Anda di halaman 1dari 15

10 Konglomerat Indonesia

Robert Budi Hartono

- Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong,
- Seorang pengusaha konglomerat di Indonesia.
- Anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan.
- Robert merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia.
- Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang.

Perusahaan rokok Djarum berawal dari ayahnya yang membeli Djarum Gramophon pada tahun 1951 yang bergerak di
bidang kretek. Djarum ternyata sukses besar di pasar, namun bencana buat Djarum datang saat terbakarnya pabrik Djarum
tersebut.

Tidak lama setelah itu ayahnya meninggal. Robert Budi Hartono dan kakaknya menerima warisan berupa pabrik Djarum
yang nyaris musnah. Tapi berkat tangan kedua orang tersebut, Djarum Group sukses besar. Robert dan kakaknya ini pun
melebarkan sayap bisnisnya ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik, dan multimedia.

Tidak heran berkat sukses bisnisnya dengan rokok Djarum dan perbangkan BCA, Robert Budi Hartono dan kakaknya
termasuk orang terkaya nomor satu di Indonesia. Majalah ekonomi terkemuka Forbes 2016, menyebutkan kekayaan
Robert Budi Hartono ini mencapai 7,7 miliar dolar AS.
Dato Sri Tahir

- Prof. Dr. Tahir, M.B.A. Dengan nama lahir: Ang Tjoen Ming, Hanzi: 翁俊民 )
- Lahir 24 Maret 1952
- Merupakan seorang pengusaha, investor, dan filantropis asal Indonesia yang
merupakan pendiri Mayapada Group, sebuah perusahaan induk yang memiliki
beberapa unit usaha di Indonesia.
- Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti,
rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS).
- Ia menjadi dikenal karena mampu menjadi orang terkaya kedua belas di
Indonesia dan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta
untuk kesehatan.
Jiwa sosial yang tinggi melekat pada Tahir. Ia tak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di manca negara. Bahkan orang terkaya
dunia Bill Gates mengakui itu. Sikap berbagi Tahir diutamakan dalam dunia pendidikan dan sosial.

Misalnya, ia mengucurkan dana sebesar Rp1 triliun untuk pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja wanita (TKW) yang
seharusnya tugas pemerintah dan perusahaan yang memberangkatkannya ke luar negeri. Tahir juga menyumbangkan 10 unit
armada bus tingkat Transjakarta ke Pemda DKI Jakarta, dan memberikan pengobatan gratis untuk anak-anak penderita kanker.

Karena kepeduliannya dalam dunia amal, lewat Tahir Foundation, pemilik kelompok bisnis Mayapada ini menjadi miliarder
pertama Indonesia yang masuk dalam Bill & Melinda Gates Foundation, organisasi nirlaba buatan orang terkaya sejagad Bill
Gates.
Nasibnya cukup beruntung kemudian. Pada umur 20 tahun, ia mendapat beasiswa di sekolah
bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Di negeri Singa itu, Tahir menempuh studi
sambil mencari produk tiap bulan di Singapura untuk dijual di Surabaya. Dia membeli pakaian
wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura, lalu menjualnya kembali ke Indonesia.

Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya
sekolahnya. Awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti pula. Di umur 35 tahun, ia
bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, Amerika
Serikat. Dari bisnis garmen, lambat laun Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia
masuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya
merambat dari dealer mobil, perbankan, sampai di bidang kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada
lahir menjadi salah satu bisnis andalannya. Ketika itu, bisnis garmen Mayapada tidak lagi tumbuh,
justru bisnis banknya maju pesat.

