Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi yang
paling baik untuk beraktivitas. (Florence Nightingale, 1895) .Keperawatan adalah
pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan rehabilitasi
penderita sakit serta penyandang cacat. (Martha Roger, 1970)
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang sifatnya dinamis dan
berkembang secara terus menerus dan melibatkan masyarakat yang semakin
berubah pula, sehingga perlu adanya perubahan dalam hal pemenuhan dan metode
keperawatan untuk menyesuaikan perawat dengan adanya perubahan yang terjadi
pada masyarakat. Trend dalam keperawatan yang berkembang sekarang ini adalah
trend keperawatan yang bersifat holistik (menyeluruh) yang berarti perawat
melakukan perawatan kepada pasien secara keseluruhan dalam berbagai dimensi,
baik dimensi sehat maupun sakit serta interaksinya dengan keluarga dan
komunitas. Perkembangan tren praktik keperawatan meliputi kemandirian yang
diberikan oleh pemerintah kepada perawat untuk membuka praktik keperawatan.
Adanya perkembangan yang pesat dalam dunia Keperawatan di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat, sehingga masyarakat dapat dengan cepat mengakses
dan mengetahui informasi serta teknologi terkini. Era globalisasi yang semakin
berkembang sehingga menuntut keperawatan di Indonesia harus dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan keperawatan di negara yang sudah
berkembang.Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat semakin meningkat
sehingga masyarakat dengan ekonomi tinggi menuntut pelayanan kesehatan yang
berkualitas sedangkan masyarakat dengan ekonomi rendah mengharapkan
pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau untuk kalangan mereka.
Sampai saat ini masyarakat di Indonesia hanya mengenal bentuk
pelayanan kesehatan dalam system pelayanan kesehatan seperti pelayanan rawat
inap dan pelayanan rawat jalan. Di sisi lain banyak dari masyarakat yang
menderita sakit namun karena adanya pertimbangan tertentu akhirnya mereka
lebih memilih untuk dirawat di rumah. Adapun pertimbangan tersebut diantaranya
adalah orang dengan kasus penyakit terminal, keterbatasan biaya untuk membayar
fasilitas selama dirawat di rumah sakit dan beberapa masyarakat merasa lebih
nyaman jika dirawat di rumah sendiri dibandingkan dirawat di rumah sakit
(Depkes, 2012). Mereka belum mengetahui adanya pelayanan home care. Oleh
sebab itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai issue tentang home care
beserta aspek legal etik yang ada dalam home care dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan home care .

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Aspek Legal dan Etik Home Care
2. Bagaimana Perijinan dan Akreditasi Home Care?
3. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia?
4. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang aspek legal etik dalam home care
2. Untuk mengetahui tentang Perijinan dan Akreditasi Home Care
3. Untuk mengetahui tentang home care di Indonesia
4. Untuk mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home care

1.4. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui tentang aspek legal etik dalam home care
2. Pembaca dapat mengetahui tentang Perijinan dan Akreditasi Home Care
3. Pembaca dapat mengetahui tentang kebijakan home care di Indonesia
4. Pembaca dapat mengetahui tentang kepercayaan dan kebudayaan dalam home
care
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Legal dan Etik Home Care
1. Pengertian Home Care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka dengan tujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Depkes,
2002 dalam Handra, 2013).
Menurut American Nurses Association (ANA) tahun 1992, pelayanan
kesehatan di rumah (home care) adalah perpaduan dari pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat dengan pelayanan perawatan
spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat maternitas,
perawat gerontic, perawat psikiatri dan perawat medikal bedah.
2. Dasar Hukum dalam Home Care
Dasar hukum dari praktik home care adalah praktik pelayanan
mandiri perawat yang diatur dalam beberapa undang-undang.
Diantaranya yaitu:
a. UU Kes. No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
b. PP. No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah
c. UU. No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
d. UU. No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik
perawat
f. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas
g. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas
h. SK Menpan No. 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsional perawat.
i. PP. No. 32 tahun 1996 tentang pelayanan medik swasta
j. Permenkes RI No. HK. 02.02/MENKES/148/2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
3. Ruang Lingkup dalam Home Care
Menurut PPNI (2009) ruang lingkup dalam pelayanan home care
adalah:
a. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif dan holistik
(bio, psiko, sosio, spiritual, cultural)
b. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang diberikan
kepada klien
c. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain jika praktik dilakukan
secara berkelompok
d. Sebagai pembela (advokat klien)
e. Menentukan frekuensi atau lamanya pelayanan keperawatan pada
klien.
f. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya
g. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga.
4. Prinsip Pelayanan Home Care
Menurut PPNI (2009) prinsip pelayanan home care adalah:
a. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
b. Pelaksanaan home care terdiri dari profesi kesehatan yang ada
(dokter, bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga
profesi lain).
c. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan
dalam praktik
d. Mengumpulkan data secara akurat, sistematis, dan komperhensif
e. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam
menetakan diagnosa
f. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada kebutuhan
dasar pasien
g. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari preventif, kuratif,
promotif, dan rehabilitatif
h. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi
keperawatan, medik, dan lainnya
i. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen khusus
j. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim
k. Mengembangkan kemampuan profesional
l. Berpartisipasi dalam kegiatan riset untuk pengembangan home
care
m. Menggunakan kode etik profesi dalam pelaksanaan pelayanan
home care.
5. Kode etik profesi perawat
Kode etik perawat menurut PPNI:
Perawat dan Klien
a. Perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis, kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut
serta kedudukan social.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menhormati nilai-nilai
bidaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
Perawat dan Praktik
a. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang
keperawatan melalui belajar terus menerus
b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan
serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan kilen
c. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi
yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukan perilaku profesional

