Anda di halaman 1dari 26

BAB III

TINJAUAN PROYEK

3.1 Pengertian Umum

Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan


yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang pebisnis atau pemilik
pekerjaan yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan oleh
pelaksana pekerjaan sesuai dengan keinginan dari pada pebisnis atau pemilik
proyek dan spesifikasi yang ada. Dalam pelaksanaan proyek pemilik proyek dan
pelaksana proyek memiliki hak yang diterima dan kewajiban yang harus
dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang telah disetujui bersama antar
pemilik proyek dan pelaksana proyek. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah
Kota Pekanbaru merupakan salah satu pekerjaan Dinas Kesehatan Pekanbaru.
Dalam pembangunan proyek ini, dibutuhkan tenaga ahli dibidangnya serta mampu
bersaing secara baik, agar dapat meningkatkan kinerja dengan hasil yang
maksimal.

Suatu keberhasilan dalam pembangunan akan dapat tercapai bila didukung


dengan sistem organisasi proyek yang baik, karena organisasi proyek merupakan
pusat pengendalian serta pengkoordinasian dari suatu proyek pembangunan.
Dengan demikian diharapkan segala perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan
dapat terkoordinir dengan baik serta mengacu pada peningkatan hasil-hasil yang
akan dicapai.

3.2 Data Proyek

Data-data proyek dibuat berdasarkan pelaksanaan Proyek Pembangunan


Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru, adapun data-data tersebut adalah sebagai
berikut :

3.2.1 Data Umum Proyek (Administrasi)


1. Nama Proyek : Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota
Pekanbaru
2. Lokasi : Jalan Garuda Sakti KM 2 Kota Pekanbaru
3. Pemilik Proyek : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
4. Pagu Dana : Rp. 90.000.000.000
5. Sumber Dana : APBD Kota Pekanbaru 2014-2016
Thn 2014 : Rp. 6.300.000.000,- ( 7.00 %)
Thn 2015 : Rp. 41.400.000.000,- (46.00 %)
Thn 2016 : Rp. 42.300.000.000,- (47.00 %)
TOTAL : Rp. 90.000.000.000
6. HPS : Rp.89.827.000.000
7. Nilai Kontrak : Rp.80.903.858.000 (incl PPn)
8. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, MEP & Site
Development
9. Konsultan Perencana : PT. PANDU PERSADA
10. Konsultan Pengawas : PT. KANTA KARYA UTAMA
11. Kontraktor Pelaksana : PT. PP (PERSERO) Tbk
12. Masa Pelaksanaan : 720 hari kalender
13. Masa Pemeliharaan : 360 hari kalender
14. Jenis Kontrak : Lump sum & Unit Price (Gabungan)
15. NO & Tanggal Kontrak : 01/MY/-RS/DINKES/XII/2014 TGL 23
DESEMBER 2014
16. Batas Lokasi
Sebelah Timur : Lahan Warga
Sebelah Barat : Lahan Warga
Sebelah Utara : SMK Teknologi
Sebelah Selatan : Jalan Garuda Sakti
17. Pimpinan Proyek/PPTK : Ir.Budi Hartono

Lump sum Price adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian


seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga total
penawaran yang pasti dan tetap, serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam
proses penyelesaian pekerjaan tersebut sepenuhnya di tanggung oleh penyedia
barang.

Berikut gambar plang Proyek Pembangunana Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Pekanbaru yang dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Papan Plang Proyek

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Lokasi Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru dapat diakses
melalui jalan Garuda Sakti, Pekanbaru. Lokasi dan Situasi proyek ini

dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini

Gambar 3.2 : Lokasi Proyek Pembangunan RSUD Kota Pekanbaru

Sumber : Google Earth, 8 September 2015


Rencana RSUD Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3.3 Rencana RSUD Kota Pekanbaru

Sumber : PT Pembangunan Perumahan (PP), 2015

3.2.2 Data Utama Proyek


1. Waktu Pelaksanaan :720 Hari Kalender
2. Luas Lahan : 30.396,01 m2
3. Luas Bangunan : 13.128,51 m2
4. Luas Bangunan yang ditinjau : 2.624,98 m2
5. Tinggi bangunan : Gedung A = 16.6 m
Gedung B = 14.2 m
Gedung C = 14.2 m
Gedung D = 12.8 m
Gedung E = 12.8 m
Gedung F = 6.6 m
Gedung G = 6 m
Gedung H = 6 m
Gedung I =8m
6. Jumlah Lantai : Gedung A = 3 lantai
Gedung B = 3 lantai
Gedung C = 3 lantai
Gedung D = 3 lantai
Gedung E = 3 lantai
Gedung F = 1 lantai
Gedung G = 1 lantai
Gedung H = 1 lantai
Gedung I = 1 lantai
7. Jenis Pondasi : Pondasi Tiang Pancang Spun Pile
8. Jenis Struktur Atap : Struktur Baja dan Penutup Atap
9. Material Struktur
a. Beton
Menggunakan Beton Ready Mix yaitu :

-Beton Bertulang K-300 GF S/D MEZAIN


-Beton Bertulang K-300 LT 1 S/D 12
b. Baja
Mutu baja pada :
- Tulangan ulir BJTU 40 (4000 kg/cm2)
- Tulangan polos BJTP 24 (2400kg/cm2).
3.3 Organisasi Proyek
3.3.1 Pengantar Umum

Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan


individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam
suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar
tujuan organisasi dari proyek ini dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras
dan harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari
kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-
sama berusaha saling memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung
jawab, sehingga pada saat masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi
rasa keadilan baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus
organisasi/pejabat yang berwenang.