Bank Mayapada terus agresif ketika melihat dirinya sukses menghadapi krisis moneter. Dengan
investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari 100 cabang di
penjuru Indonesia. Pada 2007, bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 selain
bank milik negara. Penghargaan dikeluarkan oleh majalah InfoBank.
Anthony Salim

- Anthony Salim atau yang biasa dikenal dengan nama Liem Hong Sien.
- Merupakan salah satu orang yang masuk ke dalam 10 Tokoh Bisnis yang paling
berpengaruh pada tahun 2005 oleh Warta Ekonomi.
- Predikat tersebut diberikan karena dirinya karena berhasil membangun kembali Group
Salim yang saat itu mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh krisis ekonomi tahun
1998.
Salim Group pada masa ayah dari Anthony Salim yaitu Sudono Salim sebenarnya pernah mengalami masa keemasan yaitu sebelum terjadi krisis
moneter pada tahun 1998. Bahkan majalah Forbes pernah menobatkan pendiri Salim Group tersebut sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.
Namun saat terjadi krisis moneter, Salim Group banyak mempunyai hutang hingga senilai 55 triliun rupiah. Anthony Salim yang memegang kekuasaan
pada Salim Group akhirnya harus melunasi hutangnya dengan cara menjual beberapa perusahaan yang dimilikinya yaitu PT Indocement Tunggal Perkasa,
PT BCA, dan PT Indomobil Sukses Internasional.
Perusahaan paling penting yang dimiliki Anthony Salim adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills. Produknya sudah banyak
sekali dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Contohnya saja adalah mi instant. Pasti kebanyakan orang Indonesia sudah banyak yang
mengenal mi instant Indomie, Supermi, dan Sarimi. Ketiga jenis mi ini pernah menjadi favorit banyak orang di Indonesia. Selain mi instant, produk
lainnya yang sudah banyak dikenal adalah susu Indomilk, tepung terigu Bogasari Segitiga Biru, Kunci Biru, dan Cakra Kembar. Bahkan minyak goreng
Bimoli dan mentega Simas Palmia adalah milik Anthony Salim. Pada tahun 2009, PT Indofood pernah mencatat laba bersih yang diperolehnya tahun itu
yakni mencapai 2 Triliun rupiah dan ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Laba bersih tersebut merupakan keuntungan yang paling besar
yang pernah dia raih selama menjalani bisnisnya. Padahal pada tahun 2009, harga komoditas terus bergejolak namun PT Indofood berhasil melewatinya.
Dalam masalah bisnis, Anthony Salim mempunyai prinsip bisnis untuk PT Indofood. Prinsipnya adalah Anthony ingin PT Indofood tetap berinovasi dan
berekspansi. Bahkan untuk mendukung prinsipnya itu, Anthony Salim bekerja sama dengan Nestle S.A untuk memperbesar pangsa pasar yang semakin
sulit untuk ditembus. Untuk melancarkan bisnisnya tersebut, Anthony Salim berani untuk menyetor 50% saham. Strateginya dalam memimpin
perusahaan tergolong berhasil. Dia yakin dengan adanya komunikasi yang baik dengan karyawan, maka kinerja perusahaan bisa fokus dan menghasilkan.
Rusdi Kirana, S.E.
- Rusdi Kirana, S.E. Merupakan seorang pengusaha dari Indonesia
- Pendiri Lion Air yang memperkenalkan penerbangan bertarif murah kepada penduduk
Indonesia dengan slogannya, “Kami membuat masyarakat terbang”.
- Pada 19 Januari 2015, ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi anggota Dewan
Pertimbangan Presiden.
Dibesarkan dari keluarga pedagang. Sejak kecil dia dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan mudah bergaul. Namun, ia juga didik untuk hidup hemat dan
kerja keras. Saat menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila, Jakarta, Rusdi  memulai karier bisnisnya. Ia menjadi calo tiket pesawat di
Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kariernya di sini secara perlahan mulai naik. Pada tahun 1990, ia bersama kakaknya, Kusnan Kirana, memulai bisnis biro
penjualan tiket dengan nama biro Lion Tour. Bisnis penjualan tiket Lion Tour berkembang pesat. Pada tahun 2000, saat usianya memasuki ke 37 tahun, dengan
modal 10 juta dolar AS, Rusdi Kirana membuka bisnis penerbangan dengan nama Lion Air sekaligus penggagas biaya penerbangan murah dengan tagline-nya
We Make People Fly.

Rusdi menorehkan sejarah dalam bisnis penerbangan. Ia memesan 230 pesawat dari pabrikan Boeing senilai Rp195,2 triliun. Dunia pun kembali tercengang
dengan pesanan 234 pesawat dari pabrikan Airbus senilai Rp230 triliun. Rusdi berambisi memiiliki memiliki 1.000 pesawat untuk menggerakkan bisnis
penerbangannya. Sukses bisnis penerbangannya ini mengantarkan Rusdi, pada tahun 2012, berhasil menempati peringkat 33 dari 40 orang terkaya di Indonesia.
Padahal jauh sebelumnya, Rusdi Kirana seorang calo tiket dan penjual mesin tik yang hanya menghasilkan Rp95.000 per bulan.

Sukses di dunia usaha, Rusdi mulai melirik dunia politik. Pada tahun 2013, Rusdi hampir mau ikut peserta konvensi calon presiden  yang digelar Partai
Demokrat. Tapi Rusdi akhinya memilih bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Rusdi mengaku memiliki utang kepada mantan Ketua PKB
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Tidak tanggung-tanggung, Rusdi didaulat menjadi Wakil Ketua Umum mendampingi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar
2014-2019. Peran Rusdi di PKB sangat signifikan dalam perolehan suara PKB saat pemilu 2014 lalu. Rusdi dibilang sebagai penyandang dana partai sarungan
ini. Selain itu, Rusdi juga ingin menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan pendukung utama PKB.

Pada pilpres 2014, Capres yang didukung PKB memperoleh kemenangan. Seiring dengan itu, presiden terpilih Joko Widodo akhirnya meminta Rusdi Kirana
menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden 2014-2019. 
Sofjan Wanandi
- Sofjan Wanandi lahir pada tanggal 3 Maret 1941
- Terlahir dengan nama Liem Bian Khoen
- Merupakan pengusaha Indonesia dan pemilik bisnis Gemala Group yang sekarang berganti
nama Santini Group.
- Ia merupakan adik dari Jusuf Wanandi (Liem Bian Kie) (politisi senior dan pendiri.
- Sofjan turut terlibat dalam pergerakan reformasi.
- Ia telah memiliki banyak pengalamannya dalam bidang ekonomi, birokrasi, dan politik.
- Ia juga aktif di Kadin dan CSIS juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pemulihan Ekonom dan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo; 2008–2013
Saat di UI, dia akif di berbagai organisasi mahasiswa, seperti di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)
dan KAMI Jaya. Saking militannya, ia bahkan sempat dipenjara akibat menentang pemerintahan Soekarno. Ia salah satu
sosok aktivis 1966 yang berasal dari keturunan Tionghoa.

Nasibnya mulai membaik, saat pergantian rezim; dari rezim Seokarno ke Soeharto. Ketika Soeharto menjadi presiden, Sofjan
bergabung ke Golkar. Dia menjadi anggota DPR termuda saat itu bersama 10 mahasiswa yang lain.

Pada tahun 1974, Sofjan akhirnya menjadi pengusaha seperti yang dia cita-citakan sebelumnya. Ia dipercayai oleh Yayasan
Kostrad memimpin sejumlah perusahaan dan langsung menjadi Wakil Presiden Direktur PT Dharma Kencana Sakti yang
mempunyai beberapa anak perusahaan.
Pada tahun 1974, Sofjan akhirnya menjadi pengusaha seperti yang dia cita-citakan sebelumnya. Ia dipercayai
oleh Yayasan Kostrad memimpin sejumlah perusahaan dan langsung menjadi Wakil Presiden Direktur PT
Dharma Kencana Sakti yang mempunyai beberapa anak perusahaan. Sejak itu, kariernya terus meroket. Dia
memimpin PT Tri Usaha Bakti yang berbisnis dalam bidang industri, perkapalan, asuransi, dan konstruksi.
Bahkan dia mulai merintis bisnis sendiri, melalui PT Pakarti Yoga yang berkembang menjadi perusahaan besar
dibawah bendera Grup Gemala.

