Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN MATERNITAS II

“HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

DISUSUN OLEH :
KEPERAWATAN B
KELOMPOK 4
- Ikrimah Syam - Muslimin. A
- Rulyanis - A. Ardiansyah
- Sry Hartina - Juliadi Yusuf
- Ulfa Wildana Hasan - Muh. Aksa
- Nilam Sari - Jumasing
- Muhrina - Vilda Amaliah
- Waode Yulianti Togala - Hikmawati
- Salmiah

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak

lupa kami ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. Kami

bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya

kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan tentang
“Hiperemesis Gravidarum.”

Kami memohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat penulisan kata,

diksi atau penempatan kata yang salah. Kritikan yang bersifat konstruktif , akan
menjadi pembelajaran untuk tugas selanjutnya.

Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita
semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Samata, 19 April 2018

Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................

Daftar Isi ..................................................................................................................

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ..............................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................

BAB II Konsep Dasar Medis

A. Definisi ..........................................................................................................

B. Anatomi dan Fisiologi ...................................................................................

C. Etiologi ..........................................................................................................

D. Manifestasi Klinik .........................................................................................

E. Patofisiologi ..................................................................................................

F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................

G. Komplikasi ....................................................................................................

H. Penatalaksanaan ............................................................................................

BAB III Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian .....................................................................................................

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................

C. Intervensi Keperawatan .................................................................................

BAB IV Analisa Kasus

BAB V Penutup
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar

dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi

hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini

kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung

selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi

gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala –

gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena

meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic

Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum

jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang

berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,

meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai

4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi

buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari heperemesis gravidarum?

2. Bagaimanakah anatomi dan fisiologis heperemesis gravidarum?

3. Apakah etiologi dari heperemesis gravidarum?

4. Bagaimanakah manifestasi klinik dari heperemesis gravidarum?

5. Bagaimanakah patofisiologi dari heperemesis gravidarum?

6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dari heperemesis gravidarum?

7. Apa saja komplikasi dari heperemesis gravidarum?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari heperemesis gravidarum?


9. Bagaimana diagnosa, intervensi dari analisa kasus yang terdapat dalam

soal?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari heperemesis gravidarum.

2. Mengetahui anatomi fisiologi dari heperemesis gravidarum.

3. Mengetahui etiologi dari heperemesis gravidarum.

4. Mengetahui manifestasi klinik dari heperemesis gravidarum.

5. Mengetahui patofisiologi dari heperemesis gravidarum.

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari heperemesis gravidarum.

7. Mengetahui komplikasi dari heperemesis gravidarum.

8. Mengetahui penatalaksaan dari heperemesis gravidarum.

9. Mengetahui diagnosa, intervensi dari analisa kasus yang terdapat dalam

soal.
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

“Morning Sickness” merupakan keluhan mual muntah berlebihan pada wanta

hamil yang wajar terjadi pada kehamilan muda (Trimester 1). Disebut mirning

sickness karena kebiasaannya terjadi pada pagi hari, namun tidak selalu timbul

pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang hari, rata-rata wanita mulai

mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah menstruasi

terakhir. (Indriyani : 2013)

Hal ini dialami oleh 50-80% wanita hamil. Namun jika mual dan muntah

tersebut semakin berat, maka akan dapat menyebabkan gangguan kehamilan yang

di sebut hyperemesis gravidarum. Batas yang jelas antara morning sickness yang

fisiologis dengan hyperemesis gravidarum tidak ada. Namun, apabila keadaan

umum terpengaruh maka dapat dianggap sebagai Hiperemesis Gravidarum.

(Indriyani : 2013)

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga

mengganggu pekerjaan sehari – hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering di temui pada kehamilan

trimester I, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.Sekitar

60 – 80 % multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih

berat hanya pada 1 di antara 1000 kehamilan ( Mitayani,2009 ).

Hyperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita muntah – muntah

yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga

mengganggu kesehatan (Woolfson, 2009).


B. Anatomi Fisiologi

Anatomi Fisiologi kehamilan menurut ( Prawirohardjo,2010)

Gambar 2.1 Anatomi Kehamilan

Anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi

segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan

perubahan ini merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan

adalah bahwa hamper semua perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum

hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai.

Perubahan fisiologis pada kehamilan dikendalikan oleh perubahan sekresi

hormon. Sel trofoblastik menghasilkan hCG, yang merangsang sekresi dari korpus
luteum, meningkatkan produksi hormone streroid ovarium. Seiring dengan

perkembangannya, plasenta juga menghasilkan estrogen dan progesteron. (

Prawirohardjo,2010)

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.

Uterus ,empunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar

dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan


semula dalam bebereapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan
tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau

kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ

yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata

pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat

mencapai 20 L atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot,

sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan

dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama

pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan

kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama

akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

akan menipis. Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5

cm bahkan kurang. ( Prawirohardjo,2010)

2. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan keviruan.

Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisai dan terjadinya

edema pada seluruh seviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan


hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Berbeda kontras dengan korpus,

serviks hanya memiliki 10-15 % otot polos. Jaringan ikat ekstraseluler

serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 sedikit tipe 4 pada membrane

basalis. Diantara molekul-molekul kolagen itu, berkatalasi glukosa-

minoglikan dan proteoglikan, terutama dermatan sulfat, asam hialuronat,

dan heparin sulfat. Juga ditemukan fibronektin dan elastin diantara serabut

kolagen. Rasio tertinggi elastin terhadap kolagen terdapat diostium interna

keostium eksterna (Prawirohardjo,2010)


3. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel

baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan

diovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal

kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron

dalam jumlah relative minimal.

Relaksin, suatu hormone protein yang mempunyai struktur mirip

dengan insulin dan insulin like growth factor l & ll, disekresikan oleh

korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi utamanya adalah

dalam proses remodeling jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang

kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses

kehamilan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui

mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi

mimetrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm. (

Prawirohardjo,2010)

4. Vagina Dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia


terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat berwarna keungu-unguan yang dikenal dengan tanda

Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. Dinding

vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk

mengalami peregangan waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan

mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.

Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.

Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku

sepatu. ( Prawirohardjo,2010)
5. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea alba)

akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut dengan linea nigra.

Kadangkadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan

leher disebut dengan chloasma atau melisma gravidarum. Selain itu, pada

aerola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan itu

biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan.

Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh

berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa menyebabkan

terjadinya hiperpigmentasi yang sama. ( Prawirohardjo,2010)

6. Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya


menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putting

payudara akan lebih besar, kehitaman dan agak tegak. Setelah bulan

pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat

keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai

bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi

karena hormone prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone.

Setelah persalinan kadar progesterone dan estrogen akan menurun

sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap alaktalbulmin akan

hilang. Peningkatan prolactin akan merangsang sintesis lactose dan pada


akhirnya akan meningkatkan produksi asi susu. Pada bulan yang sama

aerola akan lebih besar dan kehitaman,. Kelenjar Montgomery, yaitu

kelenjar sebasea dari aerola, akan membesar dan cenderung untuk

menonjol kelua. Jika payudara makin membesar, striae seperti yang

terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan

tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang akan

dihasilkan. ( Prawirohardjo,2010)

7. Sistem Endokrin

Ada banyak perubahan pada system endokrin pada ibu hamil, yaitu

sebagai berikut:

a. Ovarium Dan Plasenta. Ovarium merupakan sumber estrogen dan

progesteron pada ibu hamil. Hormon ini dihasilkan segera setelah

plasenta terbentuk dengan baik. Plasenta juga membentuk steroid dan

3 jenis hormone lainnya yaitu: human clorionicgonadotropine (hCG),

human placental lactogen (hPL), serta human clorionic thyrotropin

(hCT), ketiga hormone ini sangat mempengaruhi masa kehamilan

wanita.
b. Kelenjar Tiroid. Selama masa kehamilan hormon membesar namun

jumlah hormone yang dihasilkan tetap sama yaitu tiroksin. Ukurannya

meningkat karena pertumbuhan sel-sel acinar dan meningkatnya

metabolic rate yang disebabkan oksigen yang digunakan ibu hamil

lebih banyak.

c. Kelenjar Paratiroid Selama kehamilan ukurannya meningkat

dikarenakan kebutuhan kalium janin lebih besar. Hormone ini sangat

penting untuk mempertahankan kecukupan kalium dalam darah

sehingga metabolisme tulang dan otot tidak terganggu.


d. Kelenjar Pituitary Kelenjar pituitary mengalami pembesran dan

menghasilkan hormone tropic, tetapi dengan jumlah yang berbeda.

FSH ditekan oleh Chorionic gonadotropin (hCG) yang dihasilkan oleh

plasenta. Hormon pertumbuhan berkurang dan hormone melanotropik

meningkat yang akan menyebabkan pigmentasi pada putting susu,

wajah dan abdomen.

e. Kelenjar Adrenal Selama masa kehamilan kortikal membentuk kortin.

Kortin berfungsi mengatur ion kalium dan natrium dalam aliran darah.

( Prawirohardjo,2010)

C. Etiologi

Etiologi hiperemesis gravidarum menurut Hutahaean (2013) belum diketahui

secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini :

1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,

molahidatidosa, dan kehamilan ganda. Frekuens yang tinggi pada

molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor

hormone memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut

hormone korionik gonadotropin dibentuk berlebihan.


2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic

akibbat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu.

3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, yang

disebut sebagai salah satu faktor organik.

4. Faktor psikologis memegang peranan yang penting pada penyakit ini

walaupun hubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum

diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab

sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat

mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar.


