PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
hanya berhubungan dengan komunikasi informasi, tetapi juga berhubungan
dengan adopsi motivasi, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk melakukan
tindakan memperbaiki kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan pendidikan kesehatan?
2. Bagaimana pengkajian pada rancangan pembelajaran dengan sasaran
individu?
3. Bagaimana diagnosis keperawatan pada rancangan pembelajaran dengan
sasaran individu?
4. Bagaimana perencanaan keperawatan pada rancangan pembelajaran dengan
sasaran individu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tentang pendidikan kesehatan
2. Untuk mengetahui tentang pengkajian pada rancangan pembelajaran dengan
sasaran individu.
3. Untuk mengetahui tentang diagnosis keperawatan pada rancangan
pembelajaran dengan sasaran individu.
4. Untuk mengetahui tentang perencanaan keperawatan pada rancangan
pembelajaran dengan sasaran individu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ketiga definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan merupaka suatu proses perubahan perilaku yang dinamis dengan
tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang meliputi
komponen pengetahuan, sikap ataupun praktik yang berhubungan dengan
tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta
merupakan komponen dari program kesehatan.
Sedangkan menurut ahli lain, yaitu Green (1972) yang dikutif oleh
Notoatmodjo (1997), mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan adalah
istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana
untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan
kesempatan pembelajaran.
Menurut Committee President on Health Education (1977) yang
dikutif Soekidjo Notoatmodjo (1997), mengatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah proses yang menjebatani kesenjangan antara informasi
kesehatan dan praktik kesehatan, yang memotivasi seseorang untuk
memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya
menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan yang buruk dan
membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
Menurut Craven dan Hirnle (1996), mengatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat
fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberikan dorongan terhadap
pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau
ide baru.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka kesimpulan
yang dapat ditarik bahwa pendidikan kesehatan adalah merupan proses
perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok,
atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari
4
tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan
demikian pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu
individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara
optimal.
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk
intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat berperan sebagai
perawat pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan
merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengkajian kebutuhan belajar klien.
b. Penegakan diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan pendidikan kesehatan
d. Implementasi pendidikan kesehatan.
e. Evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan.
Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan perilaku
sehat individu maupun masyarakat. Mencegah timbulnya penyakit dan
bertambahnya masalah kesehatan. Mempertahankan derajat kesehatan dan
menurunkan ketergantungan serta memberikan kesempatan pada individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas untuk mengatualisasikan dirinya dalam
mempertahankan keadaan sehat yang optimal. Pendidikan kesehatan tidak
hanya memberikan informasi saja, tetapi yang penting adalah menciptakan
kegiatan yang dapat memandirikan seseorang untuk mengambil keputusan
terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
B. Pengkajian
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
5
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui
atau tidak terampil dalam melakukannya.
6
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri.
Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan
makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan
sakit, serta gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut,
namun demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam
suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena
hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan
menilai klien secara individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.
Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena
perencanaan pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber
yang ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan
sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal
yang sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap
individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin dengan
melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak,
yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara
melakukan secara actual dan menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan
sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca
sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain. Perawat perlu meluangkan
waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan mengidentifikasi
gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi teknik mengajar dan
variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang baik untuk memenuhi
kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat efektif untuk
beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien dengan gaya
belajar yang berbeda.
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa
saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong
proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat
7
membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
b. Pengkajian fisik
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien
yang tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi,
misalnya melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan
sesama klien yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak,
klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah
atau situasi. Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat
memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap
nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.
- Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena
keadaan kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk
belajar. Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai
keadaan klien memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.
- Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikirsecara jernih? apakah klien
dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
8
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk
dikaji.
- Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan
rasa saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin
komunikasi karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling
percaya antara perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar.
d. Pengkajian Motivasi
9
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap
langkah kehidupan, pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial ekonomi.
Penampilan seseorang dan penggunaan bahasa tidak mengindikasikan bahwa
ia mampu membaca dan menulis.
10
Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi
pendidikan kesehatan untuk klien, maka lakukanlah:
0–2 4
3–6 5
7 – 12 6
13 – 20 7
21 – 30 8
31 – 42 9
43 – 56 10
57 – 72 11
73 – 90 12
11
yang ada, personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain
yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh
klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien
untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui, karena dengan mengetahui
sejauh mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi
perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.
3. Pengkajian Faktor Penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada
tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit,
misalnya, penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan
keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari
guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor penguat itu
positif atau negative tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi
perubahan perilaku.
Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin
bahwa sasaran pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum
untuk mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses
perubahan perilaku.
C. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar
dikelompokkan di bawah kategori. Kurang Pengetahuan. Defenisi Kurang
Pengetahuan adalah: pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas
tidak dapat memahami, tidak dapat belajar, dan tidak dapat menunjukkan
pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan kesehatan yang penting
untuk mempertahankan kesehatan (NANDA). Karakteristik definisi tersebut
adalah: adanya pengungkapan secara verbal tentang masalah; ketakakuratan
12
mengikuti suatu instruksi; ketakakuratan penampilan dalam suatu uji;
ketaksesuaian perilaku atau adanya perilaku berlebihan, misalnya hysteria,
permusuhan, agitasi, atau apatis. Faktor-faktor yang berhubungan atau menjadi
penyebab dari kurangnya pengetahuan mencakup kurangnya keterpaparan
informasi; kurang mengulang pelajaran, adanya kesalahpenafsiran; keterbatasan
pengetahuan; kurangnya ketertarikan dalam belajar; tidak familiarnya klien
dengan sumber informasi.
