Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek
yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat
menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh
lainnya. Karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa
faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi di antara individu. Namun,
telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah yang
besar, dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan
rendahnya insiden kanker kolorektal ( Robinson dan Weigley, 1989 dalam
Potter & Perry, 2005).
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan
berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia.
Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostatis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme
tersebut terbagi kedalam dua jenis, yaitu sampah yang berasal dari saluran
cerna yang dibuang sebagai feses (nondigestible waste) serta sampah
metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran
lain seperti urine, CO2, nitrogen dan H2O. Eliminasi terbagi atas dua
bagian utama yaitu eliminasi fekal ( buang air besar) dan eliminasi urine
(buang air kecil). (Asmadi, 2008).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi eliminasi?
2. Bagaimana fisiologi eliminasi?
3. Bagaimana perubahan produksi eliminasi urin?
4. Apa masalah eliminasi urin?
5. Apa masalah eliminasi alvi?
6. Bagaimana proses keperawatan eliminasi urin dan alvi?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami Eliminasi serta asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui apa definisi dari Eliminasi
Urine dan Eliminasi Bowel.
b. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi proses Eliminasi.
c. Mahasiswa mampu menulis asuhan keperawatan masalah
eliminasi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ELIMINASI


Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan
eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urine atau bowel (feses).
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan
berperan menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan
untuk mempertahankan homeosstatis tubuh.
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus. (Tarwoto dan Wartonah, 2014). Eliminasi alvi adalah suatu tindakan
atau proses mahkluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang
padat atau setengah- padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk
hidup.
2.2 FISIOLOGI ELIMINASI
Fisiologi Eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah
untuk membentuk urine. ureter mentranspor urine dari ginjal ke kandung
kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk
berkemih. Urine keluar dari tubuh melalui uretra. Semua organ sistem
perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan
dengan baik.
Fisiologi eliminasi alvi Saluran gastrointestinal (GI) merupakan
serangkaian organ muskular berongga yang dilapisi oleh membran mukosa
(selaput lendir)tujuan kerja organ ini ialah mengabsorpsi cairan dan nutrisi
menyiapkan makanan untuk diabsorpsi yang digunakan oleh sek-sel tubuh
serta menyediakan tempat penyimpanan feses sementara. Saluran GI
mengabsoprsi dalam jumlah besar sehingga fungsi sistem GI adalah
membuat kesimbangan cairan selain menela cairan dan makanan, saluran

3
GI juga menerima banyak dan sekresi dari organ-organ seperti kandung
empedu dan pankreas setiap kondisi yang serius mengganggu absorpsi
atau sekresi normal cairan GI dapat menyebabkan ketidak seimbangan
cairan

2.3 PERUBAHAN PRODUKSI ELIMINASI URINE

Walaupun pola urinasi bersifat sangat imdividual, sebagian besar oerang


berkemih sekitar 5 kali sehari. Seseorang biasanya berkemih saat mereka
pertama kali terbangun di pagi hari, sebelum mereka tidur, dan di sekitar
jam makan. Table 47-2 menunjukkan kisaran haluaran urine per hari pada
berbagai usia.

1. Poliuria

Poliuria (atau dieresis) adalah produksi urine dalam jumlah besar yang
tidak normal oleh ginjal, sering kali beberapa liter lebih banyak
dibandingkan haluaran harian klien yang biasa. Poliuria dapat terjadi
akibat asupan cairan berlebihan, sebuah kondisi yang dikenal sebagai
polidipsia, atau mungkin dikaitkan dengan penyakit seperti diabetes
mellitus, diabetes insipidus, dan nefritis kronis. Poliuria dapat
menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan, yang menyebabkan
rasa haus berat, dehidrasi, dan penurunan berat badan.

2. Oliguria dan Anuria

Istilah oliguria dan anuria digunakan untuk menggambarkan penurunan


haluaran urine. Oliguria adalah haluaran urine yangn sedikit, biasanya
kurang dari 500 Ml per hari atau 300 Ml per jam. Walaupun oliguria dapat
terjadi karena kehilangan cairan secara abnormal atau karena kurangnya
asupan cairan, oliguria sering kali mengindikasikan adanya gangguan
aliran darah ke ginjal atau kemungkinan gagal ginjal dan harus dilaporkan
dengan cepat ke pemberi perawatan primer. Memulihkan aliran darah
ginjal dan haluaran urine dengan cepat dapat mencegah gagal ginjal dan
komplikasinya. Anuria adalah tidak ada produksi urine.

4
Apabila ginjal tidak dapat berfungsi secara adekuat, beberapa mekanisme
penyaringan darah dibutuhkan untuk mencegah penyakit dan kematian.
Penyaringan ini dilakukan dengan penggunaan dialysis ginjal, sebuah
teknik pengaliran cairan dan molekul ke membran semi permeabel sesuai
dengan prinsip osmosis. Dua metode dialisis yang paling umum adalah
hemodialisis dan dialisis peritoneum. Pada hemodialisis, darah klien
mengalir melalui kateter vascular, melewati larutan dialisis di dalam mesin
eksternal, dan kemudian kembali ke klien.

Pada dialisis peritoneum, larutan dialisis dimasukkan ke dalam rongga


abdomen melalui sebuah kateter, dibiarkan di rongga abdomen sementara
terjadi pertukaran cairan dan molekul, dan kemudian dibuang melalui
kateter. Baik hemodialisis maupun dialisis peritoneum harus dilakukan
dalam interval waktu yang dekat sampai ginjal klien dapat kembali
memiliki fungsi penyaringan.

TABEL 47-2 Kisaran Haluaran Urine Harian Sesuai Usia


Usia Jumlah
1 sampai 2 hari 15-60
3 sampai 10 hari 100-300
10 hari sampai 2 bulan 250-450
2 bulan sampai 1 tahun 400-500
1 sampai 3 tahun 500-600
3 sampai 5 tahun 600-700
5 sampai 8 tahun 700-1000
8 sampai 14 tahun 800-1400
14 tahun sampai masa dewasa 1500
Dewasa lanjut/ paruh baya 1500 atau kurang
2.4 MASALAH ELIMINASI URINE

Meskipun produksi urine normal, sejumlah factor atau kondisi dapat


memengaruhi eliminasi urine. Frekuensi, nokturia, urgensi, dan disuria
sering kali menjadi manifestasi gangguan dasar seperti infeksi saluran
kemih. Enuresis, inkontinensia, retensi, dan kandung kemih neurogenik

5
dapat menjadi manifestasi atau masalah primer yang memengaruhi eliminasi
urine. Beberapa factor pilihan yang terkait dengan perubahan pola eliminasi
urine di identifikasi dalam Tabel 47-3.

1. Frekuensi dan Nokturia

Frekuensi berkemih adalah berkemih dengan interval sering,yaitu,lebih


sering dari biasa. Peningkatan asupan cairan menyebabkan sedikit
peningkatan dalam frekuensi berkemih. Kondisi seperti infeksi saluran
kemih, stress, dan kehamilan dapat menyebabkan sering berkemih dengan
urine dengan jumlah sedikit (50-100mL). asupan dan haluaran cairan total
mungkin normal.

