Anda di halaman 1dari 5

Robert budi hartono

Nama Bisnis: Djarum


Bidang Bisnis: Tembakau
Latar belakang
Robert Budi Hartono lahir pada tanggal 26 April 1940 di Semarang, Jawa Tengah. Dengan
memiliki nama tionghoa yaitu Oei Hwi Tjong, yang merupakan anak kedua dari Oei Wei Gwan
berawal dari Oei Wie Gwan, yang membeli sebuah usaha kecil di bidang rokok kretek bernama
Djarum Gramophon di tahun 1953. Dan mengganti nama usaha tersebut menjadi Djarum.

Oei Wie Gwan di jaman itu berhasil memasarkan dan memperkenalkan rokok kretek dengan
nama merk “Djarum”, sehingga sukses dan disukai pasaran Indonesia.

Karakter

Kerja keras dan tidak mudah putus asa walaupun sempat mengelami menalami kebakaran besar
sehingga nyaris tidak bersisa dan hampir bangkrut

Jiwa kerja sama yang baik, bahu membahu dengan saudaranya utuk menbangkitkan djarum yang
hamoir angkrut karena meninggalnya oeiwie gwan dan kebangkrutan

Peluang dan hambatan

1. Hambatan: kebankrutan Di tahun 1963, pabrik rokok Djarum mengalami musibah


kebakaran hebat hampir tidak ada yang tersisa., sehingga membuat usaha Oei mengalami
kerugian. Ditambah kondisi usaha yang kurang baik dan tidak lama setelahnya, Oei
meninggal dunia. Setelah kejadian itu, Budi beserta dengan adiknya melakukan inovasi
sebuah dengan menciptakan beraneka macam produk rokok.
2. Peluang: Pada tahun 1972, Djarum mulai berkembang bisnisnya dan melakukan ekspansi.
Seperti dengan mulai menggunakan mesin produksi rokok, mengekspor produk ke luar
negeri, dan yang lainnya. Tidak hanya sampai disitu, Budi Hartono saat ini menjadi
pemegang saham terbesar dari Bank Central Asia (BCA). Saat ini, Robert Budi Hartono
didapuk sebagai salah satu pengusaha dan pebisnis sukses sekaligus sebagai orang
terkaya nomor satu di Indonesia selama kurun waktu 11 tahun oleh Forbes. Total
kekayaan yang dimiliki diperkirakan mencapai USD 21.3 miliar atau setara dengan
Rp303 triliun.

Anthony Salim

Nama Bisnis: Group Salim, indfood


Bidang Bisnis: Makanan, Ritel, Perbankan, Telekomunikasi, dan Energi

Latar belakang
mewarisi kerajaan bisnis dari Ayahnya, Soedono Salim, Anaknya ini kemudian mulai
menahkodai bisnnis dari Gruop Salim yang tersebar di berbagai sektor usaha seperti perbankan,
Industri makanan, bahan bangunan dan lain-lain.

Meskipun begitu, Salim Group masih mempunyai sebagian kecil saham terhadap beberapa
perusahaan yang mereka jual. Ketika menjual beberapa anak perusahaannya, Anthony Salim
mempertahankan beberapa perusahaannya yang cukup besar ketika itu seperti PT Indofood dan
PT Bogasari.

Kedua perusahaan tersebut mempunyai pengaruh yang besar di bidang industri makanan
Indonesia. dan menguasai sebagian besar industri makanan di Indonesia.

Karakter

Kerja keras

Inovatif

Kreatif

Peluang dan hambatan

Hambatan

ketika mewarisi kerajaan bisnis dari ayahnya, Ia menghadapi kenyataan bahwa Salim Group
mempunyai hutang yang cukup banyak sekitar 55 triliun, imbas dari krisis moneter 1998 yang
membuat bisnis Salim Group hampir tersungkur.

Anthony Salim kemudian berusaha memperbaiki perusahaannya dengan cara melego atau
menjual beberapa anak perusahaan Salim Group yaitu Bank BCA, PT Indocement, dan PT
Indomobil. Cara ini diambil sebagai langkah untuk melunasi utang yang sedang dihadapi oleh
perusahaan Salim Group.

Peluang
Dibawah kepemimpinan Anthony Salim, PT Indofood dan PT Bogasari melesat mengusai
sebagian besar industri makanan di Indonesia. PT Indofood sendiri menjadi perusahaan produsen
mie instan terbesar di Indonesia dan di dunia. Kedua perusahaan tersebut dalam beberapa tahun
tercatat memperoleh laba yang cukup besar.

Dibawah kendali Anthony Salim, Salim Group tumbuh menjadi perusahaan konglomerat yang
berpengaruh di Indonesa. Saat ini Salim Group mempunyai banyak anak perusahaan dan juga
beberapa yayasan. Salah satu kunci keberhasilan bisnis Anthony yang dapat Anda contoh
adalah inovasi dan ekspansi. Kedua prinsip bisnis tersebut sukses membuat Anthony memiliki
kekayaan sebesar USD8.5 miliar atau setara dengan Rp91 triliun!

Contoh ekspansi yang dilakukan Anthony Salim seperti membuka waralaba di lini bisnis
Indomaret pada 1997, yang berhasil menghasilkan sebanyak 18.113 minimarket di seluruh
Indonesia.

