Anda di halaman 1dari 7

1.

Kisah Sukses Tirto Utomo

Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw dikenal sebagai pendiri AQUA, salah satu produk air mineral
dalam kemasan yang terkenal sampai hari ini.Pria kelahiran 8 Maret 1930 ini sempat menjadi
wartawan di Harian Sen Po. Namun, nasib buruk menimpanya tahun 1959. Ia diberhentikan
sebagai pemimpin redaksi Harian Sen Po.Akibatnya, Sumber keuangan keluarga menjadi tidak
jelas. Namun, akibat peristiwa itulah Tirto Utomo memiliki kemauan bulat untuk menyelesaikan
kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.Setelah lulus, Tirto Utomo mengajukan surat
lamaran kerja ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang merupakan cikal bakal
Pertamina.Ia diterima dan ditempatkan di Pangkalan Brandan. Di sana, keperluan mandi masih
menggunakan air sungai. Berkat ketekunannya, Tirto Utomo akhirnya menanjak kariernya
sehingga diberi kepercayaan sebagai ujung tombak pemasaran minyak.

Namun pada usia 48 tahun, Tirto Utomo memilih pensiun dini untuk menangani beberapa
perusahaan pribadinya yakni PT AQUA, PT. Baja Putih, dan restoran Oasis. AQUA didirikan
dengan modal bersama adik iparnya Slamet Utomo sebesar Rp 150 juta. Mereka mendirikan
pabrik di Bekasi tahun 1973 dengan nama "PT. Golden Mississippi" dan merek produksi
AQUA. Karyawan mula-mula berjumlah 38 orang.

Mereka menggali sumur di pabrik pertama yang dibangun di atas tanah seluas 7.110 meter
persegi di Bekasi. Setelah bekerja keras lebih dari setahun, produk pertama AQUA diluncurkan
pada 1 Oktober 1974.Saat ini, keluarga Tirto Utomo bukan lagi pemegang saham mayoritas
karena sejak tahun 1996 perusahaan makanan asal Prancis Danone menguasai saham
mayoritas. Brand utama mereka, "AQUA" menjadi market leader di bisnis air minum dalam
kemasan.Tirto Utomo meninggal dunia pada 16 Maret 1994 dan dimakamkan di pemakaman
warga Tionghoa di dekat Hotel Kresna, Wonosobo.
2.Kisah Sukses Achmad Zaky

chmad Zaky lahir pada 24 Agustus 1986 di kota Sragen, Indonesia. Beliau adalah lulusan teknik
informatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2004.Setelah lulus dari ITB, ia
mendirikan perusahaan jasa konsultasi teknologi bernama Suitmedia..Bermodal pengalaman
membangun sistem IT banyak perusahaan besar, Zaky lantas terpikir untuk membuat sesuatu
yang lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Dari sinilah, Bukalapak.com mulai dirintis pada tahun 2010.Bersama Fajrin Rasyid dan Nugroho
Herucahyono, Achmad Zaky mendirikan sebuah e-commerce bernama Bukalapak. Ia pun
menjadi CEO dari perusahaan tersebut.Ia bermimpi untuk mengubah hidup banyak orang
dengan memajukan UMKM lewat internet. Code base Bukalapak diselesaikan dalam waktu dua
bulan.

Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mall untuk bergabung di Bukalapak. Tetapi, respon
yang diberikan oleh mereka sangat kecil.Klien pertama yang ia dapat justru dari pedagang kecil.
Ketika ditanya mengapa mereka mau bergabung, alasannya adalah karena barang mereka di
toko tidak laku. Karena itu, mereka meminta bantuan Zaky untuk menjualnya di
Bukalapak.Sejak itu, ia pun memfokuskan diri mengajak para pelaku UMKM yang belum begitu
berkembang.

Pada tahun 2011, sudah ada sekitar 10.000 pedagang yang bergabung di
Bukalapak. Pertumbuhan Bukalapak yang sangat pesat menarik minat banyak investor untuk
menanamkan modal di Bukalapak. Beberapa di antaranya adalah 500 Startups, Batavia
Incubator, IMJ Investment, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group).Atas
dedikasinya, Achmad Zaky menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya pada 21 Juli
2016 yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Jambi.

Achmad Zaky dianggap telah berperan secara aktif memajukan perekonomian pelaku UKM
melalui online marketplace dengan memanfaatkan teknologi internet.Pada akhir tahun
2019 mengumumkan bahwa dirinya telah mundur dari BukalapaK.
3.Gibran Rakabuming

Siapa yang tidak kenal Gibran Rakabuming, putra sulung Presiden Joko Widodo ini sukses
dengan kedua bisnisnya yaitu Chilli Pari dan Markobar. Setelah lulus dari University of
Technology Sydney, Australia pada tahun 2010, Gibran kembali ke Solo dan memulai usaha
kulinernya. Saat itu, Gibran mulai merintis catering Chilli Pari kemudian merambah ke
kuliner martabak yang dinamai Markobar di tahun 2015.

