Anda di halaman 1dari 3

2019 MENANTIKAN HADIRNYA LEGISLATOR I4.

0
(Refleksi HUT 73 Tahun DPR-RI)

Secara de jure Dewan Perwakilan rakyat telah dalam kapasitasnya mewakili rakyat, tapi tidak seperti
halnya secara de facto. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai salah satu lembaga negara yang
memegang peranan penting dalam gerak kehidupan bernegara, harusnya sudah mampu melakukan
banyak hal sesuai dengan fungsinya yang diamanahkan undang-undang. Lembaga negara yang
memiliki 3 fungsi utama yakni legislasi, anggaran dan pengawasan ini dinilai masih mendapat rapor
merah dibandingkan dengan lembaga negara lainnya, khususnya pada aspek korupsi. Lembaga
Transparency International Indonesia (TII) pada surveynya di 2017 menempatkan DPR menjadi
lembaga urutan pertama dalam hal korupsi. Dilain pihak survey LSI 2018 malah menempatkan DPR
sebagai lembaga negara yang memiliki tingkat kepercayaan paling sedikit dari masyarakat Indonesia.

Hal ini ditengarai karena fungsi lembaga legislatif ini tak diimbangi oleh kualitas sumber daya manusia
yang sesuai. Kompetensi legislator yang berhak duduk di DPR hanya diukur sebesar dan se-massif apa
suara yang ia dapatkan dari masyarakat tanpa melibatkan acuan kompetensi yang lebih konfrehenship
dalam mengimbangi fungsi dari DPR itu sendiri.

Jika kita melihat dari fungsi legislasi saja, ada begitu banyak rancangan undang-undang yang tidak
selesai bahkan nasibnya terkatung katung oleh 500 legislator yang ada di DPR-RI dan Ribuan yang ada
di DPRD Provinsi maupun Kabupaten. Selain itu Fungsi anggaran dan pengawasan justru menghasilkan
tafsir berbeda yang awalnya adalah proses luhur malah menjadi fungsi untuk menekan pihak lain
untuk memberikan imbal jasa kepada para legislator yang berakhir pada kasus korupsi dan gratifikasi.
Belum selesai dengan keadaan sumber daya manusia yang belum kompeten, perkembangan lembaga
legislatif ini masih harus bertarung dengan hadirnya gerak industri global baru yang telah mengisi
gerak bernegara di Indonesia.

Lahirnya revolusi industri 4.0 di Jerman pada tahun 2012 memiliki implikasi langsung terhadap
bergolaknya sistem hidup manusia di abad baru. Kehadiran era revolusi industri keempat (Industri 4.0)
sudah tidak dapat dielakkan lagi. Kehidupan bernegara di Indonesia mengalami hyperrealitas,
semacam hadirnya realitas dalam mode yang saling tindih menindih dengan wujud sedemikian
kompleks, sehingga sangat susah mengurai proses dan sifat dari realitas itu. Revolusi industri 4.0
ditandai oleh bergeraknya industri dengan pola kolaborasi antara teknologi informasi dan
pengendalian jarak jauh gerak industrinya. Akan banyak hal yang berubah dari hadirnya revolusi
industri ke 4 ini mulai dari hadirnya peran robotik yang menggantikan seluruh peran manusia, tata
kelola yang “wireless”, manajemen risiko dari implementasi sistem digital, akses publik pada
teknologi, dan faktor keamanan sistem. Semua hal ini terjadi dengan kecepatan eksponensial yang
akan berdampak langsung terhadap aspek bernegara kita seperti ekonomi, pemerintahan, dan politik
di Indonesia.

Berangkat dari realitas di atas, maka sudah sepatunya legislator-legislator yang berhak mengisi kursi
dewan, mesti memiliki kompetensi unggulan dalam menjalankan fungsi legislatif dan mampu
menghadapi perkembangan revolusi industri ke 4 di Indonesia yang sedang berlansung. Legislator di
2019 selayaknya adalah manusia-manusia yang cakap tata kelola bernegara khususnya lembaga
legislatif dan paham akan semangat revolusi industri 4.0 tentunya.

Legislator i4.0 adalah legislator yang memahami dan menggunakan aplikasi digital dalam mengelola
dan mengawal fungsi legislatif yang mereka emban. Legislator i4.0 ini mesti memiliki kecerdasan yang
integratif, kemampuan analisis masalah dan membangun solusi, dan performa ethics dalam
menggunakan teknologi informasi. Sehingga mampu mempermudah proses perancangaan dan
pengesahan undang-undang, proses anggaran, dan pengawasan. Selain itu 3 fungsi utama lembaga
legislatif akan memiliki kepastian dan dapat diukur secara akurat, akuntabel, transparan, dan
terdokumentasi secara digital, agar masyarakat benar-benar merasa terwakili oleh legislator yang
mereka mandatir.

Setidaknya ada 3 hal yang harus dilakukan oleh para calon legislator untuk menjadi seorang legislator
i4.0 yakni Digitalization, Upgrade Literature, dan Humanization Creativity.

Pertama Digitalization, adalah tahap dimana seorang calon legislator mendigitalisasi dirinya. Tahap ini
disyaratkan mampu memahami dan menggunakan perangkat-perangkat digital dalam mengelola
tugasnya sebagai anggota dewan. Calon legislator mesti menggunakan teknologi informasi dalam
mengelola gawainya, seperti menggunakan big data dalam perumusan undang-undang,
menggunakan e-budgeting dalam proses penganggaran, dan melakukan pengawasan dengan cyber
security cloud dan augmented reality. Pada Tahap ini ruang untuk melakukan gratifikasi dan korupsi
akan terdegradasi secara mandiri.

Kedua Upgrade Literature, setelah mendigitalisasi diri, calon legislator sudah sepatutnya memotong
gap literasinya akan dirinya, lembaga, dan rakyat yang memilihnya dengan meningkatkan bahan
bacaannya. Bahan bacaan seorang legislator i4.0 bukan hanya berada pada bacaan formal legislatif
semata tapi juga ada pada 3 zona literasi berikutnya yaitu literasi data (kemampuan untuk membaca,
analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital), literasi teknologi (Memahami cara
kerja mesin, aplikasi teknologi), dan literasi kemanusiaan (Humanities, Komunikasi, & Desain).

Ketiga Humanization Creativity, Tahap terakhir ini adalah bagaimana seorang calon legislator
menerjemahkan bahasa legislasi dan digital ini kedalam konsep yang manusiawi dan kreatif. Tahap ini
menegaskan proses dialogis antara seorang legislator dan konstituennya yakni rakyat yang
memilihnya dalam membincang program-program yang berkhidmat pada kepentingan rakyat banyak.

2019 menjadi waktu yang tepat untuk memilih legislator yang secara nyata mewakili rakyat. Kalau saja
2019 Dewan Perwakilan Rakyat masih di isi oleh legislator yang pragmatis, bermental korup, dan
terlelap dalam sidang, dalam waktu singkat Robot-Robotlah yang akan menggantikan kursi terhormat
mereka.
Penulis : Muh. Shadri Kahar Muang
Pekerjaan : Direktur Pusdiklat Universitas Cokroaminoto Makassar,
Founder Abimantrana Politica
No. Rekening : Bank BRI 040301017688506 atas nama Muh. Shadri Kahar Muang

Anda mungkin juga menyukai