Anda di halaman 1dari 6

11. Diagnosa apa yang dapat ditegakkan dalam kasus Tn Rozaq?

Diagnose yang dapat ditegakkan dalam kasus Tn.Rozaq adalah TB. Berdasarkan
anamnesis, gejala yang diderita Tn.Rozaq merupakan gejala-gejala dari TB.

Gejala akibat TB paru adalah batuk produktif yang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu),
nyeri dada, dan hemoptisis. Gejala sistemik termasuk demam, menggigil, keringat malam,
kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan. Seseorang yang dicurigai
menderita TB harus dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan fisik, tes tuberkulin Mantoux, foto
toraks, dan pemeriksaan bakteriologi atau histologi. Tes iuberkulin harus dilakukan pada semua
orang yang dicurigai menderita TB klinis aktif, namun nilai tes tersebut dibatasi oleh reaksi
negative palsu, khususnya pada seseorang dengan imunosupresif (misal, TB dengan infeksi
HIV). Seseorang yang diperkirakan memiliki gejala TB, khususnya batuk produktif yang lama
dan hemoptisis, harus menjalani foto toraks, walaupun reaksi terhadap tes tuberkulin
intradermalnya negatif .

Berdasarkan CDC, kasus TB diperkuat dengan kultur bakteriologi organisme M.


tuberculosls yang positif. Sangat penting untuk menanyakan orang yang diduga terkena TB
tentang riwayat terpajan dan infeksi TB sebelumnya. Harus dipertimbangkan juga faktor-faktor
demografi (misal, negara asal, usia, kelompok etnis atau ras) dan kondisi kesehatan (misalnya,
infeksi HIV) yang mungkin meningkatkan risiko seseorang untuk terpajan TB.

Sumber: A, Sylvia., M, Lorraine. (2015).Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.
12. Apa pemeriksaan penunjang yang membantu memastikan penyakit Tn.Rozaq?

Pemeriksaan Penunjang

1) Tes Tuberkulin lntradermal (Mantoux)

Teknik standar (tes Mantoux) adalah dengan menyuntikkan tuberkulin (PPD)


sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit (TU) tuberkulin secara intrakutan, pada
sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan
alkohol. Biasanya dianjurkan memakai spuit tuberkulin sekali pakai dengan ukuran jarum
suntik 26-27 G. Jarum yang pendek ini dipegang dengan permukaan yang miring
diarahkan ke atas dan ujungnya dimasukkan ke bawah permukaan kulit. Akan terbentuk
satu gelembungberdiameter 6-10 mm yang menyerupai gigitan nyamuk bila dosis 0,1 ml
disuntikkan dengan tepat dan cermat (lihat Gbr. 9-B).
Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48
sampai 72 jam sesudah penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam periode tersebut, yaitu
dalam cahaya yang terang dan posisi lengan bawah sedikit ditekuk. Yang harus dicatat
dari reaksi ini adalah diameter indurasi dalam satuan millimeter. Pengukuran harus
dilakukan melintang terhadap sumbu panjang lengan bawah. Hanya indurasi
(pembengkakan yang teraba) dan bukan eritema yang bernilai. Indurasi dapat ditentukan
dengan inspeksi dan palpasi (meraba daerah tersebut dengan jari tangan). Tidak adanya
indurasi sebaiknya dicatat sebagai "0 mm" bukan negative.

Interpretasi tes kulit menunjukkan adanya berbagai tipe reaksi (Kotak 43-1).
Daerah indurasi sebesar 5 mm atau lebih dianggap reaksi positif pada kelompok tertentu,
dan mencerminkan adanya sensitivitas yang berasal dari infeksi dengan basil. Daerah
indurasi yang diameternya sebesar 10 mm atau lebih juga diklasifikasikhn positif pada
kelompok tertentu, sedangkan indurasi sebesar 15 mm atau lebih adalah positif pada
semua orang dengan fakator risiko TB yang tidak diketahui.

Reaksi positif terhadap tes tuberkulin mengindikasikan adanya infeksi tetapi


belum tentu terdapat penyakit secara klinis. Namun, tes ini adalah alat diagnostik penting
dalam mengevaluasi seorang pasien dan juga berguna untuk menentukan prevalensi
infeksi TB pada masyarakat.

2) Tes Anergi

Anergi adalah tidak adanya respons hipersensitivitas tipe lambat terhadap pajanan
antigen terdahulu, seperti tuberkulin. Anergi spesifik adalah tidak adanya reaktivitas
antigen seseorang; anergi nonspesifik secara keseluruhan adalah ketidakmampuan untuk
bereaksi terhadap berbagai antigen (Slovis, Pittman, Haas, 2000). Pada seseorang dengan
imunosupresif, respons selular hipersensitivitas tipe lambat seperti reaksi tuberkulin dapat
menurun atau menghilang. Penyebab anergi dapat berasal dari infeksi HIV, sakit berat
atau demam, campak (atau infeksi virus lainnya), penyakit Hodgkin, sarkoidosis,
vaksinasi virus hidup, dan pemberian obat kortikosteroid atau obai imunosupresif.
Berdasarkan CDC (2000), yaitu 10% hingga 25% pasien dengan penyakit TB memiliki
reaksi yang negatif ketika diuji dengan tes tuberculin intradermal pada saat didiagnosis
sebelum pengobatan dimulai. Kira-kira sepertiga orang yang terinfeksi HIV dan lebih
dari 60% pasien dengan AIDS dapat memperlihatkan hasil reaksi tes kulit yang kurang
dari 5 mm, walaupun mereka terinfeksi dengan M. tuberculosis. Infeksi HIV dapat
menekan respons tes kulit karena jumlah CD4 + T limfosit yang menurun hingga kurang
dari 200 sel,/mm3. Anergi juga dapat muncul bila jumlahCD4 + T limfositcukup tinggi.

Anergi dideteksi dengan memberikan sedikitnya dua antigen hipersensitivitas


dengan menggunakan metode Mantoux. Tidak adanya standarisasi dan hasil data,
membatasi evaluasi keefektifan tes anergi. Karena alasan ini, CDC (2000a) tidak lagi
menyarankan tes anergi untuk penapisan rutin TB di antara orang-orang yang menderita
HIV positif di Amerika Serikat. Slovis, Pittrnan, dan Haas (2000) berpendapat bahwa tes
anergi tidak berguna dalam penapisan TB asimtomatik pada berbagai kelompok. The
American Thoracic Society ( AT S) (2000) memberitahukan bahwa tes anergi tidak
direkomendasikan untuk digunakan dalam mengidentifikasi infeksi TB pada seseoran&
termasuk yang terinfeksi oleh HIV.

3) PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologi seringkali menunjukkan adanya TB, tetapi hampir tidak


dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini saja karena hampir semua
manifestasi TB dapat menyerupai penyakit-penyakit lainnya.

Secara patologis, manifestasi dini TB paru biasanya berupa suatu kompleks


kelenjar getah bening parenkim. Pada orang dewasa, segmen apeks dan posterior lobus
atas atau segmen superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang sering
menimbulkan lesi yang terlihat homogen dengan densitas yang lebih pekat. Dapat juga
terlihat adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar yang
biasanya bilateral. Ketidaknormalan apa pun pada foto dada seseorang yang positif HIV
dapat mengindikasikan adanya penyakit TB. Sebenarnya, seseorang yang positif HIV
dengan penyakit TB dapat memiliki foto dada yang normal (CDC,2000a)

4) PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK
Walaupun urine dari kateter, cairan otak, dan isi lambung dapat diperiksa secara
mikroskopik, tetapi pemeriksaanbakteriologik yang paling penting untuk diagnosis TB
adalah pemeriksaan sputum. Metode pewarnaan ZiehI-Neelsen dapat dipakai. Sediaan
apus digenangi dengan zat karbolfuksin yang dipanaskan, lalu dilakukan dekolorisasi
dengan alkohol-asam. Sesudah itu diwarnai lagi dengan metilen biru atau brilliant green.
Cara pewarnaan yang paling banyak digunakan adalah teknik pewarnaan fluoresensi
memakai larutan auramin-rodamin. Setelah larutan ini melekat pada mikobakteri maka
tidak dapat didekolorisasi lagi dengan alkohol-asam. Pemeriksa dapat memperkirakan
jumlah basil tahan asam (AFB) yang terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif
memberikan petunjuk awal untuk menegakkan diagnosis, tetapi suatu sediaan yang
negatif tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi penyakit.

Cara penegakan diagnosis yang paling tepat adalah dengan memakai teknik
biakan. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua sediaan. Mikobakteri tumbuh
lambat dan membutuhkan suatu media yang kompleks. Koloni matur, akan berwarna
krem atau kekuningan, seperti kutil dan bentuknya seperti kembang kol. jumlah sekecil
10 bakteri/ml media konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini.
Pertumbuhan mikobakteri yang diamati pada media biakan ini sebaiknya dihitung sesuai
dengan jumlah koloni yang timbul' Mikroorganisme membutuhkan waktu 6 hingga 12
minggu pada suhu 360C hingga 370 C untuk dapat tumbuh bila menggunakan tes biokimia
yang biasa. Namun, bila yang digunakan untuk inokulasi adalah medium cair seperti
sistem radiometrik BACTEC dan metode cepat yang digunakan untuk identifikasi
spesies. Hasil biakan seharusnya sudah ada dalam waktu 7 -21 hari pengumpulan sediaan.

Pada saat ini sudah tersedia berbagai macam tes untuk identifikasi hampir semua
spesies mikobakteri dan di samping itu telah dikembangkan berbagai program komputer
untuk membantu menginterpretasi data. Misalnya probe asam nukleat dapat
mengidentifikasi spesies dalam waktu 2 hingga 8 jam. High-performance liquid
chromatogrnphy (HPLC) dengan cepat mendeteksi perbedaan asam mikoliat dalam
spektrum pada dinding sel. Teknik molekular terbaru seperti rangkaian asam
deoksiribonukleat (DNA) dan reaksi rantai polimerase (PCR) yang dikerjakan pada
sputum atau sediaan klinis lain untuk mendiagnosis penyakit TB sedang berkembang
dengan cepat. The US Food and Drug Administration (FDA) telah menerima tes
amplifikasi asam nukleat (NAA). Namun, NAA tidak dapat menggantikan kebutuhan
akan pulasan AFB rutin dan biakan (ATS,2000).

Uji kerentanan obat harus dilakukan pada hasil isolasi awal dari semua pasien
untuk meyakinkan apakah terapi obat TB yang direkomendasikan kepada pasien akan
efektif (ATS,2000). Uji tersebut harus diulang bila pasien tidak membaik atau terus
menghasilkan biakan sputum yang positif setelah dua bulan terapi (CDC, 2000a).

Sumber: A, Sylvia., M, Lorraine. (2015).Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

17. Mengapa batuk tidak berdarah?

Batuk Tn. Rozaq tidak berdarah karena tidak ada pembuluh darah yang pecah.

Batuk/batuk darah

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering(non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada
kavitas, tetapi juga dapat terjadi pada ulkus dinding bronkus.

Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai