Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOGRAFI WIRAUSAHAWAN SUKSES

MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN

5 KISAH SUKSES WIRAUSAHAWAN INDONESIA

Disusun oleh:
Nama

: Desi Wulansari

NIM

: 4611412019

Jurusan/Prodi : ILKOM/ Teknik Informatika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat semakin gencarnya Pemerintah memajukan ekonomi masyarakat, hal ini
tidak terlepas dari peran rakyat Indonesia sebagai pemegang kunci utama lajunya
pertumbuhan ekonomi di masa depan. Sebagai negara berkembang, dalam segi ekonomi
Indonesia masih tergolong kurang jika dibandingkan dengan negara maju seperti China.
Tapi, tidak sedikit pula rakyat Indonesia yang kini telah sukses membawa nama baik
negara dalam hal perekonomian, sebut saja mereka adalah para wirausahawan yang
berhasil.
Tidak hanya dari kalangan usia mapan saja yang sukses menjadi seorang
wirausahawan, kini banyak sekali contohnya wirausahawan muda yang dapat sukses
seperti pendiri sekaligus pemilik bisnis waralaba Kebab Turki Baba Rafi dan sederet
wirausahawan lainnya. Ada banyak kisah hidup mereka yang sangat menginspirasi bagi
para pelaku usaha yang masih pemula. Dalam menitih bisnis, tentunya ada banyak pilhan
dan resiko yang harus dihadapi. Tantangan terbesar dalam mendirikan sebuah usaha tidak
hanya dalam menjalankannya saja, akan tetapi bagaimana caranya untuk membuat usaha
tersebut tetap berjalan dan bertahan. Yaitu, bertahan menghadapi persaingan pasar yang
semakin ketat dan masalah internal yang muncul dari usaha itu sendiri.
Setidaknya, dengan membaca dan mengetahui kisah perjalanan para wirausawahan
sukses diharapkan mahasiswa maupun para pelaku usaha pemula dapat belajar dan
memperoleh informasi bagaimana menyikapi arus persaingan di dunia industri dalam
maupun luar negeri.
1.2 Tujuan
Agar dapat menginspirasi mahasiswa maupun pelaku usaha pemula dalam
menjalankan usaha dan untuk memenuhi tugas matakuliah Kewirausahaan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dan pelaku usaha pemula dapat memperoleh inspirasi dan pembelajaran
dari kisah-kisah perjalan para wirausahawan sukses.
2. Dapat membangkitkan semangat untuk berwirausaha.

PEMBAHASAN
2.1 Biografi Soedono Salim
Awal Kehidupan

Soedono Salim atau Liem Sioe Liong lahir di Tiongkok tanggal 19 Juli 1916, Dia
merupakan pendiri Grup Salim. Kepemilikan Grup Salim meliputi Indofood, Indomobil,
Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT Mega, Bank Windu Kencana, PT
Hanurata, dan PT Waringin Kencana dan lain-lain. Dia merupakan salah satu konglomerat
dan pengusaha sukses asal Indonesia. Ia sempat menduduki peringkat pertama sebagai
orang terkaya di Indonesia dan Asia. Perjalanan suksesnya dimulai di sebuah pelabuhan
kecil. Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di situ pada tahun 1916.
Kakaknya yang tertua Liem Sioe Hie kini berusia 77 tahun sejak tahun 1922 telah lebih
dulu beremigrasi ke Indonesia yang waktu itu masih jajahan Belanda kerja di sebuah
perusahaan pamannya di kota Kudus.
Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan
dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939,
Liem Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien, ia Berangkat ke
Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi
Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus
sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan
bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah
terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut
dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalurjalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh
merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping
sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari
Shanghai.
Di Kudus Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah
Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orangtua si gadis tidak mengizinkan, lantaran
takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok. Kekuatiran itu timbul melihat tampang
Liem yang masih totok. Tapi, Liem tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima
dan diizinkan menikah. Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum,
keluarga istrinya cukup terpandang. Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan
berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang menjajah Indonesia,
usahanya

bangkrut.

Ditambah

lagi,

dia

mengalami

kecelakaan.