Meski menjadi putra dari orang tertinggi di Indonesia, Gibran tetap rendah hati merintis
sebah usaha kuliner? Mirip dengan Bapaknya yang juga entrepreneur, Gibran pun dikenal
sebagai orang dengan jiwa entrepreneur yang ulet dan tegas.

Berbeda dengan keinginan orang tuanya yang meminta Gibran untuk berbisnis di bidang
properti, dia memutuskan untuk memulai usaha kuliner dengan melihat potensi besar
terhadap bisnis ini di Solo.

Meski menjadi putra dari sosok pemimpin Indonesia, Gibran tidak mengandalkan
orangtuanya dalam urusan modal, ia meminjam sejumlah uang dari bank untuk memulai
usahanya ini.

Menjalankan bisnsinya pun tidak sendiri, kini Gibran telah mempercayakan urusan dapur
kepada mitranya, dan dia menjalankan segi pemasarannya dan membawanya ke kota-kota
besar di Indonesia.Bukan hanya sukses menjalani bisnis kuliner di Indonesia, kini Gibran juga
menjabat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo. Ia
beranggapan bahwa usaha martabaknya memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.

Hal ini karena Gibran melihat hasil dari penjualan martabaknya yaitu 150-200 loyang dalam
sehari dan dibandrol harga mulai dari Rp45.000 untuk 1 topping dan mencapai Rp90.000
untuk 8 topping per loyang. Harga ini cukup terjangkau untuk menjangkau pasar yang lebih
luas.

Perannya sebagai pengusaha sekaligus anak dari Presidern RI membuat usahanya dicemooh,
bahkan seorang netizen mencemoohnya dengan komentar pada akun Twitter-nya yang
mengatakan bahwa usaha jual beli martabaknya adalah usaha yang kampungan.“Nurun ke
anaknya pinjam dana bank Rp1 miliar cuma buat jualan martabak, kampungan,”Tidak ambil
pusing komentar tersebut, Gibran mengacuhkan cemoohan tersebut. Justru adik
kandungnya, Kaesang Pangarep yang menanggapi sindiran tersebut dengan santa.

4.John Paul DeJoria, Pendiri Paul Mitchell


John Paul Dejoria lahir pada tahun 1944 di Los Angeles, California. Ia merupakan tokoh yang
sukses mendirikan brand perawatan rambut ternama, yaitu Paul Mitchell.Terlahir dari
keluarga yang tergolong kurang mampu, Dejoria harus merasakan kerasnya kehidupan sejak
kecil sebelum meraih kesuksesan seperti saat ini.

Pada usia 9 tahun, Dejoria mulai menjual kartu Natal dan koran di jalanan serta harus
menjalani kehidupan di panti asuhan.

Saat remaja, Dejoria pernah menjadi anggota geng jalanan dan berhasil lulus dari sekolah
menengah ketika dia berusia 18 tahun. Pada usia 22 tahun, Dejoria kembali harus
merasakan pahitnya kehidupan saat istrinya berselingkuh dan meninggalkan dirinya
bersama seorang putra.

Tidak sampai di situ, istrinya mengambil semua harta sehingga Dejoria harus menjadi
tunawisma.

Satu-satunya harta yang Dejoria miliki pada saat itu hanyalah sebuah mobil tua.Dejoria
kemudian menghabiskan dua tahun di Angkatan Laut AS dan setelahnya ia melakukan
banyak pekerjaan serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Namun, hidupnya berubah ketika ia bekerja di laboratorium perusahaan perawatan rambut.


Meskipun ia dipecat dari perusahaan itu, tetapi Dejoria telah mendapatkan banyak
pengalaman serta ilmu di bidang yang sama.

Dengan tekad kuatnya, Dejoria kemudian mengambil pinjaman untuk mendirikan usaha
sendiri yang ia beri nama John Paul Mitchell Systems. Bahkan saat itu Dejoria dan putranya
masih harus tinggal di dalam mobil tua karena belum memiliki rumah sendiri.

Tidak membutuhkan waktu lama, John Paul Mitchell mulai meraih kesuksesan dan
mengubah hidup Dejoria secara keseluruhan

Saat ini kekayaan bersih John paul Dejoria diperkirakan sebesar 2,6 miliar dolar. Selain
sukses menjadi pengusaha, Dejoria juga aktif di industri film sebagai produser eksekutif dan
sebagai aktor serta telah berinvestasi di banyak bisnis di seluruh dunia.

5. Pengusaha Sukses dari Tirai


Bambu – Jack Ma
Jack Ma adalah kisah nyata dari pengusaha sukses kecil yang susah menjadi sosok yang kaya
dan berpengaruh.Jack Ma tumbuh miskin di Tiongkok, pernah gagal dalam ujian masuk
universitas dua kali, dan ditolak dari puluhan pekerjaan, termasuk di KFC, sebelum akhirnya
menemukan kesuksesan dengan perusahaan internet ketiganya, Alibaba.Jack Ma – atau
nama kelahiranya Ma Yun, lahir pada 15 Oktober 1964, di Hangzhou, terletak di bagian
tenggara Cina.Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan. Dia dan
saudara-saudaranya tumbuh pada saat Tiongkok sedang terisolasi dari Barat, dan
keluarganya tidak punya banyak uang ketika mereka masih muda.Tanpa uang atau koneksi,
satu-satunya cara Ma bisa maju adalah melalui pendidikan. Setelah sekolah menengah, dia
melamar ke perguruan tinggi – tetapi gagal ujian masuk dua kali.Setelah banyak belajar, dia
akhirnya lulus pada percobaan ketiga, pergi ke Institut Guru Hangzhou. Dia lulus pada 1988
dan mulai melamar pekerjaan sebanyak yang dia bisa.

