas dan untuk menilai variabilitas.
2. Pemeriksaan IgE dan eosinofil total
3. Rontgen Toraks
4. Rontgen Sinus paranasal (pada anak >5tahun dengan asma persisten atau sulit
diatasi)
5. Uji tuberkulin

8. Terapi Serangan Asma Ringan


 Sekali nebulisasi  respon yang baik (complete response)derajat serangannya
ringan.
 Observasi 1-2 jamrespon bertahan pulang (bekali obat β-agonis (hirupan atau
oral) yang harus diberikan tiap 4-6 jam)
 Jika pencetus serangan adalah infeksi virus, tambahkan steroid oral jangka pendek
(3-5 hari).
 Kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata
laksana.
 Jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai
serangan asma sedang.
Serangan Asma Sedang
 Pada pemberian nebulisasi dua atau tiga kali  respon parsial (incomplete
response) derajat serangannya sedang.
 Observasi dan tangani di ruang rawat sehari (RRS).
 Berikan kortikosteroid sistemik (oral) metilprednisolon dengan dosis 1- 2
mg/kgBB/hari selama 3-5 hari.
 Pasang jalur parenteral sejak di unit gawat darurat (UGD).
Serangan Asma Berat
 Dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut  tidak respon (poor response)  rawat
inap.
 Oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi.
 Pasang jalur parenteral dan lakukan foto toraks.
 Ada gejala dan tanda ancaman henti napas  rawat di ruang rawat intensif.
 Ada dehidrasi dan asidosis, atasi dengan pemberian cairan intravena dan koreksi
terhadap asidosis.
 Steroid intravena diberikan secara bolus, tiap 6-8 jam (0,5-1 mg/kg BB/hari).
 Nebulisasi β -agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam;
jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian
dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam.
 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan sebagai berikut:
o Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, diberikan aminofilin
dosis awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5% atau
garam fisiologis sebanyak 20 ml, diberikan dalam 20-30 menit.
o Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam), dosis
yang diberikan adalah setengah dosis inisial.
o Kadar aminofilin dalam darah diukur dan dipertahankan sebesar 10-20
mcg/ml;
o Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1 mg/kgBB/jam.
 Jika telah terjadi perbaikan klinis:
o Nebulisasi diteruskan setiap 6 jam, sampai dengan 24 jam.
o Steroid dan aminofilin diganti dengan pemberian per oral.
o Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan
dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama
24-48 jam. Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik
rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana.
 Ancaman henti napas; hipoksemia tetap terjadi walaupun sudah diberi oksigen
(kadar PaO2<60 mmHg dan/atau PaCO2 >45 mmHg). Pada ancaman henti napas
diperlukan ventilasi mekanik.

Tatalaksana jangka panjang


1. Mencari dan menghindari faktor pencetus, untuk itu diperlukan kerjasama dengan
orang tua penderita.
2. Mencegah serangan asma dengan pemberian obat untuk mempertahankan sel-sel
mediator tidak pecah.
3. Medikamentosa
a. Reliver (pereda) β2 agonis short acting, antikolinergik, teofilin short acting,
aminofilin dan adrenalin
b. Controller ( pengendali) β2 agonis long acting, steroid inhalasi/oral.
Antileukotrien, teofilin sustained release, dan sodium kromoglikat.

Obat pengendali asma

1. Steroid inhalasi
Dosis berbagai preparat steroid inhalasi:

Adults and Adolescents (12 year and Older)


Daily Dose (mcg)
Drug
Low Medium High
Beclometasone dipropionate 200-500 >500-1000 >1000
(CFC)
Beclometasone dipropionate (hfa) 100-200 >200-400 >400
Budesoonide (DPI) 200-400 >400-800 >800
Ciclesonide (HFA) 80-160 >160-320 >320
Fluticasone propionate (DPI) 100-250 >250-500 >500
Fluticasone propionate (HFA) 100-250 >250-500 >500
Mometasone furoate 110-220 >220-440 >440
Triamcinolone acetonide 400-1000 >1000-2000 >2000
Children 6-11 years
Beclometasone dipropionate 100-200 >200-400 >400
(CFC)
Beclometasone dipropionate 50-100 >100-200 >200
(HFA)
Budesoonide (DPI) 100-200 >200-400 >400
Budesoonide (Nebules) 250-500 >500-1000 >1000
Ciclesonide 80 >80-160 >160
Fluticasone propionate (DPI) 100-200 >200-400 >400
Fluticasone propionate (HFA) 100-200 >200-500 >500
Mometasone furoate 110 >220-440 >440
Triamcinolone acetonide 400-800 >800-1200 >1200
2. Agonis β2 kerja panjang (LABA : long acting β2 agonist): formoterol
3. Antileukotrin : montelukast, pranlukast, zafirlukast
4. Teofilin lepas lambat
5. Anti IgE : Omalizumab

Jenjang Kendali Asma

• Keterangan gambar: ICS (inhaled corticosteroids, steroid inhalasi); LTRA


(Leukotriene Receptor Antagonist); SABA (short acting beta agonist, β2-agonis
kerja pendek); LABA (long acting beta agonist, β2-agonis kerja panjang)

9. Edukasi - Menjelaskan mengenai gejala dan penyebab penyakit


- Menjelaskan mengenai pemberian terapi, dosis dan efek samping
- Menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
- Menjelaskan prognosis dan komplikasi penyakit
- Menjelaskan perlunya pemberian imunisasi, ASI yang adekuat serta asupan
gizi yang cukup.
- Menjauhkan anak dari polusi udara dan asap rokok

10. Prognosis Ad vitam :dubiaadbonam/malam


Ad sanationam :dubiaadbonam/malam
Ad fungsionam :dubiaadbonam/malam
11. Penyusun Dr. Azwar Aruf, SpA. MSc
Dr. Herman Bermawi, SpA(K)
Dr. Desti Handayani, SpA. MKes
Dr. Herti Perdana Putri, SpA. Mkes
12. Indikator Frekuensi napas dan manifestasi klinis
Medis
13. Target Tidak sesak, dengan frekuensi napas normal sesuai usia, tidak ada tanda-tanda infeksi,
tidak ada penyakit penyerta dan komplikasi telah teratasi dan bisa minum secara
adekuat, serangan asma terkendali.
14. Kepustakaan 1. Yuhei H, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T, dkk. Japanese
guideline for childhood asthma. Allergol Int. 2014; 63: 335-56
2. UKK Respirologi IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2004.
3. Kartasasmita CB dkk. Asma Bronkial. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008; h.71-161.
4. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia/IDAI. Modul Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak. 2008.
5. Supriyatno B, dkk. Asma Bronkial. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004; h.335-347.
6. Global initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention. National Institute Health.
7. Asher MI, Grant C. Asthma. Dalam: Kendig’s Disorders of The Respiratory Tract
in Children. 7thEd. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006; h 762-860.
8. Pitrez PMC, Stein RT, Martinez FD. Asthma. Dalam: Pediatric respiratory
medicine. 2nd Edition. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2008; h.779-844.
9. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis.2009; h. 269-78

Mengetahui/Menyetujui Palembang, 1 Maret 2016


Direktur RSIA YK Madira, Ka. SMF Kesehatan Anak,

Dr. Yuri Karmila, SpOG, MSc.US, MARS. Dr. Herman Bermawi, SpA(K)

Anda mungkin juga menyukai