Organisasi proyek bertanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tujuan


yang ditugaskan sesuai dengan batas atau menurut spesifikasi sumber daya yang
ada yaitu dana, waktu, peralatan, teknologi, manusia, dan material untuk mencapai
standar kualitas yang disepakati atau yang telah ditentukan sehingga tercapai
semua keuntungan bagi semua pihak yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka dibuatlah suatu sistem hubungan kerja sesuai kondisi pekerjaan
dengan berisikan aspek-aspek rencana organisasi sebagai berikut:

1. Tugas pokok dari organisasi.


2. Pengelompokan jenis-jenis kegiatan dalam suatu sistematika tertentu.
3. Pekerjaan dari tiap-tiap organisasi itu.
4. Tanggung jawab dari tiap-tiap petugas dalam rangka pelaksanaan tugas
yang dibebankan kepadanya.
5. Kekuasaan atau wewenang dari tiap-tiap petugas.
6. Pelimpahan tanggung jawab kepada bagian-bagian dalam organisasi.
7. Ukuran yang diperlukan didalam menilai berhasil atau tidaknya
pelaksanaan tugas tiap-tiap petugas dalam organisasi.

Ketentuan-ketentuan demi terjaminnya pelaksanaan organisasi adalah sebagai


berikut :

1. Pemberian tanggung jawab yang tegas dan cermat kepada tiap-tiap


petugas.
2. Pemberian tanggung jawab harus disertai dengan pelimpahan-pelimpahan
wewenang yang memadai.
3. Petugas dalam suatu jabatan tertentu hanya mengenai perintah dari seorang
atasan saja.
4. Petugas dalam bagian-bagian tertentu sesuai luasnya tanggung jawab
pekerjaan, perlu diberikan tenaga pembantu yang diperlukan.
5. Petugas bagian tertentu hanya mempunyai bawahan secara langsung tidak
lebih dari jumlah yang dapat dikuasainya atau diawasinya, dan
6. Pekerjaan tugas harus didasarkan pada analisa tentang aktivitas-aktivitas
pekerjaan yang harus dilaksanakan dan kemudian dikelompokkan menjadi
satu tim.
3.3.2 Hubungan Kerja Antar Unsur Organisasi Proyek
1. Hubungan Masing-Masing Pihak / Unsur Dalam Proyek

Pemilik Proyek
PT. Pekanbaru Permai Propertindo

Konsultan Perencana Kontraktor Pelaksana


PT. PANDU PERSADA PT. Pembangunan
Perumahan
Gambar 3.4 Hubungan Kerja Pengembangan
Yayasan
Sumber Daya Manusia
Sumber : Data Proyek
3.4 Organisasi Pelaksanaan Proyek Garis Koordinasi :
Garis Komando :
Organisasi pelaksana proyek / organisasi lapangan adalah suatu kumpulan tim
organisasi yang bertugas khusus untuk menjamin kelancaran kegiatan lapangan,
yang fungsi pokoknya adalah pengawasan, pelaksanaan dan administrasi.

Bentuk organisasi ini disesuaikan dengan jenis konstrusi pekerjaan yang


akan dilaksanakan. Adapun susunan struktur organisasi untuk Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut:

PROJECT MANAGER

BUDI HARTONO

QUALITY CONTROL SHE


SAIFUL FALAH MIRASTATI NENGSI

SAFETY SUPERVISOR
AHMAD NAWAWI

SEM SOM SAM


BENONI M METRIONO PIRNO

POP GSP STAF AKUNTANSI


FIRDAUS JANTER SINURAT EKI BAEHAKI

STAF TEKNIK SP STAF UMUM


SAIFUL FALAH M.SODIK SIBURIAN

DRAFTER SP ME OFFICE BOY


SEPRI IRSAN CACAN SUPRIATNA

LOGISTIK & GUDANG SURVEYOR DRIVER


AZIZ SUTRISNO ARIEANSYAH MAHRUZAR

PERALATAN ASS.SURVEYOR SECURITY


1. SUYONO BAYU TRI S 1. HASAN T
2. EKO PRASETIO 2. GURUH S

3. ARISMAN S
Gambar 3.5 Struktur organisasi PT. PP Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Daerah Kota Pekanbaru

Sumber : Data Proyek PT Pembangunan Perumahan (PP), 2015

3.4.1 Project Manager

Project Manager merupakan pimpinan tertinggi di dalam proyek,


bertanggung jawab kepada kantor pusat atas segala sesuatu sehubungan dengan
proyek tersebut. Tugas dari project manager :

1. Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam mengatasi masalah di


proyek.
2. Mengkoordinasi semua kegiatan di lapangan.
3. Membuat laporan pertanggung jawaban secara berkala atas
penggunaan uang dan bahan kepada kantor pusat.
4. Memberikan pengarahan dan memantau serta mengevaluasi
pelaksanaan proyek.