Dia memulai membiayai perusahaan awalnya dengan mendapat dana dari surat tanah ayahnya dan menggadai
gedung CSIS. Gemala Group telah berkembang menjadi perusahaan global di empat benua, baik dalam industri
otomotif maupun pengembangan properti. Seiring dengan perusahaan yang terus berkembang, generasi kedua
dari keluarga Wanandi mulai menjalankan unit bisnis orang tuanya di Gemala Group. Akhirnya Sofjan Wanandi
dan anaknya membentuk Santini Group pada 1994.

Bidang usaha Santini Group berkembang pada dunia industri, mulai dari perangkat otomotif, infrastuktur,
sumber daya alam, pengembangan properti, dan jasa pelayanan. Bisnisnya makin membesar dan meraup pasar
nasional maupun internasional. Semua ia raih berkat kerja kerasnya. Tidak heran bila Sofjan didaulat sebagai
ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Bahkan di masa krisis ekonomi, pada tahun 1999, Sofjan ditunjuk
menjadi Ketua Dewan Pengembangan Usaha Nasional (DPUN). Di masa yang sudah tidak muda lagi, pasca
Pilpres 2014, pada usia 73 tahun, dia diminta aktif membantu pemerintah dengan menjadi Ketua Tim Ahli
Ekonomi Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Jacob Soetoyo
- Pada tahun 1978 berhasil meraih gelar S1 bidang perdagangan lulusan Concordia University,
Montreal Kanada.
- Sedangkan gelar S2 dari McGill University, Kanada dengan bidang administrasi.
- Di tahun 1980, salah satu dari 9 Naga Indonesia ini meraih jabatan sebagai Wakil Komisaris
Utama PT Alakasa Industrindo Tbk.
- Tahun 2005, beliau masuk dalam barisan dewan pengawas SCIS (Center of Strategic and
International Studies).
- Pada tahun 2010, beliau ditunjuk sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Alakasa Industrindo
Tbk.
Berdasarkan perjalanan kariernya, tidak heran jika Jacob termasuk dalam salah satu profil 9 Naga yang terkenal di dunia perekonomian Indonesia. Ini terbukti
saat berada di PT Alakasa Industrindo Tbk. Beliau berhasil menduduki jabatan sebagai Wakil Presiden Komisaris di perusahaan yang bergerak di beberapa
bidang. Diantaranya adalah kontraktor, perdagangan umum, industri manufacturing dan fabrikasi, serta perwakilan atau keagenan. Selain itu, perusahaan ini
juga bergerak di bidang pengolahan aluminium dan logam, pemukiman, dan bidang percetakan.

Menjadi salah satu anggota dari “9 Naga” juga membuat nama Jacob semakin dikenal oleh berbagai kalangan, termasuk kalangan pejabat. Bahkan, presiden
Jokowi pun mengenal sosok Jacob tidak hanya sebagai pengusaha, tetapi juga sebagai pendiri Yayasan Kebun Raya Indonesia. Tidak hanya itu, tokoh yang satu
ini juga tergabung dalam JS Brother Fund Foundation. Merupakan sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial dengan beranggotakan Jahja Soetoyo,
Meiriana Soetoyo, dan Meiriani Soetoyo.