Dia menerima lebih dari selusin penolakan – termasuk dari KFC – sebelum akhirnya
mendapat pekerjaan sebagai guru bahasa Inggris. Ma bersikap alami dengan murid-
muridnya dan menyukai pekerjaannya – meskipun dia hanya menghasilkan $12 sebulan di
universitas setempat.Pada Forum Ekonomi Dunia 2016, Jack Ma mengungkapkan bahwa dia
bahkan telah ditolak dari Harvard – 10 kali!Ma tidak memiliki pengalaman dengan komputer
atau pengkodean, tetapi dia terpikat oleh internet ketika menggunakannya untuk pertama
kalinya selama perjalanan ke AS pada tahun 1995. Dia akhirnya memulai bisnis
penerjemahan dan melakukan perjalanan untuk membantu pemulihan pembayaran untuk
sebuah perusahaan Tiongkok. Pencarian online pertama Ma adalah “bir”, tetapi dia terkejut
karena tidak ada bir China yang muncul di hasil. Saat itulah dia memutuskan untuk
mendirikan perusahaan internet untuk China.Meskipun dua usaha pertamanya gagal, empat
tahun kemudian ia mengumpulkan 17 temannya di apartemennya dan meyakinkan mereka
untuk berinvestasi dalam visinya untuk pasar online yang dia sebut “Alibaba.”

Situs tersebut memungkinkan eksportir untuk memposting daftar produk yang dapat dibeli
pelanggan secara langsung.Segera, layanan tersebut mulai menarik anggota dari seluruh
dunia. Pada Oktober 1999, perusahaan telah mengumpulkan $ 5 juta dari Goldman Sachs
dan $ 20 juta dari SoftBank, sebuah perusahaan telekomunikasi Jepang yang juga
berinvestasi di perusahaan teknologi. Tim tetap erat dan suka berkelahi. “Kami akan berhasil
karena kami masih muda dan kami pantang menyerah,” kata Ma saat perkumpulan antar
pekerja.

Dia selalu mempertahankan suasana menyenangkan di Alibaba. Ketika perusahaan pertama


kalinya memperoleh keuntungan, Ma memberi setiap karyawan sekaleng Silly String untuk
digunakan.

Pada awal 2000-an, ketika perusahaan memutuskan untuk memulai Taobao, untuk bersaing
dengan eBay, dia meminta timnya melakukan handstand selama istirahat untuk menjaga
tingkat energi mereka tetap tinggi.

Pada tahun 2005, Yahoo menginvestasikan $ 1 miliar di Alibaba dengan imbalan sekitar 40%
saham perusahaan. Ini sangat besar bagi Alibaba – pada saat berusaha mengalahkan eBay di
Cina – dan pada akhirnya akan menjadi kemenangan besar bagi Yahoo juga, dengan
menghasilkan $ 10 miliar dalam IPO Alibaba saja.

Ma mengatakan kepada Bloomberg bahwa dia tahu Alibaba telah sukses ketika pelanggan
lain menawarkan untuk membayar tagihan restorannya. “Saya pelanggan Anda di grup
Alibaba, saya menghasilkan banyak uang dan saya tahu Anda tidak menghasilkan uang,”
kata pelanggan itu. “Aku akan membayar tagihannya untukmu.”

Ma mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO pada tahun 2013, tetap menjabat
sebagai ketua eksekutif. Alibaba go public 19 September 2014. “Hari ini yang kami dapatkan
bukanlah uang. Yang kami dapatkan adalah kepercayaan dari orang-orang,” kata Ma kepada
CNBC.

IPO perusahaan senilai $ 150 miliar adalah penawaran terbesar untuk perusahaan yang
terdaftar di AS dalam sejarah Bursa Efek New York. Itu juga menjadikan Ma orang terkaya di
China, dengan perkiraan kekayaan $ 25 miliar.

IPO mungkin telah membuat Ma menjadi orang yang sangat kaya, tetapi dia hanya
melakukan sedikit pembelian yang mencolok, dan dia masih memiliki beberapa hobi yang
cukup sederhana.

“Saya tidak berpikir dia telah banyak berubah, dia masih style lama,” Xiao-Ping Chen,
seorang teman Ma, mengatakan kepada USA Today. Dia suka membaca dan menulis fiksi
kung fu, bermain poker, bermeditasi, dan berlatih tai chi.

Walaupun sudah menjadi pengusaha sukses yang sangat kaya-raya, dia tidak sombong dan
sangat filantropis.

Anda mungkin juga menyukai