3.4.2 Site Manager

Site Manager yang merupakan staf ahli untuk mewakili pekerjaan


Kontraktor dilapangan dan berwewenang penuh untuk mengambil tindakan
berkaitan dengan pelaksanaan semua pembangunan serta bertanggung jawab atas
segala hal yang terjadi. Site Manager ini harus selalu berada di lokasi
pembangunan untuk memimpin, mengikuti perkembangan dan mengawasi secara
langsung jalannya pekerjaan di lapangan. Tanggung jawab seorang Site Manager
yaitu :
1. Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap pelaksanaan, dalam
rangka mencapai tujuan proyek berupa kualitas yang baik, tepat waktu
dengan biaya seefisien mungkin.
2. Mengadakan koordinasi dengan bagian logistik tentang penyediaan
barang atau material dan peralatan
3. Menentukan kebijaksanaan seperti metode kerja atau spesifikasi bahan.
4. Menyusun laporan harian, mingguan, dan bulanan. Laporan ini berisi
tentang berapa bayak bahan material yang masuk di lapangan. Laporan
mingguan berisi tentang pengevaluasian pekerjaan selama satu
minggu, kemajuan pekerjaan, serta rencana kerja satu minggu
berikutnya. Laporan bulanan berisi tentang laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan keuangan. Laporan bulanan ini ditanda tangani
oleh Site Manager.
5. Meneliti dan mengesahkan tagihan-tagihan dari suplier dan mandor
yang berhubungan dengan volume fisik lapangan dengan harga satuan,
nota-nota pembelian alat dan bahan.
3.4.3 Administrasi

Tugas dan tanggung jawab dari adminitrasi antara lain :

1. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada Pemilik Proyek.


2. Melakukan pencatan administrasi kedalam jurnal (media pembukuan).
3. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.
4. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi,
5. Membuat laporan keuangan Kontraktor.

3.4.4 Pengawas Lapangan

Pengawas di lapangan terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu pengawas sipil dan
pengawas baja. Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan antara lain :

1. Memberi pengarahan kegiatan pada personil pelaksana dilapangan.


2. Melakukan pengawasan secara berkala terhadap pelaksanaan pekerjaan
dilapangan terutama kesesuaian konstruktif dengan rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS)
3. Mewakili kepala proyek jika berhalangan di tempat.
4. Melakukan pemeriksaan berkala as bangunan
5. Memantau dan mengevaluasi setiap hasil kemajuan pekerjaan
dilapangan.
Mengidentifikasi dan mencari penyelesaian permasalahan yang timbul
dilapangan.
3.4.5 Logistik
Tugas dan tanggung jawab logistik antara lain :

1. Mengecek penerimaan/pengiriman barang sesuai order


2. Mengatur lokasi pembongkaran material
3. Mengecek peralatan yang keluar
4. Bertanggung jawab dalam setiap menangani pengangkutan peralatan
ke lapangan dan pengangkutannya kembali ke workshop.
5. Mengidentifikasi kerusakan alat dan melakukan tindakan koreksi dan
pencegahan terhadap penyebab-penyebab kerusakan alat tersebut agar
selalu siap dipakai.
6. Membuat laporan gudang.
7. Mengkoordinasikan kondisi yang ada dengan koordinator pelaksana.

3.4.6 Juru Gambar (Drafter)

Adapun tugas – tugas dan tanggung jawab Juru Gambar (Drafter) adalah
antara lain:

1. Menyelenggarakan tersedianya kegiatan penggambaran dan


perubahannya.
2. Mengadakan gambar kerja (Shop Drawing)
3. Melaksanakan penggambaran perubahan gambar kerja
4. Mengadakan gambar akhir (as build drawing)
adapun wewenang Juru gambar (drafter) adalah mempersiapkan gambar
kerja dan perubahannya sesuai dengan data yang ada.
3.4.7 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan


pembangunan dan mutu hasil kerja yang diperoleh. Disamping itu diperlukan pula
suatu penempatan pekerja agar sesuai dengan keahliannya sehingga mutu hasil
pekerja dapat maksimal.

Dalam malaksanakan suatu pekerjaan konstruksi, tenaga kerja merupakan


faktor penting yang harus diperhitungkan, yaitu harus mengutamakan tenaga kerja
yang diseleksi menurut keahlian dan kemampuan dilapangan. Dalam
mengarahkan tanaga kerja ini juga harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia mengenai ketenagakerjaan, yaitu tenaga
Kerja harus dilengakapi dengan K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan
dilindungi dengan asuransi ketenagakerjaan.
Tenaga kerja yang digunakan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Tenaga Staf Karyawan
Staf Karyawan pada proyek ini berasal dari PT.Pembangunan Perumahan (PP)
yang berjumlah ± 25 orang
2. Tenaga Kerja (Pekerja)
Tenaga kerja yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Daerah Kota Pekanbaru selama penulis melakukan praktek kerja lapangan sering
terjadi penambahan dan pengurangan, maka penulis merata-ratakan jumlah
pekerja antara lain :
a. Pembesian
Jumlah Mandor : 1 (orang)
Jumlah Pekerja : 37 (orang)
b. Perkayuan
Jumlah Mandor : 1 (orang)
Jumlah Pekerja : 25 (orang)
c. Mechanic Electrical
Jumlah Mandor : 1 (orang)
Jumlah Pekerja : 4 (orang)
d. Pengecoran
Jumlah Mandor : 0 (orang)
Jumlah Pekerja : 2 (orang)
Jadi rata-rata jumlah tenaga kerja / buruh pada proyek ini adalah berjumlah 71
orang. Jumlah jam kerja bagi pekerja dalam satu hari diproyek ini lebih kurang 8
jam, terhitung dari jam 08.00 – 12.00 WIB dan dilanjutkan ja m 13.00 – 17.00
WIB. Apabila pekerjaan tersebut melebihi jam kerja yang telah ditentukan, maka
dihitung sebagai jam kerja lembur.

3.5 Hubunga Kerja Antara Unsur Pengelola Proyek

Untuk terlaksananya suatu proyek pembangunan, maka harus terjadi


kerjasama atau hubungan antar unsur pengelola proyek. Hubungan kerja sama
antar unsur pengelola proyek adalah sebagai berikut :

1. Hubungan kerja antara Pemberi tugas dan Perencana terikat dalam


suatu ikatan kontrak kerja. Pihak pemberi tugas memberikan perintah
kepada Konsultan Perencana untuk melakukan suatu pekerjaan dengan
memberikan gambaran-gambaran umum dan informasi mengenai
proyek yang akan dibangun sedangkan Konsultan Perencana
melakukan perencanaan struktural dan arsitektur sesuai dengan
permintaan Pemilik Proyek dalam hal ini Konsultan Perencana akan
mendapatkan imbalan berupa bayaran untuk hasil perencanaan tersebut
dari Pemilik Proyek.
2. Hubungan kerja antara pemberi tugas dan Konsultan Pengawas terikat
dalam suatu ikatan kontrak kerja. Pihak pemberi tugas memberikan
perintah kepada Konsultan Pengawas untuk melakukan suatu
pengawasan atas proses pelaksanaan dan hasil pekerjaan sedangkan
Konsultan Pengawas memberikan laporan terhadap pengawasan
pekerjaan kepada Pihak pemberi tugas dalam hal ini Konsultan
Pengawas akan mendapatkan imbalan berupa bayaran untuk hasil
tersebut dari Pemilik Proyek.
3.Hubungan kerja antara pemberi tugas dan pelaksana terikat dalam suatu
ikatan kontrak kerja. Pihak pemberi tugas akan memberikan biaya
pelaksanaan pekerjaan, dan pihak pelaksana akan memberikan hasil
pelaksanaan pekerjaan.
4. Hubungan kerja antara pemberi tugas dan pimpro. Pihak pemberi tugas
memberi penugasan kepada pimpro dan pimpro bertanggung jawab
atas pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya serta mewakili
pemberi tugas dalam memonitoring pada tahap perencanaan.
5. Hubungan kerja antara pimpro dengan perencana, pengawasan dan
pelaksana berupa memonitoring dan pengawasan pekerjaan. Pihak
perencana, pengawasan dan pelaksana melakukan pekerjaan yang telah
diberikan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
6.Hubungan kerja antara pengawas dan pelaksana diikat oleh peraturan
pelaksanaan pekerjaan. Pihak pengawas memberi persyaratan
peraturan pelaksanaan pekerjaan ke pelaksana dan pelaksana
merealisasikan peraturan pelaksanaan pekerjaan.
3.5.1 Kedudukan Masing-Masing Pihak Secara Teknis
Adapun kedudukan masing-masing pihak secara teknis ditentukan oleh
kedudukan dan peran dari masing-masing unsur proyek yang terkait antara antara
lain terdiri dari :
1. Pemilik proyek

Pemilik Proyek adalah pihak yang memiliki proyek tersebut, dengan kata
lain sebagai pihak yang berhak memberikan perintah atau komando kepada
konsultan perencana, konsultan pengawas, dan pemborong untuk melaksanakan
proyek yang dimilikinya.

2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana memiliki tugas dalam membuat perencanaan seluruh


pekerjaan yang akan dilaksanakan, dan membuat hitungan rencana konstruksi
serta gambar-gambar rencana bangunan secara lengkap.

3. Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas bertugas membantu pengelolahan proyek dan
melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi fisik serta bertanggung jawab
secara aktual kepada pemilik proyek.

4. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana adalah perusahan yang memenuhi persyaratan yang


telah ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan konstruksi fisik
suatu bangunan dan mempertanggung jawabkan penyelesaian proyek sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek.

3.5.2 Kedudukan Masing-Masing Pihak Secara Hukum


Kedudukan masing-masing pihak secara hukum dimaksudkan bahwa pemilik
proyek langsung membawahi kontraktor pelaksana, artinya kontraktor pelaksana
langsung bertanggung jawab atas hasil pekerjaan kepada pemilik proyek. Begitu
juga dengan Konsultan pengawas, Konsultan perencana mempertanggung
jawabkan apa yang telah menjadi tugasnya kepada pemilik proyek.
3.6 Pengadaan Material

Untuk pengadaan material pada proyek ini telah diatur dalam beberapa
metode pengadaan terdiri dari :

1. Pengadaan tata letak material di lapangan.


2. Pengecekan jumlah bahan yang masuk.
3. Jalur keluar masuk kendaraan proyek untuk mengangkut material ke
lokasi proyek.
3.7 Pekerjaan Persiapan
3.7.1 Papan Nama Proyek

Sebelum melakukan pengerjaan Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah


Kota Pekanbaru terlebih dahulu dilakukan pekerjaan persiapan. Pekerjaan
persiapan disebut juga sebagai pekerjaan awal, yaitu pekerjaan sebelum proyek itu
sendiri dilaksanakan. Pekerjaan persipaan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut :
Gambar 3.6 Papan Plang Proyek
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Papan nama proyek dibuat dengan ukuran 1x2 m, dan dipasang dilokasi
proyek, 1 (satu) minggu setelah kontraktor menerima surat perintah mulai kerja,
serta dijaga keberadaanya selama proyek berlangsung.

3.7.2 Mobilitas Bahan Dan Peralatan Proyek

Mobilitas adalah pengerahan bahan, alat-alat kerja, tenaga kerja, dan lain-
lain. Pekerjaan ini meliputi penyedian, pengangkutan, peralatan, kendaraan serta
pendatangan bahan atau material. Keterlambatan dari salah satu tersebut diatas
akan sangat berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan, sehingga perlu
diupayakan pengkoordinasian yang baik.

3.7.3 Pembersihan Lapangan

Proses pembersihan lapangan dalam Proyek Pembangunan Rumah Sakit


Umum Daerah Pekanbaru meliputi pembersihan daerah disekitar bangunan.
Kontraktor atas petunjuk direksi / pengawas harus melakukan pembersihan
lapangan sedemikian rupa sehingga lahan bersih dari semak-semak, pohon-pohon,
dan sisa bangunan lama yang akan mengganggu pelaksanaan pembangunan.

3.7.4 Kantor Pengelola Proyek (Direksi Keet)


Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Pengelola
Proyek, barak kerja dan gudang untuk menyimpan bahan bangunan, serta
pembuatan KM/WC sementara sebagai pelengkap Direksi Keet dan KM/WC
untuk pekerja.
Fungsi dari direksi keet adalah sebagai tempat mengkoordinasikan dan
mengawasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Bangunan ini
berdiri dan dipakai selama berlangsungnya pekerjaan.
1. Pembuatan dan penempatan bangunan sementara sepengetahuan dan
seizin Pengelola Proyek.
2. Kualitas dan mutu bangunan harus disetujui Pegelola Proyek.
Bangunan sementara harus mempunyai sirkulasi udara yang baik
dengan penerangan secukupnya, tidak gelap dan tidak bocor.
3. Direksi Keet dilengkapi meja kursi rapat, meja kursi tamu, almari,
meja kursi kerja, white board serta papan untuk menempelkan gambar
dan ditutup dengan plastik bening.
3.7.5 Pengadaan Air Proyek

Air merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek Baik
sebagai bahan pencampur beton maupun sebagai pembersih. Kontraktor harus
menyediakan air bersih untuk proyek, pengadaan air bersih tersebut dapat dari
PAM bilamana mungkin atau dengan membuat sumur gali atau sumur bor atau
dari sumber lain yang berdekatan dengan syarat air tersebut harus memenuhi
persyaratan untuk pembangunan seperti persyaratan yang tercantum dalam SK.
SNI. S-04-1989-F.

