Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK BANK BCA

1. Abid Rizki Jamaluddin


2. Muhammad Fathurrahman
3. Rizky Firdaus
4. Tengku Muhamad Agil Astin
 Sejarah Bank BCA

 Pada tahun 1955 NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri
sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA). BCA didirikan oleh Sudono Salim pada tanggal
21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta.
 Pada tanggal 1 Mei 1975, pengusaha Mochtar Riady bergabung di BCA. Ia memperbaiki
sistem kerja di bank tersebut dan merapikan arsip-arsip bank yang kala itu ruangannya
jadi sarang laba-laba.[1]
 BCA melakukan merger dengan dua bank lain pada 1977. Salah satunya Bank Gemari yang
dimiliki Yayasan Kesejahteraan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Kantor Bank
Gemari pun dijadikan kantor cabang BCA. Merger itu membuat BCA bisa menjadi bank
devisa.
 Menurut George Junus Aditjondro, anak-anak Soeharto yang memiliki saham di BCA adalah Siti
Hardiyanti (Tutut) dan Sigit Jarjojudanto. Menurutnya, keduanya sempat memiliki 32 persen
saham di BCA.[2]
 Awal tahun 1980an, BCA mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia agar diperbolehkan
mengeluarkan dan mengedarkan kartu kredit atas nama BCA yang berlaku internasional. Untuk
itu, BCA bekerjasama dengan MasterCard.[1] BCA juga memperluas jaringan kantor cabang
secara agresif sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia. BCA mengembangkan
berbagai produk dan layanan maupun pengembangan teknologi informasi, dengan menerapkan
online system untuk jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan)
BCA
 Pada tahun 1990-an BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM (Anjungan
Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine). Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50
unit ATM di berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan
secara intensif. BCA bekerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk
pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA. BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar
nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui
ATM BCA.
 Pada tahun 2002, FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51% total saham BCA
melalui proses tender strategic private placement. Tahun 2004, BPPN melakukan divestasi
atas 1,4% saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas dan tahun 2005,
Pemerintah Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan
divestasi seluruh sisa kepemilikan saham BCA sebesar 5,02%.
 Pada periode 2000-an BCA memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama
perbankan elektronik dengan memperkenalkan Debit BCA, Tunai BCA, internet banking
KlikBCA, mobile banking m-BCA, EDCBIZZ, dan lain-lain. BCA mendirikan fasilitas Disaster
Recovery Center di Singapura. BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit,
termasuk melalui ekspansi ke bidang pembiayaan mobil melalui anak perusahaannya, BCA
Finance. Tahun 2007, BCA menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan
rumah dengan suku bunga tetap. BCA meluncurkan kartu prabayar, Flazz Card serta mulai
menawarkan layanan Weekend Banking untuk terus membangun keunggulan di bidang
perbankan transaksi. BCA secara proaktif mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas di
tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat kompetensi utama sebagai bank
transaksi. Tahun 2008 & 2009, BCA telah menyelesaikan pembangunan mirroring IT system
guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional. BCA membuka
layanan Solitaire bagi nasabah high net-worth individual.
Logo Bank BCA
Profil Perusahaan Bank BCA

 PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip-
prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia
berdasarkan Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret
2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5
April 2010.
 Komposisi kepemilikan saham PT Bank BCA Syariah adalah sebagai berikut :
 PT Bank Central Asia Tbk.: 99.9999%
 PT BCA Finance : 0.0001%
 BCA Syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam industri perbankan syariah
Indonesia sebagai bank yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran, penghimpun
dana dan pembiayaan bagi nasabah bisnis dan perseorangan. Masyarakat yang
menginginkan produk dan jasa perbankan yang berkualitas serta ditunjang oleh
kemudahan akses dan kecepatan transaksi merupakan target dari BCA Syariah.
 Komitmen penuh BCA sebagai perusahaan induk dan pemegang saham
mayoritas terwujud dari berbagai layanan yang bisa dimanfaatkan oleh
nasabah BCA Syariah pada jaringan cabang BCA yaitu setoran (pengiriman
uang) hingga tarik tunai dan debit di seluruh ATM dan mesin EDC (Electronic
Data Capture) milik BCA, semua tanpa dikenakan biaya. Selanjutnya, untuk
mendapatkan informasi maupun menyampaikan pengaduan dan
keluhan, masyarakat dan nasabah khususnya dapat menghubungi HALO BCA di
1500888.
 BCA Syariah hingga saat ini memiliki 66 jaringan cabang yang terdiri dari 13
Kantor Cabang (KC), 14 Kantor Cabang Pembantu (KCP), dan 39 Unit Layanan
Syariah (ULS) yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok,
Bekasi, Surabaya, Semarang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Medan, Palembang,
Malang, Lampung, Banda Aceh dan Kediri (data per Agustus 2019).
Pendiri bank BCA

Soedono Salim merupakan orang yang begitu berjasa di bidang perekonomian. Ia mampu
mendirikan Bank Central Asia (BCA) yang waktu itu sempat menjadi bank terbesar kedua di
Indonesia. Selain itu, ia juga banyak mendirikan perusahaan yang sampai saat ini namanya
semakin besar di tanah air yang masuk ke dalam Salim Grup.
 Pria yang memiliki nama Tionghoa Liem Sioe Liong ini lahir di Tiongkok 19 Juli 1916, dia
merupakan pendiri grup Salim. Kepemilikan Grup Salim meliputi Indofood, Indomobil,
Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, Pt Mega, Bank Windu Kencana, PT
Hanurata. Ia merupakan salah satu konglomerat dan pengusaha sukses asal Indonesia. Saat
itu, Liem juga sempat menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dan
Asia.
 Perjalanan suksesnya dimulai di sebuah pelabuhan kecil, Fukien di bilangan Selatan Benua
Tiongkok. Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik kala itu, dibarengi
dengan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, tahun 1939, Liem
memutuskan untuk mengikuti jejak kakaknya yang tertua untuk bermigrasi ke Indonesia.
 Dari Fukien, ia berangkat ke Amoy, tempat di mana bersandar sebuah kapal dagang Belanda
yang membawanya menyebrangi Laut Tiongkok. Membutuhkan waktu selama sebulan untuk
ia sampai di Indonesia. Sesampainya di Indonesia, Liem memilih memberhentikan
perjalanannya di Kota Kudus, yang terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek.
 Kota Kudus yang sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek itu sangat
membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh. Sejak tinggal di sana, Liem Sioe
Liong sudah terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyeludupkan bahan
baku tersebut dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk
kemudian melalui jalur-jalur khusus penyeludupan menuju Kudus. Sehingga tidak
heran, dagang cengkeh merupakan salah satu pilar pertama bisnis seorang Liem Sioe
Liong.
 Setelah menikah dengan seorang gadis asal Lasem, Liem semakin ulet bekerja dan
berusaha. Usaha yang dirintisnya terus berkembang. Tetapi, ketika awal 1940-an
Jepang menjajah Indonesia, usahanya mengalami kebangkrutan. Ditambah lagi, dia
mengalami kecelakaan saat mobil yang ditumpanginya masuk jurang. Seluruh
penumpang meninggal kecuali dirinya. Setelah kecelakaan itu, Liem akhirnya pindah
ke Jakarta.
 Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun
berkembang semakin pesat. Pada tahun 1969, Liem bersama Sudwikatmono, Djohar
Sutanto, dan Ibrahim Risjad mendirikan CV Waringin Kentjana. Liem menjabat sebagai
chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. Kemudian pada tahun 1970, mereka
mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari Bogasari
yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi
sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT Prima untuk Indonesia bagian Timur.

Anda mungkin juga menyukai