Nokturia adalah berkemih dua kali atau lebih di malam hari. Seperti
frekuensi, nokturia biasanya dijelaskan dalam hal beberapa kali seseorang
bangun dari tempat tidur untuk berkemih, misalnya,”nokturia 4 X”.

2. Urgensi

Urgensi (desakan) adalah perasaan bahwa seseorang harus berkemih. Bisa


saja kandung kemih penuh atau terisi sedikit dengan urine, tetapi seseorang
merasa perlu berkemih. Urgensi menyertai stres psikologis dan iritasi pada
trigonum dan uretra. Urgensi juga sering terjadi pada anak kecil yang
kurang memiliki kontrol sfingter eksternal.

TABEL 47-3 Faktor Pilihan Yang Dikaitkan dengan Perubahan


Eliminasi Urine
Pola Faktor terkait pilihan
Poliuria Meminum cairan yang mengandung kafein atau
alkohol. Meminum diuretik yang diresepkan ada rasa
haus, dehidrasi dan penurunan berat badan.
Riwayat diabetus mellitus, diabetes insipidus atau
penyakit ginjal.
Oliguria anuria
Penurunan asupan cairan. Tanda-tanda dehidrasi. Ada

6
hipotensi, syok, atau gagal jantung.
Riwayat penyakit ginjal.
Tanda-tanda gagal ginjal seperti peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin serum,edema,
Frekuensi atau hipetensi.
nokturia
Kehamilan
Peningkatan asupan cairan
Infeksi saluran kemih
Urgensi
Ada stres psikologis
Infeksi saluran kemih
Disuria
Inflamasi, infeksi, atau cedera pada saluran kemih
Keraguan, hematuria, piuria (nanah didalam urine), dan
Enuresis frekuensi

Riwayat enuresisdalam keluarga


Kesulitan mengakses fasilitas toilet
Inkontinensia Tekanan di rumah

Inflamasi kandung kemih atau penyakit lain


Kesulitan ke toilet secara mandiri (gangguan mobilitas)
Rembesan urine saat batuk, tertawa, bersin
Retensi Gangguan kognitif

Kandung kemih terdistensi sat palpasi dan perkusi


Tanda-tanda terkait seperti, ketidaknyamanan pubis,
gelisah, frekuensi, dan volume urine sedikit
Baru mendapat anastesi
Baru menjalani bedah perineum
Ada pembekakan perineum

7
Obat-obatan yang diresepkan
Kurang privasi atau faktor lain yang menghambat
mikturisi

3. Disuria

Disuria adalah sakit dan susah saat berkemih. Disuria dapat menyertai
striktur (pengecilan diameter) uretra, infeksi kemih, dan cedera pada
kandung kemih dan uretra. Sering kali klien akan mengatakan bahwa
mereka harus mendorong untuk berkemih atau terdapat rasa terbakar yang
menyertai atau terjadi setelah berkemih. Rasa terbakar dapat digambarkan
sebagai rasa terbakar parah, seperti tersulut korek api panas, atau lebih
ringan, seperti terbakar matahari. Sering kali, keraguan berkemih
(penundaan dan kesulitan dalam memulai berkemih) dengan disuria.

4. Enursis

Enuresis adalah urinasi involunter pada anak-anak yang usianya lebih tua
dari yang seharusnya sudah memiliki kontrol kandung kemih secara
volunter, biasanya usia 4 atau 5 tahun. Enuresis nokturnal seringkali terjadi
secara tidak teratur dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Enuresis diurnal (siang hari) mungkin
menetap dan disebabkan oleh kondisi patologis. Lebih sering terjadi pada
anak wanita dan anak perempuan.

5. Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine, atau urinasi involunter, adalah sebuah gejala, bukan


sebuah penyakit. Kondisi tersebut dapat memberi dampak bermakna dalam
kehidupan klien, menciptakan masalah fisik seperti kerusakan kulit dan
kemungkinan menyebabkan masalah psikososial seperti masa lalu, isolasi,
dan menarik diri dari pergaulan sosial. Walaupun inkontinensia biasa
terjadi pada lansia,kondisi tersebut bukan konsekuensi normal dari
penuaan dan seringkali dapat diobati. Semua klien harus ditanyai tentang
pola berkemih mereka. Apabila digambarkan adanya inkontinensia,

8
diindikasikan riwayat dan pengkajian menyeluruh. Klien yang berisiko
tinggi mengalami inkontiensia adalah mereka yang memiliki riwayat
infeksi saluran kemih, pembedahan, atau trauma di saluran kemih;
penyakit menular seksual; kelahiran multipel per vaginam, dan gangguan
muskuloskeletal, endokrin, atau neurologis (shulzt, 2002). NANDA
mengaktegorikan lima tipe inkontinensia (lihat”Diagnosis”). Penanganan
dapat mencakup pembedahan, medikasi, atau terapi perilaku.

6. Retensi Urine

Apabila pengosongan kandung kemih terganggu, urine akan terakumulasi


dan distensi kandung kemih yang berlebihan terjadi, sebuah kondisi yang
dikenal sebagai retensi urine. distensi kandung kemih yang berlebihan
menyebabkan buruknya kontraktilitas otot detrusor, sehingga
mengganggu urinasi. Penyebab umum retensi urine mencakup hipertrofi
(pembesaran) prostat, pembedahan, dan beberapa obat-obatan Klien
yanng mengalami retensi urine dapat mengalami berkemih overlaw atau
inkontinensia, yaitu mengeluarkan 25 sampai 50 mL urine pada interval
yang sering. Kandung kemih keras dan terdistensi saat palpasi dan dapat
berpindah ke salah satu sisi dari garis tengah tubuh.

7. Kandung Kemih Neurogenik

Gangguan fungsi neurologis dapat mengganggu mekanisme normal


eliminasi urine, menyebabkan kandung kemih neurogenik. Klien yang
menderita kandung kemih neurogenik tidak merasakan kepenuhan pada
kandung kemih dan tidak mampu mengontrol sfingter kemihnya.
Kandung kemih dapat mengalami kelemahan dan terdistensi atau spastik,
dengan sering berkemih secara tidak disadari.

2.5 MASALAH ELIMINASI ALVI

Empat masalah umum yang terkait dengan eliminasi alvi : konstipasi,


diare, inkontinesia alvi, dan flatulens.

9
1. Konstipasi

Konstipasi adalah didefinisikan sebagai alvi kurang dari tiga kali per
minggu. Ini menunjukkan pengeluaran feses yang kering,keras atau
tanpa pengeluaran feses. Konstipasi terjadi jika pergerakan feses di usus
besar berjalan lambat,sehingga memungkinkan bertambahanya waktu
reabsorpsi cairan di usus besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya
pengeluaran feses dan bertambahnya upaya atau penekanan otot-otot
volunter alvi. seseorang juga dapat merasa bahwa fesesnya tidak keluar
secara komplit setelah alvi. Namun, sangat penting untuk
mendefinisikan konstipasi terkait dengan pola eliminasi regular
seseorang. Beberapa orang secara normal melakukan defekasi hanya
beberapa kali seminggu; sementara orang lain melakukan defekasi lebih
dari satu kali sehari. Pengkajian cermat mengenai kebiasaan seseorang
dibutuhkan sebelum diagnosis konstipasi di buat. Kotak 46-1
mencantumkan batasan karakteristik konstipasi yang sering muncul.