D. Manifestasi Klinik

Menurut Mitayani ( 2009 ) manifestasi klinis hyperemesis gravidarum dibagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1. Tingkat I

Muntah terus – menerus yang mempengaruhi keadaan umum,

menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan

nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100 kali /

menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering dan

mata cekung.

2. Tingkat II

Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat,

suhu tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu

turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi dan napas

bau aseton.

3. Tingkat III

Kesadaran ibu menurun dari somnolen hingga koma, muntah

berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah
semakin turun. Menurut effendi (2015) tanda dan gejala hyperemesis

sebagai berikut :

a. Takikardi, hipotensi, vertigo

b. Mual dan muntah, perdarahan pad amukosa mulut

c. Oliguria

d. Pucat, kulit kering, turgor jelek

e. Membrane mukosa kering

f. Penurunan BB

g. Kelemahan, bingung

h. Merasa haus
i. Na, K, Cl, protein menurun

j. Uric, acid, blood urea nitrogen meningkat

k. Hb, Ht meningkat.

E. Patofisiologi

Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat

dalam darah sehingga memengaruhi system pencernaan, tetapi mual dan muntah

yang terjadi terus – menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,

hipokloremia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan

hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan

tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak

menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurnah, sehingga terjadi ketosis.

Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah

frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esophagus an lambung dapat

robek ( sindrom Mallory – Weiss ), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal (

Mitayani, 2009).

Faktor psikologis memegang peranan penting pada penyakit hiperemesis

gravidarum belum diketahui dengan pasti. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan


ibu hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan –

bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah

pada hamil muda, bila terjadi terus – menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan

tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipoklomerik. Belum jelas mengapa

gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis

merupakan faktor utama, di samping faktor hormonal. Bagi para ibu yang

mengalami lambung spastic dengan gejala tidak suka makan dan sering mual

sejak sebelum hamil akan mengalami emesis gravidarum yang berat. Hiperemesis

gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi. Oleh karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam

hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan

kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan

ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian

pula klorida urine. Selain itu, dehidrasi menyebabkan jumlah zat makanan dan

oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolic yang toksik.

Berkurangnya kalium karena muntah, bertambahnya ekskresi lewat ginjal, serta

bertambahnya frekuensi mual – muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati

(Hutahaean, 2013).

F. Pemeriksaan Penunjang

Pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis dengan tingkatan yang berat

dianjurkan untuk mengikuti serangkaian pemeriksaan diagnostic. Hal tersebut

dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kegawatan pada janin. Berikut adalah

pemeriksaan diagnostic yang bisa dilakukan :

1. Pemeriksaan USG ( dengan menggunakan waktu yang tepat) dapat

mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multiple, mendeteksi

abnormalitas janin, serta melokalisasi plasenta


2. Pemeriksaan urine ( urinalisis ) yang meliputi kultur, BUN, serta

pendeteksian bakteri.

3. Pemeriksaan fungsi hepar yang meliputi AST, ALT, dan kadar LDH (

Hutahaean, 2013).

G. Komplikasi

Hiperemesis gravidarum yang dialami oleh ibu hamil dapat menimbulkan

berbagai macam komplikasi. Komplikasi tersebut bisa dari yang ringan hingga

berat. Komplikasi terjadi berupadehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu

meningkat, alkalosis, kelaparan, gangguan emosional yang berhubungan dengan

kehamilan, serta hubungan keluarga, menarik diri dan depresi (Hutahaean, 2013)
H. Penatalaksanaan

Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan dengan tahapan

sebagai berikut :

1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran

udara yang baik. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5%

dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari.

2. Diuresis selalu di control untuk keseimbangan cairan

3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan minum sedikit

demi sedikit.

4. Sedative yang diberikan adalah fenobarbital Pada keadaan lebih berat,

berikan antiemetik seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau

klorpromazin.

5. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bisa

disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan

konflik yang melatarbelakangi hiperemesis ( Mitayani, 2009 ).


BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Mitayani ( 2009 ) pengkajian merupakan pendekatan yang

sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan dan menganalisis,

sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Langkah

pertama dalam pengkajian ibu hiperemesis gravidarum adalah mengumpulkan

data. Data – data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1. Data Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh

ibu sesuai dengan gejala – geajala pada hiperemesis gravidarum, yaitu

: mual dan muntah yang terus menerus merasa lemah dan kelelahan,

merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam.

Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor

kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria,

takikardia, mata cekung dan ikterus.


b. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Kemungkinan ibu pernah mengalami hyperemesis gravidarum

sebelumnya.

2) Kemungkina ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan

dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.

(Mitayani, 2009)

2. Data Fisik Biologis

Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum

adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi aerola mamae, terdapat

kolasma gravidarum, mukosa membrane dan bibir kering, turgor kulit


buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak pucat dan lemah,

takikardia, hipotensi, serta pusing dan kehilangan kesadaran. (Mitayani,

2009)

3. Riwayat Menstruasi

a. Kemungkinan menarche usia 12 – 14 tahun

b. Siklus 28 – 30 hari

c. Lamanya 5 – 7 hari

d. Banyaknya 2 – 3 kali ganti duk / hari

e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala dan

muntah.