Perawat dan masyarakat

a. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk


memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat

Perawat dan teman sejawat

a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama


perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan di dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis,
dan illegal.

Perawat dan profesi

a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar


pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
b. Perawat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun
dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
2.2 Perijinan dan Akreditasi Home Care
1. Perijinan
Perijinan praktik keperawatan home care diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014 tentang
Klinik. Hal tersebut diatur dalam bab V tentang penyelenggaraan
dengan isi pasal sebagai berikut:
Pasal 32
(1) Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
(2) Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif da
rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dalam bentuk rawat jalan, rawan inap, pelayanan satu hari (one day
care) dan/ atau home care.
(3) Pelayanan satu hari (one day care) sebagaimana dimaksud pada aya
(2) merupakan pelayanan yang dilakukan oleh pasien yang sudah
ditegakkan diagnosa secara definitif dan perlu mendapatkan
tindakan atau perawatan semi intensif (observasi) setelah 6 (enam)
jam sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam.
(4) Home care sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian
atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkn kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.
Syarat bagi perawat home care sendiri adalah harus memiliki registrasi
dan lisensi, memiliki kemampuan tindakan keperawatan profesional,
memiliki knowledge, skill dan sikap yang profesional, etik dan moral yang
baik serta adanya standar profesi. (Handra, 2013)

Menurut Permenkes 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik


Keperawatan menyebutkan jika untuk melakukan praktik mandiri perawat
harus memiliki SIP (Surat Ijin Perawat), SIK (surat ijin kerja) dan SIPP
(Surat Ijin Praktik Perawat) yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis institusi yang dapat


memberikan layanan home care, antara lain Institusi pemerintah dalam
bentuk perawatan kasus/keluarga risiko tinggi (baik ibu, bayi, balita
maupun lansia) yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas.
Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah
ke bawah. Institusi sosial yang melaksanakan pelayanan home care dengan
sukarela dan tidak memungut biaya biasanya dilakukan oleh LSM atau
organisasi keagamaan dengan penyandang dananya adalah donatur.
Institusi swasta dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun
kelompok menyelenggarakan pelayanan home care dengan menerima
imbalan baik jasa secara langsung dari klien atau pembayaran melalui
pihak ketiga (asuransi).

Hospital home care adalah perawatan lanjutan pada klien yang telah
dirawat di rumah sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan di rumah.

Pendirian home care yang bersifat swasta adalah berbadan hukum yang
ditetapkan dalam akte notaris kemudian mengajukan ijin usaha Home Care
Dinkes kepada kab/kota setempat dengan melampirkan:

