Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH SAREKAT DAGANG ISLAM (SDI0

1. Definisi Sarekat Dagang Islam (SDI)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Sarekat” berarti juga “Serikat” yaitu “kongsi atau
himpunan”, kemudian “dagang” berarti juga “pekerjaan berhubungan degan jual-beli untuk
memperoleh keuntungan”, sedang “Islam” adalah “agama yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
berpedoman kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kedunia melalui wahyu”.1
Dari definisi-defini tersebut saya simpulkan bahwa Sarekat Dagang Islam adalah himpuanan
atau sekumpulan pedagang-pedagang yang beragama Islam.

2. Awal Terbetuknya Sarekat Dagang Islam (SDI)


16 Oktober 1905 Syarikat Dagang Islam (SDI) berdiri di kampung Sondokan, Solo, oleh Haji
Samanhoedhi, Sumowardhoyo, Wiryotirto, Suwandi, Suryopranoto, Jarmani, Haryosumarto,
Sukir dan Martodikoro.2
SDI bukanlah sekedar organisasi dagang, seperti Kamar Dagang atau Kongsi Perniagaan,
yang mengejar keuntungan materi anggotanya. Tetapi SDI bertujuan mengangkat martabat Islam
dan penganutnya yang sengsara akibat penjajahan Belanda. SDI juga dijadikan wadah dalam
melawan diskriminasi perniagaan asing (Tionghoa), yang mendapat hak istimewa dari kolonial
Belanda.3
Sedangkan ada pendapat lain megenai berdirinya SDI pada tahun 1911 di Surakarta, dipimpin
oleh Ki Haji Samanhoedhi. Samanhoeddi adalah seorang pedagang yang cukup sukses, dan
diusia muda ia sudah pergi haji ke Makkah.4

Untuk lebih jelasnya, dan lebih memberi kepastian mengenai berdirinya Sarekat Dagang
Islam, saya akan mengutip sebuah pengakuan H. Samanhoeddhi sendiri dalam buku Cita Dasar
dan Pola Perjuangan Sarekat Islam yang ditulis Gani. Sebagai berikut:

1 Aplikasi KBBI oleh Yufid


2 Catatan Sejarah Rakyat Indonesia, 1905 – 1962 diterbitkan oleh: Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial- EMPIRIS
3Satrio Arismunandar, http://satrioarismunandar6.blogspot.co.id/2015/10/haji-samanhudi-pendiri-sarekatdagang.html,
dipostkan 21 Oktober 2015 M
4 Herry Mohammad. Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta:Gema Insani 2006, halm. 30

Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 1


“Ketika H. Samanhoeddhi masih hidup dalam usia 87 tahun, beliau memberi jawaban
kepada Tamar Jaya di Jakarta, bahwa Serikat Dagang Islam sesungguhnya didirikan pada
tanggal 16 Oktober 1905 di Solo. Mengenai hal ini Tamar Jaya menuliskan:
“Barulah terjadi koreksi pada tahun 1955, ketika almarhum H. Samanhoeddhi datang ke
Jakarta, dimana saya melakukan penyelidikan berupa Tanya jawab dengan beliau. Beliau
yang diwaktu itu berusia 87 tahun, masih bisa diajak berbicara bahkan menuliskan sesuatu
yang dianggap perlu, telah memberikan keterangan kepada saya, bahwa kelahiran SDI yang
kemudian menjadi Sarekat Islam itu adalah pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo.5
Oleh karena keterangan ini merupakan suatu yang menentang arus, dimana orang telah
meyakinkan bahwa SDI lahir kemudian dari Budi Utomo. Maka saya terpaksa mengambil
keterangan-keterangan lain untuk menambah penjelasan H. Samanhoeddhi tersebut.6 Ketika pada
tahun 1955 itu saya melansir motif baru ini dari sejarah Islam di Indonesia maka tidak heran jika
masyarakat menjadi heboh dan banyak yang tertarik membicarakannya, baik dari pihak yang pro
maupun yang kontra.7 Tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim
(khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Ada beberapa hal yang harus kita ketahui:
a. Pendirian SDI di latar belakangi oleh :
1. Kompetisi yang meningkat dalam bidang perdagangan batik, terutama terhadap
golongan Cina;
2. Sikap superioritas orang-orang Cina terhadap orang-orang Indonesia sehubungan
dengan berhasilnya Revolusi Cina (1911);
3. Adanya tekanan oleh masyarakat Indonesia di Solo (dari kalangan bangsawan
mereka sendiri). Tahun 1905.8
Gerakan reformasi dan modernisasi ini meluas di Minangkabau dan perintisnya adalah
Syekh Thaher Jalaluddin. Majalah al-Iman adalah alat penyebar Reformisme keluar
Minangkabau, di samping memuat ajaran agama dan peristiwa-peristiwa penting dunia. Tahun
1909 Tirtoadisuryo mendirikan Sarekat Dagang Islamiah (SDI) di Batavia. Pada tahun yang
sama, H. Abdullah Akhmad mendirikan majalah al-Munir di Padang, yang bertujuan