Contoh inovasi pada produk Indomie dengan varian rasa dan ekspor ke berbagai negara terbukti
berhasil. Hal tersebut menjadikan Indomie sebagai brand mie instan terbesar di dunia dengan
laba sebesar USD5,8 miliar.

DATO’ SRI TAHIR


Nama Bisnis: Mayapada
Bidang Bisnis: Finansial, Layanan Kesehatan, Properti, dan Pariwisata
Latar belakang

Lahir dari ibu penjaga toko kecil dan ayah seorang tukang becak, membuat Tahir hidup dalam
kondisi yang serba kekurangan di usianya 20 tahun, Tahir mendapatkan beasiswa untuk
menempuh pendidikan bisnis di Nanyang Technological University, di Singapura. Sambil
menempuh pendidikannya, Dato Sri Tahir juga membeli barang-barang yang
didapatkannya di pusat perbelanjaan Singapura seperti pakaian wanita dan sepeda, lalu
menjualnya di Indonesia.Bisnis di Bidang Garmen hingga Mendirikan Mayapada Group
Setelah lulus, Ia lalu melanjutkan bisnis garmennya tersebut. Bisnis garmennya cukup
membuahkan hasil dan di usia ke-35 tahunnya, Ia melanjutkan pendidikannya di Golden
Gates University Amerika Serikat di bidang keuangan.
Setelah sukses dengan bisnis garmennya, Dato Sri Tahir mulai memberanikan diri untuk
merambah bisnis di bidang lain. Ia pun akhirnya mendirikan Mayapada Group pada tahun
1986 dan mulai merambah bisnis di bidang otomotif, perbankan, dan kesehatan.

Karakter
Gigih jujur
kejujuran,
kerja keras,
Dermawan
Hambatan dan Peluang
Hambatan

bisnis garmen adri Mayapada Group sudah tidak terlalu tumbuh pesat seperti bisnis
perbankannya.
Lalu, krisis moneter pada tahun 1998 datang menghantam berbagai sektor industri,
termasuk perbankan. Namun, Bank Mayapada tetap bertahan dan masuk ke Bursa Efek
Jakarta pada saat itu.
Peluang

mengembangkan Mayapada Group dalam berbagai unit bisnis. Mulai dari Mayapada Hospital,
Bank Mayapada, Fairmont Hotel Bali, Menara Topas, Forbes Indonesia, hingga ELLE Indonesia
pun berada di bawah payung Mayapada Group.

Laba dari setiap bisnis Tahir pun tidak main-main. Contohnya saja, Bank Mayapada yang
mencatatkan laba Rp64,16 miliar pada laporan keuangan 2020.

Dengan segala bisnisnya, Tahir sukses memiliki kekayaan sebesar USD2.7 miliar setara dengan
Rp39,8 triliun.

Chairul Tanjung

Nama Bisnis: CT Corp


Bidang Bisnis: Perbankan, Ritel, Media, Hiburan, Lifestyle, dan Properti

Latar Belakang

Dulu menjadi orang sukses mungkin baginya hanyalah sebuah mimpi, karena masa mudanya
yang dilaluinya cukup sulit, ayahnya pada saat itu hanyalah seorang jurnalis dari sebuah
perusahaan media cetak yang terbilang kecil. Bahkan perusahaan tersebut harus tutup karena
bertentangan dengan penguasa saat itu.

Dalam perjalanannya menjadi salah satu orang sukses di Indonesia ini memanglah bukan dengan
usaha yang mudah, kondisi ekonomi yang terbilang tidak berkecukupan tidak menyurutkan tekad
Chairul Tanjung untuk menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Selepas lulus kuliah, Chairul Tanjung kembali membangun usaha bersama tiga rekannya.
Dengan meminjam dana dari Bank Exim sebesar Rp 150 juta, mereka mendirikan PT Pariarti
Shindutama pada 1987 yang memproduksi sepatu anak-anak dan berhasil mendapatkan pesanan
160.000 pasang sepatu untuk diekspor ke Italia. Sukses dengan bisnis sepatu ekspor membuat
Chairul Tanjung semakin yakin dengan kewirausahaannya. Namun, karena adanya perbedaan
visi dan misi antara dia dan para rekan, Chairul Tanjung memutuskan untuk memisahkan diri
dari PT Pariarti Shindutama. Dia lalu banting stir dan mulai merintis usaha konglomerasinya,
yang fokus pada tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multimedia. Pada bidang
keuangan, Chairul Tanjung mengambil alih Bank Karman yang kemudian berganti nama
menjadi Bank Mega pada1996.

Hambatan dan Peluang

Hambatan

krisis moneter pada 1998. Saat itu banyak pengusaha yang bangkrut dan tidak sedikit pula bank
nasional yang kolaps,

peluang

Kisah bisnis Chairul Tanjung dimulai dari usaha kecil-kecilan, seperti bisnis fotocopy dan
menjual buku ketika kuliah, mendirikan toko perlengkapan kedokteran, hingga bisnis sepatu
anak-anak.

Pada 1987, Chairul Tanjung mendirikan perusahaannya sendiri yaitu Para Corp yang berubah
nama menjadi CT Corp pada 2011.

Bermodal kerja keras dan membangun networking, CT Corp kini menaungi banyak unit
bisnis berskala nasional. Sebut saja Bank Mega, Trans Corp, Transmart, dan masih banyak
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai