MAKALAH
KMB II
DOSEN PEMBIMBING
Ns. AMILIA SISWANI, S.Kep
DISUSUN OLEH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
adalah komplit atau tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma, jumlah garis patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau
tertutup serta komplikasi atau tanpa komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur
melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang, sedangkan
fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,
seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau torus fracture bila
terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya,
biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture yang mengenai
satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.
Bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme trauma yang meliputi
garis patah melintang (trauma angulasi atau langsung), garis patah oblik (trauma
angulasi), garis patah spiral (trauma rotasi), fraktur kompresi (trauma aksial-fleksi
1
3
pada tulang spongiosa) dan fraktur avulsi (trauma tarikan/traksi otot pada insersinya
di tulang, misalnya fraktur patela. Jumlah garis patah meliputi fraktur kominutif bila
garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan, fraktur segmental bila garis
patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula
fraktur bifokal. Fraktur multiple bila garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang
yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur kruris dan fraktur tulang
undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
Berikutnya adanya komplikasi atau tanpa komplikasi yang akan penulis bahas pada
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
4
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
Tugas Mata Kuliah KMB II yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Ns.
penulis.
D. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Pengertian
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall
C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain
menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena
kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
B. Etiologi
1) Kekerasan langsung
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
A. Klasifikasi
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena
perlukaan kulit.
tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
trauma.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
menjauh).
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
tulang.
lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
A. Manifestasi Klinik
2. Deformitas
3. Bengkak/edema
10
4. Echimosis (Memar)
5. Spasme otot
6. Nyeri
7. Kurang/hilang sensasi
8. Krepitasi
9. Pergerakan abnormal
B. Penatalaksanaan
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
1. Rekognisis/Pengenalan
selanjutnya.
2. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
gips, biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan
pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan
3. Retensi/Immobilisasi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau
4. Rehabilitasi
13
gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada
diperbolehkan, dan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a) Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
sakit terjadi.
kemampuan fungsinya.
f) Riwayat Psikososial
Donna D, 1995).
Donna D,1995).
mobilitas klien.
kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola
18
Donna D, 1995).
2) Pemeriksaan Fisik
setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
tanda-tanda, seperti:
(b) Kepala
21
(c) Leher
(d) Muka
(e) Mata
(f) Telinga
(g) Hidung
hidung.
(i) Thoraks
simetris.
(j) Paru
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
tambahan lainnya.
(4) Auskultasi
(k) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
23
(2) Palpasi
tidak teraba.
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
(m)Inguinal-Genetalia-Anus
kesulitan BAB.
b) Keadaan Lokal
(c) Fistulae.
hyperpigmentasi.
klien.
5“
pasif.
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
khususnya seperti:
b) Pemeriksaan Laboratorium
27
penyembuhan tulang.
tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama
terjadi infeksi.
diakibatkan fraktur.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
yang ada
(Doengoes, 2000)
C. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
secara aktif
1. Dorong klien untuk secara rutin Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah
melakukan latihan menggerakkan kekakuan sendi.
jari/sendi distal cedera.
kriteria klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah
2. Lakukan dan ajarkan perubahan posisi Reposisi meningkatkan drainase sekret dan
yang aman sesuai keadaan klien. menurunkan kongesti paru.
3. Lindungi kulit dan gips pada daerah Mencegah gangguan integritas kulit dan
perianal jaringan akibat kontaminasi fekal.
D. Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
35
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik. Terapi
dimulai pada saat imobilisasi dilakukan dan dilanjutkan sampai pembidaian, gips
atau traksi telah dilepaskan. Pada patah tulang tertentu (terutama patah tulang
pinggul), untuk mencapai penyembuhan total, penderita perlu menjalani terapi fisik
34
28
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif
Watampone 2007.
Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edidi ke 5. Jakarta:
FKUI;2007
35