Anda di halaman 1dari 24

1.

Robert Budi Hartono

Sosok yang satu ini ternyata merupakan orang terkaya nomor 1 di Indonesia. Bahkan
namanya juga tercantum di majalah Forbes dengan predikat orang terkaya nomor 131 di
dunia. Nama Robert Budi Hartono berhasil bertahan di daftar nama orang terkaya di
Indonesia selama beberapa tahun. Pria yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong ini adalah
anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum, yaitu Oei Wie Gwan. Total kekayaannya pada
tahun 2016 ini sebesar US$ 8,1 miliar (sekitar Rp105,3 triliun). Kekayaannya berasal dari
bisnis utamanya, yakni rokok. Selain itu, ia juga memiliki sebagian besar saham Bank BCA.

Profil :

28 April 1940 (umur 76)


Lahir
Semarang, Jawa Tengah
Nama lain Oei Hwie Tjhong
Suku Tionghoa-Indonesia
Kewarganegaraan Indonesia
Pekerjaan Pengusaha
Pasangan Widowati Hartono
Victor Hartono
Anak Martin Hartono
Armand Hartono

Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central
Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA.
Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di
Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand
Indonesia dan perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak
di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini
kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video
dan audio, dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital
Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang
paling populer.

Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963, Djarum


kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Robert dan kakaknya yaitu
Michael Budi Hartono menerima warisan ini setelah ayahnya meninggal. Pada saat itu pabrik
perusahaan Djarum baru saja terbakar dan mengalami kondisi yang tidak stabil. Namun
kemudian di tangan dua bersaudara Hartono, Perusahaan Djarum bisa bertumbuh menjadi
perusahaan raksasa. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar
negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang
diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun
1981. Saat ini, Di Amerika Serikat pun perusahaan rokok ini memilki pangsa pasar yang
besar. Dan di negeri asalnya sendiri, Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 milyar batang
pertahun atau 20% dari total produksi nasional. Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan
rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di
berbagai sektor.
2. Michael Bambang Hartono

Tidak hanya Robert Budi Hartono saja yang sukses berbisnis rokok, namun Michael
Hartono pun demikian. Ia merupakan salah satu pemilik perusahaan rokok Djarum. Michael
merupakan kakak dari Robert Budi Hartono. Keduanya mewarisi Djarum setelah ayah
mereka, Oei Gwan, meninggal pada tahun 1963. Pabrik rokok mereka sempat terbakar habis.
Namun Michael dan Robert berhasil membangkitkan kejayaan Djarum kembali, bahkan
sampai luar negeri. Hingga saat ini, Djarum mendominasi pasar rokok kretek di Amerika
Serikat. Bahkan melebihi Gudang Garam dan Sampoerna. Tahun 2016 ini, kekayaan Michael
mencapai USD 7,9miliar(sekitar Rp102,7 triliun).

Profil :

: 2 Oktober 1939 (umur 76)


Lahir
: Semarang, Jawa Tengah
Nama lain : Oei Hwie Siang
Suku : Tionghoa-Indonesia
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Orang tua : Oei Wie Gwan (ayah)
Kerabat : Robert Budi Hartono (adik)

Sejarah Djarum berawal saat Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek
bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 dan mengubah namanya menjadi Djarum. Oei
mulai memasarkan kretek dengan merek Djarum yang ternyata sukses di pasaran. Setelah
kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963 (Oei meninggal tak lama
kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun
1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum
memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti
merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Menyadari bahwa bisnis kretek tak cukup menopang kelanggengan bisnisnya, Djarum
pun melebarkan sayap dalam sektor properti dan perbankan. Di sektor properti, melalui anak
perusahaannya, PT Cipta Karya Bumi Indah (CKBI), Djarum membangun pusat grosir
Wholesale Trade Centre (WTC) Mangga Dua Jakarta. Lalu mereka berekspansi di sektor
perhotelan dengan melakukan peremajaan Hotel Indonesia dan Hotel Inna Wisata yang
dilebur menjadi satu serta dilengkapi sebuah supermal yang bernama Grand Indonesia. Untuk
proyek properti terbesar di Indonesia ini, Djarum harus menggelontorkan investasi hingga
mencapai US$230 juta.

3. Chairul Tanjung
Chairul Tanjung merupakan pengusaha sekaligus mantan Menko Perekonomian. Ia
sempat menjadi Menko Perekonomian pada 19 Mei 2014 hingga 27 Oktober 2014 karena
menggantikan Hatta Rajasa. Nama Chairul terkenal sebagai pengusaha sukses yang
memimpin CT Corp. Hingga saat ini, perusahaannya telah membawahi beberapa anak
perusahaan seperti Bank Mega, Trans Corp, dan CT Global Resources. Ia memulai bisnisnya
sejak di bangku kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Total kekayaannya
mencapai USD 4,9 miliar (sekitar Rp63,7 triliun).

Nama : Chairul Tanjung


Tempat tanggal lahir : Jakarta,16 Juni 1962
Nama ayah :G Tanjung
Nama ibu : Halimah

Awalnya keluarga Chairul Tanjung adalah keluarga yang berlebih, ayahnya adalah
seorang wartawan di jaman Presiden Soekarno dan juga menerbitkan majalah lokal yang
oplahnya lumayan. Namun kemudia saat era Soeharto, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung
dicurigai sebagai antek orde lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup. Dari sinilah
perekonomian keluarganya menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Rumah yang
cukup luas yang didiami keluarganya terpaksa harus dijual untuk membayar hutang dan
memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya Chairul Tanjung bersama saudara dan orang tuanya
harus pindah ke kamar losmen yang sangat sempit.
Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-anaknya
mengenyamm pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu saat Chairul lulus dari SMA
Boedi Oetomo pada tahun 1981, ia kemudian melanjutkan studinya di Kedokteran gigi
Universitas Indonesia. Chairul termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat
penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.
Setelah lulus, beliau sempat mencoba membuka usaha, yaitu toko perlatan medis dan
laboratorium. Tapi sayang, bisnisnya ini mengalami kebangkrutan. Selain itu, beliau juga
membuka usaha di bidang kontrkator dan telah mengerjakan berbagai proyek industri
terutama barang yang berbahan dasar rotan. Kemudian beliau membangun sebuah
perusahaan, yaitu perusahaan PT. Pariarti Shindutama bersama beberapa orang temannya
pada tahun 1987 dengan modal awal Rp.150 juta yang beliau peroleh dari Bank Exim. Pada
awalnya, bisnis ini terbilang lancar. Bahkan mampu menangani beberapa jenis ekspor,
termasuk sepatu. Saat itu, bisnis mereka mengalami kemajuan. Tapi beliau memiliki jalan
pikiran yang berbeda dengan rekan bisnisnya. Sehingga beliau keluar dan mendirikan
usahanya sendiri.

Setelah keluar dari PT. Pariarti Shindutama tadi, beliau membidik tiga bisnis inti, yaitu
keuangan, properti, dan multi media. Lalu berdirilah Para Group. Perusahaan konglomerasi
ini memiliki Para Inti Holindo sebagai Father Holding Company yag membawahi beberapa
sub holding, yakni Para Inti Propertindo (properti), Para Global Investindo (bisnis keuangan),
dan bidang media dan investasi. Dalam bidang properti, Para group memiliki Bandung Super
Mall yang menghabiskan dana hingga 99 milyar. Dalam bidang investasi, Para Group,
melalui perusahaannya, Trans Corp, membeli 40% saham Carrefour, MoU pembelian saham
ini ditandatangani di Perancis, pada tanggal 12 Maret 2010. Chairul Tanjung kemudian
mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak dibidang media yaitu mendirikan Trans TV. Chairul
Tanjung sangat pandai dalam membangun jaringan. Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya
berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para Group sendiri
kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan, properti, multimedia.
Di bidang keuangan berkembang menjadi perusahaan seperti :
Bank Mega Tbk
Asuransi Umum Mega
Asuransi Jiwa Mega Life
Para Multifinance
Mega Capital Indonesia
Bank Mega Syariah
Mega Finance
Dibidang Investasi, Para Group juga mengakuisi si Carefour Indonesia dimana awalnya
hanya memegang 40% saham namun kini Para Group memegang 100% saham Carefour.
Kemudian Para Group juga membeli saham Garuda Indonesia tapi entah berapa persen.
Di bidang properti, Para Group memiliki perusahaan seperti :
Para Bandung Propertindo
Para Bali Propertindo
Batam Indah Investindo
Mega Indah Propertindo
Bandung Supermall
Di bidang multimedia, Para Group membawahi anak perusahaan seperti :
Trans TV
Trans 7
Maha Gaya Perdana
Trans Fashion
Trans Life Style
Trans Studio
Diberitakan juga baru-baru ini Para Group juga membeli TV One dan AntV

4. Sri Prakash Lohia


Peringkat keempat diduduki oleh Sri Prakash Lohia yang merupakan pendiri sekaligus
ketua dari Indorama Corporation. Indorama Corporation merupakan perusahaan petrokimia
dan tekstil di tanah air. Pria yang lahir dan besar di India ini memiliki kekayaan sebesar USD
4,2 miliar (sekitar 54,6 triliun). Ia telah menetap di Indonesia sejak tahun 1974 untuk
menjalankan kehidupan profesionalitasnya dengan berbisnis.