4. Riwayat Perkawinan

Kemungkina terjadi pada perkawinan usia muda

5. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan

a. Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu

makan.

b. Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat

badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.


6. Data Psikologi

Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan

jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa

ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan,

mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual dan

muntah. Pola pertahanan diri ( koping ) yang digunakan ibu tergantung

pada pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluaga dan

perawat. (Mitayani, 2009)

7. Data Sosial Ekonomi


Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi,

namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ayng dimiliki.

(Mitayani, 2009)

8. Data Penunjang

Data penunjang didapat dari hasil laboraturium, yaitu pemeriksaan

darah dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan hematokrit

yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan

dehirasi. Pemeriksaan urinalisis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi

yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine.

(Mitayani, 2009)

Menurut (Hutahaean,2013), Pengkajian Hiperemesis adalah sebagai

berikut:

1) Aktivitas

Istirahat kurang, terjadi kelemahan, tekanan darah sistol menurun,

dan denyut nadi meningkat(> 100 kali per menit)


2) Makanan/Cairan

Konflik interpersional keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan

persepsi tentang kondisiny, dan kehamilan takdirencanakan.

3) Eliminasi

Perubahan pada konsistensi defekasi, peningkatan frekuensi

berkemih, dan peningkatan konsentrasi urin. Mual dan muntah

yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium, penurunan berat

badan(5-10 kg),iritasi dan kemerahan [ada memmbran mukosa

mulut,Hb dan Ht rendah, napas berbau aseton, turgor kulit

berkurang, mata cekung, dan lidah kering.


4) Pernapasan

Frekuensi pernpasan meningkat.

5) Keamanan

Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam

koma.

6) Seksualitas

Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka

dilakukan terapeutik. (Hutahaean, 2013)

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa menurut Wilkinson (2012)

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Insomnia

3. Defisit Perawatan Diri

4. Ansietas

5. Risiko Kekurangan Volume Cairan

6. Intoleransi Aktivitas

C. Intervensi Keperawatan
1. Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh, Ketidakseimbangan

a. Tujuan : untuk meningkatkan intake nutrisi klien

b. Intervensi :

1) Kaji pola makan klien

Rasional : untuk mengetahui pola makan klien

2) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

Rasional : agar klien mendapatkan energy

3) Berikan makanan dalam porsi hangat

Rasional : agar klien bergairah makan

4) Berikan air minum pada saat makan


Rasional : dilakukan apabila klien tesedak saat

5) makan segera berikan air minum & Berikan makanan kesukaan

klien

Rasional: untuk memancing gairah klien atas

makanan

6) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan saat

makan

Rasional : agar menambah nafsu makan dari klien

7) Identifikasi adanya reflex menelan yang normal

Rasional : untuk melihat reflek menelan klien

8) Atur makanan sesuai dengan kesukaan klien

Rasional : memberikan fariasi untuk menambah nafsu

makan

9) Tunda pemberian makanan apabila klien lelah untuk menelan

Rasional : memberikan jangka waktu untuk klien

menelan

10) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien saat makan


Rasional : untuk meningkatkan rasa kemauan makan pada klien

11) Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup untuk memfasilitasi

pengurangan mual dan muntah

Rasional : istirahat dan tidur yang cukup dapat

12) mengurangi rangsangan mual dan muntah pada klien Berikan

makanan yang menyuplai kebutuhan nutrisi

Rasional : mencegah terjadinya penurunan berat badan

13) Timbang berat badan secara teratur

Rasional : mengetahui berat badan klien

14) Sarankan membawa kantong plastic untuk menampung muntah


Rasional : persiapan kantong plastic saat muntah agar muntahnya

tidak berserakan dilantai

15) Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : memantau makanan yang bisa diberikan pada untuk

klien

2. Insomnia

a. Tujuan : pola tidur klien teratur dan terpenuhi

b. Intervensi

1) Kaji pola tidur klien

Rasional : dilakukan untuk memantau pola tidur

2) Monitor tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui intervensi selanjutnya

3) Kaji faktor yang mempengaruhi tidur

Rasional : mengetahui penyebab terganggunya tidur klien

4) Jelaskan pada klien tentang ppenting nya tidur yang adekuat

Rasional :mengetahui keteraturan dari tidur klien

5) Catat pola tidur klien


Rasional : agar klien tidak terganggu dalam tidurnya

6) Anjurkan klien untuk memantau pola tidurnya

Rasional : agar tidak ada lagi fikiran yang bisa

7) mengganggu tidur klien Ciptakan lingkungan yang nyaman

Rasional : untuk mengetahui apakah ada factor yang

8) bisa berhubungan dengan terganggunya tidur klien Bantu klien

untuk meng-hilangkan stress sebelum tidur

Rasional : agar tidur klien bisa teratur

9) Monitor makanan sebelum tidur

Rasional : untuk menambah wawasan klien


10) Berikan HE tentang penyakitnya

Rasional : agar tidak ada yang mengganjal

11) Ajarkan klien dan orang terdekat mengenai factor yang

berkontribusi terhadap terjadinya gangguan pola tidur

Rasional : memberikan masukan untuk tidak

12) membangunkan klien jika tertidur

13) Anjurkan klien tidur siang

Rasional : untuk menambah istirahat klien

14) Sesuaikan ligkungan misalnya (cahaya dan kebisingan)