Dan sampai dengan saat ini, pengusaha sukses ini memiliki kedudukan sebagai Presiden Direktur PT Gesit Sarana Perkasa. Ini adalah perusahaan yang bergerak
di beberapa bidang sekaligus yaitu perdagangan & jasa, manufaktur, sumber daya alam, dan properti. Selain itu, PT Gesit Sarana Perkasa yang dikelolanya juga
dikenal sebagai pengembang sekaligus menyewakan ruang kantor yang berada di Segitiga Emas, Jakarta. Jacob bahkan memiliki hotel berbintang yang diberi
label JS Luwansa Hotel yang lokasinya ada di kawasan Kuningan, Jakarta.
James Riady
- James Riady lahir pada 7 Januari 1957
- Pebisnis Indonesia yang merupakan ketua dari Lippo Group, salah satu konglomerat terbesar di
Indonesia.
- Ia adalah orang Tionghoa-Indonesia, dan merupakan anak dari Mochtar Riady, pendiri Lippo Group.
- Lippo Group baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan Khazanah dari Malaysia untuk
melepaskan saham mayoritas di Bank Lippo. Karena dia baru saja masuk kristen evangelis, James
menjalani studi dalam bidang teologi.

James Tjahaja Riady lahir pada tahun 1957 di Jakarta, dari pasangan Mochtar Riady dan Suryawati Lidya yang merupakan
keturunan Chinese-Indonesia. Saat masih anak-anak, James dikirim ayahnya untuk sekolah di Macau. Sejak kecil, ia diajarkan
untuk mandiri. Selama 4 tahun di Macau, ia kembali melanjutkan studinya ke Australia dan kuliah di University of Melbourne.
Riady kuliah di University of Melbourne in Australia. Selama delapan tahun di Australia untuk menamatkan kuliahnya di
University of Melbourne, kemudian ayahnya mengirim James ke Amerika untuk terjun ke dunia Perbankan pada tahun 1977.

Sejak memeluk agama Kristen pada tahun 1990, dia menjadi evangelis, mendirikan yayasan, sumbangan, sekolah kristen,
menyebarkan pengaruh Kristen kepada masyarakat Indonesia.
Di bawah naungan Yayasan Pendidikan Pelita Harapan, Riady membantu membangun Universitas Kristen Swasta bernama
Universitas Pelita Harapan (UPH). Universitas ini adalah salah satu kampus berbiaya mahal yang berlokasi di Karawaci-Banten.
Dia bersama dengan Johannes Oentoro membuat program beasiswa unggulan dan merekrut siswa berprestasi dari berbagai
daerah di seluruh Indonesia untuk diberikan beasiswa, di mana nantinya anak-anak penerima beasiswa akan terjun
membantu masyarakat. .
Tomy Winata

- Tomy Winata lahir 23 Juli 1958


- Sering juga dikenal dengan inisial TW
- Seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang merupakan pemilik Grup Artha Graha atau
Artha Graha Network.
- Usahanya terutama bergerak dalam bidang perbankan, properti dan infrastruktur.

TW memulai usahanya dari bawah. Ia, yang dulunya merupakan seorang yatim-piatu miskin, mulai merintis hubungan
bisnisnya dengan pihak militer di tahun 1972, pada saat ia dipercaya membangun kantor koramil di Singkawang. Sejak saat itu,
hubungan bisnisnya dengan kalangan militer, terutama dengan beberapa perwira menengah dan tinggi, terus berlangsung.

Ia sering dipercaya mengerjakan banyak proyek seperti membangun barak dan sekolah tentara serta menyalurkan barang-
barang ke markas tentara di Papua dan di tempat-tempat lain seperti Ujungpandang dan Ambon. Dalam kurun waktu sepuluh
tahun, TW berhasil mengembangkan kerajaan bisnisnya dengan membangun mega proyek Sudirman Central Business District
(SCBD) bernilai investasi sebesar US$ 3,25 miliar bersama Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat.

Bisnisnya yang kian menggurita pun dapat dilihat dari besarnya peran TW dalam pembangunan Bukit Golf Mediterania, Kelapa
Gading Square, The City Resorts, Mangga Dua Square, Pacific Place, Discovery Mall Bali, Borobudur Hotel, The Capital
Residence, Apartemen Kusuma Candra, Ancol Mansion, The Mansion at Kemang, Mall Artha Gading, dan Senayan Golf
Residence. Selain itu, sejumlah kapal pesiar yang dimilikinya dan usaha pariwisata yang dikelolanya di Pulau Perantara dan
Pulau Matahari di Kepulauan Seribu turut mengokohkan dirinya sebagai konglomerat sukses.
Lalu, lewat PT. Sumber Alam Sutera, anak perusahaan Grup Artha Graha, TW pun menggarap bisnis benih padi hibrida
dengan menggandeng perusahaan Cina, Guo Hao Seed Industry Co Ltd. Sebagai mitra dan menjalin kerja sama dengan
Badan Penelitian Padi Departemen Pertanian. Pusat Studi Padi Hibrida (Hybrid Rice Research Center) pun dibangun
dengan dana investasi sebesar US$ 5 juta.

Namun, kesuksesan TW dalam dunia bisnis tak lepas dari beragam isu dan kasus. Ia dikabarkan termasuk satu di
antara sembilan anggota mafia judi bersandi “Sembilan Naga” yang beroperasi di Indonesia, Malaysia, Singapura,
Hong Kong, dan Makao. Pada Mei 2000, ia ditengarai menjalankan bisnis judi besar-besaran di Kepulauan Seribu
sehingga Abdurrahman Wahid yang kala itu menjabat sebagai Presiden RI menyerukan agar Tommy Winata ditangkap.

Namun, saat inspeksi mendadak yang dilakukan oleh aparat dan Komisi B (Bidang Pariwisata) DPRD DKI Jakarta ke
pulau itu dilaksanakan, tidak ada satupun bukti yang menunjukkan bahwa TW menjalankan bisnis perjudian di sana.
Selain itu, berkaitan dengan Peristiwa 27 Juli 1996, ia dituding memiliki andil dalam penyerbuan kantor DPP PDI di
Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat karena pada malam sebelumnya, terjadi konsentrasi massa penentang Megawati di
seputar Sudirman Central Business District.
Edwin Soeryadjaya
- Edwin Soeryadjaya adalah seorang pengusaha asal Indonesia.
- Ia adalah anak ke dua dari penguasaha William Soeryadjaya.
- Bersama dengan Sandiaga Uno, pada tahun 1998 ia mendirikan Saratoga Capital,
perusahaan investasi terkemuka di Indonesia yang berkonsentrasi dalam bidang sumber
daya alam dan infrastuktur.
Edwin pernah mengalami masa-masa sulit ketika sang ayah menjual semua saham di Astra untuk membayar utang Bank Summa yang dilikuidasi.
Ketika itu, Edwin sempat kesulitan untuk memberi nafkah keluarganya. Secara perlahan, Edwin bangkit dari keterpurukan berkat prinsip tabur tuai.
“Anda tahu tabur tuai? Jadi kedua orangtua saya itu pemurah hati, banyak menabur di mana-mana, gereja, masjid, dan juga anak yatim piatu. Mereka
banyak membantu tanpa imbalan. Mungkin karena itu hasil dari taburan orangtua saya, saya yang menuai,” kata Edwin saat diwawancara Co-
Founder dan CEO Katadata Metta Dharmasaputra, dalam rangkaian event IDE Katadata 2022 di sesi Unlocking Opportunities in The New Future,
Selasa (5/4/2022). Edwin mengatakan, usai menjual Astra dia sempat membuka 2-3 usaha dan gagal. Hingga akhirnya dia mendapat kesempatan
untuk ikut tender Kerja Sama Operasi PT Telkom. Beruntung, ketika masih di Astra, Edwin sempat mengurusi bagian telekomunikasi. Dia pun
memberanikan diri untuk mengikuti tender tersebut. Ternyata, ada 50 perusahaan yang ikut tender dan hanya dipilih lima pemenang. “Ketika itu saya
mencari pinjaman Rp15 juta untuk mengikuti tender tersebut. Saya tahu tender ini berat bahkan Pak Teddy Rachmat sempat meminta saya untuk
mundur karena banyak saingan. Dia juga mengatakan bahwa saya bukan lagi pemilik Astra sehingga akan sulit untuk menang tender. Tapi saya
memutuskan untuk tetap mencoba,” kata Edwin. Ternyata, perusahaan miliknya menjadi satu dari lima pemenang tender KSO tersebut. Itu menjadi
awal kebangkitan bisnis Edwin Soeryadjaya. Karena, tender itu bernilai US$1 miliar dan mulai jalan pada 1997. “Saya tidak tahu kenapa ketika itu ada
40 bank yang bersedia memberikan kredit kepada saya untuk menjalani proyek itu. Lalu saya berpikir mungkin ini karena nama baik ayah saya yang
sering membantu orang lain sehingga saya yang merasakan dampaknya. Kita hanya berusaha tapi Tuhan juga yang menentukan,” ungkap Edwin.
Ketika sejumlah negara di Asia termasuk Indonesia dilanda krisis ekonomi pada 1998, Edwin justru membeli perusahaan Astra Microtronic berkongsi
dengan Sandiaga Uno lewat perusahaan Saratoga Capital. Setelah itu, Edwin membeli saham perusahaan batubara Adaro. Namun, proses membeli
Adaro bukan hal yang mudah. “Ketika itu, adik saya tidak memberikan approval untuk memakai nama perusahaan keluarga MPM yang juga berkongsi
dengan sejumlah eksekutif Astra untuk mengajukan kredit. Akhirnya saya mengajak Benny Subianto untuk membeli saham Adaro,” kata Edwin. Kini,
Edwin menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Adaro Energy Tbk. Saat ini, Edwin sudah menjajaki kerja sama dengan supplier baterai terbesar di
Tiongkok yang menyuplai Tesla. Rencananya, baterai tersebut akan dibuat di Indonesia. “Terobosan-terobosan seperti ini akan mengangkat citra
Indonesia, bukan hanya ekspor barang mentah tapi ada nilai tambah,” pungkasnya.
Chairul Tanjung

- Chairul Tanjung, M.B.A lahir pada 18 Juni 1962 adalah pengusaha asal Indonesia.
- Ia menjabat sebagai Menko Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014
hingga 20 Oktober 2014.
- Namanya dikenal luas sebagai pengusaha sukses yang memimpin CT Corp
- Saat ini, Chairul Tanjung juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan, yaitu Pariarti
Shindutama, CT Corp, dan Para Rekan Investama.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha, membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan
usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang
keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega. Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para
Group. Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan
beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi), dan Para Inti
Propertindo (properti).

Di bawah Para Group, Chairul memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial, antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi
Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance. Sementara di
bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah
Investindo, dan Mega Indah Propertindo.[10] Di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7,
Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall.[5] Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana Rp 99
miliar. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999.[3] Sementara di bidang
investasi, pada awal 2010 Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp membeli sebagian besar saham Carefour
Indonesia, yakni sejumlah 40 persen. MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ini
ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Prancis.[11]

Pada tahun 2010, majalah ternama Forbes menempatkan Chairul sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ia berada di
urutan ke-937 dengan total kekayaan mencapai USD 1 miliar.[12] Satu tahun kemudian, menurut Forbes, kekayaan
Chairul telah meningkat lebih dari dua kali lipat, yakni dengan total kekayaan USD 2,1 miliar.[13] Tahun 2014, Chairul
memiliki kekayaan sebesar USD 4 miliar dan termasuk orang terkaya nomor 375 dunia.

Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari
tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media,
ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.

Anda mungkin juga menyukai