5 DRS. M. A. Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Sarekat Islam, (Jaklarta: PT Bulan Bintang, 1984) halm, 9. Diambil dari
Tamar Jaya, Majallah Ilmu Politik Islam “ASSIYASAH”, No.5, Tahun II – April 1974, Solo, Halm.7
6 Ibid, halm.9.
7
Ibid, halm 9.
8 Catatan Sejarah Rakyat Indonesia, 1905 – 1962 diterbitkan oleh: Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial-EMPIRIS
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 2
menyebarkan agama Islam yang sesungguhnya dan terbit di Padang tahun 1910-1916. Tahun
1910 Tirtoadisuryo mendirikan perusahaan dagang Sarekat Dagang Islamiah NV di Bogor.9
Kedua organisasi tersebut (SDI Batavia dan Bogor) dimaksudkan untuk membantu
pedagang-pedagang bangsa Indonesia dalam menghadapi saingan orang-orang Cina. Tahun
1911 Ambon’s Bond didirikan oleh pegawai negeri di Ambonia, untuk memajukan pengajaran
dan penghidupan rakyat Ambon. Haji Abdulhalim mendirikan Persyarikatan Ulama di
Ciberelang, Majalengka, yang bergerak di bidang pendidikan dan ekonomi.10
Dalam artikel yang dipostkan oleh Agus Sapriansya yang beberapa tulisannya dikutip dari
buku Masyur Syuryanegara dituliskan bahwa Organisasi SDI H. Samanhoedhi ini terkenal
sebagai vokal menyerukan anti terhadap imperialisme Belanda. Hal inilah yang menyebabkan
pemerintah Belanda merasa perlu untuk membentuk organisasi tandingan terhadap SDI H.
Samanhoedhi yaitu Sarekat Dagang Islamiyah dan dipilihlah R.M Tirtoadisuryo sebagai
pimpinannya.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan Oleh SDI R.M Tirtoadisryo untuk menandingi
pengaruh SDI H.Samanhudi adalah:
- Membangun Kerjasama antar kalangan priyayi, bupati (regent), wanita dan pedagang
Cina;
- Berusaha memperoleh dukungan dari pejabat kolonial Belanda: Kontrolir dan Asisten
Residen;
- Berusaha memperoleh perlindungan Bupati atau regent, berikut dananya;
- Memperoleh hadiah uang dari Ibu Sri Ratu Wihelmina untuk media "Putra Hindia" yang
dipimpinnya (Suryanegara:2009: 355)11

9
Catatan Sejarah Rakyat Indonesia, 1905 – 1962 diterbitkan oleh: Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial-EMPIRIS
10 Ibdi, EMPIRIS
11
Agus Sapriansya, Meluruskan Sejarah Pendirian Sarekat Dagang Islam,
http://celoteh40.blogspot.co.id/2014/07/penyampaian-materi-pelajaran-sejarah-di.html, dipostkan pada Selasa,
15 Juli 2014 pukul 10.17
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 3
a. Pengurus Pertama Syarikat Dagang Islam (SDI)
Menurut H. Samanhoeddhi, dengan ikhlas, untuk kemurnian sejarah pergerakan
Indonesia , dengan ini saya terangkan bahwa SDI dilahirkan tanggal 16 Oktober 1905 di
Sondakan Solo dengan delapan orang teman, yaitu: Saudara Sumowardoyo, Wiryotirto,
Suwandi, Sukir, Suropranoto, Jarmani, Harjosumarto, dan Martodikoro.12
Inilah panitia pertama pendiri SDI, maka terbentuklah pengurusa sebagai berikut:
1. Ketua : Haji Samanhoedhi
2. Penulis I : Sumowardoyo
3. Penulis II : Sukir
4. Pembantu : Jamal Surodisastro
5. Pembantu keuangan : Sukir dan Haji Saleh
6. Pembantu : Haryosumarto
7. Pembantu : Wiryosutirto
8. Pembantu : Atmo.13
b. Asas dan tujuan SDI
Mengenai asas dan tujuan SDI, berikt saya paparkan dari beberapa sumber yang saya
dapatkan, sebagai berikut:
1. Mengutamakan sosial ekonomi;
2. Mempersatukan pedagang-pedagang batik;
3. Mempertinggi derajat bumiputra;
4. Memajukan agama dan sekolah-sekolah Islam

12
Op, cit. halm 10
13
Ibid, Halm. 10
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 4
3. Biografi H. Samanhoedhi
Samanhudi lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah,
pada 1868. Ayah Samanhudi bernama Haji Muhammad Zen,
seorang pengusaha batik di Laweyan. Namanya semasa kecil
adalah Supandi Wiryowikoro. Pendidikan pertama Samanhudi
adalah mengaji al-Quran, kemudian belajar agama dari Kiyai
Jejorno. Ia masuk Sekolah Rakyat (Volks School) zaman
penjajahan Belanda di Surakarta, kemudian melanjutkan ke
HIS (Hollansch Indische School), sekolah rendah dengan
bahasa pengantar Belanda di Madiun, tetapi tidak sampai
Gambar 2.2.1. H. Samanhoedhi
tamat.14
Ia pernah menimba ilmu di pondok pesantren (Ponpes) KM Sayuthy (Ciawi Gebang), Ponpes
KH Abdur Rozak (Cipancur), Ponpes Sarajaya (Kabupaten Cirebon), Ponpes (Kabupaten
Tegal), Ponpes Ciwaringin (Kabupaten Cirebon), dan Ponpes KH Zainal Musthofa
(Tasikmalaya).15
Dalam menuntut ilmu keagamaan, Samanhudi bersikap sangat hormat terhadap para gurunya,
terlebih terhadap KH Zainal Musthofa. Samanhudi banyak bercerita tentang kepahlawanan
gurunya yang satu ini. Zainal Musthofa berjuang melawan penjajahan Jepang hingga gugur di
depan regu tembak serdadu Jepang.16
Usaha batik yang digeluti Samanhudi bermula dari magang dalam perusahaan keluarga
sampai berusia 19 tahun, untuk seterusnya ia bisa mandiri. Di usia itu dikabarkan ia menikah.
Pada 1888, di usia 20 tahun, Samanhudi membuka perusahaan batik dan berkembang pesat. 17
Di tahun 1900-an, cabang perusahaan batiknya sudah tersebar di berbagai kota, seperti
Tulungagung, Bandung, Purwokerto, Surabaya, Banyuwangi, dan Parakan. Di Solo saja pabrik
batiknya mempekerjakan kurang lebih 200 orang. Ketika itu ia tergolong sebagai orang kaya.18

14
Satrio Arismunandar, http://satrioarismunandar6.blogspot.co.id/2015/10/haji-samanhudi-pendiri-sarekat-
dagang.html, dipostkan 21 Oktober 2015 M
15
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
16
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
17
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
18
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 5
Namanya, Supandi Wiryowikoro, berubah menjadi Haji Samanhudi setelah ia menunaikan
ibadah Haji dan bermukim di Makkah pada 1904-1905. Ibadah Haji bukan hanya mengubah
namanya, tetapi juga jalan hidupnya; dari pengusaha batik kaya menjadi aktivis, perintis
pergerakan Islam di Indonesia. Ia berubah, dari membangun pabrik-pabrik batik jadi
membangun jiwa rakyat yang dijajah Belanda.19
Selama bermukim di Makkah, Samanhudi menimba Ilmu keIslaman dalam hukum agama dan
politik. Saat itu gerakan pembaruan untuk membebaskan diri dari imperialis Barat sedang
menjadi topik utama di Dunia Islam, dengan tokoh-tokohnya seperti Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha, Jamaluddin al-Afghani, serta pergerakan Salafiyah. Semua informasi dunia Islam itu
bermuara di Makkah pada saat musim Haji.20
Tak heran, sekembalinya dari ibadah Haji, Samanhudi mendirikan organisasi Islam dalam
bidang yang dikuasainya, yaitu perniagaan dengan nama SDI tahun 1905. Langkah Samanhudi
itu adalah tanggapan yang cepat dan tepat kepada imperialisme modern dan sesuai dengan
tantangan zamannya.21
Di Surabaya, Samanhudi pun menyusun kekuatan di bidang perdagangan dan agama melalui
SDI. Pada 1912, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Organisasi ini mendapat
sambutan luas masyarakat, sehingga pada Kongres I, 25-26 Januari 1913 di Surabaya, ia sudah
memiliki 89.999 anggota. Pada 1916, anggota organisasi itu berkembang menjadi 360.000, dan
kemudian bertambah lagi menjadi 450.000 orang. Samanhudi berhasil menyatukan solidaritas
Muslim, khususnya dalam bidang perdagangan, yang di kemudian hari menjadi kekuatan untuk
menuntut kemerdekaan dari kolonial Belanda.
Organisasi SDI mudah meraih dukungan masyarakat Muslim di pulau Jawa karena
beberapa faktor berikut:
- Menjadikan Islam dan ajarannya sebagai strategi perjuangan, untuk membangkitkan
semangat jiwa Islam (Iman) yang telah lama tertidur akibat penjajahan;
- Ide kesadaran berorganisasi lahir dari pendirinya sendiri, seorang haji dan pengusaha
Muslim yang sukses;
- Pendanaan awal yang berasal dari kantong pribadi ketua, pengusaha yang berhasil di
zamannya;

19
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
20
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
21
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 6
- Kain batik dan sarung merupakan komoditi masyarakat Muslim Nusantara di kota-kota
sampai ke pedesaan dan di komunitas institusi pendidikan (pesantren). Kelima,
memanfaatkan jaringan perniagaan, yang memang telah mapan di berbagai kota seluruh
Pulau Jawa: Solo, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Batavia (Jakarta). Keenam,
memiliki buruh pabrik batik dan rekan dagang bertaraf internasional dari bangsa Arab,
Muslim India, Cina, dan Muslim pribumi Nusantara. Ketujuh, mempunyai media
komunikasi yang efektif sejak sebelum berdirinya SDI, yaitu buletin Taman Pewarta
(1902-1915).22
Pada 1912, Samanhudi dengan SDI-nya pernah difitnah oleh pemerintahan kolonial Belanda
sebagai penggerak huru-hara anti-Cina di Kesultanan Surakarta, yang meluas ke kota-kota lain.
Padahal itu adalah provokasi pemerintah kolonial, dengan target, Revolusi Cina pimpinan Sun
Yat Sen, 1911 — yang mendapat kemenangan berkat dukungan Muslim Cina — tidak menular
ke Indonesia.23
Sebenarnya huru-hara itu dilakukan oleh Lasjkar Mangoenegaran yang ditugaskan
pemerintah untuk merusak toko-toko Cina. Akibatnya Oleh Residen Surakarta, Wijck, SDI
dijatuhi hukuman pembekuan pada 12 Agustus 1912. Namun, pada 26 Agustus, schorsing itu
terpaksa dicabut kembali, karena menimbulkan reaksi yang di luar perhitungan kolonial
Belanda, yaitu para petani anggota Sarekat Islam dari Kesultanan Surakarta melakukan mogok,
menolak kerja di onderneming Krapyak, Surakarta.24
Dari organisasi pengusaha, kini SDI sudah menjadi organisasi politik. Sampai 1914,
Samanhudi menjadi ketua umumnya, kemudian dilanjutkan oleh Haji Oemar Said
Tjokroaminoto. SI berjuang secara politik dengan memihak kepentingan rakyat. SI berupaya
menaikkan tingkat upah pekerja, membela petani yang tertindas, menentang harga sewa tanah
yang tinggi, dan membela rakyat yang diperlakukan sewenang-wenang oleh tuan tanah.25
Berkaitan dengan tahun lahirnya Sarekat Islam terdapat dua versi, yang menjadi polemik para
ahli sejarah. Sebagian menetapkan organisasi berdiri berdasarkan tahun pendaftaran organisasi.
Dan yang lain cenderung menetapkan awal organisasi berdasarkan pengakuan dari pendiri
organisasi.