Rasional : memberikan situasi dan kondisi yang tenang untuk tidur

15) Bantu klien untuk menetapkan rutinitas tidur

Rasional : meningkatkan efek relaksasi

16) Berikan HE tentang penyakitnya

Rasional : menambha pengetahuan atau wawasan dari klien

3. Defisit perawatan diri

a. Tujuan : klien mampu merawat dirinya sendiri

b. Intervensi :
1) Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri

Rasional : untuk mengetahui hambatan yang dihadapi

2) Monitor kondisi kulit

Rasional : untuk memantau kebersihan klien

3) Monitor kondisi rambut dan kulit kepala termasuk kelain-kelainan

nya (kasar, kering, kotor, berbau dan ada dandruf.

Rasional : untuk mengetahui kebersihan rambut klien

4) Bantu melakukan perawatan diri sesuai kebutuhan

Rasional : mempermudah klien dalam melakukan perawatan diri


5) Siapkan perlengkapan untuk membersihkan rambut (mis: shampo,

ember, handuk dan lain-lain)

Rasional : membantu klien untuk melengkapi

6) perawatan dan memberikan perawatan pada klien Bantu pasien

berada pada posisi yang nyaman saat cuci rambut

Rasional : untuk menambah rasa nyaman pada klien

7) Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat diri

sendiri secara mandiri

Rasional : agar klien mampu melakukan perawatan secara mandiri

8) Ajarkan keluarga cara memandikan pasien dengan waslap

Rasional : agar keluarga dapat membantu sebagian perawatan diri

klien

9) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dengan selalu mengganti

pakaian

Rasional : agar tidak menambah bakteri pada tubuh klien

10) Ajarkan klien cara menggosok gigi dengan tepat

Rasional : agar klien dapat mengetahui cara perawatan gigin yang


baik

11) Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri

Rasional : untuk menentukan pola perawatan diri dari klien

12) Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan tepat

Rasional : untuk memberikan perawatan pada klien setelah klien

pulang

13) Fasilitas pasien untuk untuk cuci rambut sendiri

Rasional : agar klien mampu melakukan perawatan cuci rambut

14) Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi

Rasional :menambah pemahaman


15) Pantau kebersihan kuku sesuai dengan kemampuan merawat diri

pasien

Rasional : untuk melihat cara perawatan kuku dari klien

4. Ansietas

a. Tujuan : untuk mengurangi kecemasan pada klien

b. Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : untuk mengetahui tingkat kekhawatiran

2) Gunakan pendekatan yang tenang pada klien

Rasional : untuk menciptakan saling percaya dengan klien

3) Berikan aktifitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi

tekanan

Rasional : untuk mengurangi rasa khawatir yang berlebihan

4) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

Rasional : agar klien tidak tergantung pada obat

5) Berikan dukungan emosional

Rasional : member ketenangan dan kepercayaan sebelum


mengambil keputusan

6) Kontrol stimulus untuk kebutuhan klien yang dapat memicu

kecemasan

7) Rasional : untuk memberikan kesibukan yang bisa bermanfaat bagi

klien

8) Atur penggunaan obat - obatan untuk mengurangi rasa cemas

Rasional : untuk memberi motivasi pada klien

9) Beri dukungan untuk cepat sembuh

Rasional : untuk selalu memantau keadaan stimulus dari klien

10) Pertimbangkan kemampuan klien dalam mengambil keputusan


Rasional : memotifasi klien agar lebih bersemangat

11) Minta klien untuk rileks dan santai

Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien

12) Berikan aktivitas untuk mengurangi tekanan

Rasional : mengalihkan perhatian dari klien

13) Berikan waktu sejenak bagi klien untuk menurunkan rasa

khawatirnya

Rasional : memberikan kesempatan bagi klien untuk sendiri

14) Anjurkan keluarga selalu berada disampingnya

Rasional : agar klien merasa tidak kesepian

15) Berikan HE tentang penyakitnya

Rasional : menambah wawasan klien tentang penyakitnya

16) Pertimbangkan keinginan klien untuk menceritakan semua isi

fikirannya

Rasional : membuat klien merasa lega dalam menceritakannya

5. Kekurangan Volume Cairan

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan


kekurangan volume cairan tidak terjadi

b. Intervensi :

