MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN
Disusun oleh:
Nama
: Desi Wulansari
NIM
: 4611412019
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat semakin gencarnya Pemerintah memajukan ekonomi masyarakat, hal ini
tidak terlepas dari peran rakyat Indonesia sebagai pemegang kunci utama lajunya
pertumbuhan ekonomi di masa depan. Sebagai negara berkembang, dalam segi ekonomi
Indonesia masih tergolong kurang jika dibandingkan dengan negara maju seperti China.
Tapi, tidak sedikit pula rakyat Indonesia yang kini telah sukses membawa nama baik
negara dalam hal perekonomian, sebut saja mereka adalah para wirausahawan yang
berhasil.
Tidak hanya dari kalangan usia mapan saja yang sukses menjadi seorang
wirausahawan, kini banyak sekali contohnya wirausahawan muda yang dapat sukses
seperti pendiri sekaligus pemilik bisnis waralaba Kebab Turki Baba Rafi dan sederet
wirausahawan lainnya. Ada banyak kisah hidup mereka yang sangat menginspirasi bagi
para pelaku usaha yang masih pemula. Dalam menitih bisnis, tentunya ada banyak pilhan
dan resiko yang harus dihadapi. Tantangan terbesar dalam mendirikan sebuah usaha tidak
hanya dalam menjalankannya saja, akan tetapi bagaimana caranya untuk membuat usaha
tersebut tetap berjalan dan bertahan. Yaitu, bertahan menghadapi persaingan pasar yang
semakin ketat dan masalah internal yang muncul dari usaha itu sendiri.
Setidaknya, dengan membaca dan mengetahui kisah perjalanan para wirausawahan
sukses diharapkan mahasiswa maupun para pelaku usaha pemula dapat belajar dan
memperoleh informasi bagaimana menyikapi arus persaingan di dunia industri dalam
maupun luar negeri.
1.2 Tujuan
Agar dapat menginspirasi mahasiswa maupun pelaku usaha pemula dalam
menjalankan usaha dan untuk memenuhi tugas matakuliah Kewirausahaan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dan pelaku usaha pemula dapat memperoleh inspirasi dan pembelajaran
dari kisah-kisah perjalan para wirausahawan sukses.
2. Dapat membangkitkan semangat untuk berwirausaha.
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Soedono Salim
Awal Kehidupan
Soedono Salim atau Liem Sioe Liong lahir di Tiongkok tanggal 19 Juli 1916, Dia
merupakan pendiri Grup Salim. Kepemilikan Grup Salim meliputi Indofood, Indomobil,
Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT Mega, Bank Windu Kencana, PT
Hanurata, dan PT Waringin Kencana dan lain-lain. Dia merupakan salah satu konglomerat
dan pengusaha sukses asal Indonesia. Ia sempat menduduki peringkat pertama sebagai
orang terkaya di Indonesia dan Asia. Perjalanan suksesnya dimulai di sebuah pelabuhan
kecil. Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di situ pada tahun 1916.
Kakaknya yang tertua Liem Sioe Hie kini berusia 77 tahun sejak tahun 1922 telah lebih
dulu beremigrasi ke Indonesia yang waktu itu masih jajahan Belanda kerja di sebuah
perusahaan pamannya di kota Kudus.
Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan
dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939,
Liem Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien, ia Berangkat ke
Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi
Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus
sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan
bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah
terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut
dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalurjalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh
merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping
sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari
Shanghai.
Di Kudus Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah
Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orangtua si gadis tidak mengizinkan, lantaran
takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok. Kekuatiran itu timbul melihat tampang
Liem yang masih totok. Tapi, Liem tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima
dan diizinkan menikah. Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum,
keluarga istrinya cukup terpandang. Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan
berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang menjajah Indonesia,
usahanya
bangkrut.
Ditambah
lagi,
dia
mengalami
kecelakaan.
Mobil
yang
ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya meninggal. Hanya Liem yang selamat,
setelah tak sadarkan diri selama dua hari. Kemudian, Liem pindah ke Jakarta.
Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun
berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Om Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar
Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four,
mendirikan CV Waringin Kentjana. Om Liem sebagai chairman dan Sudwikatmono
sebagai CEO. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung
terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Bogasari yang memonopoli
suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk
Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur. Hampir di setiap
perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang
yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling
unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas
punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa
langsung merapat ke pabrik.
Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan
kantor hanya seluas 100 meter. Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik
semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli
semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah
itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT
Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota
Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Om Liem juga mendirikan kerajaan bisnis
bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil.
Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA)
bersama Mochtar Riyadi. Di tahun 1970-an. Bank Central Asia ini telah bertumbuh
menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta.
Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank. Ketika itu, Om Liem pernah jadi
orang terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya dunia. Namun,
seirama dengan mundurnya Presiden Soeharto dan akibat terjadi krisis moneter, bisnis
dan kekayaannya pun turun. Bahkan, Om Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura,
setelah rumahnya di Gunung Sahari dijarah massa reformasi. Setelah peristiwa tersebut,
ia mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anaknya Anthony Salim, lalu
pindah dan tinggal di Singapura hingga tutup usia. Ia dikenal luas masyarakat dekat
dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni
Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin
menjadi titik tolak majalah Insight, Asias Business Mountly terbitan Hongkong dalam
penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong
berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana
Pria kelahiran Denpasar, 9 September 1951 ini, menyebut dirinya memang berbeda
sejak kecil. Hidupnya ialah merdeka, tidak terikat, dan unik, persis seperti karyakaryanya. Karakter ini pula yang melekat dalam produk Joger hingga sekarang. Baginya
"Sedikit itu lebih baik asalkan cukup" daripada "banyak tapi masih merasa kurang." Tapi
akan lebih menyedihkan jika miskin tidak bahagia pula.
Alkisah, Pak Joseph atau kemudian dikenal dengan Mr Joger di sekitar tahun 1970an,
ia yang sedang menempuh kuliah di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat,
berkenalan dengan Mr. Gerhard Seeger. Keduanya menjadi kawan akrab yang sangat baik
seperti saudara mungkin. Saking baiknya, saat Mr Joger menikah dengan istrinya Ibu Ery
Kusdarijati, Mr Gerhard Seeger rela memberikan hadiah uang sebesar USD 20.000. Uang
yang banyak itu, jika di rupiahkan, akhirnya dipakai untuk modal usaha.
Awalnya sih tak terpikirkan nama apa, tapi karena mengingat kebaikan sang sahabat,
jadilah Pak Joseph menggunakan nama Gerhard dalam bisnisnya. Pak Joseph berinisiatif
menggabungkan namanya dan Mr. Gerhard menjadi satu. Jadilah nama Joger tersebut,
jika dilihat seksama merupakan gabungan Joseph dan Gerhard. Bermula dari satu toko
souvenir kecil di Jalan Sulawesi, Denpasar, di depan Pasar Badung, nama Joger resmi
dilahirkan tanggal 19 Januari 1981.
Nama Joger ini melekat terus, hingga akhirnya pada tanggal 7 Juli 1987, Joger
membuka satu toko souvenir besar di Jalan Raya Kuta, Bali, yang semakin ramai, hingga
kini. Tadinya yang hanya berencana membuka satu toko besar akhirnya memilih
membuka satu lagi. Alasanya karena membludaknya pengunjung yang mengejutkan si
pemilik sendiri. Mereka sampai memenuhi jalan di depan toko, membuat kemacetan, dan
tempat parkir kecil itu selalu penuh oleh berbagai kendaraan bermotor.
Setiap hari, ribuan pengunjung mendatangi pusat Joger. Bahkan, kalau hari libur,
untuk masuk tokopun mesti antri saking banyaknya orang yang akan masuk. Dan bermula
dari kaos, sekarang ini di Joger banyak sekali item produk yang bisa dibeli, mulai dari
souvenir kecil, tas, batik, kaos, stiker, jam aneh yang memutar tidak searah jarum jam
biasa, bahkan hingga sandal dan sepatu. Semuanya laris manis diburu pengunjung,
terutama kaos khasnya.
Perjuangan hidup
Ternyata dibalik kesuksesan besar itu ada proses yang perlua dijalani. Kala sekarang,
Joger sudah punya beberapa mesin sendiri, dengan proses digital yang cepat, bahkan
hampir tak pernah berhenti karena saking banyak pesanannya. Saat awal mula sekali,
Joger merupakan perwujudan kerja keras Joseph dan istrinya, yang kala itu hanya
berbisnis sovenir biasa. Belum punya mesin membuat Mr. Joger tak putus asa. Dia
melakukan semuanya sendiri dari pembuatan dan penciptaan kata- kata unik itu.
Karena belum ada mesin, desain tersebut akrhirnya ia "orderkan" kepada orang lain
yang punya mesin. Saat itu, semuanya dicetak manual. Desain dan kata-kata original khas
Mr Jogerpun akhirnya mulai dijajakan di tokonya. Di salah satu sudut ruangan toko
berbaris produk karyanya. Tantangan selanjutnya membangun merek, sekaligus merebut
kepercayaan orang untuk membeli produknya. Mr. Joger tetap pantang berputus asa.
Dia memanfaatkan beberapa koneksi untuk menjajakan produknya pada wisatawan
lokal maupun asing. Joseph bergerilya dari mulut ke mulut, dari satu tourist guide ke
tourist guide yang lain, mengabarkan kepada mereka agar mau merekomendasikan
produk Joger kepada mereka para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Lambat laun tapi pasti, kerja kerasnya mulai mendapatkan hasil. Dengan keunikan
produknya yang memang berbeda dari biasanya, ia mulai mendapatkan perhatian dari
banyak pihak, termasuk media masa.
Mereka mulai meliriknya menjadi sumber berita. Muncul lah profilnya di berbagai
media masa, baik itu lokal maupun nasional. Sejak kemunculannya di berbagai media
inilah, tidak pelak lagi, Joger mulai menancapkan kakinya menjadi salah satu barang
souvenir wajib yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Pulau Dewata. Yang
menarik dari Joger adalah kreativitasnya yang seakan tidak pernah surut di tangan Joseph.
Konsep kata-kata yang digunakan begitu orisinil, unik, menggelitik, dan penuh sindiran.
Tetapi tidak bisa dipungkiri, kata- kata yang kadang terkesan konyol itu sangatlah
filosofis, dan penuh permenungan. Kreativitas itu pun sepertinya tidak pernah berhenti.
Konsep pemasaran yang tidak biasa yang dijalankan Joger sangat berhasil (Istilah
kerennya Anti Marketing). Orang biasanya selalu hanya ingin mengungkapkan hal-hal
baik pada dirinya, tetapi sejak awal, Joger bilang: "Joger jelek, Bali bagus". Tidak ada
kesuksesan tanpa kerja keras.
Joger bukanlah berhasil dengan tiba-tiba. Keberhasilan Joger berasal dari upaya kerja
keras terus menerus dari pemiliknya, dan juga tim kerjanya. Mereka melakukan berbagai
cara dan upaya agar tokonya bisa besar. Mereka terus mencoba konsisten agar produk
buatannya tetap kreatif, dapat diterima, dan semakin dapat memberikan manfaat.
2.3 Biografi Hendy Setiono
Hendy Setiono (lahir di Surabaya, Indonesia, 30 Maret 1983; umur 31 tahun) adalah
seorang pengusaha asal Indonesia dan terkenal sebagai pendiri sekaligus menjabat hingga
saat ini sebagai Presiden Direktur Baba Rafi Enterprise, yang memayungi waralaba
kuliner Kebab Turki Baba Rafi, Piramizza, dan Ayam Bakar Mas Mono.
Awal kehidupan
Hendy Setiono lahir di Surabaya pada 30 Maret 1983 dari pasangan Ir. H. Bambang
Sudiono dengan Endah Setijowati. Masa kecilnya ia dihabiskan di Surabaya, kemudian
pindah ke Bontang. Pendidikan SD-nya ia habiskan di Bontang dan tamat di Amerika
Serikat. Kemudian, pendidikan SMP-nya ia kembali ke Bontang. Pendikan SMA-nya ia
habiskan di Surabaya. Setamatnya dari SMA, ia kuliah di ITS Surabaya, namun pada
semester 4, ia keluar karena ia membuat bisnis kebab. Ia menikah muda dengan sang istri,
Nilam Sari, serta dikaruniai tiga anak, yaitu Rafi Darmawan, Reva Audrey Zahifa, dan
Ready Enterprise.
Kehidupan bisnis
Bisnis yang ia geluti terinspirasi dari perjalanannnya ke negara Qatar, tempat di mana
ayahnya bekerja pada perusahaan minyak di sana. Ia menemui banyak penjual kebab dan
ia menuju penjual kebab yang sangat ramai pengunjungnya. Setelah memakan kebab
tersebut, ia terbesit pikiran untuk membuka usaha kebab tersebut di Indonesia.
Pada September 2003, gerobak jualan kebabnya beroperasi di Nginden Semolo, tak
jauh dari kampus dan rumahnya. Bersama Hasan Baraja, temannya, ia memodifikasikan
rasa dan ukuran kebabnya agar lebih cocok dengan orang Indonesia. Dengan modal
Rp4.000.000,- pinjaman dari adik perempuannya, ia berjualan kebab dengan seorang
karyawan.
Ingin lebih penuh dalam menjalankan bisnis, ia harus berhenti kuliah pada semester 4.
Kedua orang tuanya tidak setuju jika anak sulungnya keluar dari bangku kuliah untuk
melakukan bisnis dan menganggap proyeknya hanya sebatas iseng. Namun, dalam hati ia
membuktikan kelak ia akan berhasil.
Pada tahun 2005, usaha kebabnya sudah diwaralabakan dan pendirian PT. Baba Rafi
Indonesia sebagai pemegang merek dagang Kebab Turki Baba Rafi. Saat ini, gerai
miliknya sudah mencapai lebih dari 1000 di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Penghargaan
Saat pelantikan, Susi menuai kontroversi karena kedapatan menghisap sebatang rokok
dan memiliki tato, sesuatu yang tidak lazim dimiliki oleh menteri Indonesia. Atas
tindakannya ini, Susi mendapatkan baik pujian dan kritikan di media sosial.
Penghargaan
Susi menerima banyak penghargaan antara lain:
Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004
Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005
Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden
Republik Indonesia. Tahun 2006
Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia
Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009
Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, dari Gubernur Jawa Barat, 2008
Pada tahun 2008, ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot
Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School. Pada Minggu, 26 Oktober
2014, dalam pengumuman Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK Ibu Susi Pudjiastuti
ditetapkan oleh Presiden RI Joko Widodo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
menaikkan menjadi Rp. 60, dan akhirnya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per
karung, kemudian Rp. 40.
Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk membuat kuburan orang
kaya. Tentu Eka menolak, sebab menurut dia ngapain jual semen ke kontraktor? Maka
Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia bayar tukang Rp.
15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan
enam kuburan mewah. Ia mulai dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir
membayar Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor
kuburan. Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang kopra, dan
berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk
memperoleh kopra murah. Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut
karena Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai
Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6.
Eka rugi besar. Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, lalu teng-teng (makanan khas
Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai
berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus
menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin kimpoi
untuk menutup utang dagang.
Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya
juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta,
dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal
dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi. Pada tahun 1980, ia
memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti
masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10
ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin
dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit. Bisnis yang dia bangun
berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun
1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar
dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh.
Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai
merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13
milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40
cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai
9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi
semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan
dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun
dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga
membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak
ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis
dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh
Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny
Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay
Widjaja.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan sebuah usaha, tidak hanya materi yang menjadi modal utama.
Akan tetapi tekad, ketekunan, berani mengambil resiko dan sikap pantang menyerah juga
menjadi hal yang sangat mendasar. Hal lain yang harus dimiliki oleh seorang pelaku
usaha adalah percaya pada apa yang dijalani, yakin atas keputusan yang telah dibuat dan
memasrahkan semua hasilnya pada Tuhan yang Maha Kuasa atas usaha yang telah
dilakukan.
3.2 Saran
a. Untuk memulai sebuah usaha, sebaiknya dimulai dahulu membangun sikap dan
mental yang tangguh selayaknya wirausahawan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kolom
Biografi.
Biografi
Eka
Tjipta.
2013.
Website:
http://kolom-
Biografi.
Biografi
Soedono
Salim.
2012.
Website:
http://kolom-
biografi.blogspot.com/2012/06/biografi-soedono-salim-pengusaha-sukses.html,
diakses
[4] Biografi Pengusaha. Biografi Pendiri Joger Joseph Theodorus Wulianandi. 2014. Website:
http://www.pengusaha.us/2014/04/biografi-pendiri-joger-joseph-theodorus.html, diakses
tanggal 07 Maret 2015.
[5] Wikipedia. Hendy Setiono. 2011. Website: http://id.wikipedia.org/wiki/Hendy_Setiono,
diakses tanggal 07 Maret 2015.