Anda di halaman 1dari 8

Ke DAFTAR ISI

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

KARAKTERISTIK KERAMIK TERMISTOR NTC


DARI PASIR YAROSIT YANG BERSTRUKTUR HEMATIT
DENGAN PENAMBAHAN OKSIDA MANGAN

Dede Taufik1, Dani Gustaman Syarif2, Saeful Karim3


1
Balai Besar Keramik, Jl. Ahmad Yani No. 392 Bandung 40272
2
Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri - BATAN, Jl. Tamansari No. 71, Bandung, 40132
3
Jurusan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung, 40154

ABSTRAK

KARAKTERISTIK KERAMIK TERMISTOR NTC DARI PASIR YAROSIT YANG


BERSTRUKTUR HEMATIT DENGAN PENAMBAHAN OKSIDA MANGAN. Studi pembuatan dan
karakterisasi termistor NTC dari bahan hematit (Fe2O3) telah dilakukan. Penggunaan hematit sebagai
bahan dasar adalah sebagai upaya meningkatkan nilai tambah mineral asal Indonesia. Terlebih dahulu
pasir yarosit dilarutkan dengan HCl, diendapkan dengan NH4OH dan dikalsinasi pada temperatur
700oC selama 2 jam kemudian serbuknya ditambah oksida mangan asal mineral manganit dengan
berbagai variasi, 2 – 10% berat. Campuran dipress dengan tekanan 3,9 ton/cm2. Kemudian pelet
disinter pada suhu 1300oC dalam atmofer udara selama 1 jam. Struktur kristal dan fase-fase dari
analisis menggunakan difraksi sinar-X (X-ray diffraction, XRD), struktur mikro dievaluasi
menggunakan SEM/EDS dan karakteristik listrik dievaluasi melalui tahanan listrik pada berbagai suhu.
Dari hasil karakterisasi pelet yang telah disinter difraksi sinar-x dan struktur mikro diketahui bahwa
proses pemurnian secara kimia masih terdapat pengotor-pengotor yang berasal dari pasir yarosit
maupun dari manganit. Struktur kristalnya bermatriks hematit dan oksida mangannya tidak larut dalam
matriks tersebut. Nilai konstanta termistor B dan nilai sensitivitas termistor α untuk Fe2O3 hasil
pemurnian tanpa penambahan oksida Mn masing-masing adalah 1867 K dan 2,1 % K-1. Nilai konstanta
termistor B dan nilai sensitivitas termistor α optimum dicapai dalam rentang penambahan 1,54 %
berat oksida Mn yakni 5982 K dan 6,73 % K-1.

Kata kunci : hematit, termistor, konstanta termistor B, sensitivitas termistor α.

ABSTRACT

THE CHARACTERICTICS OF NTC THERMISTOR CERAMICS FROM YAROSITE WHICH


HAVE HEMATITE STRUCTURE WITH ADDING Mn OXIDE. A study of synthesis and
characterization of NTC thermistor from hematite had been carried out. The use of hematite as the
main material is an effort to raise value of mineral from Indonesia. Firstly, the yarosite sand be solved
using HCl acid solution and precipitated using NH4OH and calcined at 700 oC for 2 hours. Then the
powder was added with Mn Oxide at various concentration of 2-10 weight %. The mixed powders were
pressed with pressure of 3,9 ton/cm2. The Pellets were sintered at 1300oC in air for 1 hour.
Characterization of the pellets was carried out. Crystal structure and phases were analyzed using XRD,
microstructure was evaluated using SEM/EDS and electrical characteristics were evaluated through
measurement of electrical resistance at various temperatures. From the characterization, it was known
that the impurities from hematite and manganit still remain. The crystall structure of the thermistor was
hematite and Mn oxide is not dissolved in the matrix of hematite. The thermistor constant B and
thermistor sensitivity α of the thermistor Fe2O3 without adding Mn oxide, are 1867 K and 2,1 % K-1. The
optimum value from constant value B and α i.e 5982 K and 6,73 % K-1 is from Fe2O3 added with 1,54
% weight of Mn oxide.