Banyak penyebab dan faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi.


Diantaranya adalah sebagai berikut :

 Ketidakcukupan asupan serat


 Ketidakcukupan asupan cairan
 Ketidakcukupan aktivitas atau imobilitas
 Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
 Perubahan rutinitas harian
 Kurang privasi
 Pengguanaan lakstif atau enema kronis
 Gangguan emosional seperti depresi atau kebingungan mental.
 Medikasi seperti opiat atau garam zat besi

Konstipasi dapat berbahaya bagi beberapa mengejan konstipasi


seringkali di sertai dengan menahan nafas. Manuver Valsava ini dapat
menyebabkan masalah serius pada penderita penyakit jantung,cedera

10
otak ,atau penyakit pernafasan. Menahan nafas meningkatakan tekanan
intratoraks dan intrakranial.

2. Impaksi alvi

Impaksi alvi adalah suatu massa atau pengumpulan feses yang keras di
dalam lipatan rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi
materi alvi yang berkepanjangan. Pada impaksi berat,feses terakumulasi
dan meluas sampai ke kolon sigmoid dan sekitarnya. Impaksi alvi dapat
dikenali dengan keluarnya rembesan cairan alvi(diare) dan tidak ada
feses normal. Cairan feses merembes samapi keluar dari massa yang
terimpaksi. Impaksi dapat juga dikaji dengan pemeriksaan rektum
menggunakan jari tangan, yang sering kali dapat mempalpasi massa
yang mengeras.

Seiring dengan perembesan cairan feses dan konstipasi,gejala meliputi


keinginan yang sering namun bukan keinginan yang produktif untuk
melakukan defekasi dan sering mengalami nyeri rektal. Muncul
perasaan umum mengalami satu penyakit; klien menjadi
anoreksik,abdomen menjadi terdistensi,dan dapat terjadi mual dan
muntah.

Penyebab impaksi alvi biasanya adalah kebiasaaan defekasi yang buruk


dan konstipasi. Penggunaaan barium dalam pemeriksaan radiologi pada
saluran pencernaan atas dan bawah dapatjuga,menjadi sebuah faktor
penyebab. Oleh karena itu, setelah pemeriksaan ini, laksatif atau enema
biasanya digunakan untuk memastikan pengeluaran barium.

Pemeriksaan impaksi menggunakan jari di rektum harus dilakukan


secara lembut dan hati-hati. Walaupun pemeriksaaan digital ( jari
tangan ) berada dalam ruang lingkup praktik keperawatan, beberapa
kebijakan lembaga memerlukan instruksi dokter untuk memanipulasi
dan mengeluarkan impaksi fektal secara digital. Walaupun impaksi
fektal secara umum dapat dicegah, kadang kala dibutuhkan terapi untuk
feses yang mengalami impaksi. Jika di curigai adanya impaksi fektal,

11
klien sering kali di berikan suatu minyak sebagai enema retensi, lalu
diberikan enema pembersih pada 2 sampai 4 jam kemudian, dan enema
pembersih tambahan setiap hari, supositoria atau pelunak feses hari.
Jika upaya ini gagal sering kali di butuhkan pengeluaran

3. Diare

Diare merujuk pada pengeluaran feses encer dan peningkatan frekuesi


defekasi. Diare merupakan kondisi yang berlaanan dengan konstipasi
dan terjadi akibat cepatnya pergerakan isi fekal di usus besar. Cepatnya
pergerakan kime mengurangi waktu usus besar untuk menyerap
kembali air dan elektrolit. Beberapa orang mengeluarkan feses dengan
frekuensi sering, tetapi diare tidak terjadi kecuali feses relatif tidak
terbentuk dan mengandung cairan yang berlebihan. Sesorang yang
mengalami diare sering kali merasa sulit atau tidak mungkin
mengendalikan keinginan defekasi dalam waktu yang sangat lama.
Diare dan ancaman intokontinesia merupakan sumber kekhawatiran dan
ras malu. Sering kali kram spasmodik dikaitkan dengan diare. Bising
usus mengingat. Dengan diare persisten,biasanya terjadi iritasi di
daerah anus meluas ke perineum dan bokong. keletihan, kelemahan,
lelah dan emasiasi(kurus dan lemah) merupakan akibat dari diare yang
berkepanjangan

Apabila penyebab diare adalah karena adanya iritan di saluran


usus,diare di duga sebagai satu mekanisme pembilasan pelindung.
Namun ,diare dapat mengakibatkan kehilangan cairan elektrolit berat di
dalam tubuh, yang dapat terjadi di dalam periode waktu singkat yang
menakutkan terutama bayi, anak kecil dan lansia. Tabel 46-2
menguraikan beberapa penyebab utama diare dan respons fisiologis
tubuh

12
Tabel 46-2 penyebab utama diare
Efek fisiologis
Penyebab

Meningkatkan motilitas usus dan


sekresi lendir
Stress psikologis (mis.. ansietas)
Inflamasi dan infeksi mukosa akibat
Obat-obatan pertumbuhan mikrooganisme usus
Antibiotik yang berlebihan
Zat besi Iritasi mukosa usus
Katartik Iritasi mukosa usus
Alergi terhadap makanan , cairan,obat- Pencernaaan makanan atau cairan
obatan yang tidak komplet
Intoleransi terhadap makanan atau
cairan Peningkatan motilitas usus dan sekresi
Penyakit kolon (mis.. sindrom lendir
malabsorpsi penyakit Crohn)
Penurunan absorbsi cairan
Inflamasi mukosa sering kali
menyebabkan bententukan tukak

4. Inkontinesia Alvi

Inkontinesia alvi (bowel) atau disebut juga lukon tinesia fekal adalah
hilangnya kemampuan volun teruntuk mengontrol pengeluaran fekal
dan gas dari spinger anal inkontinesia dapat terjadi pada waktu-waktu
tertentu seprti setelah makan,atau dapat terjadi secara tidak teratur.dua
tipe inkontinesia alvi di gambarkan parsial dan mayor.

13
Inkontinesia alvi adalah masalah yang mmbuat distres emosional yang
padaa akhirnya menyebabkan isolasi sosia. Penderita dapat mnarik diri
kedalam rumahnya atau jika dirumah sakit, karena tetap berada di
kamar mereka untuk meminimalkan rasa malu akibat pengotoran oleh
fekal.beberapa prosedur bedah digunakan untuk pelaksanaan
inkontinesia fekal. Pelaksanaan ini meliputi perbaikan sfingter dan
diversi fekal atau kolostomi

5. Flatulens

Terdapat tiga sumber utama faltus: (a) kerja bekerja dalam kime di usus
besar ,(b) udara yang tertelan dan(c) gas yang berdifusi diantara aliran
darah dan usus.

Sebagian besar gas yang tertelan dikeluarkan melalui mulut dengan


dendawa. namun, sejumlah besar gas dapat terkumpul di perut. Yang
menyebabkan distensi lambung,gas yang terbentuk di usus besar
terutama diabsorbsi melalui kapiler usus. Flatulens. adalah keberadaan
flatus yang berlebihan di usus menyebabkan peregangan dan inflasi
usus ( distensi usus) flatulens dapat terjadi di kolon akibat beragam
penyabab makanan (mis: kol,bawang merah), bedah abdomen narkolik.
Apabila gas dikeluarkan dengan meningkatakan aktivitas kolon
sebelum gas tersebut dapat diabsorbsi. Gas dapat dikeluarkan melalui
usus.apabila gas berlebihan tidak dapat di keluarkan melalui usus ,
mungkin perli memasukkan dengan rektal untuk mengeluarkannya.

2.6 PROSES KEPERAWATAN ELMINASI URINE dan ALVI

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Lyer et al, 1996).
Pada tahap pertama (pengkajian) ini kegiatan yang harus dilakukan
adalah mengumpulkan data.

14
a. Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi sistematik
tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. (Carol
Vestal Allen, 1998) Adapun data-data yang akan dikumpulkan
dikaji pada asuhan keperawatan kelayan dengan diagnosa medis
Inkontinensia Urine
1) Identitas Klien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama/kepercayaan :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Alamat :
Diagnosa Medis :
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Jenis Kelamin :
Hubungan :

b. Riwayat Penyakit
1) Alasan masuk rumah sakit
Memuat alasan atau keluhan pasien saat datang kerumah
sakit
2) Keluhan Utama
Pada Inkontinensia Urine keluhan-keluhan yang ada adalah
nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan staguri.
Pada masalah pola defekasi keluhan-keluhan yang ada
3) Riwakat Penyakit Sekarang

15
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul
keluhan, usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi
keluhan.
4) Riwakat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (Infeksi
Saluran Kemih) yang berulang. penyakit kronis yang pernah
diderita.
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota
keluarga yang menderita masalah pola defekasi
5) Riwakat Penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit Inkontinensia Urine
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota
keluarga yang menderita masalah pola eliminasi alvi
6) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang digunakan adalah :
B1-B6
a) B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas,
sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi
dada, adakah kelainan pada perkusi.
b) B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien
bingung dan gelisah
c) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
d) B4 (bladder)
Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya
bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme
(bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya
darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah
supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan

16
nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari
infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik /
pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing
/ dapat juga di luar waktu kencing.
e) B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya
nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi,
adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.
f) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya
dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada
persendian
c. Riwayat Keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi:
1) kebiasaan ayau pola berkemih
Pengkajian berkemih bersifat khusus karena setiap
individu memiliki kebiasaan yang berbeda. Pasien
sendirilah yang akan menentukan apakah ada perubahan.
Selain itu, hal yang perlu dikaji adalah faktor apa saja
yang menyebabakan kebiasaan berkemihnya.
2) frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan beberapa kali individu
berkemih adalam sehari (24jam)
3) volume urine
Pengkajian volume urine dilakukan untuk mengetahui
jumlah urine yang dikeluarkan dalam 24 jam.
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi alvi meliputi:
Hal-hal yang perlu dikaji pada riwayat keperawatan anatara
lain pola defekasi, perilaku defekasi, deskripsi feses, diet,
jumlah dan jenis minuman yang di konsumsi setiap hari,

17
aktivitas, medkasi, stres psikologi, pembedahan, dan
penyakit kronis.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DATA PROBLEM ETIOLOGI
Batasan Karakteristik Domain 3 : Eliminasi Faktor yang
1. Anyang-anyangan dan Pertukaran Berhubungan
2. Disuria Kelas 1: Fungsi 1. Gangguan sensori
3. Dorongan motorik
Urinarius
berkemih 2. Infeksi saluran
4. Inkontinensia Kode : 00016 kemih
5. Inkontinensia Gangguan Eliminasi 3. Obstruksi anatomic
urine Urine 4. Penyebab multipel
6. Nokturia
7. Retensi urine Definisi
8. Sering berkemih Disfungsi eliminasi
urine

Batasan Karakteristik Domain 3: Eliminasi Factor yang berhubungan


1. Berkemih sebelum dan Pertukaran 1. Factor perubahan
mencapai toilet Kelas 1: Fungsi lingkungan
2. Inkontinensia 2. Gangguan fungsi
Urinarius
urine sangat dini kognisi
3. Mengosongkan Kode : 00020 3. Gangguan
kandung kemih Inkontinensia urinarius penglihatan
dengan tuntas fungsional 4. Gangguan
4. Sensasi ingin psikologis
berkemih Definisi 5. Kelemahan struktur
5. Waktu untuk Ketidakmampuan panggul
mencapai toilet individu, yang 6. Keterbatasan
memanjang biasanya kontinen, neuromuscular
setelah ada sensasi untuk mencapai toilet
dorongan tepat waktu untuk,
berkemih yang
mengalami
pengeluaran urine yang
tidak disengaja.

Batasan Karakteristik Domain 3: Eliminasi Factor yang berhubungan


1. Distensi kandung dan Pertukaran 1. Disenergia sfingter
kemih Kelas 1 : Fungsi eksternal
2. Kebocoran sedikit 2. Hiperkontraktilitas
Urinarius
urine involunter detrusor
3. Nokturia Kode : 00176 3. Impaksi fekal
4. Volume residu Inkontinensia Urine 4. Obstruksi saluran
pasca berkemih Aliran Berlebih keluarga kandung
tinggi kemih

18
Definisi 5. Obstruksi ureter
Pengeluaran urine 6. Program
involunter yang pengobatan
dikaitkan dengan 7. Prolaps pelvik berat
distensi kandung
kemih berlebihan.
Batasan Karakteristik Domain 3: Eliminasi Factor yang berhubungan
1. Dorongan dan Pertukaran 1. Asupan alkohol
berkemih Kelas 1 : Fungsi 2. Asupan kafein
2. Pengeluaran urine 3. Hiperaktivitas
Urinarius
involunter pada detrusor dengan
kontraksi kandung Kode : 00019 gangguan
kemih Inkontinensia urine kontraktilitas
3. Pengeluaran urine dorongan kandung kemih
involunter pada Definisi 4. Impaksi fekal
spasme kandung Pengeluaran urine 5. Infeksi kandung
kemih involunter yang terjadi kemih
4. Tidak mampu segera setelah suatu 6. Penurunan kapasitas
mencapai toilet rasa dorongan kuat kandung kemih
pada waktunya untuk berkemih. 7. Program
untuk berkemih pengobatan
8. Uretritis atrofik
9. Vaginitis atrofik

Batasan Karakteristik Domain 3: Eliminasi Factor yang berhubungan


1. Berkemih sedikit dan Pertukaran 1. Inhibisi arkus
2. Distensi kandung Kelas 1 : Fungsi refleks
kemih 2. Sfingter kuat
Urinarius
3. Disuria 3. Sumbatan saluran
4. Inkontinensia Kode : 00023 perkemihan
aliran berlebih Retensi urine 4. Tekanan ureter
5. Menetes Definisi tinggi
6. Residu urine Pengosongan kandung
7. Sensasi kandung kemih tidak tuntas.
kemih penuh
8. Sering berkemih
9. Tidak ada
haluaran urine

ELIMINASI ALVI

Batasan karakteristik Domain 3 : eliminasi Faktor yang berhubungan


1. ANAK ≤ 4 dan pertukaran 1. Agens
tahun: Adanya ≥2 Kelas 2 : fungsi farmaseutikal
Kriteria berikut 2. Amiloidosis
gastrointestinal
pada sistem 3. Asuapan cairan

19
Klasifikasi Kode : 00235 tidak cukup
Pediatrik Roma Konstipasifungsional 4. Asupan diet tidak
III kronis cukup
Selama ≥1 Definisi 5. Asupan kalori
bulan:* Kesulitan atau tidak rendah
Defekasi≤2 teratur dalam evakuasi 6. Cedera medula
Perminggu;≥1 feses, yang sudah spinalis
episode terjadi selama sedikit 7. Cedera
Inkontinensia nya 12 bulan. serebrovaskular
fekal per minggu; 8. Dehidrasi
*Defekasi dengan 9. Demensia
nyeri atau 10. Depresi
Keras;*Adanya 11. Dermatomiositis
massa fekal 12. Diabetes Militus
Besar di 13. Diet Serat rendah
rectum;*Feses 14. Diet tinggi lemak
Berdiameter besar proporsional
yang dapat 15. Diet tinggi protein
Menyumbat Proporsional
toilet. 16. Disfungsi dasar
2. ANAK ≥4tahun: panggul
Adanya ≥2 17. Disfungsi miotonik
Kriteria berikut 18. Fisura anal
pada sistem 19. Gagal bertumbuh
Klasifikasi 20. Gaya hidup kurang
Pediatrik Roma gerak
III 21. Hambatan
Selama Mobilitas
≥2bulan:* ≤2def 22. Hemoroid
ekasi 23. Hiperkalsime
Per minggu;* ≥1 24. Hipotiroidisme
episode 25.Insufiensi ginjal
Inkontensia fekal kronik
per minggu; 26. Kanker kolorektal
*Postur menahan 27. Kebiasaan menekan
feses;* 28. Dorongan defekasi
Defekasi dengan 29. Kehamilan
nyeri dan 30. Kerusakan perinal
Keras,*Ada 31. Massa usus ekstra
massa fekal besar 32. Neuropati
Di rectum;* Feses autonomik
berdiameter 33. Panhipopituitarism
Besar yang dapat e
menyumbat 34. Paraplegia
Toilet. 35. Penyakit
3. DEWASA:Adanya Hirschprung
≥2 36. Penyakit inflamasi
Kriteria berikut usus

20
pada sistem 37. Penyakit parkinson
Klasifikasi 38. Polifarmasi
Roma:*Feses 39. Porfiria
Keras atau kasar 40. Proktitis
pada≥ 25% 41. Pseudo-obstruksi
Defekasi;mengejan usus
selama ≥ 42. Kronis
25% Defekasi;*Sen 43. lamasi Skleroderma
sasi 44. Sklerosis multipel
Evakuasi tidak 45. Stenosis bedah
lampias 46. Stenosis iskemik
untuk≥ 47. Stenosis pasca-
25%defekasi;* inflamasi
Sensasi 48. Striktur anal
obstruksi/blok 49. Waktu transit kolon
Anorektal untuk≥ lambat
25%
Defekasi;Manuver
manual
Untuk
mempermudah ≥
25%
Defekasi
(manipulasi jari,
Sokongan dasar
panggul):*
≤ 3 evakuasi per
minggu
4. Distensi abdomen
5. Impaksi fekal
6. Inkontinensia
fekal ( pada anak)
7. Massa abdomen
teraba
8. Mengejan lama
9. Nyeri saat
defekasi
10. Pengeluaran feses
dengan stimulasi
jari
11. Tipe 1 atau 2
pada Briostol
Stool Chart
12. Uji darah samar
positif

21
Batasan karakteristik Domain 3 : eliminasi Faktor yang
1. Harapan defekasi dan pertukaran berhubungan:
setiap hari Kelas 2 : fungsi 1. Gangguan proses
2. Harapan Pasase pikir
gastrointestinal
feses pada 2. Keyakinan
Waktu yang sama Kode : 00012 kesehatan keluarga
setiap Perpepsi Konstipasi 3. Keyakinan
3. Harinya Definisi keseshatan menurut
4. Penggunaan Mendiagnosis sendiri budaya
enema tentang konstipasi yang
Berlebihan dikombinasi dengan
5. Penggunaan penyalahgunaan
laksatif laksatif,enema dan atau
Berlebihan supositoria untuk
6. Penggunaan menjamin defekasi
supositoria rutin setiap hari
Berlebihan

Batasan karakteristik Domain 3 : eliminasi Faktor yang berhubungan


1. Ada dorongan dan pertukaran Fisiologis
untuk defekasi Kelas 2 : fungsi 1. Inflamasi
2. Bising usus gastrointestinal
gastrointestinal
hiperaktif 2. Iritasi
3. Defekasi feses cair Kode : 00013 gastrointestinal
≥ 3 dalam Diare 3. Kram
a. 24 jam Definisi 4. Malabsorbsi
4. Kram Pasase feses yang 5. Parasit
5. Nyeri abdomen lunak dan tidak
berbentuk Psikologis
1. Ansietas
2. Tingkat stress tinggi

Situsional
1. Makan melalui slang
2. Melakukan
perjalanan
3. Pemaparan pada
kontaminan
4. Pemaparan pada
toksin
5. Penyalahgunaan
laksatif
6. Penyalahgunaan zat
7. Program
pengobatan

22
Batasan karakteristik Domain 3 : eliminasi Faktor yang berhubungan
1. Akselerasi dan pertukaran 1. Ansientas
pengosongan Kelas 2 : fungsi 2. Gaya kurang gerak
lambung 3. Imobilitas
gastrointestinal
2. Diare 4. Intoleransi makan
3. Distensi abdomen Kode : 00196 5. Malnutrisi
4. Feses kering, Disfungsi motilitas 6. Memakan
keras gastrointestinal kontaminasi (misal.,
5. Kesulitan Definisi radioaktif,
mengeluarkan Peningkatan makanan,air)
feses penurunan,ketidakefekt 7. Pemberian makan
6. Kram abdomen ifan atau kurang enternal
7. Mual aktivitas peristaltik di 8. Penuaan
8. Muntah dalam sistem
9. Nyeri abdomen gastrointestinal.
10. Peningkatan
residu lambung
11. Perubahan bising
usus
12. Regurgitasi
13. Residu lambung
berwarna empedu
14. Tidak flatus

