Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang Kehidupan Soedono Salim

Soedono Salim merupakan orang Tiongkok asli. Ia terlahir dengan nama Liem
Sioe Liong pada tanggal 16 Juli 1916 di wilayah Fujian, Tiongkok bagian selatan. Nama
Soedono Salim bersal dari Indonesia yang dipilihkan langsung oleh Soeharto, Dalam
bahasa Jawa, “soe” mempunyai arti baik dan “dono” berarti dana atau uang. Sementara
nama Salim diambil darii nama marganya. Sebuah nama yang mempunyai arti cukup
bagus mengingat Liem memang dikenal ahli dalam menghasilkan uang.
ia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Liem terlahir dikeluarga petani
di desa Nguha Ha, Hai Kou yang ekonominya serba kekurangan. Bahkan,  ketika beliau
berumur 15 tahun, ia harus berhenti sekolah karena tidak punya biaya yang cukup untuk
melanjutkan sekolah. Sehingga berjualan mie keliling di daerah tempat tinggalnya.

Setelah perah dunia ke II,dan usia beliau berumur 20 tahun bukannya


kehidupannya semakin baik, malah membuatnya semakin buruk. Maka dari itu ia
memutuskan untuk merantau ke Indonesia menyusul kakaknya yaitu Liem Ke Lok dan
saudara iparnya Zhen Xusheng yang sudah terlebih dahulu berada di tanah air. Dengan
menaiki kapal layar Belanda, Sudono Salim harus menempuh perjalanan yang cukup
panjang untuk bisa tiba di Indonesia pada tahun 1939. Pada awalnya, dirinya terlebih
dahulu berada di Surabaya sebelum dijemput oleh kedua kakaknya yang berada di
Kudus. Dikarenakan transportasi pada zaman itu masih sulit,sehingga membuatnya
menunggu sebelum dijemput. Dirinya lontang-lantung bagai gelandangan di kota
tersebut sendirian.Setelah itu, Liem diajak sang kakak ke Kudus. Di sana, ia bekerja
sebagai pegawai di sebuah pabrik pengolahan kerupuk dan tahu.

Tidak lama setelah merantau ke Indonesia beliau  bertemu dengan seorang


wanita bernama Lie Kim Nio atau Lilani yang membuatnya jatuh hati. Awalnya kisah
cinta mereka tidak berjalan mulus. Dikarenakan orang tua Lilani tidak merestui anaknya
menikah dengan orang berdarah Tiongkok asli yang baru saja merantau ke Indonesia.
Bukannya berhenti, hal tersebut malah membuatnya tidak putus asa dan malah
membuatnya semakin gigih untuk memperjuangkan cinta sejatinya. Melihat ketulusan
dan perjuangan beliau, akhirnya kedua orang tua Lilani setuju aanaknya dinikahi oleh
liem dengan syarat anaknya tidak boleh dibawa ke Tiongkok. Dari pernikahannya
mereka dianugerahkan 4 orang anak tiga laki-laki dan satu perempuan. Adapun
keempat anaknya itu adalah Albert Salim, Andre Salim, Anthony Salim, dan Mira Salim.

