PENDAHULUAN
1
ini menghasilkan medan listrik jantung (cardiac electrical field) dijantung untuk
kemudian diteruskan ke seluruh tubuh. Medan listrik ini dapat direkam dengan
menaruh beberapa elektroda (sadapan) di permukaan tubuh yang dihubungkan
dengan sebuah mesin. Sebagai hasilnya tampak sebuah grafik sesuai interpretasi
masing-masing sadapan. Dengan kata lain, EKG merupakan sebuah grafik aktivitas
listrik jantung yang direkam di permukaan tubuh.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
2.1.1 Anatomi Jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di
rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira-kira 250-300 gram.3
3
Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan
berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung.
dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh
tubuh.3
Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari
paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan
berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-
paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen
keseluruh tubuh.3
Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang
merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan
lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan
lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium.3
4
Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi tugasnya
hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.
Curah jantung
Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per
menit. Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh
ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan
terjadi penimbunan darah di tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan
pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan demikian curah
jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit. 4 Umumnya
pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya
sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini
dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama,
bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan
istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai
keadaan.4
5
maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan
dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.4
6
- Lead C1 warna putih / merah di V1
- Lead C2 warna putih / kuning di V2
- Lead C3 warna putih / hijau di V3
- Lead C4 warna putih / coklat di V4
- Lead C5 warna putih / hitam di V5
- Lead C6 warna putih / ungu di V6
7
Gambar 3. Elektroda ekstremitas 6
8
Elektroda-elektroda prekordial diberi nama V1-V6 dengan lokalisasi
sebagai berikut6 :
V1 : Garis Parasternal kanan, pada interkostal IV
V2 : Garis pada Parasternal kiri, pada Interkostal IV
V3 : Titik tengah antara V2 dan V4
V4 : Garis Klavikula-tengah, pada interkostal V
V5 : Garis aksila depan, sama tinggi dengan V4
V6 : Garis aksila tengah, sama tinggi dengan V4 dan V5
Sandapan-sandapan Ekstremitas
Dari elektroda-elektroda ekstremitas didapatkan tiga sandapan, dengan
rekaman potensial bipolar, yaitu6 :
- Sandapan I: Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif ( - ) dan
tangan kiri bermuatan positif ( + )
- Sandapan II: Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
Kaki kiri (LF ) dimana tangan bermuatan negatif ( - ) dan kaki kiri
bermuatan positif ( + ).
- Sandapan III: Merekanm beda potensial antara tagan kiri ( LA) dengan
Kaki kiri ( LF ), dimana tangan kiri bermuatan negatif ( - ) dan kaki kiri
bermuatan positif ( + ).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segita sama
sisi, yang lazim disebut segitiga Einthoven. Untuk mendapatkan sandapan
unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III disebut terminal sentral dan anggap
berpontensial nol. Bila potensial dari suatu elektroda dibandingakan dengan
terminal sentral , maka didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan
sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
9
- Sandapan aVR: Merekam potensial listrik pada tangan kanan ( RA),
dimana tangan kanan bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ).
- Sandapan aVL: Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana
tangan kiri bermuatan positif (+) ,tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda Indiferen (potensial nol ).
- Sandapan aVF: Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana
kaki kiri bermuatan positif (+) ,tangan kanan dan tangan kiri membentuk
elektroda Indiferen (potensial nol ).
Kertas EKG.
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal
dan vertikal dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis
yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar).
- Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04detik,
sedangkan 5 mm = 0.20 detik.
- Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt,
sedangkan setiap 10 mm = 1 miliVolt.
Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25
mm/detik. Pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi 1 milliVolt
yaitu sebuah atau lebih yang menimbulkan defleksi 10 mm. Pada keadaan
tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm
10
atau diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat
pada saat perekaman EKG sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang
salah bagi pembacanya. Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik
disebut garis iso-elektrik. Defleksi yang arahnya keatas disebut defleksi
positif, yang kebawah disebut defleksi negatif.6
11
interventrikuler dan proses depolarisasi ventrikel inilah yang
menimbulkan gelombang QRS.
d. Gelombang T merekam repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium
tidak tampak dalam rekaman EKG.
e. Berbagai segmen dan interval menyatakan jarak dan waktu antara
peristiwa berikut ini :
- Interval PR mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium
sampai pada saat mulainya depolarisasi ventrikel.
- Segmen ST merekam waktu dari akhir depolarisasi ventrikel sampai
mulainya repolarisasi ventrikel.
- Interval QT mengukur waktu dari mulainya depolarisasi ventrikel
sampai pada akhir repolarisasi ventrikel.
12
Gelombang P yang normal dapat berupa :
- Defleksi positif pada sandapan lateral (L1, aVL, V5, V6) dan
sadapan inferior (aVF)
- Defleksi negatif pada sandapan aVR
- Bervariasi pada sadapan (L III, V2-V4)
- Tingginya kurang dari 2.5 mm ( 2.5 kotak kecil )
- Lebarnya kurang dari 2.5 mm ( 2.5 kotak kecil )
b. Interval PR
Interval PR menggambarkan waktu dari saat mulainya
depolarisasi atrium sampai permulaan depolarisasi ventrikel. Interval
ini juga menggambarkan perlambatan penjalaran yang terjadi di
nodus AV. Interval PR ini normalnya antara 0.12 – 0.2 detik ( 3 – 5
kotak kecil ).7,9
Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks
QRS. Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui
antrium dan hambatan impuls pada nodus AV. Perpanjangan interval
PR yang abnormal menandai adanya gangguan hantaran impuls,
yang disebut blok jantung tingkat pertama.
c. Kompleks QRS
Kompleks ini memiliki arti klinis yang terpenting dari seluruh
gambaran EKG karena kompleks ini mewakili depolarisasi ventrikel
atau penyebaran impuls di seluruh ventrikel.8,9
Ada tiga komponen yang membentuk kompleks ini:
- Gelombang Q yaitu bagian defleksi negatif sebelum suatu
defleksi positif
- Gelombang R yaitu defleksi positif yang pertama muncul,
disertai atau tanpa gelombang Q
- Gelombang S yaitu defleksi negatif setelah gelombang R
Pada keadaan normal gelombang R berdefleksi positif pada
semua sadapan ekstremitas kecuali pada aVR. Pada sadapan
prekordial dikenal istilah R-wave progression yaitu defleksi positif
13
gelombang R yang semakin membesar dari sadapan V1-V6. Interval
QRS normalnya kurang dari 3 kotak kecil atau 0.12 detik.10,11
Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia
ventrikel juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks
QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls
melalui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan meningkatkan
amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.
d. Segmen ST
Segmen ST normalnya pada seluruh sadapan berbentuk
horizontal dan isoelektrik atau sedikit menanjak landai.7 Segmen ini
menggambarkan waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai
pada permulaan repolarisasi ventrikel.
Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia
miokardium sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan
infark.
e. Gelombang T (T wave)
Gelombang T merupakan gambaran fase repolarisasi ventrikel.
Gelombang ini muncul sesaat sesudah berakhirnya segmen ST. Ada
dua hal yang harus diperhatikan pada gelombang T yaitu arah
defleksi dan bentuk gelombang T. Pada keadaan normal gelombang
T ditemukan positif pada sadapan I, II dan sandapan prekordial yang
terletak di atas ventrikel kiri ( V3 – V6), negatif pada sadapan aVR,
sedangkan arahnya bervariasi pada sandapan lain.8
Tinggi gelombang T minimum adalah 1 mm, dan bila kurang
dari 1 mm dianggap gelombang T tidak ada (Flat T). Gelombang T
pada sadapan prekordial tidak boleh melebihi 10 mm (1 mV),
sedangkan pada ekstremitas tidak boleh melebihi 5 mm (0.5 mV).
14
Bentuk gelombang T yang berbentuk sedikit asimetris, di mana
defleksi positif terjadi secara perlahan sampai mencapai titik puncak
dan kemudian menurun secara curam.
a. Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap
kompleks QRS didahului oleh gelombang P berarti irama sinus,
kalau tidak berarti irama asinus.1,7
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin
fibrilasi, blok AV derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia
ventrikular, dan lain-lain.
c. Regularitas
EKG normal selalu regular. Irama yang tidak reguler
ditemukan pada fibrilasi atrium atau pada keadaan banyak
ditemukan ekstrasistol. Regularitas ditentukan dengan kesamaan
jarak antara puncak R ke R’ gelombang selanjutnya.9
d. Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih
dari -30 disebut deviasi aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi
aksis kanan, dan bila lebih dari +180 disebut aksis superior.1,9
15
Kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis
underterminable, misalnya pada EKG di mana defleksi positif dan
negatif pada kompleks QRS di semua sadapan sama besarnya.
e. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak.
Normalnya 2.5 mm x 2.5 mm (2.5 kotak kecil x 2.5 kotak kecil).
Apakah ada P pulmonal atau P mitral.
f. Interval PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0.2 detik. Lebih dari 0.2
detik disebut AV blok derajat satu. Kurang dari 0.1 detik disertai
adanya gelombang delta menunjukkan Wolf-Parkinson-White
Syndrome.
g. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction. Gelombang R yang tinggi di sadapan V1 dan V2
menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan atau infrak dinding
posterior. Gelombang R yang tinggi di sadapan V5 dan V6 dengan
gelombang S yang dalam di sadapan V1 dan V2 menunjukkan
hipertrofi ventrikel kiri.1,8,9
Interval QRS yang lebih dari 0.1 detik harus dicari apakah
adalah right branch bundle block, left bundle branch block atau
ekstrasistol ventrikel.
h. Segmen ST
16
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan
bagian jantung sesuai hasil bacaan tiap sadapan). Depresi segmen ST
menandakan iskemia.9
i. Gelombang T
Gelombang T yang datar (Flat T) menandakan iskemia.
Gelombang T terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau
mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan
hiperkalemia.7,9
j. Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan
hipokalemia. Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia
miokard yang berat.12
17
(PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada
semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya
fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik
(PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P lainnya berupa
tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat
dari pada biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK,
intoksikasi digitalis, dimana bentuk kompleks QRS normal, dan
terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistol
ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya
kompleks QRS adalah normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi
nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat intoksikasi digitalis,
infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P
seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya
kompleks QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang
dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi (PJH).
a) Hipertrofi Atrium Kanan (RAH)
Kelainan gelombang P akibat depolarisasi atrium kanan yang lebih
besar dari normal. P yang lancip dan tinggi, paling jelas terlihat di
lead I dan II biasanya disebut P- Pulmonal Terdapat pada :
Penyakit pada katup trikuspid, hipertensi pulmonal yang disertai
hipertrofi atrium kanan.
Etiologi
- Setiap tekanan atau overload volume di sisi kanan jantung.
- Paling banyak disebabkan oleh : Regurgitasi tricuspid, Stenosis
trikuspid, Regurgitasi pulmonal, Stenosis pulmonal, Hipertensi
pulmonal, PPOK, RVH.
Kriteria EKG untuk Abnormalitas Atrium Kanan
18
- Gelombang P tinggi dan lancip di II, III dan aVF : tinggi > atau
sama dengan 2,5 mm dan interval > atau sama dengan 0,11
detik.
- Defleksi awal di V1 > atau = 1,5 mm
- P pulmonal
- Rasio P/segmen PR < 1
19
c) Hipertrofi Ventrikel Kanan (RVH)
Ditandai dengan :
- Gelombang R lebih besar dari gelombang S pada Lead
prekordial Ka
- VAT > 0,03 detik di V1
- Gelombang menetap di V5/ V6
- Depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V1 – V3 (ST
Depress + T inversi.)
- Perubahan EKG baru tampak bila ada pembesaran yang nyata
- Etiologi : tekanan tinggi yang terus menerus di ventrikel kanan
- Rasio R/S yang terbalik :
- R/S di V1 > 1
- R/S di V6 < 1
- Perubahan bentuk kompleks QRS :
- Gelombang R yang besar
- Terdapat kompleks R’
20
- Gelombang R pada V5/ V6 lebih dari 27 mm atau gel S di V1
+ gel R di V5 lebih dar 35 mm.
- VAT > 0,05 detik di V5/ V6
- Depresi segmen ST dan gel T terbalik di V5/ V6
- LAD
- Peningkatan voltage QRS
- Hipertrofi ventrikel dengan dinding yang tebal serta
permukaan yang lebih luas menyebabkan potensial listrik yg
lebih besar
- Letak lebih dekat pada dinding dada sehingga potensial yang
dicatat lebih besar
- Etiologi : pressure overload pada ventrikel kiri
21
idiopatik. Pada AV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan
kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali
disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-R pada kompleks P-
QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya.
Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau
tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis,
sindroma WPW.
Kelainan gelombang Q
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik
dan dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan
yang sama) menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya
gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang
normal.
22
- Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks
QRS lebar dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R
normal. Ditemukan pada PJK dan PJR.
- Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan
bentuk tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok
jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit
jantung bawaan.
- Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan
bentuk, yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi,
fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit
Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR
(Penyakit Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.
23
Gambar 10. Gambaran EKG pada abnormalitas gelombang QRS 5
Kelainan gelombang T
24
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan
pada ventrikel. Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu :
- Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap
sandapan.
- Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan
gelombang R menyolok.
- Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
- Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8
mm pada sandapan I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T,
maka dalam menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan
mempertimbangkan seluruh gambaran klinik. Adanya gelombang T
terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T konveks keatas,
menandakan adanya iskemia miokard. Kadang-kadang gelombang T
sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi
QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I
terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III
menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi
dan tajam pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan
adanya hiperkalemia. Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan
depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding posterior.
Kelainan gelombang U
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari
gelombang T pada sandapan yang sama terutama V1-V4 menunjukkan
adanya hipokalemi.7
25
Gangguan impuls
a. SA-Node
- Sinus Takikardi
- Sinus Bradikardi
- Sinus Aritmia
- Sinus Arrest
b. Atrial
- Atrial extrasystole dan parasystole
- Atrial takikardi
- Atrial flutter
- Atrial fibrilasi
c. AV junction
- Nodal extra systole dan para systole
- Nodal takikardi
d. Ventrikel
- Ventrikular extra systole dan parasystole
- Ventrikular takikardi
- Ventrikular fibrilasi
- Ventrikular flutter
Gangguan Konduksi
a. Blok SA node
Gangguan AV Blok
a. AV blok derajat I
b. AV blok derajat II
c. AV blok derajat III
GANGGUAN IMPULS
a. SA-node
Aritmia yang terjadi pada keadaan bradikardia atau takikardi
atau sinus arrest.7,14
26
Gambar 11. Sinus Bradikardi 15
Ciri-cirinya :
- Irama teratur
- RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
- PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
- Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
- Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gelombang
P yang mempunyai bentuk sama dalam 1 lead panjang.
- Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
- Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
- Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam
satu lead.
Ciri-cirinya:
- Gel P dan komplek QRS normal
- Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang
muncul.
- Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
27
Gambar 13. Sinus Blok 5
Ciri-cirinya :
- Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya
gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR
interval.
Ciri-cirinya:
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah
pada sinus aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi &
ekspirasi.
28
b. Irama Atrial
Dibagi menjadi :
- Atrial Flutter
- Atrial Fibrilasi
29
dari atrial fibrilasi termasuk serangan jantung, tekanan darah
tinggi, gagal jantung, penyakit katup mitral (seperti mitral
valve prolapse), tiroid yang aktif berlebihan, gumpalan darah
di paru (pulmonary embolism), alkohol yang berlebihan,
emfisema, dan radang dari lapisan jantung (perikarditis). 14
- Atrial takikardi
Biasanya adalah paroksimal (PAT = paroxysmal atrial
tachycardia), disebut juga takikardi supraventrikuler
paroksimal, yaitu takikardi yang berasal dari atrium dan nodus
AV. Pada gambar terdapat ektrasistol yang berturut-
turut. 16
- Atrial Ekstrasistol
Disebut juga Premature atrial beats. Hal ini timbul
akibat impuls yang berasal dari atrium timbul premature.
kelainan ini biasanya tidak memiliki arti klinis penting dan
biasanya tidak butuh terapi. 14
c. Irama Junctional
Gambaran EKG menunjukan laju QRS antara 40-60 permenit
dengan irama biasanya teratur, gelombang biasanya terlihat negatif
30
disadapan II, III, aVF. Gelombang P bisa mendahului atau
tumpang tindih dengan QRS.
- AV junctional extrasystole
d. Irama Ventrikuler
- Ventrikel Ekstra Sistole (VES)
Adalah gelombang ventrikel yang muncul tiba tiba
pada gelombang sinus, ini muncul karena pace maker ventrikel
tiba – tiba lebih kuat dari SA node dalam memproduksi listrik.
31
Pengaruhnya terhadap jantung adalah ventrikel yang berdenyut
sangat cepat tanpa sempat mengosongkan dan mengisi darah
secara sempurna, Akibatnya sirkulasi darah menjadi tidak
cukup.14
- Ventrikel Flutter
Ventrikel Flutter adalah gambaran getaran
ventrikel yang disebabkan oleh produksi sebuah pacemaker di
32
ventrikel dengan frekuensi 250 – 350 kali permenit. Gambaran
yang muncul adalah gelombang berlekuk dan rapat.14
GANGGUAN KONDUKSI
Gangguan konduksi adalah gangguan yang terjadi pada
jaringan konduksi (jalur listrik jantung) sehingga listrik jantung tidak
berjalan lancar atau berhenti di tengah jalan.terdiri : 12,14
a. Block SA node
Gangguan pada SA node menyebabkan block SA dan sinus Aresst.
GANGGUAN AV BLOK
a. AV Blok derajat 1
Umumnya disebabkan karena gangguan konduksi di
proximal His bundle, sering terjadi pada intoksitas digitalis,
peradangan, proses degenerasi maupun varian normal . Gambar
yang muncul pada EKG adalah interval PR yang melebar > 0,22
detik dan interval PR tersebut kurang lebih sama di setiap
gelombang.16
33
Gambar 25. AV Blok derajat 1 15
b. AV Blok derajat II
Dibagi menjadi 2 tipe :
- Mobitz tipe 1 (wenckebach block)
Interval PR secara progresif bertambah panjang sampai
suatu ketika implus dari atrium tidak sampai ke ventrikel dan
denyut ventrikel (gelombang QRS) tidak tampak, atau
gelombang P tidak diikuti oleh QRS. Hal ini disebabkan karena
tonus otot yang meningkat, keracunan digitalis atau iskemik.16
- Mobitz tipe 2
34
Disebut juga blok jantung komplit, dimana impuls dari
atrium tidak bisa sampai pada ventrikel, sehingga ventrikel
berdenyut sendiri karena impuls yang berasal dari ventrikel
sendiri. Gambaran EKG memperlihatkan adanya gelombang P
teratur dengan kecepatan 60 – 90 kali permenit, sedangkan
komplek QRS hanya 40 – 60 kali permenit. Hal ini disebabkan
oleh infark miokard akut, peradangan, dan proses degenerasi. Jika
menetap diperlukan pemasangan pacu jantung. 14
BAB III
KESIMPULAN
35
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
Elektrokardiogram (EKG) tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung,
namun dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya kontraktilitas
jantung.1
36
DAFTAR PUSTAKA
37
1. Pakpahan, HA.2012. Elektrokardiografi ilustratif. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
2. Surya D. 2010. Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinis untuk Mahasiswa Edisi 6. EGC. Jakarta:
EGC.
4. Guyton, AC., Hall, JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
5. Prakoso, Radityo., Muliawan, Hary. 2013. Dasar-dasar EKG. Jakarta:
Departemen Kardiologi dan Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Anonim. 2012. Penuntun Skill lab gangguan vascular. Padang: Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
7. Alim AM. 2009. Pocket ECG. Yogyakarta : Penerbit Intan Cendikia Anggota IKAPI
8. Elektrokardiografi. [cited 2016 Januari 25]. Available from :
http://www.scribd.com/doc/57184194/ELEKTRO-KARDIOGRAFI
9. EKG normal. [cited 2016 Januari 25]. Available from :
http://www.ecglibrary.com/norm.html
10. Thaler, MS.2000. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan. Jakarta :
Hipokrates.
11. Muchtar, Suyatna. 2008. Obat Antiaritmia. In: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
12. Price, Wilson. 2002. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes.
Edisi Elsevier Science.
13. Elektrokardiogram. [cited 2016 Januari 25]. Available from :
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram
14. Brown, Kennedy. Heart Disease and Abnormal Heart Rhythm (Arrhythmia)
[cited 2016 Januari 25]. Available from :
http://www.medicinenet.com/arrhythmia_irregular_heartbeat/article.htm
15. Management of Arrhythmias. [cited 2016 Januari 25]. Available from :
http://my.clevelandclinic.org/heart/disorders/electric/arrhythmia.aspx
16. Jones, Edward. Electrocardiogaph [cited 2016 Januari 25]. Available from
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13134-Abstract_id.pdf
38