Batasan karakteristik Domain 3 : eliminasi Faktor yang berhubungan


1. Bau Fekal dan pertukaran 1. Abnormalitas
2. Dorongan defekasi Kelas 2 : fungsi Sfingter rektal
3. Ketidakmampuan 2. Agens farmaseutikal
gastrointestinal
Mengeluarkan 3. Diare kronik
feses padat Kode : 00014 4. Faktor lingkungan
Bahkan Inkontensia Defekasi (misal:
mengetahui Definisi Tidak dapat
rektum Perubahan pada mengakses
Penuh kebiasaan defekasi Kamar mandi
4. Ketidakmampuan normal yang ditandai 5. Gangguan kapasitas
mengenali dengan pasase reservoar
Dorongan defekasi involunter 6. Gangguan kognisi
5. Ketidakmampuan 7. Imobilitas
mengenali 8. Impaksi
Rektum penuh 9. Kebiasaan diet
6. Ketidakmampuan kurang
menunda 10. Kerusakan saraf
7. Defekasi motorik atas
8. Kulit perinal 11. Kerusakan saraf
kemerahan motorik bawah
9. Rembesan konstan 12. Lesi kolorektal
feses lunak 13. Pengosongan usus
10. Tidak perhatian tidak tuntas

23
terhadap dorongan 14. Peningkatan
defekasi tekanan abdomen
11. Warna fekal di Abnormal
tempat tidur 15. Peningkatan
12. Warna fekal pada tekanan usus
pakaian abnormal
16. Penurunan umum
tonus otot
17. Penyalahgunaan
laksatif
18. Stresor
19. Kesulitan perawatan
diri toileting

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NOC NIC
N
DIAGNOSA KOD
O KODE HASIL INTERVENSI
E
1 Domain 3 : Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi
Eliminasi dan dilakukan dasar
Pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
keperawatan 6 Eliminasi
Kelas 1:
jam diharapkan Intervensi:
Fungsi gangguan Manajemen eliminasi
Urinarius eliminasi urine perkemihan:
Kode : 00016 dapat diatasi 0590 1. ajarkan pasien
Gangguan sesuai dengan mengenai tanda dan
Eliminasi kriteria hasil gejala infeksi saluran
Urine sebagai kemih
berikut: 2. catat waktu
Domain II: eliminasi urin
kesehatan terakhir
fisiologis 3.ajarkan pasien
Kelas F: minum 8 gelas
eliminasi perhari pada saat
Outcome: makan, diantara jam
Fungsi makan dan di sore
Ginjal hari
1. urine output
selama 8 jam
0504 dari skala 2 (
banyak
050424 terganggu)
menjadi 4
(sedikit

24
terganggu
2. warna urine
dari skala 2
(banyak
terganggu)
menjadi 4
050406 (sedikit
terganggu)

2 Domain 3: Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi


Eliminasi dan dilakukan dasar
Pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
keperawatan 6 Eliminasi
Kelas 1:
jam diharapkan Intervensi:
Fungsi Inkontinensia 0610 Perawatan
Urinarius urinarius Inkontinensia Urin:
Kode : 00020 fungsional 1. jaga privasi pasien
Inkontinensia dapat diatasi saat berkemih
urinarius sesuai dengan 2. sediakan popok
fungsional kriteria hasil kain yang nyaman
sebagai dan melindungi
berikut: 3. batasi intake cairan
Domain II: 2-3 jam sebelum
Kesehatan tidur
fisiologis
Kelas F:
0503 Eliminasi
Outcome:
Eliminasi
050303 Urine:
1. jumlah urin
dari skala 2(
banyak
terganggu)
menjadi
4(sedikit
050313 terganggu)
2.mengosongka
n kantong
kemih
sepenuhnya
dari skala 2(
banyak
terganggu)

25
menjadi 4(
sedikit
terganggu)
3 Domain 3: Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi
Eliminasi dan dilakukan dasar
Pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
keperawatan 6 Eliminasi
Kelas 1 :
jam diharapkan 0570 Latihan kandung
Fungsi Inkontinensia kemih
Urinarius Urine Aliran intervensi :
Kode : 00176 Berlebih dapat 1. memberikan
Inkontinensia diatasi sesuai privasi untuk
Urine Aliran dengan kriteria eliminasi
Berlebih hasil sebagai 2. hindari
berikut: meninggalkan pasien
Domian II: ditoilet selam lebih
kesehatan dari 5 menit
fisiologis 3. ajarkan pasien
Outcome: untuk secara sadar
0502 Kontinensia menahan urin sampai
urin saat buang hajat yang
1. urin dijadwalkan
050207 merembes
ketika
berkemih dari
skala 2(sering
menunjukan)
menjadi 4
(jarang
menunjukan)
050211 2. urin
merembes
dengan
peningkatan
tekanan pada
abdomen
(misalnya,
bersin, tertawa,
mengangkat
barang) dari
skala 2 sering
menunjukan
menjadi 4
(jarang
menunjukan)

26
4 Domain 3: Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi
Eliminasi dan dilakukan dasar
Pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
keperawatan 6 Eliminasi
Kelas 1 :
jam diharapkan Intervensi:
Fungsi Inkontinensia 0590 Manajemen eliminasi
Urinarius Urine berlebih perkemihan:
Kode : 00019 dapat diatasi 1. bantu pasien untuk
Inkontinensia sesuai dengan mengmbangkan
Urine kriteria hasil rutinitas eliminasi
dorongan sebagai dengan tepat
berikut: 2. anjurkan pasien
Domian II: untuk mengosongkan
kesehatan kandung kemih
fisiologis sebelum
Outcome: [pelaksanaan]
0503 Eliminasi urin prosedur yang
050314 1.mengenali relavan
keinginan 3. batasi cairan,
unutuk sesuai kebutuhan
berkemih dari
skala 2( banyak
terganggu)
menjadi 4
(sedikit
terganggu)
050311 2. keinginan
mendesak
untuk berkemih
dari skala 2
(cukup berat)
menjadi 4
(ringan)

5 Domain 3: Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi


Eliminasi dan dilakukan dasar
Pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
keperawatan 6 Eliminasi
Kelas 1 :
jam diharapkan Intervensi:
Fungsi retensi urine 0620 Perawatan retensi
Urinarius dapat diatasi urin:
Kode : 00023 sesuai dengan 1. gunakan kekuatan
Retensi urine kriteria hasil sugesti dengan
sebagai menggunakan air
berikut: yang mangalir atau
Domian II: dengan menyiram
kesehatan toilet
fisiologis 2. anjurkan

27
Outcome : pasien/keluarga
0503 Eliminasi urine untuk mencatat utin
050331 1. frekuensi output, sesuai
berkemih dari kebutuhan
skala 2 (cukup
berat ) menjadi
4 (ringan)
2. retensi urin
050332 dari skala2
(cukup berat)
menjadi 4
(ringan )