3.7.6 Keselamatan Kerja

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja dalam suatu proyek, Kontraktor harus


segera mengambil tindakan dan memberitahukan kepada Direksi untuk
disampaikan ke Pemimpin Proyek.
2. Kontraktor harus memenuhi/mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan
korban dan keluarganya.
3. Kontraktor harus menyediakan obat – obatan yang tersusun menurut syarat
– syarat Palang Merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi
lagi.
4. Kontraktor diwajibkan mentaati undang – undang tenaga kerja dan segera
mengurus ASTEK (Asuransi Tenaga Kerja).
3.8 Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran ini dilaksanakan dari awal hingga seluruh pekerjaan


selesai dilaksanankan, serta memerlukan kecermatan, ketelitian, dan ketepatan,
karena ketidaktepatan dalam pengukuran akan dapat mengakibatkan berubahnya
rencana dan perhitungan konstruksi. Pekerjaan ini disesuaikan dengan gambar
rencana denah, tampak, potongan dan detail. Pada proyek ini pekerjaan
pengukuran meliputi:

1. Pamasangan bouwplank
Bouwplank adalah papan ukur, untuk menentukan as, titik duga dan
lain-lain sebagainya. bouwplank dibuat dari papan dan kayu dengan
ukuran 5/7 (untuk tiang). Beberapa ketentuan lain berkaitan dengan
pemasangan bouwplank adalah :
a. Harus dipasang pada patok-patok yang tertancap kuat kedalam
tanah dan tidak dapat digerakkan/digeser.
b. Titik-titik as bangunan harus dijaga kebenarannya jangan sampai
berubah letaknya.
c. Pemasangan bouwplank harus keliling bangunan dengan jarak 1.5
m.
2. Katinggian balok
Pengkuran ini dilakukan dengan alat ukur meteran, dengan cara
menarik garis vertikal dari posisi as dan elevasi lantai yang
bersangkutan.
3. Kerataan plat lantai dasar
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat waterpass.
Pengukuran ini dilakukan setelah selesai pembuatan plat lantai dasar.
4. Posisi vertikal pada kolom dan balok
Pelaksanaan pada pengukuran dengan alat meteran dan unting-unting.
Setelah terlebih dahulu as kolom diluruskan dengan bantuan meteran.
3.9 Pekerjaan Struktur Bawah
Pekerjaan struktur bawah yaitu pekerjaan yang berada dibawah lantai dasar
meliputi :

1. Pekerjaan Tanah (pemadatan)


Setelah pengupasan maupun penimbunan bahan urugan, maka tanah
dipadatkan sekurang-kurangnya 90% standart proctor untuk urugan.
Pemadatan dilakukan selapis demi selapis.
2. Penggalian Tanah Untuk Pondasi
Pekerjaan galian tanah untuk pondasi harus dilaksanakan hingga
mencapai tanah keras sesuai dengan pedoman dalam gambar detail
menurut persetujuan pengawas.
3. Pekerjaan Balok Sloof
Sloof adalah struktur yang berfungsi sebagai pengikat kolom dan
meratakan beban yang diterima. Balok sloof diberi penulangan sesuai
gambar rencana dan shop drawing. Pada sisi kiri dan kanan diberi acuan
bekisting.
3.10 Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan struktur atas meliputi pembuatan lantai kerja sampai kepada


pembuatan kuda-kuda atap atau struktur rangka atap plat beton bertulang.
Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan pemasangan tiang perancah, pekerjaan
penulangan, pekerjaan bekisting, pekerjaan pengecoran, pekerjaan pembongkaran
bekisting dan pekerjaan perawatan beton bertulang.

3.10.1 Pekerjaan Pemasangan Tiang Perancah

Pekerjaan pemasangan tiang perancah merupakan pekerjaan yang bertujuan


untuk mendukung beban-beban bekisting akibat adukan beton waktu pengecoran
sampai beton cukup kuat menahan beban sendiri dan untuk menjaga elevasi balok
tetap seperti rencana sampai adukan beton mengeras.

3.10.2 Pekerjaan Penulangan


Pekerjaan penulangan harus dilakukan sebaik mungkin karena peranan
tulangan sangat penting dalam struktur beton. Daya dukung yang didapat dari
hasil komposit antara beton dengan tulangan. Pekerjaan penulangan ini meliputi
pemotongan, pembengkokan, penyambungan dan pemasangan tulangan.

1. Pekerjaan Pemotongan Tulangan


Pekerjaan pemotongan tulangan ini, dilakukan setelah baja tulangan
dikelompokan menurut diameternya dan telah dibuatkan daftar pokok
panjang tulangan beserta jumlah masing-masing potongan sehingga
pemotongan tulangan ini mudah dilaksanakan.
2. Pekerjaan Pembengkokan Baja Tulangan
Pekerjaan pembengkokkan baja tulangan dilakukan setelah tulangan
dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Pembengkokkan tulangan
dengan menggunakan alat Barbender. Sebelum dibengkokkan, tulangan
ditandai sesuai dengan ukuran yang direncanakan. Setelah tulangan
dipotong dan dibengkokkan maka tulangan dikelompokkan sesuai
dengan jenis, ukuran dan bentuk agar mudah dalam pelaksanaan
penulangan.
3. Pekerjaan Pengangkutan Tulangan
Pekerjaan pengangkutan tulangan yang sudah mengalami perlakuan
pengukuran, pembengkokkan, kemudian dikelompokkan menurut
jenisnya. Kemudian seluruh tulangan diangkut bertahap menuju masing-
masing lokasi struktur yang akan dibuat dengan menggunakan Tower
Crane.
4. Pekerjaan Penyambungan Baja Tulangan
5. Pekerjaan Pemasangan Tulangan
3.10.3 Pekerjaan Bekisting
1. Bekisting Balok

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan bekisting balok induk, balok anak.