Sebagai contoh diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh North
Americans Nursing Diagnosis Assosiation (NANDA) adalah sebagai berikut :
1. Kurang pengetahuan: diet rendah kalori berhubungan dengan tidak punya
pengalaman.
2. Kurang pengetahuan: diet Diabetes Mellitus berhubungan dengan tidak
familiarnya diri dengan program yang harus diikuti.
3. Kurang pengetahuan: perawatan pra operasi berhubungan dengan belum
adanya pengalaman menghadapi prosedur pembedahan.
4. Kurang pengetahuan: efek pengobatan berhubungan dengan adanya perbedaan
bahasa dan kesalahan penafsiran informasi.
5. Kurangnya pengetahuan: Bahaya keamanan di rumah berhubungan dengan
adanya penolakan terhadap penurunan kesehatan dan kurangnya ketertarikan
untuk belajar.
6. Kurangnya pengetahuan: penyalahgunaan zat berhubungan dengan kurangnya
ketertarikan dalam mempelajari informasi.
13
2. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan
dalam hal penyakit menular seksual dan pencegahannya.
3. Risiko tinggi terjadinya injuri/rudapaksa berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dalam teknik penggunaan tongkat untuk berjalan.
4. Risiko tinggi terjadinya penularan tuberculosis paru pada anggota keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam hal cara-cara dan
pencegahan penularan.
14
penentuan prioritas belajar hendaknya secara lebih luas mempertimbangkan
faktor lain yang telah dikaji yakni, faktor predisposisi, pemungkin, dan
penguat. Khusus untuk memprioritaskan pengajaran dikeluarga, skala
prioritas yang dikembangkan oleh Bailon dan Maglaya (1988) dapat
dipergunakan. Kriteria untuk memprioritaskan pengajaran di dalam komunitas
antara lain adalah: kesadaran komunitas terhadap masalah; motivasi
komunitas memecahkan masalah; kemampuan perawat untuk mempengaruhi
pemecahan masalah; berat serta konsekwensi jika masalah tidak terpecahkan
(Goeppinger and Shuster, 1988).
2. Menetapkan Tujuan Belajar
Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada
proses asuhan keperawatan. Ketika menetapkan hal ini baik sekali diingat
mengenai tiga ranah belajar yaitu kognitif; afektif; dan psikomotor. Tujuan
belajar yang dirancang dengan baik akan menuntun perencanaan tentang isi
atau substansi, metode, strategi, aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi
belajar.
Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan belajar dinyatakan di dalam perilaku atau penampilan yang
dikehendaki, contohnya: klien dapat menunjukkan atau
mendemonstrasikan teknik pemberian ASI dengan benar (psikomotor),
klien dapat menjelaskan alas an ia harus makan dalam porsi sedikit, tetapi
frekuensinya sering (kognitif), klien dapat menguraikan perasaan
meningkatnya rasa nyaman setelah pemberian obat (afektif). Tujuan tidak
dinyatakan dalam perilaku perawat, misalnya: perawat tidak mengajari
klien tentang diet.
b. Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur.
Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan di sekitar tempat
tidur. Perhatikan kata-kata yang digunakan dalam membuat tujuan pada
tabel berikut.
15
DOMAIN
Merangkum Mengerjakan
Menggaris bawahi
16
Menulis
17
oleh perawat. Di lain pihak jika tujuan belajarnya adalah “Klien dapat
mendiskusikan perasaannya tentang bagaimana kembali ke rumah sesudah
mengalami serangan jantung”, tujuan akan lebih mudah dicapai dengan
diskusi kelompok dengan klien lain yang mempunyai perasaan yang sama.
5. Memilih Alat Bantu Mengajar
Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab sebelumnya. Alat Bantu
mengajar membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk berhubungan
dengan manusia. Alat ini baik sekali digunakan untuk menambah atau
menguatkan mengajar dengan strategi tatap muka. Alat Bantu mengajar
sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai. Oleh karena itu, itu
pilihlah alat Bantu secara hati-hati, lihat kembali kegunaan dan kecocokan
penggunaan alat bantu pada pembahasan sebelumnya.
6. Membuat Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan
pendidikan kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan
indikator apa yang akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
a. Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah
dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan
dalam pelaksanaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat
bantu peraga.
b. Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dengan pendidikan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya
perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakannya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan kesehatan adalah merupan proses perubahan perilaku secara
terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan
proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan
usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk
mencapai hidup sehat secara optimal.
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akan mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca.
Mengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan sejumlah
langkah. Melibatkan klien saat perencanaan dapat meningkatkan terciptanya
perencanaan yang berguna dan merangsang motivasi klien. Klien yang membantu
merumuskan perencanaan pengajaran akan lebih mudah untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
B. Saran
Saran kami kepada seluruh pembaca agar dapat lebih memahami tentang
rancangan pembelajaran dengan sasaran individu dan dapat memeberikan kritik
dan saran yang membangun untuk kedepannya dapat lebih baik lagi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
20