ELIMINASI ALVI

1 Domain 3 : Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi


eliminasi dilakukan dasar
pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
Kelas 2 : keperawatan 6 Eliminasi
fungsi jam diharapkan Intervensi:
gastrointestin Konstipasi 0450 Manajemen
al fungsional konstipasi/impaksi
Kode : 00235 kronis dapat 1. monitor tanda dan
Konstipasi diatasi sesuai gejala konstipasi
fungsional dengan kriteria 2. ajarkan pasien
kronis hasil sebagai ayau keluarga
berikut: mengenai proses
Domian II: pencernaan normal
kesehatan 3. ajarkan
fisiologis pasiea/keluarga
Kelas F : mengenai kurun
eliminasi waktu dalam
Outcome : menyelesaikan
Kontinensia terjadinya konstipasi
0500 usus
1.
050002 mempertahank
an kontrol
pengeluaran
urin dari skala
2 (jarang
menunjukkan)
menjadi 4
(sering
menunjukkan)
050005 2. konstipasi
dari skala 2
(sering

28
menunjukkan)
menjadi 4
(jarang
menujukkan)
2 Domain 3 : Tujuan: setalah Domain 1: Fisiologi
eliminasi dilakukan dasar
pertukaran intervensi Kelas B : Manajemen
Kelas 2 : keperawatan 6 Eliminasi
fungsi jam diharapkan 0450 Intervensi:
gastrointestin persepsi Manajemen
al konstipasi konstipasi/impaksi
Kode : 00012 dapat diatasi 1. monitor tanda dan
Persepsi sesuai dengan gejala konstipasi
konstipasi kriteria hasil 2. evaluasi catatan
sebagai asupan apa saja
berikut: nutrisi [yang telah
Domian II: dikonsumsi]
kesehatan 3. lakukan enema
fisiologis atau irigasi, dengan
Kelas F : tepat
eliminasi
Outcome :
0500 Kontinensi
usus
050020 1. penggunaan
laksatif
berlabihan dari
050021 skala 2 (sering
menunjukkan)
menjadi 4 (
jarang
menunjukkan)
2. penggunaan
enema
berlebihan dari
skala 2 (sering
menunjukkan)
menjadi 4
(jarang
menunjukkan)

3 Domain 3 : Tujuan: setalah Domain 1 : fisiologi


eliminasi dilakukan dasar
pertukaran intervensi Kelas B: manajeman
Kelas 2 : keperawatan 6 eliminasi
fungsi jam diharapkan Intervensi :
gastrointestin diare dapat 0460 Manajemen diare

29
al diatasi sesuai 1. identifikasi faktor
Kode : 00013 dengan kriteria yang menyebabkan
Diare hasil sebagai diare (misalnya,
berikut: medikasi, bakteri,
Domain II: dan pemberian
kesehatan makanan lewat
fisiologis selang)
Kelas F : 2. amati tugor kulit
Eliminasi secara berkala
Outcome : 3. ukur diare/output
0501 Eliminasi Usus pencernaan
1. pola 4. Ajari
050101 eliminasi dari pasienmenurunkan
skala 2 ( stres, sesuai
banyak kebutuhan
terganggu) 5. bantu pasien untuk
mejadi 4 melakukan teknik
(sedikit penurunan stres
terganggu)
2. feses lembut
dan berbentuk
050105 dari skala 2 (
banyak
terganggu)
menjadi 4 (
sedikit
terganggu)
3. diare dari
skala 2 ( cukup
berat ) menjadi
050111 sekla 4 (ringan)

4 Domain 3 : Tujuan: setalah Domain 1 : fisiologi


eliminasi dilakukan dasar
pertukaran intervensi Kelas B: manajeman
Kelas 2 : keperawatan 6 eliminasi
fungsi jam diharapkan Intervensi:
gastrointestin Disfungsi 0430 Manajemen saluran
al motilitas cerna
Kode : 00196 gastrointestinal 1. catat tanggal buang
Disfungsi dapat diatasi air besar terakhir
motilitas sesuai dengan 2. monitor buang air
gastrointestin kriteria hasil besar termasuk
al sebagai berikut frekuensi,
Domain II konsistensi, bentuk,
kesehatan volume, dan warna
fisiologis dengan cara yang
Kelas F : tepat

30
eliminasi 3. catat masalah BAB
Outcome : yang sudah ada
0501 Eliminasi urin sebelumnya, , BAB
050101 1. pola rutin, dan
eliminasi dari penggunaan laksatif
skala 2 (banyak
terganggu
menjadi 4
(sedikit
terganggu)
050112 2. kemudahan
BAB dari skala
2 (banyak
terganggu)
menjadi 4
(sedikit
terganggu)
050128 3. nyeri pada
saat BAB dari
skala 2(cukup
berat) menjadi
4 (ringan)

5 Domain 3 : Tujuan: setalah Domain 1 : fisiologi


eliminasi dilakukan dasar
pertukaran intervensi Kelas B: manajeman
Kelas 2 : keperawatan 6 eliminasi
fungsi jam Intervensi:
gastrointestin Inkontinensia Perawatan
al defekasi 0410 inkontinensia saluran
Kode : 00014 diharapkan cerna
Inkontinesia dapat diatasi 1. hilangkan
defekasi sesuai dengan penyebab
kriteria hasil inkontinensia
sebagai berikut (misalnya, medikasi,
Domain II infeksi, impaksi
kesehatan fekal), jika
fisiologis memungkinkan
Kelas F : 2. tentukan
eliminasi kebutuhan program
Outcome : manajeman bowel
0500 Kontinensia bersama
usus pasien/keluarga
1. mengenali
lingkungan
050008 untuk defekasi
dari skala 2(
jarang

31
menunjukkan)
menjadi 4 (
sering
menunjukkan)
2.
mempertahank
an kontrol
pengeluaran
050002 feses dari
skala2 ( jarang
menunjukkan)
menjadi 4
(sering
menunjukkan)
3. mengelurkan
feses paling
tidak 3 kali per
hari dari skala
2 (jarang
menujukkan)
menjadi 4 (
sering
menunjukkan)

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

ELIMINASI URINE
NO DIAGNOSA TANGGAL/WAKTU IMPLEMENTASI PARAF
1 Gangguan 01-05-2018/09.00 1. mengaajarkan
Eliminasi Urine pasien mengenai
tanda dan gejala
infeksi saluran
kemih
2. mencatat waktu
eliminasi urin
terakhir
3. mengajarkan
pasien minum 8
gelas perhari pada
saat makan,
diantara jam
makan dan di sore
hari
2 Inkontinensia 01-05-2018/09.00 1. menjaga privasi
urinarius pasien saat
fungsional berkemih
2. menyediakan

32
popok kain yang
nyaman dan
melindungi
3. membatasi
intake cairan 2-3
jam sebelum tidur

3 Inkontinensia 01-05-2018/09.00 1. memberikan


Urine Aliran privasi untuk
Berlebih eliminasi
2. menghindari
untuk
meninggalkan
pasien ditoilet
selam lebih dari 5
menit
3. mengajarkan
pasien untuk
secara sadar
menahan urin
sampai saat buang
hajat yang
dijadwalkan
4 Inkontinensia 01-05-2018/09.00 1. membantu
Urine dorongan pasien untuk
mengmbangkan
rutinitas eliminasi
dengan tepat
2.menganjurkan
pasien untuk
mengosongkan
kandung kemih
sebelum
[pelaksanaan]
prosedur yang
relavan
3. membatasi
cairan, sesuai
kebutuhan
5 Retensi urine 01-05-2018/09.00 1. menggunakan
kekuatan sugesti
dengan
menggunakan air
yang mangalir atau
dengan menyiram
toilet
2. menganjurkan
pasien/keluarga