Mobil

yang

ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya meninggal. Hanya Liem yang selamat,
setelah tak sadarkan diri selama dua hari. Kemudian, Liem pindah ke Jakarta.
Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun
berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Om Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar

Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four,
mendirikan CV Waringin Kentjana. Om Liem sebagai chairman dan Sudwikatmono
sebagai CEO. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung
terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Bogasari yang memonopoli
suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk
Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur. Hampir di setiap
perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang
yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling
unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas
punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa
langsung merapat ke pabrik.
Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan
kantor hanya seluas 100 meter. Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik
semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli
semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah
itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT
Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota
Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Om Liem juga mendirikan kerajaan bisnis
bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil.
Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA)
bersama Mochtar Riyadi. Di tahun 1970-an. Bank Central Asia ini telah bertumbuh
menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta.
Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank. Ketika itu, Om Liem pernah jadi
orang terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya dunia. Namun,
seirama dengan mundurnya Presiden Soeharto dan akibat terjadi krisis moneter, bisnis
dan kekayaannya pun turun. Bahkan, Om Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura,
setelah rumahnya di Gunung Sahari dijarah massa reformasi. Setelah peristiwa tersebut,
ia mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anaknya Anthony Salim, lalu
pindah dan tinggal di Singapura hingga tutup usia. Ia dikenal luas masyarakat dekat
dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni
Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin
menjadi titik tolak majalah Insight, Asias Business Mountly terbitan Hongkong dalam
penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong
berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana

perusahaannya. Perusahaan holding company-nya bernama PT Salim Economic


Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas
berbagai jenis divisi; masing-masing adalah:
1. divisi perdagangan
2. divisi industri
3. divisi bank dan asuransi
4. divisi pengembangan (yang bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan)
5. divisi properti yang bergerak dibidang real estate, perhotelan, dan pemborong
6. divisi perdagangan eceran
7. divisi joint venture.
Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroanperseroan terbatas. Pelbagai kemungkinan untuk lebih mengembangkan lajunya
perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar
saham Jakarta, dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan
maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas.
Seperti katanya kepada Review,
Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda
harus melakukan apa yang anda yakini.
Bermodal kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong muda di Kudus
yang juga terkenal sebagai Lin Shao Liang menjadi Soedono Salim si Raja Dagang
Indonesia, belakangan ini. Sudono Salim atau Liem Sioe Liong meninggal dunia dalam
usia 96 tahun. Berdasarkan informasi yang beredar, pengusaha kakap itu wafat di
Singapura pada tanggal 10 Juni 2012.

2.2 Biografi Joseph Theodorus Wulianandi


Sejarah Joger

Pria kelahiran Denpasar, 9 September 1951 ini, menyebut dirinya memang berbeda
sejak kecil. Hidupnya ialah merdeka, tidak terikat, dan unik, persis seperti karyakaryanya. Karakter ini pula yang melekat dalam produk Joger hingga sekarang. Baginya
"Sedikit itu lebih baik asalkan cukup" daripada "banyak tapi masih merasa kurang." Tapi
akan lebih menyedihkan jika miskin tidak bahagia pula.
Alkisah, Pak Joseph atau kemudian dikenal dengan Mr Joger di sekitar tahun 1970an,
ia yang sedang menempuh kuliah di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat,
berkenalan dengan Mr. Gerhard Seeger. Keduanya menjadi kawan akrab yang sangat baik
seperti saudara mungkin. Saking baiknya, saat Mr Joger menikah dengan istrinya Ibu Ery
Kusdarijati, Mr Gerhard Seeger rela memberikan hadiah uang sebesar USD 20.000. Uang
yang banyak itu, jika di rupiahkan, akhirnya dipakai untuk modal usaha.
Awalnya sih tak terpikirkan nama apa, tapi karena mengingat kebaikan sang sahabat,
jadilah Pak Joseph menggunakan nama Gerhard dalam bisnisnya. Pak Joseph berinisiatif
menggabungkan namanya dan Mr. Gerhard menjadi satu. Jadilah nama Joger tersebut,
jika dilihat seksama merupakan gabungan Joseph dan Gerhard. Bermula dari satu toko
souvenir kecil di Jalan Sulawesi, Denpasar, di depan Pasar Badung, nama Joger resmi
dilahirkan tanggal 19 Januari 1981.
Nama Joger ini melekat terus, hingga akhirnya pada tanggal 7 Juli 1987, Joger
membuka satu toko souvenir besar di Jalan Raya Kuta, Bali, yang semakin ramai, hingga
kini. Tadinya yang hanya berencana membuka satu toko besar akhirnya memilih
membuka satu lagi. Alasanya karena membludaknya pengunjung yang mengejutkan si
pemilik sendiri. Mereka sampai memenuhi jalan di depan toko, membuat kemacetan, dan
tempat parkir kecil itu selalu penuh oleh berbagai kendaraan bermotor.
Setiap hari, ribuan pengunjung mendatangi pusat Joger. Bahkan, kalau hari libur,
untuk masuk tokopun mesti antri saking banyaknya orang yang akan masuk. Dan bermula
dari kaos, sekarang ini di Joger banyak sekali item produk yang bisa dibeli, mulai dari
souvenir kecil, tas, batik, kaos, stiker, jam aneh yang memutar tidak searah jarum jam
biasa, bahkan hingga sandal dan sepatu. Semuanya laris manis diburu pengunjung,
terutama kaos khasnya.

