Anda di halaman 1dari 8

MOCHTAR RIADY

Orang banyak mengenal Mochtar


Riady sebagai seorang praktisi
perbankan jempolan dan seorang
konglomerat yang visioner,
pandangannya yang jauh ke depan
dan sarat dengan filosofi menjadi panutan banyak para
pengusaha dan para pelaku pasar. Kali ini kita akan menyoroti
jalannya meniti sukses,yang tentu saja tidak semudah
dibayangkan oleh banyak orang.

Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di


usia 10 tahun. Ketertarikan Riady yang dilahirkan di Malang
pada tanggal 12 mei 1929 ini disebabkan karena setiap hari
ketika berangkat sekolah, dia selalu melewati sebuah gedung
megah yang merupakan kantor dari Nederlandsche Handels
Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian
parlente dan kelihatan sibuk. Riady adalah anak seorang
pedagang batik. Pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh
pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina, di sana ia
kemudian mengambil kuliah filosofi di University of Nanking
.Namun, karena ada perang, Riady pergi ke Hongkong hingga
tahun 1950 dan kemudian kembali ke Indonesia.
Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun
ayahnya tidak mendukung karena profesi bankir menurut
ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga
mereka saat itu sangat miskin.

Pada tahun 1951 ia menikahi seorang wanita asal


jember, oleh mertuanya, Riady diserahi tanggungjawab untuk
mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Riady
telah dapat memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang
terbesar di kota Jember. Cita-citanya yang sangat ingin
menjadi seorang bankir membuatnya untuk memutuskan pergi
ke Jakarta pada tahun 1954, walaupun saat itu dia tidak
memiliki seorang kenalan pun di sana dan ditentang oleh
keluarganya. Riady berprinsip bahwa jika sebuah pohon
ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah
tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah
lahan yang luas.

Untuk mencari relasi, Riady bekerja di sebuah CV di


jalan hayam wuruk selama enam bulan, kemudian ia bekerja
pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun
bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil.
Sampai saat itu,Riady masih sangat ingin menjadi seorang
bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu
mengutarakan keinginannya itu. Suatu saat temannya
mengabari dia jika ada sebuah bank yang lagi terkena
masalah dan menawarinya untuk memperbaikinya, Riady tidak
menyia-nyiakan kesempatan tersebut walau saat itu dia tidak
punya pengalaman sekalipun. Riady berhasil meyakinkan Andi
Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut
sehingga ia pun ditunjuk menjadi direktur di bank tersebut.

Di hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing


melihat balance sheet, dia tidak bisa bagaimana cara
membaca dan memahaminya, namun Riady pura-pura
mengerti di depan pegawai akunting. Sepanjang malam dia
mencoba belajar dan memahami balance sheet
tersebut,namun sia sia, lalu dia meminta tolong temannya
yang bekerja di Standar Chartered Bank untuk mengajarinya,
tetapi masih saja tidak mengerti.

Akhirnya dia berterus terang terhadap para


pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup
terkejut mendengarnya. Permintaan Riady pun untuk mulai
bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari bagian kliring, cash,
dan checking account. Selama sebulan penuh Riady belajar
dan akhirnya ia pun mengerti tentang proses pembukuan, dan
setelah membayar seorang guru privat ia akhirnya mengerti
apakah itu akuntansi. Maka mulailah dia menjual
kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran
mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah
cukup besar, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank Buana,
kemudian di tahun 1971, dia pindah lagi ke Bank Panin yang
merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri
Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.

Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam


mengembangkan sebuah bank, dia memiliki filosofi tersendiri
yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi
memiliki karakter yang baik, Lian adalah kejujuran sedangkan
Dje adalah memiliki rasa malu. Visi dan pandangan Riady
yang jauh ke depan seringkali membuat orang kagum, dia
dapat dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan
segera pula menyikapinya.

Salah satu contohnya ketika dia berhasil


menyelamatkan Bank Buana tahun 1966. Saat itu Indonesia
sedang mengalami masa krisis karena Indonesia berada pada
masa perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady
sedang berkuliah malam di UI, disitu dia dikenalkan dengan
beberapa pakar ekonomi seperti Emil Salim, Ali
Wardhana,dkk. Riady segera sadar dan segera mengubah
arah kebijakan Bank Buana.

Pertama, dia menurunkan suku bunga dari 20 %


menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank beramai-
ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang
rendah tersebut maka para nasabah yang memiliki kredit yang
belum lunas segera membayar kewajibannya. Sedangkan
para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat
khususnya dalam hal jaminan, namun karena bunga yang
ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang lain
maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk
memberikan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi
sehat padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang
bangkrut. Dengan otomatis orang mengenal siapa Mochtar
Riady.

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12


Mei 1929 adalah pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang
memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh
karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas
perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di
kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou,
Fujian, dan Shanghai.

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady


yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian
saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning
pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim
telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar
sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di
Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem
Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan
meninggalkan Bank Panin.

Di BCA Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5


persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe
Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8
miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan
ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia


bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset Bank
Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen
menjadi Rp 257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan
perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of
Bank Marketing. Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini
melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan semenjak
saat itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Saat
ini Group Lippo memiliki lima cabang bisnis yakni :

1. Jasa keuangan : perbankan, reksadana, asuransi,


manajemen asset,sekuritas
2. Properti dan urban development : kota satelit terpadu,
perumahan, kondominium, pusat hiburan dan
perbelanjaan, perkantoran dan kawasan industri.

3. Pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga


listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan
raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana
komunikasi.

4. Bidang industri yang meliputi industri komponen


elektronik, komponen otomotif, industri semen,
porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo
Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen
elektonik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi.
Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang
dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel
persneling.

5. Bidang industri yang meliputi industri komponen


elektronik, komponen otomotif, industri semen,
porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo
Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen
elektronik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi.
Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang
dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel
persneling.

Anda mungkin juga menyukai