Anda di halaman 1dari 20

D/SE Chemo/HP/2006

EFEK SAMPING PEMBERIAN KEMOTERAPI


Pemantauan & Penanganan*
Revisi Oktober 2006
Heru Purwanto
Divisi Bedah Onkologi, Departemen Bedah RSU Dr.Soetomo/FK Univ.Airlangga

Pengobatan kasus keganasan memerlukan modalitas pengobatan yang sering kali


menimbulkan efek samping yang perlu diperhatikan. Perbandingan antara
kegunaan dan efek samping akhirnya menjadikan pertimbangan untuk meneruskan
pengobatannya. Oleh karenanya penting sekali mencatat adanya
tinkgat/klasifikasi efek samping tersebut. WHO telah membagi efek samping
dalam : ACUTE & SUBACUTE dan CHRONIC/LATE.
Efek samping acute & subacute mempunyai beberapa klasifikasi ( grade 0-4 ),
yang akan berguna untuk : ( lihat table grade for acute & subacute toxic effect )
 Untuk membandingkan masing masing efek samping dari berbagai terapi
 Untuk menilai dan menganalisa efek samping tersebut
 Untuk melakukan modifikasi terapi/dosis terapi.
Efek samping chronic/late akan terlihat/ dapat dicatat pada penderita penderita
yang mempunyai survival panjang. Berat ringannya efek samping chronic ini lebih
sukar dikuantifikasi dibandingkan dengan efek samping acute& subacute.
Direkomendasikan untuk dilakukan analisa tahunan untuk melihat adanya efek
samping chronic/late ini. Hal hal dibawah ini perlu dicatat untuk melaporkan efek
samping ini :
 Organ atau system yang terkena
 Jarak waktu antara terjadinya efek samping dengan pengobatan yang
diduga merupakan penyebabnya.
 Kelainan yang ditemukan ( termasuk keganasan yang berikutnya )
 Beratnya keadaan
 Status performance
 Apakah memerlukan pengobatan atau tidak & respon nya.

Efek samping dari pengobatan kemoterapi dapat mengenai seluruh


organ/jaringan. Pada prinsipnya obat kemoterapi akan bekerja pada sel/jaringan
yang mempunyai kegiatan pembelahan sel yang tinggi ( high mitotic rate ).
Sehingga dapat dimengerti bahwa efek obat kemoterapi bukan saja pada
sel/jaringan kanker saja tetapi bersifat tidak selektif terhadap sel/ jaringan
yang pertumbuhannya cepat.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

Seperti pada pemberian obat pada umumnya harus diingat 5 AZAS TEPAT ,
yaitu :
- TEPAT INDIKASI
- TEPAT OBAT
- TEPAT DOSIS
- TEPAT CARA PEMBERIAN
- TEPAT PEMANTAUAN EFEK dan EFEK SAMPING
Pemantauan efek/respon an efek samping harus secara benar dilaksanakan dan
harus dilakukan standardisasi. Mendapatkan efek yang maksimal dan efek
samping yang minimal adalah keadaan ideal yang didambakan. Sebagaimana sifat
dari obat kemoterapi maka semakin tinggi dosis akan semakin kuat daya
sitostatikanya namun akan makin merusak/ menimbulkan efek samping yang tak
diinginkan. Oleh karena itu harus dicari dosis tertinggi yang masih dapat ditolerir
efek sampingnya sehingga akan didapatkan efek yang optimal (= Maximal
Tolerated Dose = MTD ).
Berikut ini akan diuraikan beberapa efek samping yang sering ditemukan pada
pengalaman klinis menurut organ yang terkena :

1. REAKSI PADA GASTRO INTESTINAL


2. REAKSI PADA SEL DARAH
3. REAKSI PADA KULIT dan JARINGAN LAINNYA
4. KEDARURATAN pada PEMBERIAN KEMOTERAPI

1.REAKSI PADA GASTROINTESTINAL

STOMATITIS & DYSPHAGIA

Sistim gastro intestinal mulai dari mulut. Daerah ini adalah daerah yang
pembelahan sel nya cepat oleh karena itu SE kemoterapi akan terlihat disini.
Kemoterapi akan menyebabkan iritasi sampai inflamasi dimukosa mulut, yang
diberi nama stomatitis dan bila berkelanjutan dapat menyebabkan kesulitan
menelan (= dysphagia ). Stomatitis menyebabkan nyeri, ulkus, perdarhan dan
terjadi infeksi sekunder. Angka kejadiannya lebih kurang 40%. Kondisi dibawah
ini meningkatkan kejadian stomatitis :

 Kondisi imunosupresi karena kanker atau pengobatan kanker ( platelet <


50.000, ANC < 1000 )

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

 Infark daerah gingival akibat infiltrasi sel leukemia

 Dehidrasi

 Status gizi ( terutama protein-kalori-vitamin ) jelek

 Merokok dan minum alcohol

 Menggunakan antibiotika spectrum luas yang lama

Hygiene mulut dan pengenalan dini akan keadaan ini, kondisi ini akan lebih dapat
ditolerir. Pencegahan dimulai dengan hygiene mulut yang baik, periksa mulut tiap
hari adalah langkah pertama, lepas gigi palsu dan bersihkan. Gosok gigi dengan
sikat gigi yang lembut dan gunakan mouthwash yang non-alkoholic setiap habis
makan dan sebelum tidur. Adviskan penderita untuk hal hal dibawah ini :

 Buatlah mulut agar jangan kering dengan menggunakan mouthwash atau


lebih sering mengunyah permen karet.
 Hindari makanan dan minuman yang tinggi kadar asamny, seperti juice
anggur, orange, soft drink dll
 Makanlah makanan jangan terlalu dingin atau panas, usahakan selalu dalam
temperature ruangan.

ANOREKSIA & PERUBAHAN PENGECAPAN


Anorexia atau turunnya nafsu makan adalah efek semping yang awal dapat
menyebabkan penurunan berat badan atau bahkan sampai terjadi malnutrisi dan
cachexia. Keadaan ini bukan saja akibat pemberian kemoterapi juga terutama
karena penyakit kankernya sendiri.
Anoreksia dan perubahan pengecapan ( taste alteration ) karene pemberian
kemoterapi bisa disebabkan oleh :
 Tingginya “mitotic rate” dari sel sel indra pengecapan yang akan sangat
sensitive terhadap obat kemoterapi.
 Adanya nausea & vomiting
 Adanya stomatitis
Perubahan yang terjadi adalah : perasaan menjadi pahit, peningkatan threshold
dari rasa manis.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

Keadaan ini akan jelas pada pemberian Cisplatin-Cyclophosphamide-Vincristine-


Fluorouracil-Methotrexate dll.
Cara mengatasi adalah :
- Jangan makan 1 jam sebelum pemberian dan 2-3 jam setalah pemberian
obat.
- Hindari makanan favorit mendekati waktu pemberian.
- Cegah terjadinya stomatitis/nausea/vomiting
- Hindari mulut dari kekeringan dengan cara :
# Minum air banyak
# Gunakan mouth wash tetapi jangan dengan bahan yang iritan 9 alkohol )
# Olesi bibir dengan K-Y jelly atau dengan mentega atau dengan pelembab
bibir
# Hisap lozenges yang tidak manis agar merangsang pengeluaran air ludah.

NAUSEA DAN VOMITING


Nausea adalah perasaan subyektif atas rasa tidak enak di lambung akibat
rangsangan dari suatu area di medulla yang biasanya erat kaitannya dengan
vomiting.
Vomiting adalah pengeluaran isi lambung atau jejunum melalui mulut, secara kuat
dan disemprotkan. Biasanya disertai dengan kondisi dibawah ini :
 Air liur yang berlebihan
 Berdebar debar/tachycardia sesaat sebelum terjadinya
 Bradycardia pada waktu terjadinya
 Penurungan tekanan darah
 Rasa lemas atau pusing
 Pucat
Keadaan diatas adalah akibat suatu fenomena neurophysiologis yang kompleks.
Waktu terjadinya nausea &/vomiting dapat:
- Sebelum atau selama pemberian kemoterapi
Kemungkinan terjadi pada keadaan keadaan dibawah ini :
Adanya riwayat mudah mual dan muntah bila terjadi keadaan yang
membuat stress
Usia diatas 50 tahun
Riwayat mabuk perjalanan
Riwayat pernah kemoterapi dan mengalami mual dan muntah.
- Akut : terjadi dalam 24 jam pertama
Kemungkinan terjadi pada :

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

Pemberian anti emetic yang tidak adekwat


Kurangnya maintenance pemberian anti emetic
- Persistent/delayed : terjadi setelah lebih dari 24 jam pertama
Pemberian anti emetic yang tidak adekwat
Regimen yang terdiri dari obat kemoterapi yang potential kuat
menyebabkan mual dan muntah.

Obak anti kanker yang mempunyai potensi menyebabkan muntah


Potensi lemah Potensi sedang Potensi besar
(Onset 6-12 jam ) ( onset 2-12 jam ) ( onset 1-4 jam )
≤ 30% terjadi nausea dan 30-90% terjadi nausea dan ≥ 90% terjadi nausea dan
vomiting vomiting vomiting
Fluorouracil Dactinomycin Cisplatin
Cytarabine Doxorubicine HCl Dacarbazine
Methotrexate Cyclophosphamide Mechloretahmine
Vincristine Ifosfamide
Vinblastine Mitomycine
Bleomycine sulfate Carboplatine
Etoposide
Cyclophosphamide
Tamoxifen

Cara mengatasi
1. Gunakan usaha atau cara yang efektif yang sudah dikerjakan pada waktu
riwayat terjadinya mual dan muntah semasa kehamilan, perjalanan, sakit
atau waktu stress.
2. Makanlah makanan yang dingin atau temperatur biasa, biasanya pada suhu
ini lebih diterima daripada makanan yang hangat/panas.
3. Makanlah makanan yang agak cair dan jernih.
4. Hindari makanan yang terlalu manis, asin, berlemak dan makanan yang
mempunyai aroma yang kuat.
5. Makanlah dalam porsi kecil tetapi lebih sering sehingga lambung tidak
cepat membesar.
6. Hindari melihat atau membau suasana yang menyebabkan rasa ingin muntah
7. Cobalah mengunyah permen pada waktu pemberian kemoterapi
8. Berikan suasana yang menyenangkan pada waktu pemberian kemoterapi,
seperti musik, udara dll.
9. Pada waktu rasa mual dan ingin muntah lebih baik tiduran saja.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

10. Berikan obat antiemetic, sebelum, pada waktu dan sesudah pemberian obat
kemoterapi.

Contoh penggunaan obat anti emetic


Nama obat Rute Dosis Jadwal Keterangan
Protocol I
Metoclopramide i.v 1-2 mg/kg 30 menit sebelum,
dpt diulang setiap 2
Deksametasone i.v 10-20 mg hari
Lorazepam i.v/po 1-4 mg 30 menit sebelum
Delladril i.v/i.m 50 mg 30 menit sebelum
30 menit sebelum
Protocol II
Odsansedtron i.v 8-16 mg 30 menit sebelum &
HCL dalam 50cc 4-8 jam sesudahnya.
PZ
Deksmetason i.v 10-20 mg 30 menit sebelum

DIARE & KONSTIPASI


DIARE :
Adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair disertai/ tanpa disertai rasa tidak
enak. Hal ini lebih disebabkan karena destruksi dari sel sel mukosa
gastrointestinal yang aktif membelah sehingga fungsi pencernakan dan absorpsi
terganggu. Diperkirakan > 50% dari penderita yang menerima kemoterapi akan
menderita hal ini.
Cara mengatasi :
 makan makanan yang low residu/serat, tinggi kalori dan protein
 Hindari makanan yang mengiritasi mukosa
 Catat akan adanya diare, jumlah, frekwensi
 Makan makanan tinggi kalium bila terjadi kelemahan,seperti :
 Minum paling sedikit 3 liter, termasuk disini minuman yang mengandung
elektrolit tinggi, seperti : juice apel, juice anggur dll
 Makan sedikit sedikit tetapi lebih sering, makan pelan2 dan kunyah yang
sempurna.
 Hindari makanan yang ekstrem dingin atau panas

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

 Bila ada intolerans lactose hindari susu atau es krim yang mengandung
susu.
 Gunakan suplemen nutrisi untuk meningkatkan protein dan kalori
 Berikan obat antidiare , diberikan 4-6 kali ( by the clock ) dan bila msih
tetap diare berikan opium. Evaluasi terus, apakah perlu penyesuaian dosis
untuk terapi diarenya. Stop pemberian setelah diare stop 12 jam.

KONSTIPASI
Adalah keluarnya tinja secara tidak enak,nyeri, lebih jarang, keras. Lebih sering
terjadi pada pemberian vinca alkaloid ( vincristin-vinblastin ) melalui
neurotoxicity.
Cara mengatasi :
 Usahakan mempunyai waktu khusus untuk buang air besar ( setelah
breakfast )
 Minum juice atau makan buah setiap kali makan.
 Minum cairan yang hangat sebelum BAB
 Usahakan relaksasi setiap kali akan BAB
 Agendakan acara makanf dalam waktu yang sama
 Minum 3 liter cairan , kecuali ada kontra indikasi.
 Makan serat ( ± 100 gram ).

2. REAKSI PADA SEL DARAH


ANEMIA
Anemia adalah keadaan dimana terjadi kekurangan sel darah merah disirkulasi,
yang berakibat berkurangnya distribusi oksigen ke jaringan.
Seperti kita ketahui bahwa mekanisme terjadinya anemia adalah :
- Berkurangnya pembentukan sel darah merah (=hipoproliferasi)
- Tidak efektifnya pembentukan sel darah merah (=ineffective
erythropoesis)
- Penghancuran sel darah merah disirkulasi ( = hemolysis )
Anemia pada penderita kanker dapat terjadi karena :
 Penyakitnya sendiri
Penderita kanker yang anorxia,kekurangan nutrisi dan cachexia akan
menimbulkan terjadinya hiproliferasi, ineffective erythropoesis atau
bahkan hemolysis

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

 Metastase ke bone marrow, menyebabkan hambatan dalam pembentukan


sel darah merah, berkurangnya kualitas sel darah merah sehingga mudah
hemolysis dll
 Akibat pemberian terapi, radiasi pada daerah sternum-pelvis akan
mengakibatkan ineffective erythropoesis dan pemberian kemoterapi akan
berakibat pada sel darh merah yang baru dibentuk sehingga mudah
hemolysis.

Level hemoglobin dan hemotkrit


Kondisi Nilai Keterangan
Normal Hb
Laki-laki 14-18 gr%
Perempuan 12-16 gr%
Normal Hematokrit
Laki-laki 42-48%
Perempuan 36-47%
Anemi ringan 8-12 gr%
-sedang
Anemia berat < 8 gr% Perlu tranfusi

Gejala :
- Fatique/kelemahan, mudah lelah karena distribusi oksigen ke jaringan
berkurang.
- Tidak tahan dingin
- Berdeabar-debar dan mudah nyeri dada kalau bekerja
- Nafas pendek dan sesak nafas bila bekerja berat
- Sakit kepala dan telinga berdenging
- Insomnia
- Rasa sakit seluruh tubuh.
- Mudah terjadi petechia dan bleeding tendency lainnya

Penanganan :
- Catat dan laporkan gejala gejala anemia tersebut dan periksa kadar HB
den hematokrit penderita.
- Perhatikan masalah nutrisi dan bila perlu tambahkan suplemen zat
besi/iron.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

- Bila diperlukan intervensi medikamentosa atau tranfusi Packed Red Cells.


9 gr% ≤Hb ≤ 12 gr% pemberian rHu-EPO 10.000 IU 3X/minggu
Dimonitor dalam 4 minggu
Hb ‹ 9 gr% Transfusi PRC, 1 unit PRC dapat menaikkan
hematokrit 3% dan dapat menaikkan HB ½ - 1 gr
%.

LEUKOPENIA
Leukpenia adalah keadaan dimana jumlah darah putih brkurang dari normal. Sel
darah putih ( white blood cells = WBCs ) terdiri dari granulosit ( tdd netrofil-
eusonifil-basofil ), monosit dan limfosit. Fungsi utama dari sel darah putih adalah
pertahanan tubuh terhadap infeksi; granulosit dan monosit bertindak sebagai
pertahanan non-specific ( non-specific immunity ) sedangkan limfosit bertindak
pertahanan yang specific ( specific immunity ).
Sel darah putih diproduksi di sumsum tulang, terutama disternum-iga-vertebra-
pelvis. Granulosit ( 40-65% ) dan monosit ( 4-8% ) produksi dan pelepasannya
dipengaruhi oleh berbagai Colony Stimulating Factors ( CSFs ). Limfosit juga
produksi dan pelepasannya dipengaruhi ole CSFs yang berbeda, terdiri dari T
limfosit ( berperan sebagai cell mediated immunity ) dan B limfosit ( berperan
sebagai humoral immunity ). Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa WBC amat
berperan dalam sistim kekebalan melawan keadaan patologis.
Penderita kanker sering mengalami keadaan lemah kekebalannya (
immunosuppressed ) akibat penyakitnya sendiri atau karena pengobatan. Keadaan
tersebut terutama ditandai sebagai neutropenia, yang dikalkulasi sebagai ANC ( =
Absolutely Neutrophil Count ).

Total % neutrophil ( stab+seg ) X WBC Count


ANC =--------------------------------------------------
100
Advis untuk membantu penderita agar tidak mudah terjadi infeksi:
- Evaluasi secara rutin dan aktif akan kemungkinan tanda awal infeksi
- periksa suhu tubuh secara rutin pada waktu yang sama dan catat.
- bila ada peningkatan 1º selama lebih dari 12 jam beritahu dokter
- Biasakan mencuci tangan sebersih mungkin, terutama setelah dari toilet.
- Dapatkan rutin imunisasi untuk influenza atau penyakit bakteri lainnya.
- Hindari akan kemungkinan dari sumber infeksi

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

- Orang orang lain yang sedang mendertia penyakit menular(


influenza-Herpes Zoster, cacar air dll )
- binatang yang mungkin jadi sumber infeksi, jangan memandikan hewan dll.
- Basuhlah semua peralatan dengan antiseptic
- Hindari dari tempat ( sumber air yang menggenang dll )
- Pastikan akan kebersihan kulit, rongga mulut dll
- Cuci badan dengan sabun yang lunak, gunakan juga handuk yang lembut
- Cuci, sikat gigi atau bersihkan mulut sehabis makan dan sebelum tidur.
- Cegah terjadinya stomatitis dengan mouthwash.
- Pastikan akan fungsi optimal dari saluran nafas
- Lakukat latihan nafas secara rutin
- Dapatkan pelembaban udara
- Pastikan akan fungsi optimal dari saluran kencing
- Minum 3 liter perhari
- Jangan menahan miksi
- Bersihkan daerah kemaluan dan perianal secara baik.
- Pastikan akan status gizi yang baik

TROMBOSITOPENIA
Trombositopenia adalah keadaan penurunan jumlah trombosit disirkulasi dan
biasanya akan mengakibatkan terjadi perdarahan. Jika terjadi trombositopenia
akan mungkin terjadi perdrahan di: - kulit & mukosa
- sistim gastrointestinal
- sistim pernafasan
- sistim perkemihan
- didalam otak
Penyebab penurunan trombosit disirkulasi dapat bermacam macam :
* Penyakit penyakit imunologi ( ITP, Lymphoma, leukemia )
* Peningkatan kebutuhan akan trombosit ( DIC – paien bedah yang
mengalami perdarahan hebat ).
* Reaksi alergi
* Aplastic marrow
* Neoplastic infiltration to bone marrow
* Depression of bone marrow due to the toxic effect of
chemotherapy.

Kadar trombosit Aplikasi

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

150.000 – 350.000 / µ L Kadar normal


100.000 – 150.000 Kadar mulai menurun, kemoterapi
masih boleh diberikan dengan
pengawasan
50.000 – 100.000 Dosis kemoterapi diturunkan atau
ditunda
20.000 – 50.000 Potensial terjadi perdarahan, perlu
pengawasan ketat dan periksa ulang.
< 20.000 Potensi perdarahan semakin tinggi,
perlu transfusi trombosit.

Gejala gejala :
 Adanya petechia atau echymosis pada kulit atau mukosa
 Perdarahan yang lebih lama berhenti/oozing bila terjadi luka atau teriris
 Kemungkinan terjadi juga penurunan HB dan hematokrit.

Penanganan
1. Awasi kemungkinan terjadinya injury/trauma yang akan berakibat
terjadinya perdarahan.
 Terhadap kulit
 Terhadap mukosa mulut dll
 Terhadap mukosa gastrointestinal, misal obat obat steroid,
aspirin dll.
2. Hindari penggunaan alkohol
3. Atur istirahat yang cukup
4. Usahakan status gizi, terutama protein yang optimal
5. Bila terjadi perdarahan, lakukan penekanan lebih lama dan elevasi
ekstremitas yang terkena.
6. Bila perlu tranfusi platelet.

3. REAKSI PADA KULIT & JARINGAN LAIN


REAKSI pd KULIT ( CUTANEOUS REACTION )
Adalah perubahan pada kulit sebagai akibat pemberian kemoterapi. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel basal epidermis; dapat terjadi secara
local sepanjang vena atau pada kuku, mukosa mulut, rambut dll.
Walaupun demikian patogenesa keadaan ini belum sepenuhnya dipahami.
Beberapa gambaran yang terlihat pada reaksi kulit :
* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA
KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

- Hypersensitivitas ( erythema multiforme, urticaria, foliculitis )


- Acral Erythema ( Hand-foot syndrome )
- Hyperpigmentasi
- Teleangiectasi
- Ulceration
- Hyperkeratosis

Berikut ini adalah gejala dan penanganan dari berbagai keadaan reaksi pada kulit :
a. Urticaria/ Transient erythema
 Bisa terjadi pada tempat injeksi atau terlihat seluruh tubuh
 Biasanya terjadi dalam waktu 30 menit sampai beberapa jam akan
menghilang setelah beberap jam.
 Gejala berupa :
i. Papular rash
ii. Pengelupasan kulit dan terasa kering
iii. Kemerahan dan rasa galatl.
 Sering akibat obat obat : Doxorubicine HCl, Bleomycine,
Cyclophosphamide .
 Pemberian sementara distop, berikan delladryl-steroid, ulangi
pemberian dengan pengawasan yang lebih ketat.
b. Erythema Multiforme
 Gejala berupa maculara erythematous
 Gejala dapt ringan yang akan menghilang setelah 2-3 minggu atau
dapat juga samapi terlihat gejala gejala yang berat ( Steven
Johnson Syndrome )/ Toxic epidermal necrolysis )
 Sementara stop bila gejala ringa, beri delladryl dan steraoid , bila
berat stop seterusnya.
c. Foliculitis
 Gejala berupa diffuse erythema dan selanjutnya timbul bintik
bintik ( papula & pustule ) seperti jerawat.
 Terapi : seperti diatas.
d. Acral Erythema ( Hand-Foot syndrome )
 Gejala : Terdapat kelainan pada telapak tangan dan kaki berupa :
- erythema pada telapak tangan-jari-telapak kaki
- Nyeri
- Pembentukan bula
- Desquamation ( pengelupasan kulit )

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

Sering didahului dengan rasa hypastesia



Merupakan SE dari pemberian obat : Fluorouracil-methotrexate-

Cytarabine.
 Bila gejala ringan turunkan dosis, bila gejala berat stop pemberiran
obat. Beri steroid-Hand lotion.
e. Hyperpigmentasi
 Sering terjadi dikulit, mukasa mulut, sepanjang perjalanan vena,
dipersendian jari, atau seluruh tubuh.
 Biasanya terjadi 2-3 minggu setelah pemberian kemoterapi dan akan
menghilang 10-12 minggu setelah penghentian obat.
 Sering terjadi pada pemberian obat : Doksorubisin-Bleomisin-
Cyclophosphamide-Fluorouracil.
 Cara mengatasi : Hanya dengan penjelasan kepada penderita bahwa
keadaan ini akan terjadi tetapi sifatnya hanya sementara.

ALOPECIA
Alopecia adalah keadaan hilangnya rambut secara sementara atau permanent.
Obat chemotherapy atau obat lain tertentu merusak DNA dari stem cell,
akibatnya terjadi atrophy dari folikel rambut yang berakibat lemah, brittle hair
yang akan berakibat tercabutnya dari scalp. Dosis dan lamanya pemakaian obat
akan sangat menentukan berat dan lamanya terjadi hair loss.
Alopecia yang disebabkan oleh obat chemotherapy bersifat sementara dan
bervariasi dari yang ringan sampai terjadi botak total. Rontoknya rambut
ditempat lain ( alis mata-rambut pubis-rambut ketiak dll )lebih jarang terjadi
dan tidak seberat rambut dikepala; hal ini disebabkan rambut ditempat tersebut
banyak yang dalam dormant phase. Bebarapa cara untuk penanganannya adalah
sbb :
- Edukasi lebih dahulu tentang kemungkinan terjadinya kerontokan rambut
dan beritahu bahwa keadaan itu hanya berlangsung sementara. Bila telah
selesai menjalani pengobatan kemoterapi akan kembali tumbuh dengan
kemungkinan akan berubah tecture nya.
- Persiapkan pemakaian jilbab atau wig agar tetap timbul rasa percaya diri
( body image )
- Bila perlu dilakukan kompres dingin ( khususnya untuk yang mendapat
terapi doksorubicin )
- Bila melakukan cuci rambut jangan terlalu dipijat pijat, tetapi memakai
pencuci rambut yang ringan/mild dan dilakukan 2-3 hari sekali

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

- Gunakan bantal yang lembut ( sarung bantal dari satin )

Bahan kemoterapi yang mempunyai potensi menyebabkan alopecia

Great degree of hair loss Minimal degree of hair loss


Bleomycine sulfate Fluorouracil
Busulfan Hydroxyurea
Carboplatin Paclitaxel
Cisplatin Megestrol acetate
Cyclophosphamide Carmustine
Dacarbazine
Dactinomycine
Daunorubicine
Doxorubicine HCl
Etoposide
Idarubicine
Ifosfamide
Methothrexate
Mytomicine
Vinblastine
Vincristine
Vindesine sulfate

4. KEDARURATAN PADA PEMBERIAN KEMOTERAPI

REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Kejadian ini meskipun jarang tetapi bila ada merupakan keadaan yang serius dan
bahkan dapat mengancam jiwa. Kejadian ini bervariasi mulai dari yang ringan
sampai terjadi kegagalan multi organ. Rekasi hipersensitivitas disebabkan karena
respon berlebihan dari sistim imunitas terhadap exposure dari obat kemoterapi.

Macam reaksi hipersensitivitas


1. Immediate Hypersenstivity Reaction
Reaksi yang segera ini, manifestasinya bisa bermacam macam :
 Reaksi anafilaksi, reaksi antigen-IgE dan mast cell yang
mengakibatkan pelepasan histamine-prostaglandin Cs. Akan terjadi
edema, peradangan, spasme otot polos, vasodilatasi yang
bermanifestasi klinik berupa : urticaria- rash-edema larynx-kram
otot abdomen-hipotensi sampai kondisi yang mengancam jiwa.
 Reaksi sitolitik, bila terjadi reaksi antigen dengan IgG/IgM. Terjadi
kerusakan jaringan dan sel, manifestasi klinis : hemolisa anemia,
nephritis

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

 Reaksi Arthus, manifestasi klinik berupa Steven-Johnson syndrome


2. Delayed Hypersensitivity Reaction
Terjadi reaksi dengan T-limfosit. Manifestasi klinis : dermatitis dll.
Faktor risiko terjadinya reaksi hipersensitivitas adalah :
 Penderita yang mempunyai riwayat hipersensitivitas pada pemakaian obat
lain atau obat kemoterapi sebelumnya.
 Menggunakan obat kemoterapi tertentu : antibiotika ( doksorubicin ),
golongan platinum.

Penanganan:
 Sebelum memberikan obat kemoterapi, tanyakan riwayat alergi dengan
pemakaian obat obat lain sebelumnya
 Catat dalam status tentang data dasar tanda vital .
 Perhatikan pada daerah injeksi dan catat perubahannya.
 Ajari penderita untuk melaporkan perubahan secara fisik maupun mental
selama pemberian kemoterapi
 Berikan premedikasi yang tepat
 Pastikan bahwa ada PERLENGKAPAN PENANGANAN DARURAT didekat
penderita dan ada protokolnya. ( lihat protocol emergency )

EKSTRAVASASI
Ekstravasasi adalah salah satu komplikasi yang memerlukan perhatian pada
pemberian kemoterapi. Ekstra vasasi adalah terjadinya kebocoran obat
kemoterapi kejaringan subkutan. Bahan bahan/obat kemoterapi ada yang bersifat
vesicant dan irritant. Jika Extra vasasi dari bahan vesicant akan dapat
menyebabkan reaksi inflamasi yang cukup hebat akibat kerusakan sel dan
jaringan. Keadaan ini bisa berlangsung bahkan bila extravasai hanya terjadi dalam
bahan dengan jumlah kecil sekalipun. Jika extravasasi dari bahan irritant,
mungkin hanya inflamasi ringan dan rasa tidak enak serta berlangsung sebentar
saja. Tingkat kerusakan yang terjadi sangat bervariasi dan tergantung juga
dengan jumlah bahan vesicant yang extravasasi.
Mekanisme injury ini belumlah secara lengkap dipahami untuk semua bahan
vesicant itu. Doxorubicin HCL yang extravasasi diketahui masih terdapat
dijaringan itu selama beberapa minggu dan membentuk senyawa complex dengan
cellular deoxyribonucleic acid ( DNA ), senyawa ini menyebabkan doxorubicin HCl

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

masuk dan merusak sel serta memperlamabat penyembuhan luka. Selanjutnya


agent yang keluar dari sel yang telah mati akan menyebabkan kerusakan sel
sekitarnya.
Angka kejadian menurut literature adalah bervariasi antara 0.1 - 5%, meskipun
dikerjakan dengan hati hati dan oleh tenaga yang berpengalaman.
Faktor risiko untuk terjadinya extravasasi :
1. Orang yang kurang intelegensi
2. p.d yang rapuh dengan diameter kecil
3. penderita yang tua
4. riwayat mempunyai penyakit vaskuler
5. pembengkakan pada ektremitas akibat pembedahan atau terapi
penyinaran.
6. peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan spasme p.d.
7. tempat punksi vena ( pergelangan atau disiku )
8. Konsentrasi dari obat

Tanda tanda dini dari extra vasasi


 No blood return
 Pain
 Redness
 Swelling

Chemotherapeutic agent, vesicant Chemotherapeutic agent, irritant


Doxorubicin HCl Bleomycin Sulfate
Dactinomycin Cisplatin
Daunorubicin HCl Dacarbazine
Idarubicin Etoposide
Mitomycin Fluoruracil
Vinblastine sulfate Mitoxantrone
Vincristine sulfate Paclitaxel
Vindesine sulfate Teniposide
Vinorelbine

Penatalaksanaan
a. Matikan aliran infusnya. Jarum jangan dicabut, aspirasi jaringan sebanyak
mungkin. Injeksikan bahan antidote. Bila tak ada bahan antidote yang
dinjeksikan, cabut jarumnya.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

Contoh bahan bahan antidote


No. Vesicant Antidote Administration Action
1 Alkylating agent Isotonic Campur 4 ml Chemical
Methoclorethamine sodium antidote menjadi neutralization.
thiosulfate 1 10 ml larutan
g/10 ml dengan
menambah air.
Injeksikan sc

Kompres dingin
2. Plant alkaloid Hyaluronidase Injeksikan 1-4 ml Mempercepat
Vinblasitine 150 U/ml didaerah difusi dari obat
Vincristine extravasasi melalui
Vinorelbine mekanisme
penguatan
permiabilitas
sel

Kompres hangat. Kompres hangat


akan bekreja
sinegis dalam
penyeraban
bahan.

b. Cabut jarumnya
c. Injeksikan bahan antidote secara subcutan didaerah extravasasi dengan
menggunakan jarum no.25.
d. Tutup daerah extravasasi dengan kasa steril ringan dengan tekanan lunak,
jangan keras keras karena dapat menyebarkan bahan vesicant.
e. Angkat/ganjal ekstremitas yang terkena dengan bantal atau lebih tinggi
dari jantung. ( kurang lebih 48 jam )

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

f. Kompres dengan air dingin selama 15 menit , 4 kali selama 3 hari. Kompres
dingin akan mengurangi absorbsi vesicant agent kesubcuatneous dan
melokalisir kerusakan sel. Kompres dingin juga mengurangi kemampuan
vesicant agent merusak aktivitas metabolisme dan mengurangi reaksi
enzymatic dari sel.
g. Catat dalam rekam medik penderita
h. Sebagian besar extravasasi dapat dimanage secara konservatif, namun bila
ternyata nyerinya tetap, panas dan ulkus maka perlu tindakan
pembedahan .

KEPUSTAKAAN
1. Goldwein JW, Chemotherapy for Patients : Introductory Information,
Abramson Cancer Centre of th University of Pensylvania, 2001

2. Skeel RT, Ed. Handbook of Cancer Chemotherapy, Little, Brown and


Company, Boston/Toronto/London, 1991
3. Weiner LM, Ed. The Cancer Protocol Guide, Lippincott Williams & Wilkins
Health Care, Philadelphia, 2000.
4. WHO, WHO Handbook for Reporting Result of Cancer Treatment, 1979.
5. Yasko JM, ed, Nursing Management of Symptoms Associated with
Chemotherapy, Meniscus Health Care Communication, 1993.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

Lampiran – 2
Protokol kedaruratan

Protokol kedaruratan
Emergency Protocol for Hypersensitvity Reactio
Suspect reaksi Hipersensitivitas/Anafilaksis:
1. Stop infuse kemoterapi dang anti infuse dengan normal saline ( PZ )
2. Catat kondisi dan tanda reaksi hipersensitivitas, laporkan pada dokter
yang bertanggung jawab atas kemoterapi ini.
3. Segera persiapkan tim emergensi bila ada tanda tanda perubahan
hemodinamika.
4. Segera lakukan ABC
5. Catat dan monitor setiap perubahan tiap 5-15 menit sampai kondisi stabil.

Airway
 Pastikan jalan nafas dengan “ …………. Procedure “
 Siapkan intubasi
 Bila perlu siapkan alat trakeostomi
Breathing
Kondisi reaksi hipersensitivitas Mengatasi
 Local reaction (urticaria, edema  Suntikan adrenalin 0.3-0.5 s.c
larins ) setiap 15 menit.
 Bronchospasme ringan  Berikan oksigen 10 l/menit
 Broncospasme berat/cardiac  Suntikan adrenalin 0.5-1 mg iv
arrest dalam 10 cc PZ dan dapat
diulangi setiap 5 menit,
sertakan juga resusitasi O2.
Sirkulasi
1. Infus normal saline (PZ) dengan cepat
2. Posisikan dalam trendelenburg ( kaki lebih tinggi ), kecuali bila ada
distress nafas.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006
D/SE Chemo/HP/2006

3. Siapkan dan berikan hanya bila diperlukan


Aminophyline, initial dose 6 mg/kg BB selama 30 menit
Dypenhydramin HCl 50 mg iv
Hydrocortison 100-200 mg injeksikan cepat iv
Methyl prednisolon 125 mg iv.

* Disampaikan pada WORKSHOP PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA


KANKER PAYUDARA, Pra Muktamar Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia ke VII. Surabaya 8 November 2006

Anda mungkin juga menyukai