Perjuangan hidup
Ternyata dibalik kesuksesan besar itu ada proses yang perlua dijalani. Kala sekarang,
Joger sudah punya beberapa mesin sendiri, dengan proses digital yang cepat, bahkan

hampir tak pernah berhenti karena saking banyak pesanannya. Saat awal mula sekali,
Joger merupakan perwujudan kerja keras Joseph dan istrinya, yang kala itu hanya
berbisnis sovenir biasa. Belum punya mesin membuat Mr. Joger tak putus asa. Dia
melakukan semuanya sendiri dari pembuatan dan penciptaan kata- kata unik itu.
Karena belum ada mesin, desain tersebut akrhirnya ia "orderkan" kepada orang lain
yang punya mesin. Saat itu, semuanya dicetak manual. Desain dan kata-kata original khas
Mr Jogerpun akhirnya mulai dijajakan di tokonya. Di salah satu sudut ruangan toko
berbaris produk karyanya. Tantangan selanjutnya membangun merek, sekaligus merebut
kepercayaan orang untuk membeli produknya. Mr. Joger tetap pantang berputus asa.
Dia memanfaatkan beberapa koneksi untuk menjajakan produknya pada wisatawan
lokal maupun asing. Joseph bergerilya dari mulut ke mulut, dari satu tourist guide ke
tourist guide yang lain, mengabarkan kepada mereka agar mau merekomendasikan
produk Joger kepada mereka para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Lambat laun tapi pasti, kerja kerasnya mulai mendapatkan hasil. Dengan keunikan
produknya yang memang berbeda dari biasanya, ia mulai mendapatkan perhatian dari
banyak pihak, termasuk media masa.
Mereka mulai meliriknya menjadi sumber berita. Muncul lah profilnya di berbagai
media masa, baik itu lokal maupun nasional. Sejak kemunculannya di berbagai media
inilah, tidak pelak lagi, Joger mulai menancapkan kakinya menjadi salah satu barang
souvenir wajib yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Pulau Dewata. Yang
menarik dari Joger adalah kreativitasnya yang seakan tidak pernah surut di tangan Joseph.
Konsep kata-kata yang digunakan begitu orisinil, unik, menggelitik, dan penuh sindiran.
Tetapi tidak bisa dipungkiri, kata- kata yang kadang terkesan konyol itu sangatlah
filosofis, dan penuh permenungan. Kreativitas itu pun sepertinya tidak pernah berhenti.
Konsep pemasaran yang tidak biasa yang dijalankan Joger sangat berhasil (Istilah
kerennya Anti Marketing). Orang biasanya selalu hanya ingin mengungkapkan hal-hal
baik pada dirinya, tetapi sejak awal, Joger bilang: "Joger jelek, Bali bagus". Tidak ada
kesuksesan tanpa kerja keras.
Joger bukanlah berhasil dengan tiba-tiba. Keberhasilan Joger berasal dari upaya kerja
keras terus menerus dari pemiliknya, dan juga tim kerjanya. Mereka melakukan berbagai
cara dan upaya agar tokonya bisa besar. Mereka terus mencoba konsisten agar produk
buatannya tetap kreatif, dapat diterima, dan semakin dapat memberikan manfaat.
2.3 Biografi Hendy Setiono
Hendy Setiono (lahir di Surabaya, Indonesia, 30 Maret 1983; umur 31 tahun) adalah
seorang pengusaha asal Indonesia dan terkenal sebagai pendiri sekaligus menjabat hingga

