Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista duktus tiroglosus merupakan massa leher kongenital yang paling
sering dijumpai pada anak-anak, namun dapat juga dijumpai pada orang dewasa.
Kelainan ini terjadi oleh karena kegagalan obliterasi duktus tiroglosus selama
masa embriologi.2
Kista duktus tiroglosus adalah anomali kongenital yang paling banyak
dijumpai di daerah leher berkisar 2 – 4% dari seluruh kasus massa leher. Secara
histologis kista ini memiliki epitel kolumnar seperti daerah dasar lidah hingga
mediastinum. Terletak pada bagian tengah atau sentral dari leher, biasanya
dijumpai pada anak-anak, namun dapat juga dijumpai pada saat dewasa setelah
kista membesar.3
Kista duktus tiroglosus merupakan suatu kelainan dimana terjadinya
persistensi pada duktus tiroglosus. Secara normal duktus ini seharusnya
menghilang pada usia kehamilan antara minggu ke-8 sampai ke-10 dan bagian
inferior akhir dari duktus ini akan menjadi lobus piramidalis dari kelenjar tiroid.
Namun apabila terjadi persistensi pada bagian manapun dari duktus tiroglosus,
sekresi dari epitel dalam duktus tersebut (kemungkinan akibat sekunder dari
infeksi dan inflamasi lokal berulang) dapat menyebabkan timbulnya lesi
berbentuk kista yang disebut kista duktus tiroglosus.4
Sekitar 7% kista duktus tiroglosus didapatkan dari populasi dan hanya
sedikit yang menimbulkan gejala. Tidak ada perbedaan predileksi jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan. Swaid dan Al-Ammar melaporkan rerata umur
penderita kista duktus tiroglosus muncul pada usia13 tahun. Sebanyak 20% kasus
muncul diatas umur 16 tahun.3

BAB II

Kista Tiroglosus
1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang berasal dari penebalan
endoderm daerah ventromedial pharyngeal gut, kaudal dari perbatasan arkus
brakhialis I dan II, yang dikenal sebagai foramen sekum. Perkembangan itu cepat
berkembang menjadi diverticulum bilobi yang akan menembus mesoderm
dibawahnya, bertambah besar dan bermigrasi ke kaudal di ventral faring.3

Gambar a dan b perkembangan thyroidea11


Dari hari ke 24 setelah fertilisasi dan sterusnya, epitel dari stomodaeum
ectodermal tumbuh ke kaudal melewati Os hyoideum dan larynx membentuk
ductus thyroglossus (a). Bila telah mencapai lokasi akhirnya pada tempat
terdapatnya cartilage thyroidea larynx pada minggu ke-7. Ductus thyroglossus
membentuk isthmus dan dua lobus glandula thyroidea (b). bagian ductus
thyroglossus mengecil. Pembukaan proksimal ductus thyroglossus menetap
sebagai foramen caecum dibelakang sulcus terminalis dan sering kali lobus

Kista Tiroglosus
2
pyramidalis (jaringa kelenjar tiroid ditemukan di sepanjanng ductus thyroglossus
primitif. Menonjol dari kantong faringeal V, badan ultimobrankial menjadi sel C
(menghasilkan kalsitonin yang bermigrasi ke dalam glandula thyroidea. Badan
epitel (menghasilkan homon paratiroid) berasal dari kantong faringeal ketiga dan
keempat11

Bila ada bagian dari duktus yang tidak mengalami obliterasi, sekresi epitel
akan menghasilkan kista atau sinus pada setiap titik dasar faring hingga lobus
piramidalis thyroid. Massa kistik duktus tiroglosus biasanya berada pada setiap
titik mulai lobus piramidalis berjalan asenden lebih ke lateral kiri garis median
melewati tulang hioid dari sebelah depan, belakang atau bahkan didalamnya untuk
kemudian menembus dasar mulut diantara otot mylohioid dan mencapai dasar
lidah berakhir di foramen sekum. Kista tersebut dapat terisi cairan/mukus,
menyebabkan kista makin melebar saat terinfeksi. 3
2.2 Anatomi Larynx1,11
Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu
masuk jalan nafas dan berperan dalam pembentukan suara. Larynx terletak di

Kista Tiroglosus
3
bawah hyoid, di antara pembuluh-pembuluh besar leher, dan terletak setinggi
vertebra cervicalis keempat, kelima, dan keenam. Ke atas, larynx terbuka ke
laryngopharynx, ke bawah larynx berlanjut sebagai trachea. Di depan, larynx
ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid dan di lateral oleh glandula thyroidea.
Kerangka larynx dibentuk oleh beberapa cartilago, yang dihubungkan oleh
membrana ligamentum, dan digerakkan oleh otoi. Larynx dilapisi oleh membrana
mucosa.

a) Cartilago Larynx

 Cartilago Thyroidea

Kista Tiroglosus
4
Cartilago thyroidea merupakan cartilage terbesar larynx dan terdiri dari
dua lamina cartilage hyaline yang bertemu di garis tengah pada tonjolan
bersudut V (disebut Adam's apple). Pinggir posterior menjorok ke atas sebagai
cornu superius dan ke bawah cornu inferius. Pada permukaan luar setiap
lamina terdapat linea obliqua sebagai tempat lekat otot-otot.

 Cartilago Cricoidea

Cartilago cricoidea dibentuk oleh cartilago hyalin dan berbentuk seperti


cincin cap, mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang sempit
di anterior. Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago thyroidea, dan pada
masing-masing permukaan lateralnya terdapat facies articularis untuk bersendi
dengan cornu inferius cartilago thyroidea. Di posterior, pada setiap lamina di
pinggir atasnya terdapat facies articularis untuk bersendi dengan basis
cartilago arytenoidea. Semua sendi ini adalah jenis synovial

 Cartilago Arytenoidea

Terdapat dua buah cartilage arytenoidea; kecil, berbentuk pyramid, dan


terletak pada permukaan belakang larynx bersendi dengan pingir atas lamina

Kista Tiroglosus
5
cartilage cricoidea. Masing-masing cartilage mempunyai apex di atas yang
bersendi dengan cartilage corniculata yang kecil, serta basis di bawah yang
bersendi dengan lamina cartilage cricoidea, dan sebuah processus vocalis
yang menonjol ke depan dan merupakan tempat lekat dari ligamentum
vocale. Processus muscularis yang menonjol ke lateral menjadi tempat lekat
Muskulus cricoarytenoideus lateralis dan posterior.

 Cartilago Corniculata

Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi dengan apex


cartilaginis arytenoideae . Menjadi tempat lekat plica aryepiglottica.

 Cartilago Cuneiforme

Dua cartilago kecil yang berbentuk batang ini terletak di dalam plica
aryepiglottica dan berperan memperkuat plica tersebut .

 Epiglotis

Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding


anterior aditus laringeus tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara.

Kista Tiroglosus
6
Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen
faring sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis
mempunyai fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah
laring.

 Membrana Mucosa Larynx

Membrane mucosa larynx melapisi rongga dan diliputi oleh epitel silinder
bersilia. Namun pada plica vocalis di mana membrane mucosa mengalami
trauma berulang selama fonasi. Membrane mucosa diliputi oleh epitel
berlapis skuamosa.

b) Persarafan Larynx

 Saraf Sensoris

Di atas plica vocalis; ramus laryngeus internus, cabang dari nervus


laryngeus superios nervus vagus.

Di bawah plica vocalis: nervus laryngeus recurrens

 Saraf Motoris

Semua otot-otot intrinsic larynx, kecuali musculus cricothyroideus


dipersarafin oleh nervus laryngeus recurrens. Musculus
cricothyroideus diperarafin oleh ramus laryngeus externus dari nervus
laryngeus superior nervus vagus.

Kista Tiroglosus
7
c) Vaskularisasi Larynx

Setengah bagian atas larynx; ramus laryngeus superior arteria thyroidea


superior.

Setengah bagian bawah larynx; ramus laryngeus inferior arteria thyroidea


inferior

d) Aliran Limfe Larynx

Pembuluh limfe bermuara ke dalam nodi lymphoidei cervicales profundi

2.3. Kista Tiroglosus


A. Definisi
Kista tiroglosus adalah kista (kantong berisi cairan) yang merupakan suatu
kelainan dimana terjadinya persistensi pada duktus tiroglosus, yang secara normal,
duktus ini seharusnya menghilang.5
Namun, terjadi persistensi pada bagian manapun dari duktus tiroglosus,
sekresi dari epitel dalam duktus tersebut (kemungkinan akibat sekunder dari
infeksi dan inflamasi lokal berulang) dapat menyebabkan timbulnya lesi
berbentuk kista yang disebut kista duktus tiroglosus.5

Kista Tiroglosus
8
B. Epidemiologi
Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat ditemukan
di semua usia. Sekitar 7% kista duktus tiroglosus didapatkan dari populasi dan
hanya sedikit yang menimbulkan gejala. Tidak ada perbedaan predileksi jenis
kelamin antara laki-laki dan perempuan.265
Predileksi umur terbanyak antara umur 0-20 tahun yaitu 52%, umur
sampai 5 tahun terdapat 38%. Sistrunk (1920) melaporkan 31 kasus dari 86.000
pasien anak. Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya kista berdasarkan jenis
kelamin dan umur yang bisa didapat dari lahir sampai 70 tahun, rata-rata pada usia
5,5 tahun.6

C. Etiologi
Etiologi dari kista tiroglosus secara pesti belum dapat dijelaskan, tetapi
peradangan memegang peranan penting terjadinya hiperplasia jaringan tiroid yang
berdekatan dengan sisa saluran tiroglosus dan bisa menstimulasi sisa epitel itu
sendiri, yaitu dengan menahan saluran tiroglosus dengan menahan sekret.
Peradangan yang terjadi dipicu dari jaringan limfoid pada daerah sisa tiroglosus,
melalui cairan karena infeksi saluran pernafasan bagian atas.5

D. Patogenesis6
Terdapat beberapari teori yang dapat menyebabkan terjadinya kista duktus
tiroglosus. Kista ini terbentuk akibat kegagalan involusi dari duktus tiroglossus.
Pada proses perkembangan , Kelenjar thyroid berkembang mulai pada minggu
keempat kehidupan fetal dengan membentuk endoderm di medial, tumbuh ke

Kista Tiroglosus
9
bawah dari pangkal lidah. Proses tumbuh ke bawah ini dengan cepat membentuk
saluran yang disebut ductus thyroglossus. Saluran ini bermuara pada lidah
berhubungan dengan foramen secum. Ujung bawah terbelah menjadi dua lobus
dan akhirnya terletak berhubungan dengan trachea pada sekitar minggu ketujuh.
Ductus thyroglossus kemudian menghilang, tetapi bagian terbawah sering tetap
ada dalam bentuk lobus piramidalis kelenjar tiroid turun ke tempatnya yang
seharusnya melalui suatu duktus bernama tiroglossus. Secara normal, duktus ini
akan berinvolusi dan menghilang. Patensi dari duktus ini menimbulkan potensi
besar terbentuknya sinus, fistula atau kista duktus tiroglossus. Infeksi tenggorok
berulang akan merangsang sisa epitel traktus, sehingga mengalami degenerasi
kistik. Sumbatan duktus tiroglosus akan mengakibatkan terjadinya penumpukan
sekret sehingga membentuk kista. Teori lain mengatakan mengingat duktus
tiroglosus terletak di antara beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi
peradangan, maka epitel duktus juga ikut meradang, sehingga terbentuklah kista.

E. Klasifikasi
Kista duktus tiroglosus diklasifikasikan berdasarkan lokasi kista tumbuh,
yaitu6 :
1. kista intra;ingual
2. kista suprahyoid
3. kista juxtahyoid
4. kista infrahyoid
5. kista intralaringeal
6. kista suprasternal

Kista Tiroglosus
10
Kista tiroglosus dapat tumbuh dimana saja di garis tengah leher, sepanjang jalur
bebas duktus tiroglosus mulai dari dasar lidah sampai ismus tiroid.

F. Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan sebagian besar bersifat asimtomatik dengan tanda
klinis pembengkakan. Suatu kista leher tampak sebagai pembengkakan median
atau paramedian. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas, bulat, mudah
digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat
menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2 – 4 cm kadang-
kadang dapat lebih besar. Kista tersebut dapat timbul residif atau persisten dan
biasanya bergerak saat menelan. Pada peradangan, perlekatan dengan kulit yang
terasa nyeri dan meradang dapat terjadi suatu fistel leher biasanya diketahui dari

Kista Tiroglosus
11
secret yang keluar. Di dalam kista terdapat jaringan tiroid ektopik, dan pada kasus
yang jarang, jaringan tersebut dapat menekan laring dan menimbulkan gangguan
pernapasan.7
Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah
leher,dapat di atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak
menimbulkan rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Kebanyakan kasus kista
duktus tiroglosus tidak diperhatikan dan tidak didiagnosa sampai umur dewasa.
Duktus yang paten ini bisa menetap selama beberapa tahun atau lebih sehingga
terjadi sesuatu stimulus yang bisa mengakibatan pembesaran kista.5

G. Diagnosis
Diagnosis biasanya dapat dibuat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
leher secara menyeluruh. Jika kelenjar tidak dapat diraba, USG, tiroid scan atau
CT scan dapat membantu. Diagnosis biasanya dapat dicapai secara rawat jalan.3

Pada anamnesis didapatkan adanya benjolan pada garis tengah leher,


umumnya di bawah tulang hyoid. Benjolan membesar perlahan namun tidak
disertai rasa nyeri. Benjolan ini ikut bergerak ke atas saat menelan dan
menjulurkan lidah. Bila disertai infeksi, benjolan akan berwarna kemerehan
disertai rasa nyeri dan dapat bertambah besar dengan cepat. Kadang-kadang
penderita mengeluh rasa mengganjal di leher dan sulit menelan.2
Pada pemeriksaan fisik akan disapatkan massa kistik yang tidak nyeri pada
garis tengah leher di bawah tulang hyoid. Jika disertai infeksi, benjolan akan
berwarna kemerehan disertai rasa nyeri tekan. Tanda patognomonis kista duktus
tiroglosus adalah massa yang ikut bergerak keatas saat menelan dan saat lidah
dijulurkan.2
Pemeriksaan penunjang standar yang umum dilaksanakan dapat secara
langsung (FNAB), pemeriksaan ultrasonografi (USG), dan pemeriksaan CT-scan.
Pemeriksaan CT-scsan hanya digunakan apabila hasil pemeriksaan ultrasonografi
tidak memberikan gambaran yang jelas. Peran ultrasonografi pada kista ini ialah

Kista Tiroglosus
12
untuk memastikan hubungan kista dengan tulang hyoid, mendeteksi komponen
padat internal, dan adanya jaringan tiroid normal pada leher.3

Kista duktus tiroglosus pada ultrasonografi servikal terlihat sebagai kista


anekoik berdinding tipis dan berbatas jelas dengan peningkatan akustik posterior.
Kista ini memiliki “uniformly pseudosolid echo pattern” serupa dengan kista
celah brankial, yaitu mengandung protein. Infeksi atau perdarahan sebelumnya
dapat mengakibatkan gambaran yang bermacam-macam.8,9

Gambaran anekoik disertai peningkatan akustik Gambaran pseudosolid


posterior

Pada CT Scan dengan kontras, kista duktus tiroglosus ini tampak seperti
massa dengan densitas rendah dengan a uniformly thin peripheral rim
enhancement.9

Kista Tiroglosus
13
CT-Scan kista duktus tiroglosus dengan kontras

Kista duktus tiroglosus

Diagnosis pasti dibuat berdasarkan biopsi jarum halus dan pemeriksaan


histopatologi. Pemeriksaan histopatologi dari kista duktus tiroglosus memberikan
gambaran berupa lapisan epitel skuamosa, kolomnar bersilia yang dikelilingi oleh
jaringan ikat dan dapat diinfiltrasi oleh sel-sel inflamasi. Kista dilapisi epitel
kolumnar berserat squamous atau pseudostratified bersilia dengan kelenjar lendir
dan folikel tiroid. Akibatnya mereka mengandung bahan mucoid dan protein.8

(Gambaran histopatologi kista duktus tiroglosus terlihat epitel kuboid)

H. Diagnosis Banding
Diagnosis banding benjolan di leher membutuhkan pengetahuan anatomi.
Perhatikan bahwa beberapa dari mereka lebih mungkin untuk terletak lateral di

Kista Tiroglosus
14
leher (tidak dalam alur penurunan garis tengah tiroid). Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gambaran klinik yang harus dipikirkan pada setiap benjolan di garis
tengah leher. Untuk fistula, diagnosis dapat ditegakkan menggunakan suntikan
cairan radioopak ke dalam saluran yang dicurigai dan dilakukan foto Rontgen.

Diagnosis Banding6 :

1) Lingual tiroid
2) Kista brankial
3) Kista dermoid
4) Lipoma
I. Penatalaksanaan
Pengobatan kista duktus tiroglosus terdiri dari eksisi yang sempurna dari
kista dan seluruh aluran duktus tiroglosus sampai foramen sekum pada dasar
lidah. Hubungan yang erat antara traktus dengan tulang hyiod mengharuskan
pengangkatan bagian tengah hyoid secara simultan untuk meyakinkan
pengangkatan yang sempurna.10,12
Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus bervariasi dan banyak macamnya,
antara lain insisi dan drainase, aspirasi perkutan, eksisi sederhana, reseksi dan
injeksi dengan bahan sklerotik. Dengan cara-cara tersebut angka kekambuhan
dilaporkan antara 60-100%. Schlange (1893) melakukan eksisi dengan mengambil
korpus hioid dan kista beserta duktus-duktusnya; dengan cara ini angka
kekambuhan menjadi 20%.5
Sistrunk (1920) memperkenalkan teknik baru berdasarkan embriologi,
yaitu kista beserta duktusnya, korpus hioid, traktus yang menghubungkan kista
dengan foramen sekum serta otot lidah sekitarnya kurang lebih 1 cm diangkat.
Cara ini dapat menurunkan angka kekambuhan menjadi 2-4%. Cara Sistrunk:6,10
1. Penderita dengan anestesi umum dengan tube endotrakea terpasang, posisi

terlentang, kepala dan leher hiperekstensi.


2. Dibuat irisan melintang antara tulang hioid dan kartilago tiroid sepanjang

lima sentimeter. Bila ada fistula, irisan berbentuk elips megelilingi lubang

fistula.

Kista Tiroglosus
15
3. Irisan diperdalam melewati jaringan lemak dan fasia; fasia yang lebih

dalam digenggam dengan klem, dibuat irisan memanjang di garis media.

Otot sternohioid ditarik ke lateral untuk melihat kista di bawahnya.


4. Kista dipisahkan dari jaringan sekitarnya, sampai tulang hioid. Korpus

hioid dipotong satu sentimeter.


5. Pemisahan diteruskan mengikuti jalannya duktus ke foramen sekum.

Duktus beserta otot berpenampang setengah sentimeter diangkat. Foramen

sekum dijahit, otot lidah yang longgar dijahit, dipasang drain dan irisan

kulit ditutup kembali.

(Insisi pada tulang) (Kista dan jaringan sekitarnya)

(pemotongan tulang hyoid) (Retraksi Kista)

J. Komplikasi

Kista Tiroglosus
16
Komplikasi sebelum operasi ialah inflamasi yang sering terjadi akibat
infeksi kista duktus tiroglosus. Apabila terjadi infeksi, kista menjadi semakin
besar dan akhirnya membentuk pus. Ruptur secara spontan akan terjadi dan
seterusnya mengakibatkan formasi traktus sinus sekunder yang bisa
memburukkan prognosis dan hasil operasi. Komplikasi setelah operasi termasuk
infeksi, hematoma, dan kambuh. 6

K. Prognosis
Tingkat kekambuhan terkait dengan eksisi sederhana kista tiroglosus
adalah sekitar 50%. Tingkat kekambuhan dengan prosedur Sistrunk resmi sekitar
5%. Kambuh adalah sekitar 3-5% dan meningkat dengan eksisi lengkap dan
riwayat infeksi berulang.62

BAB III

KESIMPULAN

Kista Tiroglosus
17
Kista duktus tiroglosus adalah salah satu masa kogenital tersering yang

ditemukan pada midline leher. Kista ini merupakan 70% dari kasus kista yang ada

di leher. Kista ini biasanya terletak di garis median leher, dapat ditemukan di

mana saja antara pangkal lidah dan batas atas kelenjar tiroid. Terdapat dua teori

yang dapat menyebabkan terjadinya kista duktus tiroglosus yaitu infeksi

tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus sehingga mengalami

degenerasi kistik dan sumbatan duktus tiroglosus akan mengakibatkan terjadinya

penumpukan sekret sehingga membentuk kista.

Teori lain mengatakan mengingat duktus tiroglosus terletak di antara

beberapa kelenjar limfe di leher, jika sering terjadi peradangan, maka epitel

duktus juga ikut meradang, sehingga terbentuklah kista. Bila terinfeksi, benjolan

akan terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya

berwarna merah dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas terutama jika kistanya

sangat besar. Diagnosis biasanya dapat dibuat dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik dan leher secara menyeluruh. Jika kelenjar tidak dapat diraba, USG, tiroid

scan atau CT scan dapat membantu. Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus

bervariasi, dari drainase, aspirasi perkutan, eksisi sederhana, reseksi dan injeksi

dengan bahan sklerotik, eksisi dengan mengambil korpus hioid dan kista beserta

duktus-duktusnya sampai kepada teknik Sistrunk. Komplikasi setelah operasi

termasuk infeksi, hematoma, dan kambuh. Tingkat kekambuhan terkait dengan

eksisi sederhana kista tiroglosus adalah sekitar 50%. Tingkat kekambuhan dengan

prosedur Sistrunk resmi sekitar 5%.

Kista Tiroglosus
18
DAFTAR PUSTAKA

1. Mustika, I Made; NUABA, I Gede Ardika. Diagnosis dan Penatalaksanaan


Kista Duktus Tiroglosus. Medicina, [S.I.], v.46, n.1, oct. 2015. ISSN 2540-
8321. Available at:

Kista Tiroglosus
19
https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/15981. Date
accessed: 05 juli. 2018.
2. Snell, MD, Phd, Richard S. Anatomis Klinis Berdasarkan Sistem. EGC:
Jakarta

3. Pramesthi, D.S.E, Surarso B. Penatalaksanaan Kista Duktus Tiroglosus.


Dept/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Bedah Kepala dan
Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangg/RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya. Available at : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
PENATALAKSANAAN%20KISTA%20DUKTUS%20TIROGLOSUS
%20JURNAL%20THT-KL.docx. Date accessed: 05 juli 2018.

4. B. Stewart, William & Rizzolo, Lawrence. 2011. Embryology and Surgical


Anatomy of the Thyroid and Parathyroid Glands. Surgery of the Thyroid
and Parathyroid Glands. Available at :
https://www.researchgate.net/publication/279997887_Embryology_and_S
urgical_Anatomy_of_the_Thyroid_and_Parathyroid_Glands. Date
accessed : 05 juli 2018

5. Wardhana, Kurnia Putra. Male With Thyroglossal Duct Cyst. J Medula


Unila. V.4, n.3, jan. 2016. ISSN 2339-1227. Available at :
http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/01/Kurnia-Putra-
Wardana.pdf. Date accessed : 05 juli 2018.

6. Susanto EA, Suaryana SN. Kista Duktus Tiroglosus. E-Journal Medika


Udayana. [S.l.], p. 1696-1707, oct. 2013. ISSN 2303-1395. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/6697>. Date accessed:
05 juli. 2018.

7. Nagel. P, Gurkov. R. 2012. Dasar-Dasar Ilmu THT. Edisi 2. EGC: Jakarta.

8. Huang, LD, Gao SQ, dkk. 2015. Intra-thyroid thyroglossal duct cyst: a
case report and review of literature. Department of Hepatobiliary Surgery,
The First Affiliated Hospital of Wenzhou Medical University, Wenzhou,
Zhejiang. Available at : http://www.ijcep.com/files/ijcep0005517.pdf. Date
accessed : 05 juli 2018.

9. Keles Bahar,Uyar Yavuz, Ulku Çağatay Han. Prelarengeal Thyroglossal


Duct Cyst. Eur J Gen Med 2010;7(3):336-339. Available at :
http://www.bioline.org.br/pdf?gm10063. Date accessed : 05 juli 2018.

Kista Tiroglosus
20
10. Elkins, Ashleigh. 2011. Sistrunk Procedure for Thyroglossal Duct Cyst.
Available at: https://thyroid.com.au/sistrunk-procedure-for-thyroglossal-
duct-cyst/ .Date accessed: 05 juli 2018

11. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher.
Edisi 13. Jilid 1. Alih Bahasa: Staf Pengajar Bag. THT FKUI. Jakarta:
Bina Rupa Aksara, 2006; 295-6, 381-2.

12. Cohen JI. Massa Jinak Leher. Dalam Boies. Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6, Alih Bahasa: Wijaya C. Jakarta : EGC, 2008; 415-21.

13. Paulsen,F & J. Wascjke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Kepala, Leher,
dan Neuroanatomi. Edisi 23. EGC: Jakarta

Kista Tiroglosus
21

Anda mungkin juga menyukai

  • Fotometer
    Fotometer
    Dokumen19 halaman
    Fotometer
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen2 halaman
    Laporan Tutorial
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen23 halaman
    Bab 2
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat
  • Keracunan Co
    Keracunan Co
    Dokumen36 halaman
    Keracunan Co
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat
  • Rumah Sehat
    Rumah Sehat
    Dokumen19 halaman
    Rumah Sehat
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat
  • Puja
    Puja
    Dokumen3 halaman
    Puja
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat
  • Paper EOA
    Paper EOA
    Dokumen26 halaman
    Paper EOA
    puja sari anugrah
    Belum ada peringkat