a. Surat rekomendasi dari PPNI untuk mendirikan usaha Home Care


b. Ijin lokasi bangunan
c. Ijin dari lingkungan setempat
d. Ijin usaha
e. Persyaratan tata ruang bangunan meliputi: ruang direktur, ruang
manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana
komunikasi, sarana transportasi
f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktik profesi dan sertifikasi
home care.
2. Akreditasi Home Care
Akreditasi home care diatur dalam akreditasi fasilitas kesehatan
(Faskes) primer. Penerapan standar akreditasi mutu Puskesmas dan
Fasyankes primer dibedakan standar untuk fasyankes di perkotaan,
pedesaan, dan DPTK (daerah tertinggal). Akreditasi Faskes Primer
meliputi: PKM, Klinik Pratama, Balai/Lembaga Yankes dan Praktik
Mandiri.
Komite Joint Commmission International (JCI) mengeluarkan
standar akreditasi khusus home care. Standar penilaian akreditasi ini
merupakan standar penilaian penerapan home care berfokus pada
pasien. Penilaian tersebut meliputi keselamatan pasien, askes dan
asesmen pasien, hak dan tanggung jawab pasien, perawatan pasien dan
kontinuitas pelayanan, manajemen obat dan pasien, serta pendidikan
pasien dan keluarga.
Perawat juga memiliki peran advokatsi yang bertanggung jawab
dalam mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya
kecelakaan dan melindungi paisen dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan. Penerapan pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat
dapat memberikan informasi tambahan untuk pasien yang sedang
berusaha memutuskan suatu masalah, memberikan pendidikan
kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Hal-hal tersebut dapat
ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan dan
pelaksanaan pendidikan pada pasien dan keluarga di unit pelayanan
home care.
2.3 Kebijakan Home Care di Indonesia
Departemen Sosial RI (2003) dalam Loka Karya Nasional
Pelayanan Lanjut Usia di Rumah (Home Care) menyebutkan jika
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 adalah 203. 456.000
orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 17.767.709 jiwa atau 7.79%
adalah lanjut usia. Prediksi pada tahun 2010 jumlah lanjut usia
meningkat menjadi 11.2% (28.822.879 jiwa).
Menurut Munandar (2013) saat ini masa rawat inap di rumah sakit
bisa dikelola menjadi semakin pendek untuk mengurangi beban
pasien, juga akan meningkatkan efisiensi kepada RS. Permasalahan
yang timbul dari hal ini adalah tidak semua keluarga siap untuk
merawat pasien di rumah karena ketidak mampuan dan ketidakmauan
keluarga untuk merawat pasien di rumah setelah pulang dari rumah
sakit. Berdasarkan kondisi tersebut, pelayanan kesehatan di rumah
menjadi alternatif solusi untuk memudahkan keluarga dalam merawat
klien.
Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan
sistem pelayanan keperawatan di rumah (Home Care) maka klien dan
keluarga menginginkan pelayanan keperawatan yang tidak
diperolehnya di rumah sakit. Namun, tidak sedikit juga yang
menginginkan perawatan pasien sakit di rumah. Kondisi ini tidak
semua pasien bisa menikmatinya karena tingkat ekonomi setiap pasien
berbeda. Hal yang terburuk dari kondisi ini adalah banyak pasien yang
pasrah dengan kondisi sakitnya, bahkan sampai ada yang berakhir
dengan kematian.
Kebijakan Home Care mengacu pada hak perawat untuk
melakukan asuhan mandiri kepada klien. Aspek legal keperawatan
mandiri sendiri sudah tertulis dalam UU. No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 32 ayat 4 yang berbunyi: “Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan/ilmu
keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyaki keahlian dan kewenangan untuk itu,”. Dasar hukum
praktik mandiri lain adalah UU. No. 20 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, pasal 73. KepMenkes 1239/2007 tentang Registrasi dan
Praktik perawat dan juga RUU Keperawatan tentang Praktik
Keperawatan yang berbunyi: “Praktik keperawatan adalah tindakan
mandiri perawat melalui kolaborasi dengan sistem klien dan tenaga
kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, termasuk praktik keperawatan individual dan
berkelompok,”.
Menurut PPNI kebijakan pembiayaan Home Care adalah:
1. Prinsip Penetuan Tarif
a. Pemerintah/masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara
kesehatan
b. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial
c. Mempertimbangkan masyarakat berpenghasilan rendah/asas
gotong royong
d. Pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling
membantu
e. Mencakup seluruh unsur pelayanan secara professional
2. Jenis pelayanan dengan tarif
a. Jasa pelayanan tenaga kesehatan
b. Imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan
langsung oleh pasien
c. Dana transportasi untuk kunjungan pasien
Kebijakan pengelolaan pelayanan home care masih termasuk dalam
pelayanan keperawatan dalam keluarga. Menurut KMK No. 908
tentang Pelayanan Keperawatan Keluarga, kebijakan yang diatur
adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Jangkauan Pelayanan


Peningkatan jangkauan pelayanan keperawatan keluarga meliputi
penyediaan sumber dana dan sumber daya manusia yang
profesional serta penyediaan sarana pelayanan secara merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
b. Penetapan Prioritas Sasaran Pelayanan
Upaya pelayanan keperawatan keluarga diprioritaskan pada
keluarga rawan kesehatan maupun keluarga risiko tinggi serta
keluarga yang memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan,
sedangkan sasaran untuk upaya perluasan jangkauan pelayanan
lebih ditujukan kepada kelompok keluarga berpenghasilan rendah,
tinggal di daerah terpencil (kepualuan dan perbatasan), daerah
pemukiman baru, daerah kumuh perkotaan.
c. Penggerakan dan Pemberdayaan Keluarga dan Lingkungan
Upaya pelayanan keperawatan keluarga merupakan pelayanan
yang difokuskan pada keluarga dengan melibatkan peran serta
anggota keluarga dan lingkungannya serta berkolaborasi dengan
disiplin lain sesuai kebutuhan.
d. Peiningkatan Kualitas Pelayanan
Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan keluarga dilaksanakan
dengan pendekatan holistik dan koordinasi terpadu baik lintas
program maupun lintas sektor.
e. Pemantapan Tatanan Pelayanan Keperawatan Keluarga
Upaya pelayanan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan pada
tatanan pelayanan kesehatan di Puskesmas (termasuk home care),
rumah sakit sebagai rujukan, klinik sesuai kebutuhan.
f. Peningkatan Pembiayaan Pelayanan Keperawatan Keluarga
2.4 Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care
Pelayanan home care adalah pelayanan yang langsung terjun ke
masyarakat. Pelayanan keperawatan dalam home care harus tetap
berlandaskan prinsip pelayanan keperawatan holistik, dimana unsur
cultural menjadi hal yang penting. Pelayanan keperawatan harus
didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural
yang melekat dalam masyarakat. Bila hal tersebut diabaikan maka akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami
oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dengan
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat, dapat turun dari satu generasi
ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini
masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua. Makanan pokok
penduduk Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Selain
rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat.
Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa
gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar
ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa menebang, membatan hutan
untuk tanah pertanian, dan lain-lain. Perbuatan ini akan diganjar
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, mennggigil, dan
muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara minta ampun
kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu,
dibuat ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh
penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi
masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat
kutukan Allah, mahluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman
berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau Jawa,
dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air
di malam hari. Air yang telah diberi ramua dan jampi-jampi oleh dukun
dan pemuka masyarakat yang disegani digunaka sebagai obat malaria.
Berdasarkan persepsi masyarakat yang beragam, sebagai tenaga
kesehatan khususnya perawat tidak bisa langsung memberikan judgement
jika tindakan masyarakat tersebut salah. Hal ini dapat mengakibatkan
penolakan masyarakat terhadap kehadiran tenaga kesehatan. Sebaiknya
dilakukan pendekatan kepada masyarakat dilihat dari kedua sisi yakni sisi
kesehatan dan sisi budaya karena masyarakat Indonesia khususnya
masyarakat pedalaman dan desa tertinggal lebih menaruh minat dan
percaya terhadap pelayanan kesehatan yang bersifat tradisional. Pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang masih cenderug mahal juga menjadi alasan
lain bagi masyarakat untuk melakukan perawatan di rumah. Selain faktor
dari keluarga, pelayanan home care lebih menarik minat karena sebagian
besar pasien merasa lebih nyaman saat dirawat di rumah sehingga akan
mempercepat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. 2009. Jakarta:


Salemba Medika

Handra, Dipa. 2013. Praktik Keperawatan Mandiri. Diakses di


http://www.slideshare.net/SandraAja/praktik-mandiri-keperawatan Pada
tanggal 4 februari 2018 pukul 12.50

PERSI. Joint Commission International Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke-4. 2011.
Jakarta: Gramedia

Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. 2003. Direktur
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


908/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan Keluarga. Diakses di
www.hukor.depkes.go.id/.../KMK%20No.%20908%2.. Pada tanggal 4
februari 2018 pukul 13.00

Munandar, Dadang. 2013. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar
Home Care di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Ilmiah Unikom Vol. 6,
No. 2

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang


Klinik. Diakses di www.hukor.depkes.go.id/.../PMK%20No.%209%20tt...
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 24.53 WIB

Rancangan Undang-Undang Keperawatan 2014. Diakses di


https://andaners.files.wordpress.com/2011/07/undang2-prakt-
keperawatan.pdf .. Pada tanggal 4 februari 2018 pukul 13.05

Setianto, Yudi. 2008. Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen Perijinan,


Pribadi, Keluarga, Bisnis & Pendidikan. Jakarta: Niaga Swadaya

Supriyantoro. 2012. Kebijakan Upaya Pelayanan Kesehatan Dalam Implementasi


UU SJSN/BPJS Kementrian Kesehatan RI. Di akses di
http://manajemenrumahsakit.net/files/dr%20Supriyantoro%20SpP%20MARS
_%20Kebijakan%20Upaya%20Pelayanan%20Kesehatan.pdf .. Pada tanggal
4 februari 2018 pukul 13.20

Anda mungkin juga menyukai