11 Agustus 1952 (umur 61)


Lahir
Kolkata, India
Tempat tinggal London, Britania Raya
Kewarganegaraan Indonesia
Pendidikan Bachelor of Commerce
Almamater University of Delhi, 1971
Pekerjaan Pengusaha
Organisasi Indorama Corporation
Dikenal karena Pendiri dan ketua Indorama Corporation
Kekayaan bersih $3 miliar (2013)
Pasangan Seema Lohia
Anak 2

Indorama merupakan cikal bakal semuanya, didirikan oleh sang ayah. Prakash tengah
mencoba berbisnis bahan baku dimana instingnya benar betul. Ia mendirikan perusahaan
polyester terbesar di dunia, menjadikan Indonesia sebagai basisnya. Bermula pabrik benang
di 1976, perusahaan Indorama mencari bisnis lain sebagai bentuk ekspansi. Perusahaan mulai
membuat polyester fiber, polyester bottle- grade (PET), hingga damar di 1995. Perusahaan
yang induknya kini berada di Singapura, Indorama Corporation, menghasilkan berbagai
produk. Indorama menghasilkan polypropylene, polyethylene, PET resin, poliested sampai
sarung tangan medis. Saat ini pabrik dari perusahaan Indorama dapat dengan mudah ditemui
di berbagai kota terutama di Jakarta. Bekerja sebagai induk, Indorama membawahi
perusahaan lain dalam naungan satu group. Perusahaan PT. Indorama Synthetic, perusahaan
pengolah petrokimia.

Lalu Indorama IPLIK, Indorama Shebin, dan ISIN Lanka, ketiganya menghasilkan benang
pital. Perusahaan pembuat sarung tangan medis dibawahi oleh Medisa Technologies. Sejak
1995, Prakash melalui Indorama juga mulai melirik pasar real estate dibawah naungan
Indorama Real Estate. Perusahaan real estate ini cukup berhasil mendapatkan beberapa
penghargaan.Tahun 2006 -an, Prakash berintegrasi dengan olefin plan di Afrika, mendirikan
pabrik petrokimia terbasar di Afrika Barat dan terbesar kedua di Afrika.

Tahun 2009, Lohia bersaudara berhasil mengembangkan Indorama Synthetics menjadi


perusahaan synthetic terbesar di dunia. Indorama Ventures dibentuk dengan penggabungan
aset mereka. Di tahun yang sama, Indorama Ventures memutuskan melakukan go public
melalui Bangkok Stock Exchange. Pada 2008, Indorama Corp membangun investasi ke
negara lain, melalui Indorama Venture PCL, menjadi perusahaan polyester terbesar di dunia.

5. Bachtiar Karim
Bachtiar Karim dikenal sebagai pimpinan dari Musim Mas Group yang bergerak di
lini bisnis utama minyak sawit atau CPO. Perusahaan ini mempunyai kapal tanker dan
terminals sendiri. Bahkan perusahaan milik Bachtiar ini digadang-gadang sebagai perusahaan
pengolahan sawit terbesar di dunia. Awalnya perusahaan ini bernama Nam Cheong Soap
Factory, namun Bachtiar merubahnya menjadi PT Musim Mas. Ia memulai bisnisnya dari
dasar, walaupun bisnis ini memang telah diturunkan dari keluarganya. Kekayaan Bachtiar
Karim pada tahun 2016 ini mencapai USD 3,2 miliar (sekitar Rp41,6 triliun).

Musim Mas sendiri sebenarnya sudah dirintis oleh kakeknya sejak 1932 di Medan.
Awalnya perusahaan tersebut memproduksi sabun dengan nama pabrik Nam Cheong. Ketika
kakeknya meninggal, ayah Bachtiar, Anwar Karim, belum bisa meneruskan usaha itu karena
baru berusia 12 tahun. Namun ketika usianya menapaki 20 tahun, ia mulai dipercaya
membesarkan pabrik sabun itu dan berkembang dengan mendirikan pabrik refinasi. Tahun
1972, Anwar Karim mulai menggunakan nama Musim Mas, setelah sebelumnya sempat
menggunakan nama PT Lambang Utama. Nama Musim Mas sendiri merupakan terjemahan
dari nama ibunda Anwar (bahasa Cina) yang kalau diindonesiakan menjadi Musim Semi
Mas. Tahun 1988, Musim Mas pun mengembangkan usahanya ke perkebunan yang
merupakan sektor upstream bisnis refinasi. Keputusan menggarap sektor hulu karena sempat
mengalami kesulitan mendapatkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Musim Mas
masuk ke kebun kelapa sawit demi mendukung industri hilir yang sudah lebih dulu digarap.
Selain Kelapa sawit, grup ini juga memiliki Hotel Mikie Holiday di Brastagi, Sumut, yang
dibangun tahun 2000. Selain itu juga ada PT Megasurya Mas yang memproduksi berbagai
produk sabun, seperti Harmony, Medicare, Lervia, Lark dan Champion.

Pada awal 2015, perusahaan sepakat bergabung dalam perjanjian bernama Indonesia
Palm Oil Pledge (IPOP). Adapun kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian IPOP dengan
misi menciptakan sebuah iklim kondusif untuk mempromosikan produksi kelapa sawit
Indonesia secara berkelanjutan dengan menerapkan praktik bertanggung jawab menghentikan
deforestasi. Selain IPOP, perusahaan juga menandatangani perjanjian dengan perkebunan
kelapa sawit Malaysia, Genting Plantation membangun USD82 juta kilang minyak sawit di
Sabah. Setelah berganti nama menjadi Musim Mas Group pada 1972, perusahaan menjadi
salah satu produsen minyak sawit terbesar di Indonesia. Bahkan, Bachtiar sempat digadang-
gadangkan sebagai salah satu pengusaha sawit kelas dunia. Pasalnya, berkat keuletan, dia
berhasil meraup total kekayaan bersih 2015 mencapai USD3,3 miliar atau setara Rp44,037
triliun.

6. Mochtar Riady
Posisi keenam ditempati oleh Mochtar Riady yang merupakan pengusaha Indonesia
terkemuka. Ia adalah seorang pendiri sekaligus presiden komisaris dari Lippo Grup. Hingga
saat ini, Mochtar Riady banyak dikenal masyarakat sebagai seorang praktisi perbankan yang
handal. Dengan kekayaan sebesar USD 2,1 miliar (sekitar Rp27,3 triliun), namanya
melambung menjadi salah satu konglomerat keturunan Tionghoa-Indonesia hingga ke
mancanegara.

Lahir : 12 Mei 1929 (87 tahun), Malang, Indonesia


Kekayaan bersih : 2,2 miliar USD (2016) Forbes
Anak : James Riady, Rosy Riady, Stephen Riady
Organisasi Yang Didirikan: Lippo Group, Rumah Sakit Siloam, HongKong Chinese Ltd.
Cucu : John Riady, Henry Riady, Caroline Riady, Stephanie Riady
Buku : Mencari peluang di tengah krisis, The Autobiography of Mochtar
Riady
Pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking,
Cina, di sana ia kemudian mengambil kuliah filosofi di University of Nanking. Namun
karena ada perang, Riady pergi ke Hongkong hingga tahun1950 dan kemudian kembali ke
Indonesia. Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak
mendukung karena profesi bankir menurut ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan
kondisi keluarga mereka saat itu sangat miskin.

Pada tahun 1951 ia menikahi seorang wanita asal jember, oleh mertuanya, Riady
diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Riady
telah dapat memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-
citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk memutuskan pergi ke
Jakarta pada tahun 1954, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorang kenalan pun di dan
ditentang oleh keluarganya. Riady berprinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot
atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di
sebuah lahan yang luas.

Untuk mencari relasi, Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama enam
bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun bekerjasama
dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai saat itu,Riady masih sangat ingin
menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan
keinginannya itu. Suatu saat temannya mengabari dia jika ada sebuah bank yang lagi terkena
masalah dan menawarinya untuk memperbaikinya, Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan
tersebut walau saat itu dia tidak punya pengalaman sekalipun. Riady berhasil meyakinkan
Andi Gappa, pemilik bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk
menjadi direktur di bank tersebut.

Di hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing melihat balance sheet, dia tidak
bisa bagaimana cara membaca dan memahaminya, namun Riady pura-pura mengerti di depan
pegawai akunting. Sepanjang malam dia mencoba belajar dan memahami balance sheet
tersebut,namun sia sia, lalu dia meminta tolong temannya yang bekerja di Standar Chartered
Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti. Akhirnya dia berterus terang
terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup terkejut
mendengarnya. Permintaan Riady pun untuk mulai bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari
bagian kliring, cash, dan checking account. Selama sebulan penuh Riady belajar dan akhirnya
ia pun mengerti tentang proses pembukuan, dan setelah membayar seorang guru privat ia
akhirnya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah dia menjual kepercayaan, hanya
dalam setahun bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah
cukup besar, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank Buana, kemudian di tahun 1971, dia
pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri
Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.

Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam mengembangkan sebuah bank, dia
memiliki filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi
memiliki karakter yang baik, Lian adalah kejujuran, sedangkan Dje adalah memiliki rasa
malu. Visi dan pandangan Riady yang jauh ke depan seringkali membuat orang kagum, dia
dapat dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya. Salah satu
contohnya ketika dia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966.Saat itu Indonesia
sedang mengalami masa krisis karena Indonesia berada pada masa perubahan ekonomi secara
makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di Universitas Indonesia, di situ dia
dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi seperti Emil Salim, Ali Wardhana, dkk.

Riady segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana. Pertama, dia
menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank
beramai-ramai menenaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut maka
para nasabah yang memiliki kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya.
Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat khususnya dalam hal
jaminan, namun karena bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang
lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk memberikan jaminan. Dengan cara
itu Bank Buana menjadi sehat padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang bangkrut.

Dengan otomatis orang mengenal siapa Mochtar Riady. Mochtar Riady yang lahir di
Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 sebagai pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang memiliki
lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu
orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia
Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai. Sejarah Grup Lippo
bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian
saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset
bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar
sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang
didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan
meninggalkan Bank Panin.

Di BCA Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang
kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8 miliar.
Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas
Rp 5 triliun. Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia
bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi
Rp 257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki
sebagai The Magic Man of Bank Marketing.
Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan
semenjak saat itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. CIMB Niaga nama baru
bank hasil merger Lippo dan Niaga. Setelah menunggu selama enam bulan, Bank Lippo dan
Niaga akhirnya merger pada 3 Juni 2008 dengan nama baru PT CIMB Niaga Tbk dan
selanjutnya seluruh aset dan kewajiban Bank Lippo akan di alihkan ke CIMB Niaga. Merger
Niaga dan Lippo merupakan dampak dari diterapkannya aturan kepemilikan tunggal (single
presence policy/spp) yang ditetapkan Bank Indonesia.

7. Tahirs

Dato Sri Tahir, atau yang terlahir dengan nama Ang Tjoen Ming, merupakan seorang
pengusaha di Indonesia. Selain sebagai pengusaha, ia juga seorang investor, filantropis,
sekaligus pendiri dari Mayapada Group. Perusahaan ini merupakan holding company yang
telah mempunyai beberapa unit usaha di Indonesia, meliputi perbankan, TV berbayar, media
cetak, rumah sakit, properti, hingga rantai toko bebas pajak atau duty free shopping (DFS).
Kekayaan Tahir hingga tahun 2016 ini mencapai USD 2 miliar (sekitar Rp26 triliun).

Dr. Tahir Kecil lahir di Surabaya pada tahun 1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata
warganya tergolong tidak mampu. Dia dibesarkan oleh seorang Ayah yang menghidupi
keluarga dengan membuat becak, sementara ibunya turut membantu keluarga dengan
mengecat becak yang dibuat ayahnya itu. Tahun 1971, dia menamatkan pendidikan menengah
atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya. Ketika lulus SMA Dr. Tahir pernah
bercita-cita ingin menjadi seorang dokter namun tidak kesampaian. Cita-cita tersebut kandas
karena pada suatu ketika, saat itu ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi
membiayai keluarga. Rencana Tuhan mengubah jalan hidup yang telah dia rancang. Karena
sakit yang diderita oleh ayahnya tersebut Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan
bisnis ayahnya di Surabaya.

Namun nasibnya cukup beruntung kemudian. Di umur 20 tahun, ia mendapat


beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Di negeri Singa
itu, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di
Surabaya. Dia membeli pakaian wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura,
menjualnya kembali ke Indonesia. Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi
produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Awal dari bisnis garmen yang kemudian
serius dia geluti pula. Di umur 35 tahun, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan
pendidikan keuangan di Golden Gates University.

Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi


seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang
cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses. Dari garmen lambat laun Dr Tahir muda
mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia masuki bidang keuangan. Diawali dari
Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil,
garmen, perbankan, sampai di bidang kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi
salah satu bisnis andalannya. Ketika itu, bisnis garmen Mayapada tidak lagi tumbuh, justru
bisnis banknya maju pesat.

Saat krisis ekonomi 1998 menghantam negeri, banyak bank pemerintah maupun swasta yang
ambruk. Namun di tengah situasi berbahaya seperti itu, Bank Mayapada tetap bertahan,
malah masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Aktivitas perbankan Bank Mayapada tidak
lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank di Indonesia
pada waktu itu. Bank Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil.

Bank Mayapada terus agresif ketika melihat dirinya sukses menghadapi krisis
moneter. Dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki
lebih dari 100 cabang di penjuru Indonesia. Di 2007, bank ini mendapatkan predikat bank
umum terbaik nomor 2 selain bank milik negara. Penghargaan dikeluarkan oleh majalah
InfoBank, majalah tentang bank paling berpengaruh. Selain perbankan, Mayapada Group
masih melanjutkan ekspansinya.

8. Murdaya Poo

Murdaya Poo menempati posisi ke-8 sebagai orang terkaya di Indonesia tahun 2016,
dengan total kekayaan sebesar USD 1,9 miliar (sekitar Rp24,7 triliun). Sumber kekayaan
Murdaya berasal dari sektor energi, industri, dan lainnya. Keunikannya dibanding dengan
pengusaha lain di Indonesia ialah memiliki pasangan yang juga pengusaha sukses, yaitu Sri
Hartati Tjakra Murdaya. Keduanya saling bahu-membahu dalam mencapai kesuksesan
bersama. Selain sebagai pengusaha, Murdaya Poo juga seorang anggota DPR.

Nama Lengkap : Murdaya Poo

Alias : Murdaya Widyawimarta Poo

Profesi : Politisi

Tempat tanggal Lahir : Wlingi, Blitar, Jawa Timur pada 12 Januari 1941

Warga Negara : Indonesia

Istri : Hartati Murdaya

Anak : Prajna Murdaya, Metta Murdaya, Uppekha Murdaya, Karuna Murdaya.

Dalam kehidupannya sehari-hari atau di dunia riil ia kelihatan sangat sederhana dan bahkan
sama sekali tidak modis. Dengan tipikal karakter pekerja keras yang dimilikinya serta
segudang aktivitas, maka hampir semua masalah yang ia lakukan dapat terselesaikan dengan
baik. Karena Murdaya Poo adalah tipe pengusaha yang hands-on. Maka tak aneh bila ia
kedapatan gemar bekerja lewat tengah malam, dan bahkan pulang lewat matahari terbit.
Dengan sifatnya yang pekerja keras serta memiliki motivasi yang tinggi, meski hanya
masalah kecil, ia mau terjun ke bawahannya supaya semuanya tetap di bawah kendalinya.
Uniknya, dia beranggapan bahwa perusahaan serta anaknya adalah titipan Tuhan, maka harus
dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Hampir seluruh hidupnya tidak pernah jauh dari
urusan bisnis bahkan istrinya sendiri adalah seorang pebisnis. Sehingga tidak asing bahwa
keduanya pertama kali bertemu pada pertemuan bisnis. Dan di samping itu mentor utamanya
adalah ayahnya sendiri. Walaupun banyak perbedaan atau masukan tetapi keduanya bisa
memahami dan bisa mencari solusi yang tepat untuk setiap masalah yang ada. Dengan sifat
yang agak berlainan, tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama, hal itulah yang pada
gilirannya berfungsi memacu semangat seorang Murdaya Poo.Dengan karakter pekerja keras
dan semangat luar biasa yang dimiliki, mereka berdua menjadikan perusahannya maju
dengan pesat dan sekarang mereka mempunyai banyak perusahaan baik di Indonesia
maupuan di luar negeri. Walaupun sekarang usianya sudah tidak muda lagi, tetapi semangat
dan kerja kerasnya tidak usah diragukan lagi.

9. Peter Sondakh

Nama : Peter Sondakh

Tempat tanggal lahir : tahun 1953

Ayahnya memulai bisnisnya sejak 1954, memproduksi minyak kelapa serta


mengekspor kayu. Tahun 1954, ayahnya merupakan inspirasi bisnisnya, meninggal dan
akhirnya mewariskan bisnis kecilnya.Peter Sondakh melanjutkan bisnis ayahnya yang fokus
memproduksi minyak kelapa dan mengekspor kayu. Pada usia 20 tahun, ayah Peter
meninggal. Sehingga ia harus mengambil alih bisnis mencari nafkah untuk keluarga, terlebih
lagi ia harus membiayai ibu serta empat orang. Saat berusia 22 tahun, ia mendirikan
perusahaan bernama PT. Rajawali Corporation. Melalui perusahaan ini, Peter Sondakh
berbisnis properti sebagai perluasan dari bisnis yang sudah ditekuni ayahnya. Kekayaannya
mencapai USD 1,8 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) pada tahun 2016.

Ketika krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998, Peter Sondakh
mempertahankan bisnisnya dengan menjual beberapa sahamnya. RCTI juga tetap kuat berkat
antusiasme penonton Indonesia serta rangkaian siaran komersial selama waktu penayangan
acara TV yang paling baik, yaitu pada jam 19.3021.00 (prime time). Dia pun mengambil
keputusan yang berani dengan mengambil alih Bentoel Group, sebuah perusahaan rokok yang
hampir bangkrut. Dia menggunakan kemampuan dan naluri bisnisnya untuk mengubah
perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang menguntungkan.

Peter Sondakh bukan seorang pebisnis yang akan duduk dan menonton saja ketika
peluang-peluang bisnis muncul di hadapannya. Pada tahun 2005, dia menjual beberapa
sahamnya di Exelcomindo, untuk membeli saham lain di PT Semen Gresik, raksasa semen
Indonesia. Keputusan ini membantunya untuk menjalankan perusahaannya setelah krisis
sebelum dia akhirnya memutuskan untuk merambah kembali akar bisnis keluarganya: bisnis
minyak sawit. Pada tahun 2006, dia membeli saham dari PT Jaya Mandiri Sukses Group
kemudian memasuki bisnis minyak sawit di Papua, setelah menjual saham PT Bentoel. Dia
melakukan hal tersebut karena dia melihat bahwa minyak sawit mulai populer di industri
dunia. Kemudian, dia memperluas bisnis properti melalui kemitraan dalam membangun
jaringan Hotel Novotel, Sheraton, dan Hyatt di beberapa wilayah di Indonesia. Dia pun
mengakuisisi sebuah hotel Australia, Surfer Paradise Resort Hotel, pada tahun 2009.
Grup Rajawali memperluas jaringan hotel di kawasan Indonesia seperti jaringan hotel
bintang lima Sheraton di Bali, Lampung, Bandung dan Lombok, serta di Kuala Lumpur dan
Langkawi. Masih ditambah dengan pengembangan Hotel Saint Regis (Bali) dan Novotel
(Lombok). Bisnis pertambangan pun makin diseriusi Rajawali. Pada 2009, Rajawali
mengakuisisi 37% saham Archipelago Resources (yang mengelola tambang emas) seharga
US$ 60 juta. Kemudian, Rajawali membentuk perusahaan patungan dengan PT Bukit Asam
di Kal-Tim.

10. Eddy Kusnadi Sariaatmadja

Eddy Kusnadi Sariaatmadja merupakan pemilik dari Emtek Group yang memiliki kekayaan
sebesar USD 1,6 miliar (sekitar 20,8 triliun) hingga saat ini. Ia merupakan pemilik dari SCTV
dan Indosiar, yang termasuk sebagai saluran televisi terbesar di Indonesia. Sebelum terjun ke
dunia hiburan, Eddy memulai karirnya dalam bidang teknologi. Awalnya ia membentuk
perusahaan distributor komputer Compaq di Indonesia dengan bendera PT Elang Mahkota
Teknologi, cikal bakal dari Emtek Group. Baru setelah itu ia mendirikan PT Surya Citra
Media Tbk dengan merek utama SCTV. Tidak berhenti di situ saja, ia pun memutuskan
untuk mengakuisisi Indosiar dari Grup Salim. Selain itu, Eddy juga mengembangkan bisnis
perkebunan bernama PT London Sumatra Tbk yang menghasilkan kelapa sawit, karet, kakao,
kopi, dan masih banyak lainnya.

Dia memiliki 2 stasiun TV, memperoleh salah satu stasiun tersebut, Indosiar, pada
2014. Nya publik Elang Mahkota Teknologi merupakan penyedia Internet, juga. Ia
mendirikan perusahaan pada tahun 1983, sebagai distributor komputer Compaq eksklusif di
Indonesia. Nya siap untuk memperluas ke minyak dan gas. Bapak Eddy Kusnadi
Sariaatmadja menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Elang Mahkota Tekhnologi Tbk sejak
tahun 1989. Mr. Sariaatmadja didirikan PT Abhimata Citra Abadi dan menjabat sebagai
Komisaris nya. Ia menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Perusahaan Perkebunan London
Sumatra Indonesia Tbk dari Mei 2009 hingga 10 Mei 2012 dan PT Elang Mahkota Teknologi
sejak tahun 1982. Pada tahun 1982, ia mendirikan PT Elang Mahkota teknolgi Grup yang
bisnisnya meliputi penyediaan It services.

Keluarga Eddy di tahun 2005 beliau berhasil dan sukses membeli 480 saham dari
SCTV dan hal ini membuat Eddy dan keluarganya menjadi pemilik resmi mayoritas Saham
Citra Media. Tidak puas telah memiliki saham di SCM belaiu memutuskan untuk membeli
saham di PT.Citrabumi Sacna dan PT.Indika Multimedia. Sehingga kontrol SCTV di
dominasi oleh pengusaha sukses ini. Dimana bahwa Eddy Kusnaedi menjabat sebagai
direktur utama dan sedangkan adiknya menjabat sebagai komisaris di Surya Citra Media.

Sukses berbisnis di bidang media, keluarga ini juga mengendalikan 64,8 % salah satu
perkebunan besar di Indonesia, PT London Sumatera Platntion Tbk. Lonsum merupakan
perusahaan perkebunan tertua di Indonesia yang menanam kelapa sawit,karet,kopi,kakao, dan
masih banyak lagi yang lainya. Kini Lonsum berhasil menguasai lahan perkebunan seluas 90
hektar, 68 ribu hektar, kebun sawit dan kebun karet 17ribu hektar. Aset keluarga Sariaatmadja
mencapai 3 triliun dan membukukan penjualan bersih Rp 2,8 triliun.
11. Ciputra

Ciputra atau Ir. Ciputra merupakan seorang insinyur sekaligus pengusaha di


Indonesia. Pada tahun 2016 ini, kekayaannya mencapai USD 1,5 miliar (sekitar Rp19,5
triliun). Beberapa bisnisnya yang sukses antara lain Jaya Group, Ciputra Group, dan
Metropolitan Group. Ia terkenal sebagai pengusaha properti. Bahkan Ciputra juga dikenal
masyarakat sebagai seorang filantropis. Ia memperluas bisnisnya pada sektor pendidikan,
yaitu dengan mengembangkan sekolah dan universitas.

Nama :Ir. Ciputra

Tempat tgl lahir : Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931

CiputralahirdengannamaTjieTjinHoandiParigi,SulawesiTengah,iaanakbungsudari
tiga bersaudara. Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang,
ayahnya,TjieSiemPoe,dituduhantiJepang,ditangkap,danmeninggaldalampenjaraitu,ibunyalah
yangmengasuhnyapenuhkasih.SejakitupulaCiharusbangunpagipagiuntukmengurussapi
piaraan,sebelumberangkatkesekolah.KeluargaCiputrahidupdarihasilibunyaberjualankuekecil
kecilanDengan bekal ketekunan dankegigihan dalam belajar Ciputra berhasil masuk ke ITB dan
memilihJurusanArsitektur.PadatingkatIV,ia,bersamaduatemannya,mendirikanusahakonsultan
arsitekturbangunandimanausahaawalinimerupakantonggakdarikesuksesanCiputradimasadepan
denganbenderaJayaGroup.

Beberapa proyek yang dikelola oleh Ciputra merupakan proyekproyek yang fenomenal.
SiapayangtidaktahudenganTamanImpianJayaAncolyangmerupakanvisiCiputramerubahlahan
rawamenjadisuatupusatrekreasiterbesardiIndonesia.KawasanelitPondokIndahjugamerupakan
ideCiputrauntukmembuatsalahsaturealestateelitepertamadiIndonesia.Bersamaparapebisnis
raksasalainnyaCiputramembentukMetropolitanGroupdanmembangunsuatukawasanyangtadinya
samasekalitidakdilirikorangyaitukawasanSerpong.

Padatahun1997terjadilahkrisisekonomi.Krisistersebutmenimpatigagroupyangdipimpin
Ciputra:JayaGroup,MetropolitanGroup,danCiputraGroup.BisadibilanghasiljerihpayahCiputra
selama ini hampir lenyap semua oleh hantaman krisis ekonomi yang melanda. Hutang yang
menumpukharusdihadapiolehCiputra.Periodeinimerupakanperiodeyangsangatmenyesakkan
bagiCiputra.NamundenganprinsiphidupyangkuatCiputramampumelewatimasaitudenganbaik.
Denganketeguhanhatidansifatpantangmenyerahdisertaikeberuntungansepertiadanyakebijakan
moneterdaripemerintah,diskonbungadaribeberapabanksehinggaiamendapatkesempatanuntuk
merestrukturisasi utangutangnya. Akhirnya bisnis Ciputra dapat bangkit kembali dan kini Group
Ciputratelahmampumelakukanekspansiusahadidalamdankeluarnegeri.

Ketikamuladidirikan,PTPembangunanJayacumadikelolaolehlimaorang.Kantornya
menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20an tahun kemudian,
PembangunanJayaGroupmemilikisedikitnya20anakperusahaandengan14.000karyawan.
Namun,Ir.Ciputra,sangpendiri,belummerasasukses.Kalausudahmerasaberhasil,biasanya
kreativitasakanmandekkataDirutPTPembangunanJayaitu.

Ciputramemanghampirtidakpernahmandek.Untukmelengkapi11unitfasilitashiburan
TamanImpianJayaAncol(TIJA),Jakarta.ProyekusahaJayaGroupyangcukupmenguntungkan
telahdibangunTamanImpianDunia.DidalamnyatermasukDuniaFantasi,DuniaDongeng,
DuniaSejarah,DuniaPetualangan,danDuniaHarapan.Sekitar137haarealTIJAyang
tersedia,karenanya,dinilaitidakmemadailagi.Sehingga,melaluipengurukanlaut(reklamasi)
diharapkandapatmemperpanjanggarispantaiAncoldari3,5kmmenjadi10,5km.

MasakanakCiputrasendiricukupsengsara.LahirdengannamaTjieTjinHoandiParigi,
SulawesiTengah,iaanakbungsudaritigabersaudara.Dariusiaenamsampaidelapantahun,Ci
diasuh oleh tantetantenya yang bengis. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau
menjijikkan,misalnyamembersihkantempatludah.Tetapi,tibamenikmatiesgundul(hancuran
esdiberisirop),tantetantenyalahyanglebihdahulumengecaprasamanisnya.Belakangan,ia
menilainyasebagaihikmahtersembunyi.Justrukarenaasuhanyangkerasitu,jiwadanpribadi
sayasepertidigemblengkataCiputra.

Padausia12tahun,Ciputramenjadiyatim.OlehtentarapendudukanJepang,ayahnya,
TjieSiemPoe,dituduhantiJepang,ditangkap,danmeninggaldalampenjara.Lambaiantangan
Ayahmasihterbayangdipelupukmata,danjeritIbutetapterngiangditelingatuturnyasendu.
Sejakitu,ibunyalahyangmengasuhnyapenuhkasih.SejakitupulaCiharusbangunpagipagi
untukmengurussapipiaraan,sebelumberangkatkesekolahdenganberjalankakisejauh7km.
Merekahidupdaripenjualankueibunya.

Atasjerihpayahibunya,CiputraberhasilmasukkeITBdanmemilihJurusanArsitektur.
PadatingkatIV,ia,bersama duatemannya, mendirikanusahakonsultan arsitekturbangunan
berkantordisebuahgarasi.Saatitu,iasudahmenikahiDianSumeler,yangdikenalnyaketika
masihsekolahSMAdiManado.SetelahCiputrameraihgelarinsinyur,1960,merekapindahke
Jakarta,tepatnyadiKebayoranBaru.Kamibelumpunyarumah.Kamiberpindahpindahdari
losmenkelosmentuturNyonyaDian,ibuempatanak.TetapidarisinilahawalsuksesCiputra.

Ciputra telah sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun orde
reformasi. Dia sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa perusahaan sesama
koleganyamaju,danakhirnyajugamembawaperusahaankeluarganyasendirimaju.Diasukses
menjadicontohkehidupansebagaiseorangmanusia.Memang,diatidakmenjadikonglomerat
nomorsatuataunomorduadiIndonesia,tapidiaadalahyangTERBAIKdibidangnya:realestate.

12. Soegiarto Adikoesoemo

Pengusaha lainnya yang dikatakan konglomerat ialah Soegiarto Adikoesoemo yang


memiliki kekayaan sebesar USD 1,4 miliar (sekitar Rp18,2 triliun) pada tahun ini.
Perusahaan terkenal yang ia dirikan ialah AKR Corporindo. Selain itu, beberapa bisnis
lainnya yang ia jalankan antara lain distribusi, logistik, manufaktur, bahan bakar, bahan
bakar, dan bahan kimia.Beliau saat ini menjabat sebagai President Commissioner di AKR
Corporindo, sapaan akrab untuk beliau adalah Pak Gik. Soegiarto mendirikan perusahaan
AKR.C pada tahun 1960, tentunya dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk
membangun sebuah kesuksesan sebuah perusahaan besar. Soegiarto terus berjuang dengan
anggota keluarganya dalam meraih mimpi mimpinya, walaupun dengan jatuh bangun pada
awalnya untuk membesarkan perusahaan mereka.

Kekayaan yang dimiliki oleh Soegiarto Adikoesoemo berkisar mencapai USD 1, 20 miliar
dengan usaha di bidang kimia. Saat ini, beliau menjabat sebagai Presiden Komisaris PT
Arthakencana Rayatama (1992-sekarang), PT Arjuna Utama Kimia (2007-sekarang) dan PT
AKR Niaga Indonesia (2012-sekarang); Presiden Komisaris PT Andahanesa Abadi (2004-
sekarang); Ketua Khalista (Liuzhou) Chemical Industries Ltd (2004-sekarang), Presiden
Direktur Guangxi (Guigang) AKR Wadah Port Co Ltd (2006-sekarang), AKR (Guigang) Port
Co Ltd (2006-sekarang), AKR (Guigang) transshipment Port Co Ltd (2006-sekarang) dan
AKR (Guangxi) Coal trading Co Ltd (2008-sekarang).

Strategi Bisnis Soegiarto :

1. Membangun visi strategis dan arah Perusahaan.

2. Tetapkan tujuan untuk mengubah visi strategis menjadi hasil kinerja yang ingin
dicapai oleh Perusahaan.

3. Merumuskan pilihan strategis untuk mencapai hasil yang diinginkan.

4. Melakasanakan dan mengvaluasi strategi yang telah dipilih eficiently dan efectively

5. Mengevaluasi efektivitas strategi dan dampaknya terhadap kinerja bisnis.

Komitmen Perseroan untuk melaksanakan semua kegiatannya didasarkan pada prinsip-


prinsip keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, Perusahaan tidak
hanya fokus pada proft fnancial, tetapi juga berusaha untuk memberikan kontribusi yang
berarti bagi masyarakat dan pemerintah.Manifestasi dari komitmen ini diimplementasikan
melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggunakan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan yang menempatkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
inline dan terkait satu sama lain.
Pada bulan April 2015, AKR memenangkan 3 penghargaan pada 5 Asian Excellence
Recognition Awards 2015 di Hong Kong yang diselenggarakan oleh Corporate Governance
Asia untuk Terbaik.

1. Sebagai Hubungan Investor Terbaik: PT AKR Corporindo Tbk.

2. Sebagai Asia CFO terbaik : PT AKR Corporindo Tbk.

3. AKR terpilih sebagai salah satu dari 50 perusahaan dianugerahi sebagai Best of The
Best Awards Top 50 perusahaan untuk 2015 oleh Forbes Indonesia.

13. Theodore Rachmat

Nama :Theodore Permadi Rachmat (Oei Giok Eng)

Tempat tanggal lahir :Kadipaten, Majalengka, 15 Desember 1943

TP Rachmat adalah seorang pengusaha yang berasal dari Indonesia. Awalnya ia


dikenal dengan kiprahnya sebagai pimpinan Grup Astra, perusahaan yang didirikan oleh
pamannya William Soeryadjaya. Ia memulai kariernya sebagai sales Astra pada tahun 1968,
setelah dia lulus, ia masuk sebagai karyawan ke-15. Pada tahun 1972, dia dipecaya untuk
memulai pekerjaannya mengelola United Tractors (anak perusahaan Astra yang bergerak di
bidang alat berat) hingga tahun 2005. Setelah itu ia mendirikan perusahaan sendiri bernama
Triputra Group yang bergerak dalam bidang batu bara, karet olahan, manufaktur,
perdagangan, agribisnis, hingga dealership motor serta logistik. Bersama saudaranya, ia juga
turut andil membesarkan perusahaan tambang batu bara bernama PT Adaro Energy di
Kalimantan. Kekayaan TP mencapai USD 1,4 miliar (sekitar Rp18,2 triliun) pada tahun
2016..

Dari Sales menjadi Direktur Astra

Theodore Rachmat memulai kariernya sebagai sales Astra di tahun 1968, tepat setelah
dia lulus. Pada waktu itu, Astra hanyalah sebuah perusahaan kecil, dan dia masuk sebagai
karyawan ke-15. Selama minggu-minggu pertamanya sebagai karyawan sales, Teddy
mengendarai motor untuk pergi dan pulang dari kantor serta sering tidur di kantor.
Dedikasinya membuatnya terus berkembang hingga dia dipercaya untuk mengelola bisnis
baru yang beroperasi di bawah Astra. Pada tahun 1972, dia memulai pekerjaannya mengelola
United Tractors, sebelum dia akhirnya meningkat menjadi chief executive sampai tahun 2005.
Kini, United Tractors tetap beroperasi dan bernilai lebih dari 10 miliar dolar Amerika.

Dia pernah membuat keputusan yang salah dengan tidak membeli Astra selama krisis
moneter 1998, dan pada akhirnya, dia sering mengingatnya sebagai salah satu keputusan
terburuknya dalam bisnis. Namun, dia kemudian berhasil dengan memulai perusahaan
keuangan Adira, tapi dia harus menjual sebagiannya kepada Bank Danamon agar tetap
bertahan. Dia pun menjual sebagian saham Adira lainnya untuk membangun Triputra Group,
prestasinya yang paling sukses. Sekarang, Triputra Group memiliki beberapa perusahaan di
bawahnya, dengan yang terbesar Kirana Megatara Rubber Company dan Triputra Agro
Persada Palm Oil Company.

Seiring dengan perusahaan, dia pun memiliki beberapa perkebunan kelapa sawit yang
menyuplai pabriknya dengan minyak sawit mentah. Dia juga mendirikan perusahaan
pertambangan bernama Adaro, dengan menempatkan anggota keluarga dan teman kuliahnya
pada posisi-posisi penting.

Rencana untuk Go Public

Tidak puas dengan prestasinya sejauh ini, Teddy juga memiliki rencana masa depan untuk
membawa saham TAP untuk go public, sehingga orang dapat melihat transparansi dalam
bisnis dan dia pun bisa mendapatkan lebih banyak suntikan modal untuk memperluas dan
mengelola skerajaan bisnisnya yang besar. Dia membeli saham minoritas TAP bersama-sama
dengan Northstar Pacific Capital milik Patrick Walujo, serta Singapore Government
Investment Corporation. Sekarang dia pun perlahan-lahan mendaftarkan Grup Triputra
sebagian demi sebagian, dengan Perusahaan Swakarsa Sinarsentosa Palm Oil menjadi yang
pertama tahun ini.

14. Djoko Susanto

Nama :Djoko Susanto (lahir Kwok Kwie Fo)


Tempat tanggal lahir : Jakarta tahun1950, Indonesia.

Djoko Susanto merupakan pemilik grup Alfamart. Bisnis ritel Alfa Supermarket ini
telah menjalankan lebih dari 5.500 toko di bawah beberapa merek, antara lain Alfamart, Alfa
Midi, Alfa Express, dan Lawson. Selain itu, Djoko Susanto juga memiliki kemitraan dengan
Putera Sampoerna sekaligus saham di Northstar. Beberapa bisnis ini yang membuat Djoko
Susanto memiliki kekayaan sebesar USD 1,3 miliar (sekitar Rp16,9 triliun).

Djoko adalah anak keenam dari 10 bersaudara, ia hanya mencapai kelas 1 dan
terpaksa harus putus sekolah karena pemerintah Indonesia melarang siswa dengan nama-
nama Cina (ia kemudian mengubah nama terakhir). Pada usia 17 ia mulai mengelola orang
tuanya sederhana 560-kaki kios dengan nama Sumber Bahagia di dalam Pasar Arjuna, sebuah
pasar tradisional di Jakarta. Kios tersebut menjual bahan makanan pada saat itu, selanjutnya
ia juga menjual rokok dan membuka warung. Kesuksesannya ini menarik perhatian Putera
Sampoerna, yang mempunyai perusahaan rokok tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia
saat itu. Mereka bertemu pada awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios
di beberapa lokasi di Jakarta. Pada 27 Agustus 1989 Lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat yang
mempunyai konsep supermarket. Nama "Alfa" digunakan karena bersifat netral, tidak
mengandung salah satu nama kedua orang pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah cikal
bakal kesuksean Djoko Susanto dengan brand Alfa.

Kerajaan Bisnis
Ia melanjutkan kemitraan dengan Putera Sampoerna hingga 2005, bisnis rokoknya,
70% dari bagiannya untuk kemudian dijual Sampoerna Altria termasuk bagiannya pada bisnis
ritel yang dijalankan oleh Djoko. Altria tidak menginginkan pada bisnis ritel dan kemudian
menjual saham mereka ke Northstar, tapi Djoko kemudian membeli saham dari Northstar,
membuatnya memiliki bagian terbesar dari 65%. Dia kemudian mengembangkan bisnis ritel
Alfa Supermarket yang saat ini, di bawah pengelolaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk,
mereka menjalankan lebih dari 5.500 toko di bawah beberapa merek seperti Alfamart, Alfa
Express, Alfa Midi dan Lawson.

Pada 2007, ia mendirikan Alfa Midi dengan badan hukum bernama PT. Midimart Utama. Ini
merupakan salah satu idenya dalam diferensiasi merk yang berakhir sukses. Namun tidak
semua usahanya sukses. Alfa Supermarket yang awalnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat
akhirnya harus dijual kepada Carrefour. Hal ini karena Alfa Supermarket tidak menghasilkan
pendapatan yang signifikan akibat kalah bersaing dengan supermarket lain. Akhirnya ia fokus
pada ritel mini market. Langkah Djoko tepat dalam menginvestasikan uangnya ke Alfamart
dan Alfamidi. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya gerai Alfamart di pelbagai
daerah dan terbentuknya kerja sama Alfa Midi dengan Lawson.

Universitas Bunda Mulia


Melalui Yayasan Pendidikan Bunda Mulia yang didirikan pada tahun 1986, Djoko Susanto
mendirikan Universitas Bunda Mulia dan Sekolah Bunda Mulia. Di Yayasan pendidikan
Bunda Mulia, ia menjadi Pendiri dan Penasihatnya. Tahun 2003, Yayasan Pendidikan Bunda
Mulia mengembangkan kampus kedua yang berlokasi di Jl. Lodan Raya No.2, Jakarta utara,
dengan luas tanah 45.000 m2.

Djoko Susanto, yang merupakan pendiri sekaligus pemilik perusahaan retail Alfamart,
berhasil mengungguli kekayaan orang-orang terkenal Indonesia, seperti Aburizal Bakrie dan
Ciputra Kekayaannya yang dikumpulkan berjumlah US$ 1,040 miliar (Rp 9,36 triliun).
Semua bermula di tahun 1967, ketika Djoko Susanto masih berusia 17 tahun. Ia diminta
mengurus kios sederhana milik orang tuanya di Pasar Arjuna, Jakarta.Toko itu dinamakan
Sumber Bahagia, yang menjual bahan makanan. Tapi tak lama kemudian, Djoko melihat ada
kesempatan yang lebih besar. Kiosnya mulai menjajakan rokok.

Djoko benar, bisnis dia dengan cepat membuat para perokok dan pengusaha grosir serta
pengecer menjadi pelanggan tetap. Dia bertaruh, perokok akan membayar lebih banyak
daripada yang dibayangkan.Hal ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai
perusahaan rokok tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada
awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta.
Upaya itu berhasil dan menginspirasi mereka untuk membuka supermarket yang dinamakan
Alfa Toko Gudang Rabat. Kedua orang itu kemudian membuka toko Alfa Minimart (yang
kemudian dikenal sebagai Alfamart) pada 1994.

15. Abdul Rasyid

Awalnya Abdul Rasyid dikenal sebagai anak kampung yang berasal dari Pembuang Hulu,
Kabupaten Seruyan. Sebuah daerah yang ada di Kalimantan Tengah. Awalnya ia hidup serba
pas-pasan, namun berkat perjuangan dan kegigihannya, ia mampu menjadi seorang
pengusaha sukses di tingkat Asia hingga internasional. Bahkan namanya berhasil masuk ke
dalam daftar orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan sebesar USD 1,1 miliar
(sekitar Rp14,3 triliun). Perusahaan yang dimilikinya adalah PT Citra Borneo Indah, bergerak
dalam bidang perkebunan kelapa sawit.

Data Pribadi

Nama : Abdul Rasyid


Tempat Tanggal Lahir : Medan, 27 Juli 1970
Status : Menikah
Istri : Dwita Nevitriani, Ssos
Anak : Munira Khansa Huwaida Al-Rasyid
Alamat : Jl. Rawa Selatan V No. 5, RT.10/04
Kp. Rawa Johar Baru, Jakarta Pusat

16. Martua Sitorus

Martua Sitorus atau dikenal juga dengan nama Thio Seeng Haap, merupakan seorang
pengusaha Indonesia yang berketurunan Tionghoa. Bersama dengan Kuok Khoon Hong, ia
mendirikan perusahaan Wilmar International yang bergerak dalam bidang pengolahan minyak
sawit mentah (CPO), perkebunan, dan produsen gila. Tak hanya itu saja, perusahaannya
tersebut juga bekerjasama dengan perusahaan Amerika Serikat bernama Kellogg yang
menjual makanan di China serta mengakuisisi tambang batu bara di Australia. Pria asal
Sumatera Utara ini memiliki kekayaan sebanyak USD 1,1 miliar (sekitar Rp14,3 triliun)
hingga tahun 2016 ini

Dari Pebisnis Kecil menjadi Raja Minyak Sawit

Martua Sitorus berasal dari keluarga sederhana yang membuatnya mesti menjual
udang dan ikan untuk membayar uang sekolah di tingkat atas dan kuliah. Namun, begitu dia
lulus, dia berhasil mulai bekerja di bidang bisnis minyak sawit, menjadi penjual kecil minyak
sawit. Terobosan besarnya terjadi pada tahun 1991, ketika dia bergabung dengan sepupu dari
raja bisnis Malaysia Robert Kuok untuk memulai Wilmar International Limited, sebuah
perusahaan minyak sawit, dengan perkebunan kelapa sawit dan kilang milik mereka. Martua
Sitorus menjadi direktur eksekutif perusahaan, dan bertanggung jawab untuk beberapa
ekspansi dan inovasi terbaik yang dibuat perusahaan.