Pemasangan dimulai dengan memasang papan bekisting bagian sisi bawah balok
dan sisi samping, yang terbuat dari multiplek dengan tebal 9 mm dan telah
dipasang suatu balok kayu (bodeman) dan tiang perancah sebagai perkuatan.

2. Bekisting Plat Lantai


Bekisting plat lantai ini menggunakan multiplek dengan tebal 9 mm dan
dipasang dengan menggunakan paku yang dipakukan pada balok memanjang dan
melintang. Pada permukaan bekisting plat lantai diolesi minyak pelumas (oli
bekas) agar nantinya akan memudahkan dalam proses pembongkaran bekisting.

3. Bekisting Kolom

Pemasangan bekisting kolom dilakukan setelah pekerjaan penulangan kolom


selesai dan telah dilakukan pengecekan letak, dimensi, dan elevasi. Papan
bekisting menggunakan multiplek tebal 9 mm yang telah diolesi dengan minyak
pelumas pada bagian dalamnya. Bekisting ini setelah dipakai akan digunakan
kembali untuk bekisting kolom. Setelah tulangan siap, bekisting yang telah dibuat
dipasang pada kolom. Sebagai pendukung bekisting pada tiap sisi kolom dipasang
batang diagonal yang ditumpu pada perletakan yang telah dibuat sebelumnya.
Agar kedudukan bekisting sesuai dengan perencanaan maka pada bekisting
dipasang dua buah unting-unting pada setiap sisi bekisting.

3.10.4 Pekerjaan Pengecoran

Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Pekerjaan Persiapan
 Sebelum pengecoran acuan harus bersih dari segala kotoran, pasir,
bekas serutan, sisa potongan-potongan kayu dan reruntuhan lainnya
yang dapat melekat atau mengotori beton.
 Sebelum pengecoran, cetakan harus diteliti untuk memastikan
kebenaran letaknya, kekuatannya agar tidak terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang.
 Pekerjaan peralatan, alat bantu dan alat-alat yang sesuai dengan
kebutuhan seperti vibrator, concrete mixer, concrete pump dan lainnya.
 Pengecoran hanya boleh dilakukan apabila acuan telah dinyatakan baik
dan disetujui oleh panasehat teknis.
2. Pengadukan Beton

Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (batch


mixer atau portable continuous mixer). Mesin pengaduk beton harus benar-benar
kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya, dan harus dicuci
bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

3. Pengangkutan

Pengangkutan dari pabrik beton ke lokasi proyek dapat memakai truck mixer dan
isinya 5-7 m3.

4. Pengecoran

Pengisian acuan dengan beton harus dikerjakan dalam waktu yang singkat,
karena hal ini merupakan suatu pekerjaan yang kritis. Ketika pengecoran harus
dilakukan maka perlu penjagaan yang cukup, karena apabila terjadi suatu
kesalahan maka tindakan biaya perbaikannya sangat tinggi dan besar, serta
kualitas pekerjaan beton juga sangat mengecewakan. Penuangan spesi beton ke
lokasi bangunan menggunkan alat concrete bucket atau concrete pump.

5. Pemadatan Beton

Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan alat
penggetar (vibrator) agar terjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ahli dan terlatih.

6. Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekisting dilakukan apabila bagian struktur tersebut telah


mampu memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanan yang bekerja padanya.

a. Pembongkaran Bekisting Balok

Pembongkaran bekisting balok dilakukan setelah beton berusia 28 hari.


Pembongkaran bekisting balok diawali dengan pembongkaran steger yang
menjadi penopang balok maupun plat lantai. Selanjutnya dilakukan
pembongkaran bekisting dengan cara melepas mencongkel bekisting balok
dengan menggunakan penyongkel besi.
b. Pembongkaran Bekisting Plat Lantai 2-3
Pembongkaran bekisting plat lantai dilakukan dengan cara mencongkel
bekisting plat dengan menggunakan besi atau linggis

c. Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting kolom harus disetujui oleh pengawas lapangan dan


kontraktor yang bertanggung jawab sepenuhnya. Pembongkaran bekisting dapat
dilakukan sekurang-kurangnya 48 jam setelah pengecoran. Pembongkaran dimulai
dengan pelepasan bekisting secara keseluruhan dengan cara di pukul hingga beton
tidak menempel ke bekisting dan mudah untuk di buka.

7. Perawatan dan Perbaikan Beton

Perawatan beton bertujuan untuk menjaga kelembaban permukaan beton agar


tidak terjadi retak atau pecah sebelum beton tersebut mengalami pengerasan.
ketika beton mulai mengeras, maka diperlukan perawatan agar mendapatkan
pengerasan yang optimal, untuk menghindari dari :
Kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam awal.
penanggulangan kehilangan zat cair :
1). Dibiarkan didalam bekisting
2). Menutupi dengan lembar plastik
3). Menutupi dengan goni basah
4). Menggenangi dengan air (bagian datar)
5). Menyemprot dengan air secara terus menerus pada permukaan betonnya.
Penguapan air yang banyak pada pengerasan beton hari pertama
Perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan retakan pada beton.

3.11 Pekerjaan Instalasi Air

Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pemasangan


dari semua peralatan dan material yang telah disebarkan dalam spesifikasi
pekerjaan, juga meliputi :

1. Pengadaan, pemasangan instalasi air


2. Pengadaan, pemasangan instalasi air bekas / kotor
3.Pengadaan, pemasangan instalasi air limbah.
3.12 Perkerjaan Elektrikal

Pekerjaan elektirckal meliputi :


1. Pengadaan dan pemasangan kabel feader dari meter PLN ke panel
2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kebel untuk instalasi penerangan
3. Pengadaan dan pemasangan lampu
4. Pengadaan dan pemasangan alat-alat bantu instalasi
5. Pengadaan dan pemasangan panel-penel dan almari KWH sesuai
dengan gambar
6. Pengadaan dan pemasangan kabel feader dari MDP, SDP ke almari
KWH meter
7. Pengadaan dan pemasangan KWH meter
8. Pengadaan Alat Sistem Anti Petir
9. Hasil akhir dari pemasangan instalasi harus sudah siap untuk diadakan
penyambungan daya.
3.13 Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing merupakan kegiatan akhir yang membutuhkan ketelitian


yang cukup tinggi, karena kerja tahap ini yang akan tampak apabila pekerjaan
selesai.

Pekerjaan finishing meliputi :

1. Pekerjaan Plesteran
2. Pekerjaan Pengecatan
3. Pekerjaan Pembersihan.
3.14 Time Schedule

Setiap kontraktor yang mendapat kesempatan membuat dan menyelesaikan


suatu proyek terikat pada jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan proyek
tersebut yang tertulis di dalam kontrak. Apabila kontraktor mengalami
keterlambatan di dalam menyelesaikan proyek yang telah menjadi tanggung
jawabnya, maka kontraktor tersebut dianggap telah melalaikan tugasnya dan akan
dikenai sanksi sesuai dengan persetujuan kontrak kerja.
Apabila keterlambatan ini terjadi, maka akan menyebabkan kerugian bagi
kontraktor. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat rencana kerja atau time schedule
yang benar. Perencanaan jadwal pelaksanaan (time schedule) ini, mengacu kepada
batas waktu penyelesaian yang dituangkan dengan kontrak. Berlandaskan pada
waktu penyelesaian tersebut, maka disusunlah time schedule yang pada umumnya
berupa bar chart yang dilengkapi dengan kurva S. Time schedule berisi tentang
paket-paket pekerjaan yang saling berurutan atau bertahap meliputi pekerjaan-
pekerjaan yang ada dalam kontrak yang dilaksanakan.

Adapun fungsi dari time schedule adalah :

1. Sebagai pedoman dan penuntun bagi kontraktor dalam melaksanakan


pekerjaan.
2. Sebagai dasar untuk membuat berita acara kemajuan proyek.
3. Sebagai kontrol bagi pengawas proyek dalam menilai prestasi kerja.
3.15 Masalah-Masalah Dalam Pelaksanaan Proyek

Selama pelaksanaan kerja praktek dalam proyek ini, penulis mengamati bahwa
dalam pelaksanaan proyek ini terdapat beberapa hal yang bagi penulis merupakan
suatu masalah.

Besi untuk tulangan penempatannya ditempat terbuka. Seharusnya besi


tulangan diletakkan pada tempat yang tertutup agar terlindung dari terik matahari
dan hujan. Karena jika dibiarkan ditempat terbuka maka dapat mengurangi dari
mutu besi tulangan itu sendiri. Karena cuaca di tempat proyek selalu mengalami
perubahan suhu dan cuaca.

Pekerja/tukang masih ada tidak menggunakan alat safety seperti tidak


menggunakan Safety Helmet, Safety Boot, sarung tangan, kacamata safety. Hal itu
disebabkan oleh pendapat pekerja/tukang merasa tidak nyaman, terganggu, tidak
leluasa saat mengerjakan pekerjaannya dan kurang tegasnya petugas K3 tentang
pelanggaran aturan safety tersebut.

Masih ada cara pengecoran kolom saat pengecoran kolom yang salah yaitu
jarak bucket beserta corong tambahan terhadap area pengecoran melebihi 1 meter
yang mengakibatkan agregat jatuh terlebih dahulu dari pada adonan beton tersebut
dan hasil beton tersebut buruk.

Masih ada kesalahan pada pemasangan bekisting balok yang tidak rapat dan
rapi sehingga saat pengecoran beton tumpah dan sedikit mengalami kehilangan
volume.

Gambar 3.7 Pekerja Tidak Menggunakan Safety Helmet

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3.8 Kesalahan Pemasangan Bekisting

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Anda mungkin juga menyukai