B. Awal Perjalanan Bisnis Sudono Salim Hingga Mencapai kesuksesannya


Liem bekerja sebagai pegawai disebuah pabrik, ada hal yang membuatnya
merasa tidak puas. sehingga Ia mulai mencari-cari peluang untuk berbisnis. Akhirnya, ia
menjatuhkan pilihan sebagai pemasok cengkeh. Karena daerah Kudus merupakan
daerah yang memiliki banyak pabrik rokok. Berbisnis sebagai pemasok cengkih ini
pulalah yang membuatnya bisa kenal dengan ayah dari Robert Budi Hartono, Oei Wie
Gwan.
Pada awalnya, Liem sempat ragu ingin memulai bisnisnya ini karena
keterbatasan ekonomi yang dimilikinya. Dalam memulai bisnis itu membutuhkan modal
yang baanyak apa lagi berbisnis cengkeh sementara dirinya hanyalah seorang pegawai
pabrik biasa. Setelah ia menikah dengan sang pujaan hati, keinginannya pun dapat
terwujud. Hal itu dikarenakan ia bisa mendapatkan modal yang cukup besar dari ayah
mertuanya untuk berbisnis. Dan bisnisnya itu tida sia sia karena dalam waktu singkat
usaha yang dijalani tersebut bisa dibilang cukup sukses. Ia kemudian dikenal sebagai
Salim si bandar cengkih. Koneksi yang dimilikinya juga tidak main-main, mulai dari
Sumatera hingga Sulawesi.
Ketika terjun dalam dunia bisnis pasti akan mengalami pasang surut. Pada tahun
1942 dalam masa penjajahan Jepang, ia mengalami masa-masa yang cukup sulit. Bisnis
cengkih yang ia rintis selama ini pun berhenti total. Pada tahun 1945 setelah Indonesia
merdeka, mencari peluang usaha yang lebih baik di Jakarta. Sesampainya di ibu kota, ia
kemudian membangun kembali bisnisnya sebagai penyedia barang-barang logistik bagi
para TNI. Sulardi adalah sepupu dari Soeharto, karena Sulardilah beliau bisa
mengembangkan bisnis tersebut dan mengenalkannya kepada Soeharto. Karena sering
memasok bahan logistik untuk tentara yang dikomandoni oleh Soeharto tersebut,
keduanya menjadi dekat. Sejak saat itu, hubungan pertemanan keduanya pun bisa
dibilang sangat akrab selayaknya saudara. Bahkan, nama Indonesia Liem Sioe Liong,
yaitu Soedono Salim itu dipilihkan langsung oleh Soeharto.
Pada tahun 1950-an, ia bersama seorang karyawan yang bernama Mochtar Riady
mendirikan Central Bank Asia. Pada awalnya, ide untuk mendirikan bank tersebut
lantaran banyak pelanggannya yang tidak bisa membeli barang secara tunai. Maka dari
itu, dirinya berpikiran untuk meringankan pelanggan dengan cara menggunakan sistem
kredit. Lama kelamaan, bisnis perbankan yang dijalaninya ini semakin besar dan sukses.
Dan ia kemudian mengganti nama menjadi Bank Central Asia pada tahun 1960 an
pada tahun 1997-an, Indonesia mengalami krisis moneter yang berdampak di
semua sektor. Karena peristiwa tersebut, beliau mempunyai hutang lebih dari 52 triliun
rupiah. Sehingga, ia terpaksa menjual beberapa perusahaannya untuk membayar
hutang tersebut. Salah satunya adalah BCA yang kemudian dibeli oleh Hartono
bersaudara.
Tidak berhenti di situ saja, pria yang pernah menduduki jajaran 10 Orang Terkaya
di Indonesia tahun 2006 ini juga merintis bisnis retail dengan mendirikan PT Indomarco.
Pada awalnya, perusahaan tersebut hanya membuka sebuah toko di Ancol, Jakarta pada
tahun 1988. Karena terlihat sangat menjanjikan, melalui Indomarco, dirinya
mengembangkan bisnis waralaba Indomaret pada tahun 1997. Dan hasilnya, seperti
yang Anda lihat sekarang minimarket tersebut banyak ditemukan di Indonesia, bahkan
di kota-kota kecil.

Bisnis kedua Sudono Salim adalah mendirikan PT Bogasari yang dibangunnya


pada tahun 1967 dan bekerja sama dengan Sudwikatmono, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim
Risjad yang kemudian dikenal sebagai The Geng of Four. Dengan modal hanya sebesar
100 juta rupiah. Terciptanya perusahaan ini karena melihat masyarakat Indonesia yang
tidak bisa jauh-jauh dari nasi dan tepung gandum.
Beberapa hari kemudian, perusahaan ini mendapatkan izin dari Bulog untuk
membangun pabrik di wilayah Indonesia bagian Barat. Dan perusahaan yang ia bangun
juga mendapatkan dana kredit sebesar 2,8 milyar. Keuntungan yang ia dapatkan dari
bisnis ini bukan main. Bahkan, produk-produk tepungnya bisa menguasai pasaran
Indonesia. Laki-laki yang pernah menjadi orang terkaya ke-25 di Asia Tenggara pada
tahun 2006 ini semakin berjaya setelah mendirikan PT Indofood. Di tahun ini, ia
meluncurkan produk olahan tepung terigu berupa mie instan yang kemudian diberi
nama Indomie. Tidak hanya menjadi favorit di dalam negeri saja, kelezatan Indomie
sudah terkenal di banyak negara. Bahkan, produk ini ini bisa dibilang sebagai makanan
pokok di Nigeria.
Sehingga Pada tahun 2017, Indomie menjadi satu-satunya produk indonesia
yang masuk ke dalam Top 10 Global Brand versi Brand Footprint Kantar World Panel.
Selain memasarkan Indomie, Indofood kemudian mengeluarkan berbagai produk
makanan dan minuman ringan.
C. Tips sukses sudono Salim
Dalam merintis sebuah karir dalam dunia bisnis pasti akan mengalami pasang surut,
dengan tekad dan kerja keras yang dimiliki oleh beliau yang hanya bersal dari keluarga
yang pas pasan mampu menjalankan bisnisnya hingga sukses, begitu banyak rintangan
yang beliau hadapi mulai dari krisis moneter yang membuatnya harus menjual
perusahaannya dan lain lain. Dengan sikap beliau yang pantang menyerah dan gigih, dan
berani tidak takut untuk mencoba beliau mampu membuat perusahaannya ini menjadi
terkenal.

Anda mungkin juga menyukai