Key words: hematite, thermistor, thermistor constant B, thermistor sensitivity α

145
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

1. PENDAHULUAN 2. TEORI

Penelitian mengenai pemanfaatan mineral Dalam termistor ada dua parameter yang
alam Indonesia yang diolah dari bahan mentah sangat penting, yakni nilai konstanta termistor
menjadi bahan jadi terus intensif dilakukan oleh (B) dan sensitivitas termistor (α). Kedua nilai ini
beberapa peneliti. Salah satunya pemanfaatan menunjukkan karakteristik listrik R-T dari
pasir besi yang tersedia secara luas di Indonesia termistor NTC. Konstanta termistor B
yang tersebar sepanjang pesisir utara pulau menunjukkan karakteristik dari material
Jawa, Sumatara, Kalimantan dan Bangka. [1] termistor sehingga biasa juga disebut dengan
Beberapa mineral utama yang diduga konstanta bahan karena berhubungan dengan
terkandung dalam pasir besi adalah magnetit energi aktivasi bahan. Nilai α menunjukkan
(Fe2O3), ilmenit (FeTiO3), rutile (TiO2) dan berkurangnya nilai hambatan tiap kenaikan
hematite (Fe2O3). [2] Mineral ini tertuju pada temperatur 1 K dan biasanya dihitung pada
pemanfaatan mineral sebagai bahan baku temperatur tertentu yaitu temperatur ruang
keramik, sehingga dengan adanya penelitian ini (25oC) dan 85oC. Besarnya nilai B dan α dari
diharapkan industri keramik di Indonesia dapat termistor yang umum beredar secara komersial
tumbuh dan berkembang. adalah 2000 K sampai 6000 K dan -6,0 %/K
Salah satu mineral besi yakni pasir yarosit sampai -1,0 %/K. [7]
yang mengandung hematit sebagai senyawa Hubungan hambatan listrik dengan termistor
utamanya berpotensi untuk dimanfaatkan NTC terhadap temperatur berupa hubungan
sebagai keramik semikonduktor untuk bahan eksponensial. Dalam termistor, resistivitas
baku termistor NTC. [3,4,5] Hematit merupakan bergantung temperatur diekspresikan dengan
semikonduktor oksida tipe-n dengan band gap pers. 1. [8]
sebesar 3,1 eV. [6] Sejauh ini, termistor NTC
banyak dibuat dari oksida logam seperti
§ε ·
mangan, besi, kobalt, nikel, tembaga dan seng. ρ (T ) = ρ ∞ ekp¨¨ A ¸¸ (1)
Termistor juga dapat dibuat dari berbagai
© kT ¹
macam oksida untuk meningkatkan kualitas
sensitivitasnya dan karakteristik lainnya. Dan dengan ρ(T) = resistivitas pada temperatur T K
dalam mineral yarosit banyak terkandung (ohm.cm), ρ∞ = resistivitas pada temperatur ∞ K
oksida-oksida selain hematit seperti oksida Ti, (Ohm.cm) nilainya tetap, εA = energi aktivasi
oksida Si, Oksida Mn, oksida Ca, Oksida Al, (eV), k = konstanta Boltzman (eV/K) dan T =
dan lain-lainnya. Oksida-oksida itu dapat temperatur (K).
berpengaruh positif dan dapat berpengaruh Konstanta termistor dapat ditulis dengan
negatif terhadap kualitas termistor. Oksida- pers. 2. [9]
oksida yang berpengaruh positif kandungannya
dibiarkan tetap ada, dikurangi atau bahkan
ε
ditambah. Dan yang berpengaruh negatif harus B= A (2)
dibuang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian k
tentang pengaruh oksida-oksida tersebut. Karena
banyaknya jenis oksida-oksida itu sehingga dengan B = konstanta termistor/bahan NTC (K).
memerlukan kajian yang lebih banyak, luas dan Dari pers. 1 dan pers. 2 konstanta termistor
berkesinambungan. ditentukan oleh dua titik (ρT,T) dan (ρ∞,T∞)
Mengacu pada penelitian terdahulu, [5] dapat dicari :
bahwa serbuk yarosit asli (mineral) berpotensi
untuk digunakan sebagai bahan termistor NTC
T .T∞ ρ∞
dengan karakteristik yang memenuhi pasar. B= ln (3)
Dalam makalah ini membicarakan pembuatan T − T∞ ρ (T )
dan karakterisasi termistor NTC dari pasir
yarosit (yang telah dimurnikan secara kimia) sehingga konstanta termistor B dapat ditentukan
dengan penambahan oksida mangan sebagai dari kemiringan kurva ln ρ-1/T.
salah satu oksida yang sering ditemukan dalam Sensitivitas termistor α dapat dicari dengan
pasir yarosit. menggunakan pers. 4

B
α =− X 100% (4)
2
T

146
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

3. TATA KERJA cukup tinggi adalah SiO2 yakni sekitar 27,11%


berat dan oksida lain yang kadarnya masih
3.1. Bahan cukup tinggi. Pada Tabel 2. dapat dilihat dan
dibandingkan serbuk yarosit yang telah diolah
• Pasir yarosit. dengan komposisi serbuk awal pasir yarosit
• Mineral mangan. (Tabel 1). Diketahui bahwa kandungan
• Asam klorida teknis. hematitnya makin tinggi yakni menjadi 86,95%
• Amonium hidroksida teknis. berat dan adanya penurunan oksida lain yakni
• Aquades. SiO2. dan lainnya berhasil dikurangi kecuali
oksida Al yang masih tetap tinggi.
3.2. Metode Kemungkinan Al2O3 masih lolos dalam saringan
pelarutan tadi.
Pasir yarosit dan mineral mangan dilarutkan Berdasarkan data hasil analisis kimia yang
dengan asam klorida (HCl) secara terpisah dilakukan di PPTM Bandung, (Syarif, D.G.,
kemudian larutan tadi diendapkan dengan 2004) kandungan oksida yang terdapat dalam
menggunakan ammonium hidroksida (NH4OH). manganit hasil pemurnian diperlihatkan dalam
Hasil proses ini adalah Fe(OH)2 dan Mn(OH)2 Tabel 3.
kemudian dikalsinasi pada suhu 700oC selama
2 jam. Selanjutnya, hasil kalsinasi digerus dan Tabel 1. Komposisi serbuk awal pasir yarosit
disaring sehingga terbentuk serbuk oksida Fe
No. Oksida Kandungan (%)
dan Mn. Kedua serbuk dicampur dengan
1. Fe2O3 60,74
komposisi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% berat
2. SiO2 27,11
oksida Mn. Campuran diaduk dengan 3. C 3,99
menggunakan magnetit stirrer dalam cairan 4. SO3 3,45
etanol 90% selama 1 jam. Setelah dikeringkan 5. TiO2 2,59
selama 24 jam dalam suhu 80 oC serbuk digerus 6. Al2O3 2,11
dan dipress dengan tekanan 3,9 ton/cm3
sehingga terbentuk pelet bulk mentah yang kuat.
Pelet mentah tadi disinter pada temperatur Tabel 2. Komposisi serbuk hematit hasil
1300oC selama 1 jam. Kemudian pelet hasil pengolahan pasir yarosit secara pelarutan kimia
proses sinter dikarakterisasi listrik R-T,
scanning electrons microscoupe (SEM) dan No. Oksida Kandungan (%)
Difraksi sinar X (XRD). 1. Fe2O3 86,95
Karakterisasi ρ-T didapat dari hasil 2. SiO2 5,86
pengukuran R-T, dimana R dikonversi ke dalam 3. Al2O3 5,08
hambat jenis dengan menggunakan hubungan 4. TiO2 2,11
dimensi pelet dan nilai hambatannya sesuai
persamaan (5). Tabel 3. Komposisi serbuk mineral manganit hasil
pengolahan secara pelarutan kimia

§ A· No. Oksida Kandungan (%)


ρ = R¨ ¸ (5)
©l¹ 1.
2.
Mn2O3
Fe2O3
76,88
17,77
3. Al2O3 2,33
3. SiO2 1,71
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. TiO2 0,37
6. MgO 0,28
4.1. Komposisi kimia 7. CaO 0,19
8. K2O 0,06
Untuk mengetahui oksida lain yang 9. Na2O 0,02
terkandung dalam pasir yarosit, telah dilakukan 10. LOI 0,42
analisis di PPGL Bandung.. Tabel 1
memperlihatkan hasil analisis komposisi serbuk Dari data tersebut diketahui kandungan
awal pasir yarosit yang telah dilakukan di Mn2O3 dalam manganit sebesar 76,88% berat
PPPGL Bandung. Dari data Tabel 1. tersebut dan masih mengandung hematite sekitar 17,77%
dapat dilihat kandungan Fe2O3 cukup tinggi berat. Dalam percobaan ini dilakukan
sekitar 60,74% persen berat. Senyawa lain yang penambahan serbuk manganit hasil pemurnian

147
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

sebesar 2, 4, 6, 8 dan 10 % berat ke dalam kecuali untuk pola difraksi sinar x pada sampel
serbuk yarosit hasil pengolahan. yang ditambah Mn2O3 sebanyak 7,7%. Hal ini
Sehingga hal ini perlu dikoreksi dengan menunjukkan bahwa Mn2O3 tidak larut dalam
mengacu pada hasil analisis kimia serbuk matrik Fe2O3.
manganit yakni bahwa oksida mangan yang
ditambahkan ke dalam serbuk yarosit
sebenarnya adalah dikali faktor 0,77 dari
persentase berat Mn2O3 menjadi 1,54 ; 3,08;
4,56; 6,16; dan 7,7 % berat Mn2O3.

4.2. Analisis difraksi sinar-x

Serbuk hematit dan manganit hasil


pengolahan dianalisis menggunakan difraksi
sinar-x. Gambar 1. menunjukkan pola difraksi
sinar-x untuk serbuk hematit, dimana masih
tampak adanya puncak-puncak lain yakni
alumina (Al2O3). Analisis ini menguatkan hasil
analisis yang dilakukan di PPGL bahwa hematit
hasil pengolahan masih mengandung oksida lain
terutama alumina (Tabel 2). Gambar 2 Gambar 3. Pola difraksi sinar x dari yarosit yang
menunjukkan pola difraksi sinar-x serbuk ditambah Mn2O3 disinter pada temperatur 1300oC
manganit. Pada Gambar 2 ini tampak ada dua selama 1 jam (*puncak Mn2O3)
pola puncak yang dominan yakni puncak Mn2O3
dan puncak hematit. Sehingga data ini
menguatkan pula data hasil analisis kimia untuk 4.3. Penampilan Visual dan Rapat massa
serbuk manganit (Tabel 3).
Penampilan pelet termistor NTC yang
disinter pada temperatur 1300oC terlihat cukup
baik yakni kuat namun masih ada beberapa pori
(Gambar 4). Semua pelet yang disinter
mengalami penyusutan massa. Dilihat dari
Gambar 5. diketahui bahwa penambahan oksida
Mn tidak berpengaruh signifikan terhadap rapat
massa dari pelet, ini disebabkan massa relatif
Mn hampir sama dengan massa relatif Fe yakni
Mn = 54,9 sma dan Fe = 55,4 sma.

Gambar 1. Pola difraksi hematit hasil pengolahan 4.4. Struktur mikro


yarosit secara pelarutan kimia
Proses metalografi telah dilakukan untuk
sampel-sampel yang disintesis ini sehingga kita
dapat melihat struktur mikronya. Hasil foto
struktur mikro yang dilakukan di P3TkN
diperlihatkan pada Gambar 6. Dari Gambar 3.
terlihat jelas ada bagian yang terang dan ada
bagian yang gelap. Bagian yang terang
menunjukkan butir (grain) dari matrik Fe2O3
dan bagian yang gelap merupakan material
ikutan dan pori. Dari Gambar 6 ini, terlihat
ukuran butir untuk setiap penambahan oksida
Mn tidak menunjukkan adanya perubahan yang
Gambar 2. Pola difraksi sinar x serbuk manganit
hasil pengolahan. signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa rentang
penambahan oksida Mn pada serbuk yarosit
Pola difarksi sinar x dari sampel yang telah yang dilakukan pada penelitian ini tidak
disinter diperlihatkan pada Gambar 3. Dari berpengaruh terhadap ukuran butir.
gambar ini puncak-puncak Mn2O3 tidak tampak Bentuk butir yang cenderung bundar

148
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

(rounded grains) menunjukkan bahwa pada membentuk inklusi (Gambar 7) yang bertanda
suhu 1300oC telah terjadi sintering fase cair. B. Kedua analisis ini menguatkan hasil analisis
Kemungkinan besar hal ini disebabkan adanya di PPGL Bandung sebelumnya bahwa dalam
senyawa yang berbentuk material atau oksida- hematit hasil pengolahan masih mengandung
oksida yang memiliki suhu leleh lebih rendah oksida lain yakni SiO2, Al2O3 dan TiO2.
dari 1300oC sehingga mengaktivasi Data analisis yang telah dilakukan di PPGL
pertumbuhan butir melalui fase cair. [3] tidak ditemukan adanya oksida Mn. Tidak
terdeteksinya Mn2O3 oleh detektor,
1 2 3 4 5 6 kemungkinan pertama disebabkan karena energi
Fe3+ dan Mn3+ hampir sama sehingga
menyebabkan kesalahan deteksi, dan kedua
1 cm berdasarkan diagram fasa system Fe2O3-Mn2O3,
[10] Mn2O3 tidak larut dalam matriks Fe2O3.
Gambar 4. Pelet termistor hasil sinter 1300oC
Tabel 4. Komposisi oksida pada matriks Fe2O3
persentase dari rapat massa

100

90
No. Oksida Kandungan (%)
teoritis (%)

80 1. Fe2O3 97,09
70 2. Al2O3 2,04
60 3. SiO2 0,80
50 4. TiO2 0,08
0 2 4 6 8
Penambahan berat Mn2O3 (% berat)

Tabel 5. Komposisi oksida pada daerah batas


butir
Gambar 5. Grafik rapat massa teoritis setelah
pelet disinter terhadap penambahan Mn2O3 ke
dalam serbuk yarosit No. Oksida Kandungan (%)
1. SiO2 99,10
2. Al2O3 0,90

Gambar 6. Struktur mikro termistor NTC dari 5 μm


Fe2O3 dengan penambahan Mn2O3 ke dalam
serbuk yarosit yang disinter pada temperature Gambar 7. Foto SEM-EDAX sampel dengan
1300oC. (a) 0%; (b) 1,54%; (b) 3,08%; (d) 4,56%; penambahan 7,7% berat Mn2O3 ke dalam serbuk
(e) 6,16% dan (f) 7,7%. yarosit

Dilakukan juga analisis di PPGL Bandung 4.5. Karakteristik listrik


pada sampel dengan penambahan Mn2O3 7,7%
dan 3,08%. Hasil analisis pada daerah butir Telah dilakukan juga karakterisasi listrik
matrik Fe2O3 (Gambar 7) yang bertanda A untuk mengetahui perilaku resistivitas terhadap
terdapat oksida-oksida lain yang larut pada perubahan temperatur dengan menggunakan
matriks tersebut. Komposisi oksida-oksida yang metode dua probe.
larut dapat dilihat pada Tabel 4. Gambar 8. memperlihatkan hubungan
Hasil analisis pada daerah batas butir antara ln ρ terhadap 1/K. Gradien kurva-kurva
menunjukkan bahwa oksida SiO2 dan Al2O3 pada Gambar 8 digunakan untuk menentukan

149
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

nilai konstanta termistor NTC (B). Harga B


dapat dilihat pada Gambar 9. untuk berbagai 9

Nilai sensitivitas (%/K)


komposisi penambahan oksida Mn kedalam 7 6.73
serbuk yarosit. Nilai konstanta B terkecil untuk 6.01
Fe2O3 (1866 K) dari pelet sinter tanpa 5.39
5 4.96
4.23
penambahan oksida Mn. Sedangkan nilai yang
3
paling besar dicapai pada penambahan oksida 2.1
Mn 1,54%. 1
0 2 4 6 8
Penambahan berat Mn2O3 (% berat)
18

16
0%
ln rho (ohm.cm)

14 1,54% Gambar 10. Hubungan sensitivitas sebagai fungsi


12 3,08% penambahan Mn2O3 ke dalam serbuk yarosit
4,56%
10
6,16%
8 7,7%

ruang (25oC) (KiloOhm.cm)


Nilai resitivitas pada suhu
6 1000000
0.0027 0.0029 0.0031 0.0033 117737
temperatur (1/K)
100000
10000 2122 2030
1112
1000 424
Gambar 8. Grafik hubungan resistivitas ln ρ
100
terhadap temperatur T (1/K)
10
1 1.4

0 2 4 6 8
7000 Penambahan berat Mn2O3 (% berat)
Nilai Konstanta B (K)

6000 5982 5343


4795
5000 4406
4000 3762

3000 Gambar 11. Hubungan resistivitas terhadap


2000 1866 penambahan Mn2O3 ke dalam serbuk yarosit pada
1000 suhu ruang (25oC)
0
0 2 4 6 8
Penambahan berat Mn2O3 (% berat)
Sifat listrik dari sampel tanpa dan dengan
penambahan Mn2O3 dipengaruhi oleh keadaan
Gambar 9. Grafik nilai konstanta B sebagai fungsi yang kompleks, karena selain dalam bahan
penambahan Mn2O3 ke dalam serbuk yarosit utama Fe2O3 hasil pengolahan masih
mengandung material ikutan atau oksida lainnya
yakni SiO2, Al2O3 dan TiO2. Penambahan
Kondisi di atas menunjukkan bahwa Mn2O3 hasil pengolahan berarti juga menambah
penambahan Mn2O3 1,54% pada percobaan ini material ikutan yang masih terkandung
merupakan komposisi yang paling optimum didalamnya. Sehingga tidak dapat
untuk meningkatkan nilai B dari Fe2O3 dari mengatakannya langsung bahwa perbedaan atau
variasi komposisi yang dilakukan dalam perubahan nilai konstanta termistor, resistivitas
penelitian ini, dimana nilai B untuk Fe2O3 hasil dan karakteristik listrik lainnya sebagai akibat
pengolahan naik sekitar tiga kali lipat untuk dari penambahan Mn2O3.
penambahan Mn2O3 1,54% dari 1866 K manjadi Membandingkan dengan hasil simulasi
5982 K. Namun, nilai resistivitas dari sampel yang telah dilakukan menggunakan hematit pro
Fe2O3 hasil pencampuran menjadi lebih besar. analisis (Aldrich) [11] yang disinter pada
Pada Gambar 11. ditunjukkan nilai temperatur 1300oC diketahui nilai resistivitasnya
resitivitas pada temperatur ruang (25oC), pada sebesar 2,09 x 109 Ohm.cm suatu nilai yang
penambahan 1,54% Mn2O3 nilai resistivitasnya hampir mendekati resistivitas isolator. Jika
menjadi lebih besar dan turun ketika berat dibandingkan dengan resistivitas listrik Fe2O3
Mn2O3 ditambahkan. hasil pengolahan yang disinter pada suhu yang
sama diketahui resitivitasnya 1422 Ohm.cm .
Berdasarkan hasil analisis di PPGL
Bandung dalam matriks hematit yang telah

150
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

disinter material ikutannya larut. Tetapi alumina Bandung atas kesediaanya membantu
memiliki elektron valensi +3 yang sama dengan terselesaikannya penelitian ini dan Bapak
matriks sehingga secara teoritis tidak Wikanda operator SEM-EDAX dari PPGL
mengakibatkan munculnya pembawa muatan Bandung.
tambahan. Sedangkan SiO2 dominan
membentuk inklusi diluar matriks.
Besar kemungkinan perubahan ini akibat 7. DAFTAR PUSTAKA
adanya TiO2. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan [11] penambahan TiO2 ke dalam 1. ZULFALINA, MANAF, A., Identifikasi
sistem Fe2O3 dapat menyebabkan turunnya Senyawa Mineral dan Ekstrasi Titanium
resistivitas listrik dari Fe2O3, dan penambahan Dioksida dari Pasir Mineral, Jurnal Sains
SiO2 ke dalam sistem Fe2O3-TiO2 dapat Materi Indonesia P3IB-BATAN V:2 (2004)
menyebabkan naiknya nilai resistivitas 46-50
listriknya. 2. MANAF, A., RIDWAN, Current Status of
Penambahan Mn2O3 ke dalam hematit tidak Research and Depelovment on Magnetic
menimbulkan pembawa muatan karena Mn-nya Materials in Indonesia, Prosiding
memiliki valensi yang sama yaitu +3 sehingga Pertemuan Sains Materi III (1998).
secara teoritis tidak akan menambah pembawa 3. SYARIF, D.G., SUKIRMAN, E.,
muatan. GUNTUR, D.S., YAMIN, M., Studi Awal
Meskipun sangat kompleks untuk Pemanfaatan Mineral Magnetit Sebagai
mengatakan apa yang menjadi penyebab utama Bahan Dasar Termistor NTC, Jurnal Mesin
perubahan karakteristik termistor NTC yang Universitas Trisakti (2004)
dibuat, namun secara keseluruhan semua 4. SYARIF, D.G., SUKIRMAN, E.,
termistor yang dicoba dibuat dari hematit hasil HIDAYAT, S., Karakterisasi Termistor
pengolahan memiliki rentang karakteristik yang NTC yang Dibuat dari Serbuk Hasil Proses
sesuai dengan yang beredar secara komersial. Kopresipitasi Magnetit Asal Garut (2004).
Ini artinya bahwa material ini sangat berpotensi 5. SYARIF, D.G., GUNTUR, D.S., YAMIN,
untuk dibuat sebagai bahan baku termistor NTC. M., Pembuatan Keramik Termistor NTC
Berbahan Dasar Mineral Yarosit dan
Evaluasi Karakteristiknya. (Seminar
5. KESIMPULAN Nasional Sains dan Teknik Nuklir, Bandung
14 -15 Juni 2005), Pusat Penelitian dan
Material pasir yarosit sangat berpotensi Pengembangan Teknologi Nuklir, Badan
untuk dijadikan sebagai bahan baku utama Tenaga Atom Nasional, Bandung (2005)
pembuatan semikonduktor keramik sebagai 344-352
komponen elektronik berjenis termistor NTC. 6. KINGERY, W.D., BOWEN, H.K.,
Hematit maupun Mn2O3 hasil pengolahan masih UHLMANN, D.R., Introduction to
mengandung material lainya yakni SiO2, Al2O3 Ceramics, 2nd ed. John and Wiley Sons,
dan TiO2. Pelet hasil sinternya memiliki New York, 1960.
tampilan yang baik serta tidak rapuh meskipun 7. HILL, D.C., TULLER, H.L., Ceramics
masih ada beberapa yang nampak ada pori. Sensor: Theory and Practice ed., Buchanan
Nilai konstanta termistor dari pelet hasil R.C., Dekker, INC 1986.
sinter 1300oC adalah 1866 K untuk pelet tanpa 8. MOULSON, A.J., HERBERT, J.M.,
penambahan oksida Mn sampai nilai tertinggi Electroceramics (Material, Properties,
5962 K untuk penambahan oksida Mn 1,54%, Application) 1st ed, Chapman and Hall,
adalah merupakan nilai yang masih dapat London, 1990.
digunakan secara komersial meskipun nilai 9. ARNULF, M., SOMIYA, S., Diagram
resistivitasnya untuk penambahan Mn2O3 masih Fasa System Fe2O3, Am.J.Scie. 1962
terlalu besar. Namun secara umum material 10. LENITA, I., Skripsi sarjana, Jurusan
pasir yarosit ini sangat berpotensi dan perlu pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan
kajian serta penelitian lebih lanjut. Indonesia (2004).
11. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar
untuk Hematite (Fe2O3), JCPDS No. 33-
6. UCAPAN TERIMAKASIH 0664
12. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar
Penulis mengucapkan terimakasih kepada untuk Byxbite (Mn2O3), JCPDS No. 41-
Bapak Muhamad Yamin, teknisi dari PTNBR 1442.

151
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional

13. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar 15. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar
untuk Rutile (TiO2), JCPDS No.21-1276 untuk Alumina (Al2O3), JCPDS No.46-
14. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar 1212.
untuk Cristobalite, JCPDS No.39-1425

Ke DAFTAR ISI

152

Anda mungkin juga menyukai