Martua Sitorus (Thio Seng Hap atau Ahok) adalah pendiri Wilmar International
Limited berasal dari Siantar, Sumatera Utara. Beliau adalah lulusan di bidang ekonomi dari
Universitas HKBP Nommensen, Medan, Sumatera Utara. Wilmar merupakan salah satu
perusahaan agrobisnis terbesar di Asia. Perusahaan, yang berbasis di Singapura, kegiatan
produksi paling otentik di Indonesia. Di negeri ini, Wilmar memiliki sekitar 48 perusahaan
yang beroperasi. Salah satunya adalah PT Multimas Nabati Asahan, yang memproduksi
minyak goreng bermerek Sania. Pada akhir tahun 2005, kelompok usaha formal bernama
Wilmar International Limited memiliki total aset sebesar US $ 1,6 miliar, total pendapatan
US $ 4,7 miliar, dan laba bersih sebesar US $ 58 juta.
Awalnya Martua memperdagangkan kelapa sawit dan minyak sawit kecil di Indonesia dan
Singapura.. Dan, pada tahun 1991 Martua mampu memproduksi minyak sendiri lewat luas
areal tanaman kelapa sawit 7100 hektar yang dimilikinya di Sumatera Utara.

Pada 1996 Martua berekspansi ke Malaysia untuk membangun pabrik pengolahan kelapa
sawit di sana. Tidak puas dengan itu, Martua mulai melirik bisnis hilir (produk turunan) yang
lebih berharga. Pada 1998 Martua untuk pertama kalinya membangun pabrik yang
memproduksi lemak khusus. Kemudian pada tahun 2000 ia juga meluncurkan produk
konsumen merek minyak goreng Sania.

Berkat pengetahuan bisnis dan naluri serta dukungan keuangan mitranya, Kuok
Khoon Hong, Martua berhasil memulai sesuatu yang besar. Mereka berdua membeli tidak
kurang dari 7.100 hektar perkebunan kelapa sawit serta membangun fasilitas kilang sendiri di
Sumatera Utara. Usaha pertama Wilmar International Limited hanyalah perdagangan kelapa
sawit. Kemudian, berkembang menjadi industri kimia oleo yang menghasilkan minyak
goreng, lemak khusus, dan berbagai produk oleo lainnya. Majalah Forbes bahkan
menjulukinya sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia.

Sekarang, dia telah memiliki hampir 70.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang
menyuplai pabriknya dengan minyak sawit mentah, ditambah kapal tanker sendiri untuk
mengekspor berbagai produk, dan lebih dari 20.000 karyawan. Dia juga memiliki 48
perusahaan di Indonesia dan beberapa negara lain. Pada tahun 2006, perusahaannya
mendapat tempat di Bursa Efek Singapura, dan dia terdaftar di Forbes sebagai orang terkaya
Indonesia.

17. Husain Djojonegoro

Diurutan ke-17 ada Husain Djojonegoro yang memiliki kekayaan sebanyak USD 1
miliar (sekitar Rp13 triliun). Ia mulai bekerja sebagai seorang salesman saat berusia 15 tahun.
Ayahnya mendirikan usaha keluarga pada tahun 1984. Awalnya bisnis tersebut menjual
berbagai barang seperti anggur tradisional. Setelah dua tahun berjalan, usaha ayahnya
menggandeng keluarga Lim untuk mendirikan NV Handel Maatschappij May Lian & Co,
yang memproduksi anggur tradisional Cap Orang Tua di Semarang. Perusahaan ini menjadi
cikal bakal Grup Orang Tua dan ABC, di mana kepemilikan keluarga Husain sebesar 42%.
Pada tahun 1959 didirikan PT Everbright Battery Factory yang memproduksi baterai ABC.
Husain pun menjadi direktur perusahaan PT International Chemichal Industrial Co. Ltd yang
juga memproduksi baterai ABC.

Lahir pada tahun 1949, Husain Djojonegoro ketika berusia 15 tahun telah bekerja
sebagai salesman untuk perusahaan ayahnya. Bekerja sangat baik, beliau resmi diangkat
menjadi direktur ABC di tahun 1968, saat itu beliau masih berusia 19 tahun. Masih sangat
muda, beliau benar-benar menjalankan perusahaan peninggalan orang tua dan pamannya
tersebut dengan energy tinggi. Meskipun awalnya perusahaan tersebut adalah perusahaan
yang menjual anggur kesehatan, prospek besar dalam industri baterai membuat perusahaan
melakukan perubahan.
Kemudian di tahun 1975, Husain Djojonegoro telah berhasil membuat ABC
menguasai pasar baterai Indonesia. Beliau pun mulai melirik industry consumer goods.
Dimulai dengan produk keperluan toilet seperti sikat gigi dan pasta gigi merek Formula.
Berbagai produk makanan kaleng juga diluncurkan pada tahun 1978. Salah satu produk
consumer goods yang berhasil menarik hati masyarakat adalah bisnis saus dan sirup, yang
apabila ditotal omzet tahunannya mencapai trilliunan rupiah. Sobat Studentpreneur bisa
cermati untuk kasus saus, hampir semua saus di restoran Indonesia menggunakan merk milik
ABC.

Tidak hanya melayani pasar lokal, Husain Djojonegoro juga merambah pasar ekspor.
Core business dari ABC masih produk baterai, dan mereka berhasil mengekspor baterai ABC
ke lebih dari 50 negara, dengan berbagai merk yang berbeda. Group ABC juga melayani
permintaan produksi dari luar negeri dengan sistem tol manufacturing, atau memproduksi
dengan nama merek sesuai permintaan mitranya di luar negeri. Pasar ekspor menurut data
Majalah Swa, telah menyumbangkan sekitar 40% pendapatan baterai ABC.

18. Achmad Hamami


Nama Achmad Hamami memang baru-baru ini masuk ke dalam daftar orang terkaya
di Indonesia versi Forbes. Kekayaannya mencapai USD 1 miliar (sekitar Rp13 triliun) pada
tahun 2016. Ia merupakan pemilik dari Tiara Marga Trakindo, sebuah perusahaan distributor
alat berat, Caterpillar, di Indonesia sejak tahun 1971. Namun kekayaannya tidak hanya
berasal dari bisnis alat-alat berat saja, namun juga berasal dari bisnis pertambangan, industri
teknologi dan informasi, hingga penjualan minyak pelumas atau oli.

PT Trakindo Utama menjadi agen alat berat yang paling terkenal di Indonesia, dan
Achmad Hamami adalah orang di balik kesuksesan itu. Didirikan pada tahun 1971,
perusahaan itu cepat berkembang menjadi salah satu agen alat berat yang paling sukses,
terutama untuk merek Caterpillar. Pada saat itu ketika bisnis seperti ini belum terlalu populer,
Achmad Hamami memilih untuk mengabaikan kenyataan itu dan mengelola bisnisnya
menjadi sebuah bisnis internasional yang sukses. Sampai sekarang, Trakindo tetap dikenal
sebagai penyuplai alat berat paling populer di Indonesia, bahkan bertahan selama krisis
moneter pada tahun 1998.

Berdiri Kokoh di Tengah Krisis

Achmad Hamami berhasil menjaga bisnisnya bertahan dan bahkan memperbaikinya; setelah
krisis moneter yang terkenal di Indonesia yang membuat banyak perusahaan besar
menyatakan kebangkrutan, Achmad Hamami menjaga bisnis PT Trakindo Utama, bahkan
kemudian dikenal sebagai penyuplai Caterpillar terbaik di Indonesia pada tahun 2003 dan
2005. Dia tidak pernah merasa puas dalam satu bisnis, dan semangat bisnis ini telah
diturunkan kepada anak-anaknya. Putra ketiganya, Muki, telah mengambil alih PT Trakindo
dari ayahnya, dan semangat Achmad Hamami sebagai pebisnis berlanjut untuk membawa PT
Trakindo sebagai salah satu perusahaan penyuplai alat berat yang paling sukses.

Menjadi pengusaha pada awalnya bukanlah merupakan cita-cita Achmad Hamami.


Ketertarikannya ke dunia militer membawa pria yang kini berusia 81 tahun tersebut menjadi
anggota jajaran penerbang TNI Angkatan Laut. Di saat muda, Hamami sempat menempuh
pendidikan militer sebagai di Angkatan Udara Belanda dan bahkan berhasil lulus sebagai
kolonel termuda pada akhir tahun 1960. Kondisi tempat kerjanya yang marak dengan korupsi
membuatnya memutuskan untuk keluar sebagai anggota militer dan memulai bisnis kecil-
kecilan di rumahnya dengan membuka kursus matematika bagi anak-anak.

Awalnya, ia membuka les matematika untuk pelajar di rumahnya. Anak-anaknya


membantu menopang keuangan dengan berjualan es lilin. Dewi fortuna hinggap kala seorang
kerabat mengajaknya terlibat dalam penggarapan proyek infrastruktur. Saat itulah Hamami
berkenalan dengan manajemen Caterpillar, pabrikan traktor dan alat berat lain yang berbasis
di California, Amerika Serikat.

Caterpillar, yang sebelumnya memiliki agen penjualan di Surabaya, melirik Hamami


sebagai dealer pengganti lantaran tertarik dengan latar belakang militer dan reputasinya yang
bersih. Ia lantas mulai belajar manajemen secara profesional dan mengambil kuliah bisnis.
Sebagaimana dilansir dari Forbes.com mengenai Profil Achmad Hamami, kesuksesan bisnis
Hamami berawal pada tahun 1970 ketika mendirikan PT Trakindo Utama. Reputasi Hamami
yang bersih ketika berkarier di dunia militer membuat perusahaan alat berat asal Amerika
Serikat, Caterpillar melirik perusahaannya sebagai distributor resmi Caterpillar di Indonesia.
Pada 13 April 1971, Trakindo Utama milik Achmad Hamami akhirnya resmi menjadi agen
Caterpillar.

Untuk mendukung usahanya, Achmad Hamami yang berlatar belakang militer mulai
belajar mengenai dunia bisnis. Seiring dengan peningkatan pembangunan infrastruktur di
Indonesia pada tahun 1970-an, maka keuntungan PT Trakindo Utama sebagai salah satu
pendukunya pun ikut meningkat. Bahkan Achmad Hamami mendirikan beberapa anak
perusahaan yang ditujukan untuk mendukung bisnis Trakindo Utama nantinya seperti PT
Sanggar Sarana Baja di tahun 1977 dan PT Chandra Sakti Utama Leasing pada 1995.

Tapi jalan tak selalu mulus. Tahun 1999, ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, PT
Trakindo Utama turut merasakan dampaknya. Ketika itu Achmad Hamami harus berada pada
kondisi sulit karena perusahaannya memiliki hutang besar hingga mencapai US$ 118 juta
ditambah dengan tidak adanya bank yang bisa memberikan pinjaman untuk menggerakkan
bisnis Trakindo Utama. Ditambah lagi, kesehatan Achmad Hamami yang ikut menurun
seiring dengan menurunnya bisnis Trakindo Utama. Achmad Hamami menderita glaukoma
dan mengalami kebutaan. Kondisi ini menjadikannya memilih untuk menyerahkan
perusahaan kepada Rachmat Mulyana atau Muki, putra ketiganya. Meskipun demikian,
Hamami masih merupakan nahkoda di balik kebangkitan Trakindo Utama pasca krisis.

Selepas itu, tak ada bank yang mau membiayai bisnisnya. Tak cuma bisnis yang lesu,
kesehatan Hamami pun menurun. Ia terserang glaukoma dan mengalami kebutaan hingga saat
ini.
Lepas krisis, perlahan Trakindo bangkit. Di bawah komando Rachmat Mulyana alias Muki,
putra ketiga Hamami, perusahaan ini tumbuh dan beranak-pinak. Kini, tak cuma bisnis
traktor dan alat berat karena mereka juga menggarap sektor pertambangan, pembiayaan,
logistik, hingga teknologi informasi. Hebatnya, hingga 2009, perusahaan ini berkembang
tanpa mengandalkan utang.

19. Low Tuck Kwong


Posisi ini ditempati oleh Low Tuck Kwong dengan total kekayaan sebesar USD 1
miliar (sekitar 13 triliun). Low Tuck Kwong merupakan seorang pengusaha dari Indonesia,
walaupun sebenarnya ia dilahirkan di Singapura. Ia adalah pendiri dari Bayan Resources,
perusahaan yang bergerak pada sektor tambang batu bara.

Low Tuck Kwong dilahirkan di Singapura, tetapi pada tahun 1972, ia mengadu nasib
dan pindah ke Indonesia. Saat masih di Singapura, ia sempat bekerja di perusahaan
konstruksi milik ayahnya, David Low Yi Ngo. Pada tahun 1992, ia berganti kewarganegaraan
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Tahun 1997, ia membeli tambang batubaranya yang
pertamanya melalui PT. Gunungbayan Pratamacoal. Tahun 1998,melalui PT Dermaga
Perkasapratama, Ia juga mengoperasikan Terminal Batubara di Balikpapan, Kalimantan. Pria
ini terlahir di Singapura serta ikut bisnis konstruksi orang tuanya hingga usia 20 tahun.
Namun, kemudian pindah kewarganegaraan jadi warga Indonesia. Dia dikenal sebagai raja
batu bara Kalimantan.

Low Tuck Kwong memulai bisnis di Indonesia pada 1973 ketika ia membentuk
perusahaan konstruksi yang khusus menangani pekerjaan umum, konstruksi bawah tanah,
hingga konstruksi di laut. Dalam perkembangannya, perusahaan konstruksi sipil ini kemudian
mendapatkan kontrak batu bara pada 1988. Lima tahun setelah berganti kewarganegaraan
Indonesia, pada November 1997, Low Tuck mengakuisisi PT Gunung Bayan Pratamacoal
dan PT Dermaga Perkasapratama yang memiliki tambang dan mengoperasikan terminal batu
bara di Balik papan sejak 1998.

Sejak itu, sejumlah konsesi baru diakuisisinya hingga resmi membentuk perusahaan induk
yang dikenal dengan PT Bayan Resources. Sejak 2001, Bayan Group rata-rata menambah
satu konsesi dalam portofolio perusahaan. Bahkan, Bayan terus mengevaluasi peluang untuk
menambah konsesi batu bara di Indonesia.Kalimantan dikenal sebagai pulau dengan areal
hutan alam yang masih sangat luas. Namun, di wilayah ini pula banyak menyimpan cadangan
batu bara. Melalui sejumlah perusahaan, Bayan Group memiliki hak eksklusif melalui lima
kontrak pertambangan dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total
konsesinya mencapai 81.265 hektare.
20. Hary Tanoesoedibjo

Hary Tanoesoedibjo menempati posisi ke-20 sebagai orang terkaya di Indonesia


dengan total kekayaan USD 1 miliar atau sekitar Rp13 triliun (kurs USD 1 = Rp13.000).
Hary merupakan pengusaha sekaligus tokoh politik asal Indonesia. Perusahaan yang
dimilikinya adalah MNC Group. Sedangkan dalam bidang politik, Hary merupakan pendiri
dan Ketua Umum dari Partai Persatuan Indonesia (Partai Perindo). Namun sebelumnya ia
pernah bergabung dalam Partai Hanura dan Partai Nasdem.

Hary Tanoesoedibjo lahir dan dibesarkan di Surabaya. Ia adalah anak dari Ahmad
Tanoesoedibjo, seorang pengusaha. Hary adalah bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya
bernama Hartono Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo. Seusai menamatkan
pendidikan menengahnya di SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya, Hary meneruskan
pendidikannya untuk mencapai gelar Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton
University, Ottawa, Kanada (1988); serta Master of Business Administration dari Ottawa
University, Ottawa, Kanada (1989).

Hary menikah dengan Liliana Tanaja, dan memiliki lima orang anak yaitu Angela
Herliani Tanoesoedibjo (1987), Valencia Herliani Tanoesoedibjo (1993), Jessica Herliani
Tanoesoedibjo (1994), Clarissa Herliani Tanoesoedibjo (1996), dan Warren Haryputra
Tanoesoedibjo (2000).

Karier bisnis
Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT.
Bhakti Investama Tbk sejak tahun 1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis manajemen
investasi, yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya, dan kemudian
menjualnya kembali. Perusahaan tersebut terdaftar dalam bursa efek sebagai perusahaan
terbuka, dan seiring dengan waktu berkembang semakin besar.

Pada masa krisis ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, Hary melalui
perusahaannya banyak melakukan merger dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti Investama
mengambil alih sebagian saham PT Bimantara Citra Tbk, dan kemudian diubah namanya
menjadi PT. Global Mediacom Tbk ketika mayoritas saham sudah dimilikinya.

Sejak pengambil-alihan tersebut, Hary terjun dalam bisnis media penyiaran dan
telekomunikasi. Hary kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak tahun
2002, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Media Nusantara Citra Tbk.
(MNC) dan PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak tahun 2003, serta sebagai
Komisaris ALatief Corporation, PT. Mobile-8 Telecom Tbk., Indovision dan perusahaan-
perusahaan lainnya di bawah bendera grup perusahaan Global Mediacom dan Bhakti
Investama. Selain tiga stasiun TV swasta, yaitu RCTI, MNCTV, dan Global TV, grup
medianya juga mencakup stasiun radio Trijaya FM dan media cetak Harian Seputar
Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust, tabloid remaja Genie.S

Anda mungkin juga menyukai