saat ini sebagai Presiden Direktur Baba Rafi Enterprise, yang memayungi waralaba
kuliner Kebab Turki Baba Rafi, Piramizza, dan Ayam Bakar Mas Mono.
Awal kehidupan
Hendy Setiono lahir di Surabaya pada 30 Maret 1983 dari pasangan Ir. H. Bambang
Sudiono dengan Endah Setijowati. Masa kecilnya ia dihabiskan di Surabaya, kemudian
pindah ke Bontang. Pendidikan SD-nya ia habiskan di Bontang dan tamat di Amerika
Serikat. Kemudian, pendidikan SMP-nya ia kembali ke Bontang. Pendikan SMA-nya ia
habiskan di Surabaya. Setamatnya dari SMA, ia kuliah di ITS Surabaya, namun pada
semester 4, ia keluar karena ia membuat bisnis kebab. Ia menikah muda dengan sang istri,
Nilam Sari, serta dikaruniai tiga anak, yaitu Rafi Darmawan, Reva Audrey Zahifa, dan
Ready Enterprise.
Kehidupan bisnis
Bisnis yang ia geluti terinspirasi dari perjalanannnya ke negara Qatar, tempat di mana
ayahnya bekerja pada perusahaan minyak di sana. Ia menemui banyak penjual kebab dan
ia menuju penjual kebab yang sangat ramai pengunjungnya. Setelah memakan kebab
tersebut, ia terbesit pikiran untuk membuka usaha kebab tersebut di Indonesia.
Pada September 2003, gerobak jualan kebabnya beroperasi di Nginden Semolo, tak
jauh dari kampus dan rumahnya. Bersama Hasan Baraja, temannya, ia memodifikasikan
rasa dan ukuran kebabnya agar lebih cocok dengan orang Indonesia. Dengan modal
Rp4.000.000,- pinjaman dari adik perempuannya, ia berjualan kebab dengan seorang
karyawan.
Ingin lebih penuh dalam menjalankan bisnis, ia harus berhenti kuliah pada semester 4.
Kedua orang tuanya tidak setuju jika anak sulungnya keluar dari bangku kuliah untuk
melakukan bisnis dan menganggap proyeknya hanya sebatas iseng. Namun, dalam hati ia
membuktikan kelak ia akan berhasil.
Pada tahun 2005, usaha kebabnya sudah diwaralabakan dan pendirian PT. Baba Rafi
Indonesia sebagai pemegang merek dagang Kebab Turki Baba Rafi. Saat ini, gerai
miliknya sudah mencapai lebih dari 1000 di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Penghargaan

Ia mendapatkan banyak sekali penghargaan dalam skala nasional maupun


internasional. Berikut ini sederetan penghargaan yang diraih oleh ia selama menjalankan
usahanya.
2005:
o Pemenang 1 "Rencana Bisnis Pengusaha" di Petra Universitas Surabaya
o Juara 1 dalam "Membuat Uang Dengan Persaingan Tidak ada" di Makassar
2006:
o "Asia's Best Entrepreneur Under 25 Years" oleh majalah BusinessWeek
o "10 People Of The Year 2006" oleh Majalah Tempo
o Pemenang "Enterprise 50" - Pengusaha Hottest pada tahun 2006 oleh Majalah
SWA
o Pemenang "Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad 21" oleh Profesi
Indonesia
o Pemenang "Kecil dan Menengah Penghargaan Bisnis Pengusaha Indonesia"
(ISMBEA 2006) oleh Kemenegkop dan UKM
2007:
o Inspirator "Suara Perubahan" oleh A Mild Live Soundrenaline 2007
o Pemenang "Wirausaha Muda Mandiri 2007" (Kategori Pasca Sarjana dan
Alumni) oleh Bank Mandiri
o Pemenang "Best Achievement - Pengusaha Muda Penghargaan 2007" oleh
Bisnis Indonesia
o Pemenang "Waralaba Terbaik 2007" - Kategori F&B Lokal oleh Majalah
Pengusaha

o Pemenang "Manusia Berprestasi 2007" oleh Yayasan Citra Profesi Indonesia


o Pemenang "Penghargaan Pengusaha Indonesia Terbaik 2007" dengan
Penghargaan Profesional Indonesia (IPA).
o Pemenang "Indonesian Best Start Up Perusahaan 2007" oleh Yayasan Prestasi
Indonesia
o "Pengusaha Jawara 2007" oleh Kontan
2008:
o Pemenang Asia Pasific Entrepreneurship Awards 2008 - Kategori Paling
Menjanjikan oleh Enterprise Asia dari Malaysia
o Duta Indonesia untuk Forum Iklim Pemimpin Muda Asia oleh British
Council
o Pemenang Annual Award of the Most Favorite Leadership 2008 oleh The
Leadership Award 2008
o TOP 10 Indonesia Franchisor of The Year 2008 oleh Info Franchise
Magazine
2009:
o Pemenang Ernst & Young Entrepreneur of the Year Special Award
Entrepreneurial Spirit 2009 oleh Ernst & Young
o Waralaba Terbaik untuk Investasi 2009 oleh Majalah SWA
o Pemenang 1 Indonesia Young Franchise Entrepreneur Award oleh majalah
Info Franchise
o Pemenang TOP 30 Best ASEAN Franchise oleh majalah Info Franchise

o Pemenang The Best Marketing Indonesia Franchisor Of The Year 2009


oleh majalah Info Franchise
o Pemenang Asia Pasific Entrepreneurship Awards 2009 - Outstanding
Category oleh Enterprise Asia dari Malaysia
2010:
o Pemenang "Anugerah Peduli Pendidikan di Perusahaan Categorized" oleh
Kemdikbud Indonesia

2.4 Biografi Susi Pudjiastuti


Susi Pudjiastuti (lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965; umur 50 tahun) adalah
seorang Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 yang juga
pengusaha pemilik dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil
perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat.
Hingga awal tahun 2012, Susi Air mengoperasikan 50 pesawat dengan berbagai tipe
seperti 32 Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-6 Porter dan 3 Piaggio P180 Avanti. Susi
Air mempekerjakan 180 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot asing. Tahun
2012 Susi Air menerima pendapatan Rp300 miliar dan melayani 200 penerbangan
perintis.
Masa kecil dan pendidikan
Susi lahir pada 15 Januari 1965 di Pangandaran. Ayahnya bernama Haji Ahmad
Karlan dan ibunya bernama Hajjah Suwuh Lasminah, keduanya berasal dari Jawa Tengah,
namun sudah lima generasi hidup di Pangandaran. Keluarga Susi memiliki usaha ternak,
memperjualbelikan ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat.
Kakek buyutnya adalah Haji Ireng, yang dikenal sebagai tuan tanah di daerahnya. Setelah
mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP, Susi melanjutkan pendidikannya ke SMA
Negeri 1 Yogyakarta, namun berhenti di kelas 2 karena dikeluarkan dari sekolah akibat
keaktifannya dalam gerakan Golput.
Perjalanan Bisnis

Seputus sekolah, Susi menjual perhiasannya dan mengumpulkan modal Rp.750.000


untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada tahun 1983 Bisnisnya berkembang
hingga pada tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti
Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster yang diberi merek "Susi Brand".
Bisnis pengolahan ikan ini pun meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika. Karena
hal ini, susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut
produk hasil lautnya dalam keadaan masih segar.
Pada 2004, Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 miliar
menggunakan pinjaman bank. Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan
kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster
dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan
Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa
tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember
2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk
mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa
itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan
pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi
kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin
berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa
dan Sumatera. Perusahaannya memiliki 32 pesawat Cessna Grand Caravan, 9 pesawat
Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang
Susi Air memiliki 49 dan mengoperasikan 50 pesawat terbang beragam jenis.
Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja (2014)
Susi Pudjiastuti ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet
Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yang ditetapkan secara resmi pada 26 Oktober 2014.
Sebelum dilantik, Susi melepas semua posisinya di perusahaan penerbangan Susi Air dan
beberapa posisi lainnya, termasuk Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti yang bergerak di
bidang perikanan serta PT ASI Pudjiastuti Aviation yang bergerak di bidang penerbangan
untuk menghindari konflik kepentingan antara dirinya sebagai menteri dan sebagai
pemimpin bisnis. Selain itu, alasan lain Susi melepas semua jabatannya adalah agar dapat
bekerja maksimal menjalankan pemerintahan, khususnya di bidang kelautan dan
perikanan.

Saat pelantikan, Susi menuai kontroversi karena kedapatan menghisap sebatang rokok
dan memiliki tato, sesuatu yang tidak lazim dimiliki oleh menteri Indonesia. Atas
tindakannya ini, Susi mendapatkan baik pujian dan kritikan di media sosial.
Penghargaan
Susi menerima banyak penghargaan antara lain:

Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004

Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005

Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden
Republik Indonesia. Tahun 2006

Metro TV Award for Economics-2006,

Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia

Berprestasi Award dari PT Exelcomindo

Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009

Ganesha Widyajasa Aditama Award dari ITB, 2011

Award for Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant


Contributions to the Economy, APEC, 2011

Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, dari Gubernur Jawa Barat, 2008

Pada tahun 2008, ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot
Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School. Pada Minggu, 26 Oktober
2014, dalam pengumuman Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK Ibu Susi Pudjiastuti
ditetapkan oleh Presiden RI Joko Widodo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.

2.5 Biografi Eka Tjipta Widjaja


Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang pengusaha dan konglomerat Indonesia, Berkat
keuletannya dalam menjalankan bisnis perusahaannya, ia merupakan salah satu orang
terkaya di Indonesia menurut Majalah Globe Asia edisi bulan desember 2012 dengan
kekayaan mencapai 8,7 milyar Dolar Amerika Serikat. Pada tahun 2011, menurut Forbes,
ia menduduki peringkat ke-3 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 8
miliar, beliau merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Sinar Mas Group, Bisnis
utamanya adalah pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa keuangan. Nama asli Eka
Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, beliau dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di
China, Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya
masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya
yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar
"Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar
tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di
kapal, di bawah kelas dek. Hendak makan masakan enak, tak mampu. Ada uang lima
dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena untuk ke Indonesia saja kami masih berutang
pada rentenir, 150 dollar"
Tiba di Makassar, Eka kecil segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan
mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan
kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta
Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu. Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang
sarjana, doktor, maupun gelar-gelar yang lain yang disandang para mahasiswa ketika
mereka berhasil menamatkan studi. Namun beliau hanya lulus dari sebuah sekolah dasar
di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus
merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan
hutangnya ke rentenir. Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah
ekonomi. Ia pun mulai jualan.
Ia keliling kota Makassar, Dengan mengendarai sepeda, ia keliling kota Makasar
menjajakan door to door permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya.
Dengan ketekunannya, usahanya mulai menunjukkan hasil. Saat usianya 15 tahun, Eka
mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan mengendarai sepedanya. Ia harus
melewati hutan-hutan lebat, dengan kondisi jalanan yang belum seperti sekarang ini.
Kebanyakan pemasok tidak mempercayainya. Umumnya mereka meminta pembayaran di
muka, sebelum barang dapat dibawa pulang oleh Eka. Hanya dua bulan, ia sudah mengail
laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per

kilogram. Melihat 1 usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat


barangnya.
Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk
ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang
impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah
selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Di tengah
harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar.
Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di
luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan
tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka,
melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis
Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk
membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman
kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.
Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia membawa
serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk
membuat air 2 panas, cangkir, sendok dan sebagainya. Semula alat itu ia pinjam dari
ibunya. Enam ekor ayam ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibikin ayam
putih gosok garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol
anggur dari teman-temannya. Jam tujuh pagi ia sudah siap jualan. Benar saja, pukul tujuh,
30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja. Tapi sampai pukul sembilan
pagi, tidak ada pengunjung. Eka memutuskan mendekati bos pasukan Jepang. Eka
mentraktir si Jepang makan minum di tenda. Setelah mencicipi seperempat ayam komplit
dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang bilang
joto. Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan makan minum di tenda
Eka. Tentu saja ia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang.
Segera Eka mengerahkan anak-anak sekampung mengangkat barang-barang itu dan
membayar mereka 5 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan becak. Rumah
berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga penuh terisi segala macam barang.
Ia pun bekerja keras memilih apa yang dapat dipakai dan dijual. Terigu misalnya, yang
masih baik dipisahkan. Yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat 3 sampai dapat
dipakai lagi. Ia pun belajar bagaimana menjahit karung. Karena waktu itu keadaan
perang, maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sangat kurang. Itu sebabnya
semen, terigu, arak Cina dan barang lainnya yang ia peroleh dari puing-puing itu menjadi
sangat berharga. Ia mulai menjual terigu. Semula hanya Rp. 50 per karung, lalu ia

menaikkan menjadi Rp. 60, dan akhirnya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per
karung, kemudian Rp. 40.
Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk membuat kuburan orang
kaya. Tentu Eka menolak, sebab menurut dia ngapain jual semen ke kontraktor? Maka
Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia bayar tukang Rp.
15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan
enam kuburan mewah. Ia mulai dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir
membayar Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor
kuburan. Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang kopra, dan
berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk
memperoleh kopra murah. Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut
karena Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai
Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6.
Eka rugi besar. Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, lalu teng-teng (makanan khas
Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai
berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus
menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin kimpoi
untuk menutup utang dagang.
Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya
juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta,
dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal
dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi. Pada tahun 1980, ia
memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti
masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10
ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin
dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit. Bisnis yang dia bangun
berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun
1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar
dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh.
Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai
merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13
milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40
cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai
9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi
semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan

dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun
dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga
membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak
ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis
dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh
Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny
Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay
Widjaja.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan sebuah usaha, tidak hanya materi yang menjadi modal utama.
Akan tetapi tekad, ketekunan, berani mengambil resiko dan sikap pantang menyerah juga
menjadi hal yang sangat mendasar. Hal lain yang harus dimiliki oleh seorang pelaku
usaha adalah percaya pada apa yang dijalani, yakin atas keputusan yang telah dibuat dan
memasrahkan semua hasilnya pada Tuhan yang Maha Kuasa atas usaha yang telah
dilakukan.
3.2 Saran
a. Untuk memulai sebuah usaha, sebaiknya dimulai dahulu membangun sikap dan
mental yang tangguh selayaknya wirausahawan sukses.

b. Perbanyak usaha dan doa dalam menjalankan sebuah bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kolom

Biografi.

Biografi

Eka

Tjipta.

2013.

Website:

http://kolom-

biografi.blogspot.com/2013/06/biografi-eka-tjipta-widjaja-pemilik.html, diakses tanggal


07 Maret 2015.
[2] Kolom

Biografi.

Biografi

Soedono

Salim.

2012.

Website:

http://kolom-

biografi.blogspot.com/2012/06/biografi-soedono-salim-pengusaha-sukses.html,

diakses

tanggal 07 Maret 2015.


[3] Wikipedia. Susi Pudjiastuti. 2014. Website: http://id.wikipedia.org/wiki/Susi_Pudjiastuti,
diakses tanggal 07 Maret 2015.

[4] Biografi Pengusaha. Biografi Pendiri Joger Joseph Theodorus Wulianandi. 2014. Website:
http://www.pengusaha.us/2014/04/biografi-pendiri-joger-joseph-theodorus.html, diakses
tanggal 07 Maret 2015.
[5] Wikipedia. Hendy Setiono. 2011. Website: http://id.wikipedia.org/wiki/Hendy_Setiono,
diakses tanggal 07 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai