Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
ABSTRAK
ABSTRACT
145
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
1. PENDAHULUAN 2. TEORI
Penelitian mengenai pemanfaatan mineral Dalam termistor ada dua parameter yang
alam Indonesia yang diolah dari bahan mentah sangat penting, yakni nilai konstanta termistor
menjadi bahan jadi terus intensif dilakukan oleh (B) dan sensitivitas termistor (α). Kedua nilai ini
beberapa peneliti. Salah satunya pemanfaatan menunjukkan karakteristik listrik R-T dari
pasir besi yang tersedia secara luas di Indonesia termistor NTC. Konstanta termistor B
yang tersebar sepanjang pesisir utara pulau menunjukkan karakteristik dari material
Jawa, Sumatara, Kalimantan dan Bangka. [1] termistor sehingga biasa juga disebut dengan
Beberapa mineral utama yang diduga konstanta bahan karena berhubungan dengan
terkandung dalam pasir besi adalah magnetit energi aktivasi bahan. Nilai α menunjukkan
(Fe2O3), ilmenit (FeTiO3), rutile (TiO2) dan berkurangnya nilai hambatan tiap kenaikan
hematite (Fe2O3). [2] Mineral ini tertuju pada temperatur 1 K dan biasanya dihitung pada
pemanfaatan mineral sebagai bahan baku temperatur tertentu yaitu temperatur ruang
keramik, sehingga dengan adanya penelitian ini (25oC) dan 85oC. Besarnya nilai B dan α dari
diharapkan industri keramik di Indonesia dapat termistor yang umum beredar secara komersial
tumbuh dan berkembang. adalah 2000 K sampai 6000 K dan -6,0 %/K
Salah satu mineral besi yakni pasir yarosit sampai -1,0 %/K. [7]
yang mengandung hematit sebagai senyawa Hubungan hambatan listrik dengan termistor
utamanya berpotensi untuk dimanfaatkan NTC terhadap temperatur berupa hubungan
sebagai keramik semikonduktor untuk bahan eksponensial. Dalam termistor, resistivitas
baku termistor NTC. [3,4,5] Hematit merupakan bergantung temperatur diekspresikan dengan
semikonduktor oksida tipe-n dengan band gap pers. 1. [8]
sebesar 3,1 eV. [6] Sejauh ini, termistor NTC
banyak dibuat dari oksida logam seperti
§ε ·
mangan, besi, kobalt, nikel, tembaga dan seng. ρ (T ) = ρ ∞ ekp¨¨ A ¸¸ (1)
Termistor juga dapat dibuat dari berbagai
© kT ¹
macam oksida untuk meningkatkan kualitas
sensitivitasnya dan karakteristik lainnya. Dan dengan ρ(T) = resistivitas pada temperatur T K
dalam mineral yarosit banyak terkandung (ohm.cm), ρ∞ = resistivitas pada temperatur ∞ K
oksida-oksida selain hematit seperti oksida Ti, (Ohm.cm) nilainya tetap, εA = energi aktivasi
oksida Si, Oksida Mn, oksida Ca, Oksida Al, (eV), k = konstanta Boltzman (eV/K) dan T =
dan lain-lainnya. Oksida-oksida itu dapat temperatur (K).
berpengaruh positif dan dapat berpengaruh Konstanta termistor dapat ditulis dengan
negatif terhadap kualitas termistor. Oksida- pers. 2. [9]
oksida yang berpengaruh positif kandungannya
dibiarkan tetap ada, dikurangi atau bahkan
ε
ditambah. Dan yang berpengaruh negatif harus B= A (2)
dibuang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian k
tentang pengaruh oksida-oksida tersebut. Karena
banyaknya jenis oksida-oksida itu sehingga dengan B = konstanta termistor/bahan NTC (K).
memerlukan kajian yang lebih banyak, luas dan Dari pers. 1 dan pers. 2 konstanta termistor
berkesinambungan. ditentukan oleh dua titik (ρT,T) dan (ρ∞,T∞)
Mengacu pada penelitian terdahulu, [5] dapat dicari :
bahwa serbuk yarosit asli (mineral) berpotensi
untuk digunakan sebagai bahan termistor NTC
T .T∞ ρ∞
dengan karakteristik yang memenuhi pasar. B= ln (3)
Dalam makalah ini membicarakan pembuatan T − T∞ ρ (T )
dan karakterisasi termistor NTC dari pasir
yarosit (yang telah dimurnikan secara kimia) sehingga konstanta termistor B dapat ditentukan
dengan penambahan oksida mangan sebagai dari kemiringan kurva ln ρ-1/T.
salah satu oksida yang sering ditemukan dalam Sensitivitas termistor α dapat dicari dengan
pasir yarosit. menggunakan pers. 4
B
α =− X 100% (4)
2
T
146
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
147
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
sebesar 2, 4, 6, 8 dan 10 % berat ke dalam kecuali untuk pola difraksi sinar x pada sampel
serbuk yarosit hasil pengolahan. yang ditambah Mn2O3 sebanyak 7,7%. Hal ini
Sehingga hal ini perlu dikoreksi dengan menunjukkan bahwa Mn2O3 tidak larut dalam
mengacu pada hasil analisis kimia serbuk matrik Fe2O3.
manganit yakni bahwa oksida mangan yang
ditambahkan ke dalam serbuk yarosit
sebenarnya adalah dikali faktor 0,77 dari
persentase berat Mn2O3 menjadi 1,54 ; 3,08;
4,56; 6,16; dan 7,7 % berat Mn2O3.
148
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
(rounded grains) menunjukkan bahwa pada membentuk inklusi (Gambar 7) yang bertanda
suhu 1300oC telah terjadi sintering fase cair. B. Kedua analisis ini menguatkan hasil analisis
Kemungkinan besar hal ini disebabkan adanya di PPGL Bandung sebelumnya bahwa dalam
senyawa yang berbentuk material atau oksida- hematit hasil pengolahan masih mengandung
oksida yang memiliki suhu leleh lebih rendah oksida lain yakni SiO2, Al2O3 dan TiO2.
dari 1300oC sehingga mengaktivasi Data analisis yang telah dilakukan di PPGL
pertumbuhan butir melalui fase cair. [3] tidak ditemukan adanya oksida Mn. Tidak
terdeteksinya Mn2O3 oleh detektor,
1 2 3 4 5 6 kemungkinan pertama disebabkan karena energi
Fe3+ dan Mn3+ hampir sama sehingga
menyebabkan kesalahan deteksi, dan kedua
1 cm berdasarkan diagram fasa system Fe2O3-Mn2O3,
[10] Mn2O3 tidak larut dalam matriks Fe2O3.
Gambar 4. Pelet termistor hasil sinter 1300oC
Tabel 4. Komposisi oksida pada matriks Fe2O3
persentase dari rapat massa
100
90
No. Oksida Kandungan (%)
teoritis (%)
80 1. Fe2O3 97,09
70 2. Al2O3 2,04
60 3. SiO2 0,80
50 4. TiO2 0,08
0 2 4 6 8
Penambahan berat Mn2O3 (% berat)
149
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
16
0%
ln rho (ohm.cm)
0 2 4 6 8
7000 Penambahan berat Mn2O3 (% berat)
Nilai Konstanta B (K)
150
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
disinter material ikutannya larut. Tetapi alumina Bandung atas kesediaanya membantu
memiliki elektron valensi +3 yang sama dengan terselesaikannya penelitian ini dan Bapak
matriks sehingga secara teoritis tidak Wikanda operator SEM-EDAX dari PPGL
mengakibatkan munculnya pembawa muatan Bandung.
tambahan. Sedangkan SiO2 dominan
membentuk inklusi diluar matriks.
Besar kemungkinan perubahan ini akibat 7. DAFTAR PUSTAKA
adanya TiO2. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan [11] penambahan TiO2 ke dalam 1. ZULFALINA, MANAF, A., Identifikasi
sistem Fe2O3 dapat menyebabkan turunnya Senyawa Mineral dan Ekstrasi Titanium
resistivitas listrik dari Fe2O3, dan penambahan Dioksida dari Pasir Mineral, Jurnal Sains
SiO2 ke dalam sistem Fe2O3-TiO2 dapat Materi Indonesia P3IB-BATAN V:2 (2004)
menyebabkan naiknya nilai resistivitas 46-50
listriknya. 2. MANAF, A., RIDWAN, Current Status of
Penambahan Mn2O3 ke dalam hematit tidak Research and Depelovment on Magnetic
menimbulkan pembawa muatan karena Mn-nya Materials in Indonesia, Prosiding
memiliki valensi yang sama yaitu +3 sehingga Pertemuan Sains Materi III (1998).
secara teoritis tidak akan menambah pembawa 3. SYARIF, D.G., SUKIRMAN, E.,
muatan. GUNTUR, D.S., YAMIN, M., Studi Awal
Meskipun sangat kompleks untuk Pemanfaatan Mineral Magnetit Sebagai
mengatakan apa yang menjadi penyebab utama Bahan Dasar Termistor NTC, Jurnal Mesin
perubahan karakteristik termistor NTC yang Universitas Trisakti (2004)
dibuat, namun secara keseluruhan semua 4. SYARIF, D.G., SUKIRMAN, E.,
termistor yang dicoba dibuat dari hematit hasil HIDAYAT, S., Karakterisasi Termistor
pengolahan memiliki rentang karakteristik yang NTC yang Dibuat dari Serbuk Hasil Proses
sesuai dengan yang beredar secara komersial. Kopresipitasi Magnetit Asal Garut (2004).
Ini artinya bahwa material ini sangat berpotensi 5. SYARIF, D.G., GUNTUR, D.S., YAMIN,
untuk dibuat sebagai bahan baku termistor NTC. M., Pembuatan Keramik Termistor NTC
Berbahan Dasar Mineral Yarosit dan
Evaluasi Karakteristiknya. (Seminar
5. KESIMPULAN Nasional Sains dan Teknik Nuklir, Bandung
14 -15 Juni 2005), Pusat Penelitian dan
Material pasir yarosit sangat berpotensi Pengembangan Teknologi Nuklir, Badan
untuk dijadikan sebagai bahan baku utama Tenaga Atom Nasional, Bandung (2005)
pembuatan semikonduktor keramik sebagai 344-352
komponen elektronik berjenis termistor NTC. 6. KINGERY, W.D., BOWEN, H.K.,
Hematit maupun Mn2O3 hasil pengolahan masih UHLMANN, D.R., Introduction to
mengandung material lainya yakni SiO2, Al2O3 Ceramics, 2nd ed. John and Wiley Sons,
dan TiO2. Pelet hasil sinternya memiliki New York, 1960.
tampilan yang baik serta tidak rapuh meskipun 7. HILL, D.C., TULLER, H.L., Ceramics
masih ada beberapa yang nampak ada pori. Sensor: Theory and Practice ed., Buchanan
Nilai konstanta termistor dari pelet hasil R.C., Dekker, INC 1986.
sinter 1300oC adalah 1866 K untuk pelet tanpa 8. MOULSON, A.J., HERBERT, J.M.,
penambahan oksida Mn sampai nilai tertinggi Electroceramics (Material, Properties,
5962 K untuk penambahan oksida Mn 1,54%, Application) 1st ed, Chapman and Hall,
adalah merupakan nilai yang masih dapat London, 1990.
digunakan secara komersial meskipun nilai 9. ARNULF, M., SOMIYA, S., Diagram
resistivitasnya untuk penambahan Mn2O3 masih Fasa System Fe2O3, Am.J.Scie. 1962
terlalu besar. Namun secara umum material 10. LENITA, I., Skripsi sarjana, Jurusan
pasir yarosit ini sangat berpotensi dan perlu pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan
kajian serta penelitian lebih lanjut. Indonesia (2004).
11. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar
untuk Hematite (Fe2O3), JCPDS No. 33-
6. UCAPAN TERIMAKASIH 0664
12. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar
Penulis mengucapkan terimakasih kepada untuk Byxbite (Mn2O3), JCPDS No. 41-
Bapak Muhamad Yamin, teknisi dari PTNBR 1442.
151
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Tema : Peran Teknologi Nuklir Bahan dan
PTNBR – BATAN Bandung, 17 – 18 Juli 2007 Radiometri dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Potensi Nasional
13. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar 15. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar
untuk Rutile (TiO2), JCPDS No.21-1276 untuk Alumina (Al2O3), JCPDS No.46-
14. ANONYMOUS, Pola Difraksi Standar 1212.
untuk Cristobalite, JCPDS No.39-1425
Ke DAFTAR ISI
152