1) Monitor tanda-tanda vital

Rasional :untuk mengrtahui keadaan umum klien

2) Monitor kehilangan cairan seperti muntah

Rasional : untuk menentukan intervensi selanjutnya

3) Monitor makanan / cairan yang dikomsumsi

Rasional : agar dapat mengetahui asupan cairan atau makanan yang

dikomsumsi

4) Monitor status gizi


Rasional : mengetahui perubahan gizi pasien

5) Berikan cairan dengan tepat

Rasional : meningkatkan asupan oral pasien

6) Tingkatkan asupan oral

Rasional : meningkatkan asupan cairan oral pasien

7) Anjurkan keluarga memberikan makanan ringan seperti buah-

buahan / bus juah

Rasional : memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral

8) Pantau asupan cairan selama 24 jam

Rasional : mengetahui keseimbangan cairan

9) Berikan cairan IV sesuai suhu kamar

Rasional : mengurangi penguapan

10) Timbang berat badan harian

Rasional : mengetahui perkembangan dari kondisi klien

11) Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan saluran cerna

Rasional : untuk menghindari resiko dehidrasi pada klien

12) Tingkatkan citra tubuh dan harga diri


Rasional : untuk menanbah respon percaya diri klien

13) Jaga pencatatan input dan output

Rasional : mengetahui asupan yang masuk dan keluar

14) Konsultasikan dengan dokter jika ada tanda-tanda dan gejala cairan

memburuk

Rasional : agar tidak terjadi kekurangan cairan

15) Penatalaksanaan untuk memberikan resep yang sesuai

Rasional : untuk memberikan pengobatan yang tidak menimbulkan

efek samping dari klien


6. Intoleransi Aktivitas

a. Tujuan : Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara

mandiri

b. Intervensi:

1) Kaji kekuatan otot

Rasional : Untuk mengetahui kekuatan otot dari klien

2) Anjurkan klien bergerak sesuai dengan kebutuhan

Rasional : Agar klien tidak merasa kaku dalam bergerak

3) Anjurkan keluarga untuk membantu sebagian

Rasional : Untuk membantu klien apabila ada aktivitas yang tidak

bisa dikerjakan oleh klien

4) Dekatkan alat-alat yang di butuhkan klien

Rasional : Untuk mempermudah klien

5) Bantu klien utuk memilih aktivitas dan kemampuan fisik yang

akan di lakukan

Rasional : Untuk memantau aktivitas yang bias dilakukan oleh

klien
6) Bantu klien utuk tetap fokus pada kekuatan otot yang di sarankan

Rasional : Agar pandangan dan perhatian klien tetap focus pada

satu tujuan

7) Bantu klien untuk melakukan aktivitas secara teratur

Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan

8) Bantu klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan

9) Rasional : Agar klien merasa nyaman dengan lingkungan yang

ditempatinya

10) Dorong aktivitas yang bisa di lakukan klien

Rasional : Untuk memberikan motifasi


11) Tingkatkan istirahat yang cukup

Rasional : Agar klien tidak terlalu kelelahan

12) Monitor kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

Rasional : untuk menganalisa kemampuan aktivitas klien

13) Anjurkan klien untuk aktivitas ringan

Rasional : agar tidak terjadi kekakuan pada otot

14) Berikan teknik rom aktif dan pasif bila diperlukan

Rasional : untuk melatih kemampuan otot klien

15) Anjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien dalam

beraktivitas

Rasional : agar klien merasa di perhatikan oleh keluarga

16) Evaluasi kegiatan aktivitas klien yang telah di lakukan

Rasional : untuk mengetahui perkembangan aktivitas

(Effendi 2015)
BAB IV

ANALISA KASUS

Ibu ari telah menikah 6 bulan yang lalu. Saat menikah ia berusia 23 tahun.

BP 90/70 mmHg, HR meningkat, mual dan muntah sepanjang hari, nyeri ulu hati,

penambahan BB (2 kg), nampak anemi fisiologis (hemodilusi), ia tidak dapat

beraktivitas, semua kebutuhannya dibantu oleh orang terdekat, kram kaki, nyeri

payudara dan punggung, Braxton Hicks, RR 28 kali/menit, suhu: 37,6⁰C , DJJ (12

mgg dg dopler, 20 mgg dg feteskop), gerakan janin (20 mmg), pemeriksaan

leopold setinggi pusat, Quickening & Ballotement, perbahab seksualitas, leukorea,

peningkatan uterus, payudara , pigmentasi, goodell, hegar, chadwiks, denial,

maturasi, aseptent.

A. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

Data Subjektif : Hiperemesis Gravidarum Kekurangan volume

Ny. A mengatakan mual cairan

dan muntah sepanjang Hormonal

hari,

Beta HCG Meningkat

Data Objektif :

TTV : Pengosongan lambung

- TD : 90/70 lambat

mmHg

- RR : 28 x/menit HCL Meningkat

- Suhu : 37,6⁰C

(menandakan Mual Muntah

Dehidrasi)
- HR ↑ Dehidrasi

- Turgor kulit

menurun Kurang cairan

- Tampak lemah ekstraseluler dan plasma

Kekurangan volume

cairan

Data Subjektif : Hiperemesis Gravidarum Perubahan nutrisi kurang

Ny. A mengatakan Mual dari kebutuhan

muntah sepanjang hari, Hormonal

Data Objektif :

TTV : Beta HCG Meningkat

- TD : 90/70

mmHg Pengosongan lambung

- RR : 28 x/menit lambat

- Suhu : 37,6⁰C

- Tampak lemah HCL Meningkat

Mual Muntah

Intake tidak adekuat

Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan
Data Subjektif : Hiperemesis Gravidarum Intoleransi Aktivitas

Ny. A mengatakan tidak

dapat beraktivitas. Kehilangan cairan

Ny. A mengatakan berlebih

semua kebutuhannya di

bantu oleh orang Dehidrasi

terdekat.

Data Objektif : Hemokonsentrasi

TTV :

- TD : 90/70 Suplai Nutrisi ke jaringan

mmHg menurun

- RR : 28 x/menit

(dyspnea) Metabolisme intrasel

- Suhu : 37,6⁰C menurun

- HR ↑

- Tampak lemah Otot lemah

Kelelahan tubuh

Intolerasi aktivitas
Data Subjektif : Hiperemesis Gravidarum Nyeri pada ulu hati

Ny. A mengeluh nyeri (Epigastrium)

ulu hati dan mual Intake menurun

muntah sepanjang hari

Data Objektif : Pengosongan lambung

TTV :

- TD : 90/70 Pergesekan mukosa

mmHg lambung

- RR : 28 x/menit

(dyspnea) Nyeri ulu hati

- Suhu : 37,6⁰C

- HR ↑ Gangguan rasa nyaman

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan caian aktif,

mual dan muntah

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

4. Nyeri pada epigastrium (ulu hati) berhubungan dengan muntah berulang.

(Ratnawati, 2017)

C. Intervensi keperawatan

Intervensi menurut (Nurarif & Kusuma : 2015)

1. Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan caian aktif, mual dan muntah

Kriteria Hasil:
Setelah di berikan intervensi keperawatan, kebutuhan cairan dan

elektrolit terpenuhi.

Intervensi:

Mandiri:

a. Istirahatkan ibu ditempat yang nyaman

Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi kerja yang

membuat metabolisme tidak meningkat, sehingga tidak merangsang

terjadinya mual dan muntah.

b. Pantau tanda-tanda vital & tanda-tanda dehidrasi

Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat

diketahui sejauhmana keadaan umum dan kekurangan cairan pada ibu.

TD turun, suhu meningkat, & nadi meningkat merupakan tanda-tanda

dehidrsi & hipokalemia.

c. Pantau tetes cairan infusi

Rasional : Jumlah tetesan infus yang tidak tepat dapat menyebabkan

terjadinya kelebihan dan kekurangan cairan di dalam sistem sirkulasi.

d. Catat intake dan output.


Rasional : Dengan mengetahui intake dan output cairan diketahui

keseimbangan cairan di dalam tubuh

e. Setelah 24 jam anjurkan untuk minum tiap jam

Rasional : Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan

melalui oral.

Kolaborasi

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

Rasional : Pemberian cairan infus dapat mengganti jumlah cairan

elektrolit yang hilang dengan cepat, sehingga bisa m encegah keadaan

yang lebih buruk pada ibu.


2. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria hasil :

Setelah di berikan intervensi keperawatan, kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi.

a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu

Rasional : dengan mengetahui kebutuhan nutrisi ibu, dapat dinilai

sejauh mana kekurangan nutrisi pada ibu dan menentukan langkah

selanjutnya

b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat

mual muntah yang berlebih

c. Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan

lambung dan mengurangi kerja peristaltic usus serta memudahkan

proses penyerapan

d. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi

Rasional : makanan yang hangat diharapkan dapat mengurangi rasa


mual, sedangkan makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu

makan ibu

e. Berikan makanan yang tidak berlemak dan berminyak

Rasional : makanan tidak berlemak dan berminyak dapat mengurangi

rangsangan saluran pencernaan, sehingga diharapkan mual dan muntah

berkurang

f. Anjurkan ibu untuk memakan makanan yang kering dan tidak

merangsang pencernaan, misalnya roti kering dan biscuit

Rasional : makanan kering tidak merangsang pencernaan dan

mengurangi perasaan mual


g. Berikan ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan

Rasional : agar ibu merasa diperhatikan dan berusaha menghabiskan

makanannya

h. Timbang berat badan ibu

Rasional : untuk mengetahui berat badan ibu sesuai dengan usia

kehamilan dan pengaruh nutrisi

3. Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Kriteria Hasil : Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara

mandiri

Intervensi:

a. Kaji kekuatan otot

Rasional : Untuk mengetahui kekuatan otot dari klien

b. Anjurkan klien bergerak sesuai dengan kebutuhan

Rasional : Agar klien tidak merasa kaku dalam bergerak

c. Dekatkan alat-alat yang di butuhkan klien

Rasional : Untuk mempermudah klien

d. Bantu klien utuk memilih aktivitas dan kemampuan fisik yang akan di
lakukan

Rasional : Untuk memantau aktivitas yang bias dilakukan oleh klien

e. Bantu klien utuk tetap fokus pada kekuatan otot yang di sarankan

Rasional : Agar pandangan dan perhatian klien tetap focus pada satu

tujuan

f. Bantu klien untuk melakukan aktivitas secara teratur

Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan

g. Dorong aktivitas yang bisa di lakukan klien

Rasional : Untuk memberikan motivasi

h. Monitor kemampuan klien dalam melakukan aktivitas


Rasional : untuk menganalisa kemampuan aktivitas klien

i. Anjurkan klien untuk aktivitas ringan

Rasional : agar tidak terjadi kekakuan pada otot

j. Berikan teknik rom aktif dan pasif bila diperlukan

Rasional : untuk melatih kemampuan otot klien

k. Anjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien dalam beraktivitas

Rasional : agar klien merasa di perhatikan oleh keluarga

4. Diagnosa 4 : Nyeri pada epigastrium (ulu hati) berhubungan dengan

muntah berulang.

Kriteria Hasil : setelah di berikan intervensi keperawatan, rasa nyaman

terpenuhi

Intervensi:

Mandiri:

a. Kaji tingkat nyeri.

Rasional : Dengan mengkaji dapat diketahui tingkat nyeri pada ibu dan

menentukan tindakan selanjutnya.

b. Atur posisi ibu dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah
makan.

Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan

pada gastrointestinal, sehingga dapat mencegah muntah yang berulang.

c. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah & sebelum makan.

Rasional : Kebersihan mulut yang baik & terpelihara bisa

menimbulkan rasa nyaman juga diharapkan dapat mengurangi mual &

muntah.

d. Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan.

Rasional : Dengan mengalihkan perhatian diharapkan ibu bisa

melupakan rasa nyeri akibat muntah ynag berulang.


e. Anjurkan ibu untuk istirahat dan batasi pengunjung.

Rasional : Dengan istirahat yang cukup & membatasi pengunjung,

dapat menambah ketenangan pada ibu.

Kolaborasi :

f. Kolaborasi dalam pemberian anti metik dan sedatif dengan dokter.

Rasional : Obat anti emetik mengurangi muntah dan obat-obat sedatif

membuat ibu tenang, sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan

oleh ibu.

D. Implementasi Keperawatan

Dalam implementasi keperawatan, perhatikan hal-hal berikut :

1. Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut

diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan

2. Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan terus

memantau intake nutrisi pada ibu.

3. Tindakan keperawatan harus mendetail agar semua tenaga keperawatan

dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan.

4. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung

memberikan pelayanan kepada ibu dan/atau dapat didelegasikan kepada

orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan perawat atau yang

seprofesi (Ratnawati, 2017)

E. Evaluasi Keperawatan

Pada evaluasi keperawatan, dilakukan sebagai berikut :

1. Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu yang

berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.


2. Evaluasi dari proses keperawatan untuk mengetahui seberapa banyak

intake nutrisi pada ibu, sehingga mencegah terjadinya perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan .

3. Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan

terhadap perubahan perilaku ibu dan mengetahui sejauh mana masalah ibu

dapat teratasi.

4. Perawat melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang

ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segera dimodifikasi.

(Ratnawati, 2017)
BAB V

PENUTUP

i. Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah

lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan

sehari-hari (Arief.B, 2009)

1. Diagnosa

a. Anamnesa : Amenore, tanda kehamilan muda,muntah terus menerus

b. Pemeriksaan fisik : KU = lemah

Kesadaran= apatis sampai koma

Nadi >100 x/menit

Tekanan darah menurun

Suhu meningkat

c. Pemeriksaan penunjang : Kadar Na dan Cl turun

d. Penatalaksanaan: Obat-obatan, Isolasi, Terapi psikologik, Cairan

parenteral, Penghentian kehamilan, Diet.

ii. Saran
Diharapkan mahasiswa untuk mengerti dan memahami tentang

hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum


DAFTAR PUSTAKA

Effendi,J., & Mose,J. (2015). Obstetri Intervensi. Jakarta : Agung Seto

Hutahaean, Serry. (2013). “Peraatan Antenatal”. Jakarta : Salemba Medika

Indriyani,Dian. 2013. Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal.

Graha Ilmu : Yogyakarta

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka : Jakarta

Tiran, Denise. (2008). Mual & Muntah Kehamilan (Nausea and Vomiting in

Pregnancy : An Integrated Approach to Care). EGC : Jakarta

Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9.

Jakarta:EGC

Ratnawati, Ana. (2017). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Pustaka

Baru

Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC edisi revisi Jilid II.

Yogyakarta : Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai