Seperti pada pemberian obat pada umumnya harus diingat 5 AZAS TEPAT ,
yaitu :
- TEPAT INDIKASI
- TEPAT OBAT
- TEPAT DOSIS
- TEPAT CARA PEMBERIAN
- TEPAT PEMANTAUAN EFEK dan EFEK SAMPING
Pemantauan efek/respon an efek samping harus secara benar dilaksanakan dan
harus dilakukan standardisasi. Mendapatkan efek yang maksimal dan efek
samping yang minimal adalah keadaan ideal yang didambakan. Sebagaimana sifat
dari obat kemoterapi maka semakin tinggi dosis akan semakin kuat daya
sitostatikanya namun akan makin merusak/ menimbulkan efek samping yang tak
diinginkan. Oleh karena itu harus dicari dosis tertinggi yang masih dapat ditolerir
efek sampingnya sehingga akan didapatkan efek yang optimal (= Maximal
Tolerated Dose = MTD ).
Berikut ini akan diuraikan beberapa efek samping yang sering ditemukan pada
pengalaman klinis menurut organ yang terkena :
Sistim gastro intestinal mulai dari mulut. Daerah ini adalah daerah yang
pembelahan sel nya cepat oleh karena itu SE kemoterapi akan terlihat disini.
Kemoterapi akan menyebabkan iritasi sampai inflamasi dimukosa mulut, yang
diberi nama stomatitis dan bila berkelanjutan dapat menyebabkan kesulitan
menelan (= dysphagia ). Stomatitis menyebabkan nyeri, ulkus, perdarhan dan
terjadi infeksi sekunder. Angka kejadiannya lebih kurang 40%. Kondisi dibawah
ini meningkatkan kejadian stomatitis :
Dehidrasi
Hygiene mulut dan pengenalan dini akan keadaan ini, kondisi ini akan lebih dapat
ditolerir. Pencegahan dimulai dengan hygiene mulut yang baik, periksa mulut tiap
hari adalah langkah pertama, lepas gigi palsu dan bersihkan. Gosok gigi dengan
sikat gigi yang lembut dan gunakan mouthwash yang non-alkoholic setiap habis
makan dan sebelum tidur. Adviskan penderita untuk hal hal dibawah ini :
Cara mengatasi
1. Gunakan usaha atau cara yang efektif yang sudah dikerjakan pada waktu
riwayat terjadinya mual dan muntah semasa kehamilan, perjalanan, sakit
atau waktu stress.
2. Makanlah makanan yang dingin atau temperatur biasa, biasanya pada suhu
ini lebih diterima daripada makanan yang hangat/panas.
3. Makanlah makanan yang agak cair dan jernih.
4. Hindari makanan yang terlalu manis, asin, berlemak dan makanan yang
mempunyai aroma yang kuat.
5. Makanlah dalam porsi kecil tetapi lebih sering sehingga lambung tidak
cepat membesar.
6. Hindari melihat atau membau suasana yang menyebabkan rasa ingin muntah
7. Cobalah mengunyah permen pada waktu pemberian kemoterapi
8. Berikan suasana yang menyenangkan pada waktu pemberian kemoterapi,
seperti musik, udara dll.
9. Pada waktu rasa mual dan ingin muntah lebih baik tiduran saja.
10. Berikan obat antiemetic, sebelum, pada waktu dan sesudah pemberian obat
kemoterapi.
Bila ada intolerans lactose hindari susu atau es krim yang mengandung
susu.
Gunakan suplemen nutrisi untuk meningkatkan protein dan kalori
Berikan obat antidiare , diberikan 4-6 kali ( by the clock ) dan bila msih
tetap diare berikan opium. Evaluasi terus, apakah perlu penyesuaian dosis
untuk terapi diarenya. Stop pemberian setelah diare stop 12 jam.
KONSTIPASI
Adalah keluarnya tinja secara tidak enak,nyeri, lebih jarang, keras. Lebih sering
terjadi pada pemberian vinca alkaloid ( vincristin-vinblastin ) melalui
neurotoxicity.
Cara mengatasi :
Usahakan mempunyai waktu khusus untuk buang air besar ( setelah
breakfast )
Minum juice atau makan buah setiap kali makan.
Minum cairan yang hangat sebelum BAB
Usahakan relaksasi setiap kali akan BAB
Agendakan acara makanf dalam waktu yang sama
Minum 3 liter cairan , kecuali ada kontra indikasi.
Makan serat ( ± 100 gram ).
Gejala :
- Fatique/kelemahan, mudah lelah karena distribusi oksigen ke jaringan
berkurang.
- Tidak tahan dingin
- Berdeabar-debar dan mudah nyeri dada kalau bekerja
- Nafas pendek dan sesak nafas bila bekerja berat
- Sakit kepala dan telinga berdenging
- Insomnia
- Rasa sakit seluruh tubuh.
- Mudah terjadi petechia dan bleeding tendency lainnya
Penanganan :
- Catat dan laporkan gejala gejala anemia tersebut dan periksa kadar HB
den hematokrit penderita.
- Perhatikan masalah nutrisi dan bila perlu tambahkan suplemen zat
besi/iron.
LEUKOPENIA
Leukpenia adalah keadaan dimana jumlah darah putih brkurang dari normal. Sel
darah putih ( white blood cells = WBCs ) terdiri dari granulosit ( tdd netrofil-
eusonifil-basofil ), monosit dan limfosit. Fungsi utama dari sel darah putih adalah
pertahanan tubuh terhadap infeksi; granulosit dan monosit bertindak sebagai
pertahanan non-specific ( non-specific immunity ) sedangkan limfosit bertindak
pertahanan yang specific ( specific immunity ).
Sel darah putih diproduksi di sumsum tulang, terutama disternum-iga-vertebra-
pelvis. Granulosit ( 40-65% ) dan monosit ( 4-8% ) produksi dan pelepasannya
dipengaruhi oleh berbagai Colony Stimulating Factors ( CSFs ). Limfosit juga
produksi dan pelepasannya dipengaruhi ole CSFs yang berbeda, terdiri dari T
limfosit ( berperan sebagai cell mediated immunity ) dan B limfosit ( berperan
sebagai humoral immunity ). Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa WBC amat
berperan dalam sistim kekebalan melawan keadaan patologis.
Penderita kanker sering mengalami keadaan lemah kekebalannya (
immunosuppressed ) akibat penyakitnya sendiri atau karena pengobatan. Keadaan
tersebut terutama ditandai sebagai neutropenia, yang dikalkulasi sebagai ANC ( =
Absolutely Neutrophil Count ).
TROMBOSITOPENIA
Trombositopenia adalah keadaan penurunan jumlah trombosit disirkulasi dan
biasanya akan mengakibatkan terjadi perdarahan. Jika terjadi trombositopenia
akan mungkin terjadi perdrahan di: - kulit & mukosa
- sistim gastrointestinal
- sistim pernafasan
- sistim perkemihan
- didalam otak
Penyebab penurunan trombosit disirkulasi dapat bermacam macam :
* Penyakit penyakit imunologi ( ITP, Lymphoma, leukemia )
* Peningkatan kebutuhan akan trombosit ( DIC – paien bedah yang
mengalami perdarahan hebat ).
* Reaksi alergi
* Aplastic marrow
* Neoplastic infiltration to bone marrow
* Depression of bone marrow due to the toxic effect of
chemotherapy.
Gejala gejala :
Adanya petechia atau echymosis pada kulit atau mukosa
Perdarahan yang lebih lama berhenti/oozing bila terjadi luka atau teriris
Kemungkinan terjadi juga penurunan HB dan hematokrit.
Penanganan
1. Awasi kemungkinan terjadinya injury/trauma yang akan berakibat
terjadinya perdarahan.
Terhadap kulit
Terhadap mukosa mulut dll
Terhadap mukosa gastrointestinal, misal obat obat steroid,
aspirin dll.
2. Hindari penggunaan alkohol
3. Atur istirahat yang cukup
4. Usahakan status gizi, terutama protein yang optimal
5. Bila terjadi perdarahan, lakukan penekanan lebih lama dan elevasi
ekstremitas yang terkena.
6. Bila perlu tranfusi platelet.
Berikut ini adalah gejala dan penanganan dari berbagai keadaan reaksi pada kulit :
a. Urticaria/ Transient erythema
Bisa terjadi pada tempat injeksi atau terlihat seluruh tubuh
Biasanya terjadi dalam waktu 30 menit sampai beberapa jam akan
menghilang setelah beberap jam.
Gejala berupa :
i. Papular rash
ii. Pengelupasan kulit dan terasa kering
iii. Kemerahan dan rasa galatl.
Sering akibat obat obat : Doxorubicine HCl, Bleomycine,
Cyclophosphamide .
Pemberian sementara distop, berikan delladryl-steroid, ulangi
pemberian dengan pengawasan yang lebih ketat.
b. Erythema Multiforme
Gejala berupa maculara erythematous
Gejala dapt ringan yang akan menghilang setelah 2-3 minggu atau
dapat juga samapi terlihat gejala gejala yang berat ( Steven
Johnson Syndrome )/ Toxic epidermal necrolysis )
Sementara stop bila gejala ringa, beri delladryl dan steraoid , bila
berat stop seterusnya.
c. Foliculitis
Gejala berupa diffuse erythema dan selanjutnya timbul bintik
bintik ( papula & pustule ) seperti jerawat.
Terapi : seperti diatas.
d. Acral Erythema ( Hand-Foot syndrome )
Gejala : Terdapat kelainan pada telapak tangan dan kaki berupa :
- erythema pada telapak tangan-jari-telapak kaki
- Nyeri
- Pembentukan bula
- Desquamation ( pengelupasan kulit )
ALOPECIA
Alopecia adalah keadaan hilangnya rambut secara sementara atau permanent.
Obat chemotherapy atau obat lain tertentu merusak DNA dari stem cell,
akibatnya terjadi atrophy dari folikel rambut yang berakibat lemah, brittle hair
yang akan berakibat tercabutnya dari scalp. Dosis dan lamanya pemakaian obat
akan sangat menentukan berat dan lamanya terjadi hair loss.
Alopecia yang disebabkan oleh obat chemotherapy bersifat sementara dan
bervariasi dari yang ringan sampai terjadi botak total. Rontoknya rambut
ditempat lain ( alis mata-rambut pubis-rambut ketiak dll )lebih jarang terjadi
dan tidak seberat rambut dikepala; hal ini disebabkan rambut ditempat tersebut
banyak yang dalam dormant phase. Bebarapa cara untuk penanganannya adalah
sbb :
- Edukasi lebih dahulu tentang kemungkinan terjadinya kerontokan rambut
dan beritahu bahwa keadaan itu hanya berlangsung sementara. Bila telah
selesai menjalani pengobatan kemoterapi akan kembali tumbuh dengan
kemungkinan akan berubah tecture nya.
- Persiapkan pemakaian jilbab atau wig agar tetap timbul rasa percaya diri
( body image )
- Bila perlu dilakukan kompres dingin ( khususnya untuk yang mendapat
terapi doksorubicin )
- Bila melakukan cuci rambut jangan terlalu dipijat pijat, tetapi memakai
pencuci rambut yang ringan/mild dan dilakukan 2-3 hari sekali
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Kejadian ini meskipun jarang tetapi bila ada merupakan keadaan yang serius dan
bahkan dapat mengancam jiwa. Kejadian ini bervariasi mulai dari yang ringan
sampai terjadi kegagalan multi organ. Rekasi hipersensitivitas disebabkan karena
respon berlebihan dari sistim imunitas terhadap exposure dari obat kemoterapi.
Penanganan:
Sebelum memberikan obat kemoterapi, tanyakan riwayat alergi dengan
pemakaian obat obat lain sebelumnya
Catat dalam status tentang data dasar tanda vital .
Perhatikan pada daerah injeksi dan catat perubahannya.
Ajari penderita untuk melaporkan perubahan secara fisik maupun mental
selama pemberian kemoterapi
Berikan premedikasi yang tepat
Pastikan bahwa ada PERLENGKAPAN PENANGANAN DARURAT didekat
penderita dan ada protokolnya. ( lihat protocol emergency )
EKSTRAVASASI
Ekstravasasi adalah salah satu komplikasi yang memerlukan perhatian pada
pemberian kemoterapi. Ekstra vasasi adalah terjadinya kebocoran obat
kemoterapi kejaringan subkutan. Bahan bahan/obat kemoterapi ada yang bersifat
vesicant dan irritant. Jika Extra vasasi dari bahan vesicant akan dapat
menyebabkan reaksi inflamasi yang cukup hebat akibat kerusakan sel dan
jaringan. Keadaan ini bisa berlangsung bahkan bila extravasai hanya terjadi dalam
bahan dengan jumlah kecil sekalipun. Jika extravasasi dari bahan irritant,
mungkin hanya inflamasi ringan dan rasa tidak enak serta berlangsung sebentar
saja. Tingkat kerusakan yang terjadi sangat bervariasi dan tergantung juga
dengan jumlah bahan vesicant yang extravasasi.
Mekanisme injury ini belumlah secara lengkap dipahami untuk semua bahan
vesicant itu. Doxorubicin HCL yang extravasasi diketahui masih terdapat
dijaringan itu selama beberapa minggu dan membentuk senyawa complex dengan
cellular deoxyribonucleic acid ( DNA ), senyawa ini menyebabkan doxorubicin HCl
Penatalaksanaan
a. Matikan aliran infusnya. Jarum jangan dicabut, aspirasi jaringan sebanyak
mungkin. Injeksikan bahan antidote. Bila tak ada bahan antidote yang
dinjeksikan, cabut jarumnya.
Kompres dingin
2. Plant alkaloid Hyaluronidase Injeksikan 1-4 ml Mempercepat
Vinblasitine 150 U/ml didaerah difusi dari obat
Vincristine extravasasi melalui
Vinorelbine mekanisme
penguatan
permiabilitas
sel
b. Cabut jarumnya
c. Injeksikan bahan antidote secara subcutan didaerah extravasasi dengan
menggunakan jarum no.25.
d. Tutup daerah extravasasi dengan kasa steril ringan dengan tekanan lunak,
jangan keras keras karena dapat menyebarkan bahan vesicant.
e. Angkat/ganjal ekstremitas yang terkena dengan bantal atau lebih tinggi
dari jantung. ( kurang lebih 48 jam )
f. Kompres dengan air dingin selama 15 menit , 4 kali selama 3 hari. Kompres
dingin akan mengurangi absorbsi vesicant agent kesubcuatneous dan
melokalisir kerusakan sel. Kompres dingin juga mengurangi kemampuan
vesicant agent merusak aktivitas metabolisme dan mengurangi reaksi
enzymatic dari sel.
g. Catat dalam rekam medik penderita
h. Sebagian besar extravasasi dapat dimanage secara konservatif, namun bila
ternyata nyerinya tetap, panas dan ulkus maka perlu tindakan
pembedahan .
KEPUSTAKAAN
1. Goldwein JW, Chemotherapy for Patients : Introductory Information,
Abramson Cancer Centre of th University of Pensylvania, 2001
Lampiran – 2
Protokol kedaruratan
Protokol kedaruratan
Emergency Protocol for Hypersensitvity Reactio
Suspect reaksi Hipersensitivitas/Anafilaksis:
1. Stop infuse kemoterapi dang anti infuse dengan normal saline ( PZ )
2. Catat kondisi dan tanda reaksi hipersensitivitas, laporkan pada dokter
yang bertanggung jawab atas kemoterapi ini.
3. Segera persiapkan tim emergensi bila ada tanda tanda perubahan
hemodinamika.
4. Segera lakukan ABC
5. Catat dan monitor setiap perubahan tiap 5-15 menit sampai kondisi stabil.
Airway
Pastikan jalan nafas dengan “ …………. Procedure “
Siapkan intubasi
Bila perlu siapkan alat trakeostomi
Breathing
Kondisi reaksi hipersensitivitas Mengatasi
Local reaction (urticaria, edema Suntikan adrenalin 0.3-0.5 s.c
larins ) setiap 15 menit.
Bronchospasme ringan Berikan oksigen 10 l/menit
Broncospasme berat/cardiac Suntikan adrenalin 0.5-1 mg iv
arrest dalam 10 cc PZ dan dapat
diulangi setiap 5 menit,
sertakan juga resusitasi O2.
Sirkulasi
1. Infus normal saline (PZ) dengan cepat
2. Posisikan dalam trendelenburg ( kaki lebih tinggi ), kecuali bila ada
distress nafas.