22
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
23
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
24
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
25
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 7
Penuturan Samanhudi kepada Haji Tamar Djaja pada 25 Juni 1955, bahwa Sarekat Dagang
Islam didirikan pada 16 Oktober 1905. Kemudian diikuti dengan didirikan Sarekat Islam (SI)
pada 1906. Penuturan ini dibenarkan oleh Muhammad Roem sebagai pelaku sejarah Sarekat
Islam dan dituliskan dalam Bunga Rampai dari Sejarah. Dijelaskan oleh Samanhudi bahwa
Susunan Pengurus Sarekat Islam adalah: Ketua Haji Samanhudi. Sekretaris I dan II Surati dan
Haji Hisyam Zaini. Bendahara: Kartosumarto. Komisaris: Haji Syarif, Haji Syukur, Esmuntani,
Mangunprawiro, Abdul Fatah, Cokrosumarto, Sutosumarto. 26
Data itu diyakini otentik oleh pakar sejarah, Suryanegara, yang menunjukkan bahwa
Samanhudi sebagai ketua dalam dua organisasi Islam pertama di Indonesia. Ia menjadi ketua
dan memimpin SDI hingga 1912, dan sebagai ketua kehormatan ketika SI diketuai oleh Oemar
Said Tjokroaminoto. 27
Menginjak usia senja, kehidupan Samanhudi tidak lagi sejaya dulu. Perusahaan batiknya
bangkrut. Ia tidak aktif lagi berpartai, namun perhatiannya terhadap pergerakan nasional tetap
bergelora. Pada waktu perang kemerdekaan, Samanhudi membentuk Barisan Pemberontak
Indonesia Cabang Solo dan mendirikan Gerakan Kesatuan Alap-alap.28
Pada 28 Desember 1956, Samanhudi meninggal dunia di Klaten dan dimakamkan di Desa
Banaran, Sukoharjo, Jawa Tengah. Sikap Samanhudi yang selalu membela rakyat banyak patut
menjadi teladan. Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia pun menganugerahkan gelar Pahlawan
Nasional untuk Kyai Haji Samanhudi pada 9 November 1961.29

4. Perjalanan Sarekta Dagang Islam (SDI)


SDI dalam pandangan Samanhoeddhi mestilah diperlebar cakupannya, tak hanya mengurusi
soal-soal dagang saja, tapi juga politik dan dakwah. Ia menyadari bahwa kader yang bisa
mambawa kea rah cita-cita tersebut tidaklah banyak, belum lagi soal keberanian. Maka dicarilah
orang yang berani dan punya visi kedepan. Para pencari dan pemburu bakat disebar, telinga
dipasang, informasi digali. Mereka mendengar bahwa di Surabaya ada seorang pribumi yang
dididik secara Barat, dan punya keberanian yang memadai.

26
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
27
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
28
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
29
Ibid., Satrio Arismunandar, 21 Oktober 2015 M
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 8
Sebagai indikasi keberaniannya itu adalah, orang tersebut berani keluar dari jabatannya
sebagai pegawai negri, dengan alasan tak mauterus menerus menunduk. Orang tersebut adalah
Tjokro. Yang punya mata elang, kumis melintang, bicara lantang, dan punya visi misi dalam
perjuangan hidupnya.30
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian
rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini
berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada
tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia.31
Tjokro di SDI mula-mula duduk sebagai komisaris, dan diamanahi untuk menyusun
Anggaran Dasarnya. Tjokro bila bicara dihadapan anggota SDI atau publik, ia pandai
memainkan emosi pendengarnya. Pidatonya berapi-api, inilah guru politik Bung Karno dan
dikemudian hari sosok Tjokro ada pada diri presiden RI pertama, orator dan pemberi semangat
rakyat.
Di tangan Tjokroaminoto SDI akhirannya mengubah namanya menjadi Sarekat Islam, pada
10 September 1912. Ia lalu mengubah haluan menjadi kumpulan umat Islam yang hendak
menegakan agama Islam, dan anggotanya tak melulu pedagang.32 Pada kongres SI bulan
Februari 1923 dimadiun, diubahlah namanya menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Dalam tafsir asas Tjokro menulis tentang arah gerak perlawanan partai, antara lain tentang
pembersihan tauhid, bersandar kepada ilmu, dan bersandar kepada siyasah yang berkaitan
dengan bangsa, tumpah darah, dan menyatukan negeri-negeri yang berpenduduk muslim.
Semangat Pan-Islamisme Jamaluddin Al-Afghani merebak ke India sampai ke Indonesia. 33

30 Herry Mohammad. Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta:Gema Insani 2006, halm. 30
31http://ra-l.stietrianandra.web.id/en3/2474-2370/Sarekat-Dagang-Islam_25882_trianandra_ra-l-

stietrianandra.html#Sarekat_Dagang_Islam diposkann tanggal 20 Maret 2009


32 Herry Mohammad. Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta:Gema Insani 2006, halm. 30
33
Herry Mohammad. Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta:Gema Insani 2006, halm. 31
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 9
5. Proses Perubahan dari SDI ke SI dan ke PSI
Tentang perubahan SDI menjadi Sarekat Islam yang seterusnya lebih populer dengan nama
singkatan SI, dan merubah pula susunan pengurus seperti berikut:
“Waktu diadakan kongres pertama SDI di Solo 1966, namanya ditukar menjadi sarekat Islam
dan dengan demikian berubah pula susunan pengurus:
1. Ketua: H. Samanhoeddhi
2. Peningmeester : Harjo Sumarjo
3. Pembantu : Kartoatmojo, Karto wiharjo
4. Sekertaris I: Surati
5. Sekertaris II :H. Hisyam Jaini
6. Komisaris: H. Syarif, H. Sakur, Esmuntani, Mangunprawiro, Abdul Fatah,
Cokrosumarto, dsb, 34
Pada 11 Juni 1912 Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan
India kaya, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar Sarekat Dagang Islam,
Utusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian duduk sebagai pemimpin Syarikat Dagang Islam.
12 Agustus 1912 Residen Surakarta membekukan SDI setelah organisasi itu berkembang
cepat ke daerah-daerah lain di Jawa dan setelah kegiatan-kegiatan pada anggotanya di Solo
meningkat tanpa dapat diawasi oleh penguasa setempat. Perkelahian terus-menerus terjadi
dengan golongan Cina; sebuah pemogokan dilancarkan oleh pekerja-pekerja di perkebunan
Krapyak di Mangkunegaran pada permulaan bulanAgustus 1912.
Kedua macam kerusuhan ini menurut pihak penguasa disebabkan oleh Sarekat Islam.
Rijksbestuur Solo atas perintah Residen Belanda melarang untuk sementara waktu SI bekerja,
karena SI di anggap berbahaya bagi ketertiban umum, membuat huru-hara di Solo, terutama
terhadap kaum dagang Cina. Selain di larang bersidang dan menerima anggota baru,
pemimpinnya mengalami penggeledahan, tetapi tidak berhasil.
10 September 1912 Sampai dengan awal tahun 1912, Syarikat Dagang Islam masih memakai
anggaran dasar yang lama yang di buat oleh Haji Samanhudi. Karena beliau tidak puas atas
anggaran dasar itu, maka beliau menugaskan kepada Cokroaminoto di Surabaya yang baru
masuk Syarikat Islam, supaya membuat anggaran dasar yang baru yang disahkan di depan
Notaris pada tanggal 10 September 1912.

34
Ibid, halm. 11
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 10
Sehingga Syarikat Dagang Islam (SDI) berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI).
Tjokroaminoto mensosialisasikan PAN-Islamisme dengan target:
 Kemerdekaan dari Penjajahan;
 Kemerdekaan Islam;
 Kemerdekaan Dunia Islam.
Syarikat Islam telah meletakkan dasar perjuangannya atas tiga prinsip dasar, yaitu: Asas
agama Islam sebagai dasar perjuangan organisasi, asas kerakyatan sebagai dasar himpunan
organisasi, asas sosial ekonomi sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
umumnya berada dalam taraf kemiskinan.35
6. Kesimpulan
16 Oktober 1905 Syarikat Dagang Islam (SDI) berdiri di kampung Sondokan, Solo, oleh
Haji Samanhudi, Sumowardoyo, Wiryotirto, Suwandi, Suryopranoto, Jarmani, Haryosumarto,
Sukir dan Martodikoro.36 Sedangkan ada pendapat lain megenai berdirinya SDI pada tahun 1911
di Surakarta, dipimpin oleh Ki Haji Samanhoedhi. Samanhoeddi adalah seorang pedagang yang
cukup sukses, dan diusia muda ia sudah pergi haji ke Makkah.
Masuklah HOS Tjokroaminoto kedalam badan Sarekat Dagang Islam, Syarikat Dagang
Islam (SDI) berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI). Tjokroaminoto mensosialisasikan PAN-
Islamisme dengan target:
 Kemerdekaan dari Penjajahan;
 Kemerdekaan Islam;
 Kemerdekaan Dunia Islam.

35Catatan Sejarah Rakyat Indonesia, 1905 – 1962 diterbitkan oleh: Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial-EMPIRIS-
Halm. 5
36
Catatan Sejarah Rakyat Indonesia, 1905 – 1962 diterbitkan oleh: Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial-EMPIRIS
Wanti Widia Rahmi-Sejarah Sarekat Dagang Islam | 11

Anda mungkin juga menyukai