33
untuk mencatat utin
output, sesuai
kebutuhan

ELIMINASI ALVI
NO DIAGNOSA TANGGAL/WAKTU IMPLEMENTASI PARAF
1 Konstipasi 01-05-2018/09.00 1. memonitor tanda
fungsional kronis dan gejala
konstipasi
2. mengajarkan
pasien atau
keluarga mengenai
proses pencernaan
normal
3.mengajarkan
pasiea/keluarga
mengenai kurun
waktu dalam
menyelesaikan
terjadinya
konstipasi
2 Persepsi 01-05-2018/09.00 1. memonitor tanda
konstipasi dan gejala
konstipasi
2. mengevaluasi
catatan asupan apa
saja nutrisi [yang
telah dikonsumsi]
3.melakukan
enema atau irigasi,
dengan tepat

3 Diare 01-05-2018/09.00 1. mengidentifikasi


faktor yang
menyebabkan diare
(misalnya,
medikasi, bakteri,
dan pemberian
makanan lewat
selang)
2. mengamati tugor
kulit secara berkala
3. ukur diare/output
pencernaan
4. mengajari
pasienmenurunkan

34
stres, sesuai
kebutuhan
5. membantu
pasien untuk
melakukan teknik
penurunan stres
4 Disfungsi 01-05-2018/09.00 1. mencatat tanggal
motilitas buang air besar
gastrointestinal terakhir
2. memonitor
buang air besar
termasuk frekuensi,
konsistensi, bentuk,
volume, dan warna
dengan cara yang
tepat
3. mencatat
masalah BAB yang
sudah ada
sebelumnya, , BAB
rutin, dan
penggunaan
laksatif
5 Inkontinesia 01-05-2018/09.00 1. menghilangkan
defekasi penyebab
inkontinensia
(misalnya,
medikasi, infeksi,
impaksi fekal), jika
memungkinkan
2. menentukan
kebutuhan program
manajeman bowel
bersama
pasien/keluarga

5. EVALUASI KEPERAWATAN
ELIMINASI URINE
DX TANGGAL/
NO EVALUASI
KEPERAWATAN WAKTU
1 Gangguan 01-05- S: Pasien mengatakan berkemih
Eliminasi Urine 2018/09.00 secara normal
O: warna dan jumalah urin normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Inkontinensia 01-05- S: Pasien mengatakan tidak sering

35
urinarius 2018/09.00 berkemih
fungsional O:pasiean dapat menahan berkemih
sampai ke toilet
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
3 Inkontinensia Urine 01-05- S: pasien mangatakan sudah dapat
Aliran Berlebih 2018/09.00 berkemih secara normal
O: pengeluaran jumlah urin normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
4 Inkontinensia Urine 01-05- S: pasien mengatakan berkemih
dorongan 2018/09.00 kembali normal
O: pola eliminasi normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
5 Retensi urine 01-05- S: Pasien mengatakan berkemih
2018/09.00 secara normal
O: warna dan jumalah urin normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

ELIMINASI ALVI
DX TANGGAL/
NO EVALUASI
KEPERAWATAN WAKTU
1 Konstipasi 01-05- S:pasien mangatakan sudah tidak
fungsional kronis 2018/09.00 merasakan nyeri saat BAB
O: pola defaksi teratur
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Persepsi konstipasi 01-05- S: pasien mengatakan BAB normal
2018/09.00 O: pola defakasi teratur
A: masalah teratasi
P: interensi dihentikan
3 Diare 01-05- S: pasien mengatakan BAB secara
2018/09.00 normal
O: feses berbentuk dan normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
4 Disfungsi motilitas 01-05- S: pasien mangatakan BAB secara
gastrointestinal 2018/09.00 normal dan tidak muntah
O: tidak ada nyeri abdomen
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
5 Inkontinesia 01-05- S: pasien mangatakan BAB secara
defekasi 2018/09.00 normal
O: feses normal
A: masalah teratsi
P: intervensi dihentikan

36
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi
urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan
buang air besar). Organ yang berperan dalam eliminasi urine
adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra Dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet,
asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan
seseorang dan stress psikologi.
3.2 SARAN
Kami berharap agar penulis selanjutnya menggunakan
literatur yang lebih up to date dan menjadi bertambah sehingga
buku bertambah banyak dan lebih up to date. Dan sumber ilmu
dapat menjadi lebih banyak dan terbaru yang dapat dijadikan ajuan
dalam pembelajaran dari tahun ke tahun.

37
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, Dochterman, Wagner. (2016). Nursing Intervention


Classification (NIC). 6th edition. Singapore: Elsevier
Herdman, T.H., (2015). Nanda International Diagnosis Keperawatan: Definisi
& Klasifikasi 2015-2017. Ed. 10. Jakarta: EGC
Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J.,&Burke, K. (2008). Fundamentals of Nursing :
Concepts, Process and Practice. New Jersey : Prentice Hall Health
Moorhead, S., Johnson, Maas, Swanson (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th edition. Singapore: Elsevier
Patricia A.Potter, Anne G.Perry (2009). Fundamental Keperawatan. Buku 2,
ed.7. Jakarta : Salemba Medika.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.
Potter, Patricia A.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik, ed.4 Jakarta:EGC

38
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 11 Maret 2018

NAMA NIM TANDA TANGAN


Albainur Azizan 1130017124
Ma’isyatul Chiyaroh 1130017126
Lintang Rahma Vera 1130017129
Eka Dewi Antika 1130017135
Widya Ayu Soekawati 1130017141

39
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH DAN PRESENTASI KELOMPOK

Lembar Penilaian Makalah (15%)


Nilai Nilai
No Uraian
Maksimal Kelompok
1. Kelengkapan isi makalah dan kerapian 10
sesuai petunjuk pengerjaan
2. Ketepatan aspek teoritis dengan kasus 10
binaan
3. PENGKAJIAN : 20
Kelengkapan data, relevansi dan akurat
Analisa data
Rumusan masalah
Diagnosa keperawatan (minimal 3)
4. PERENCANAAN : 20
Prioritas masalah (skoring)
Tujuan dan kriteria hasil (SMART)
Rencana tindakan sesuai dengan EBN
5. IMPLEMENTASI : 15
Tindakan sesuai dengan perencanaan
Berbentuk narasi
Respon dari tindakan
Adanya waktu (jam dan tanggal)
Nama dan paraf perawat
6. EVALUASI : 15
Menilai efektivitas tindakan sesuai
perencanaan
Catatan perekembangan klien
(SOAPIER)
7. Ketepatan referensi dan kebaruan 10
referensi yang digunakan
TOTAL 100

40
Lembar Penilaian Presentasi Kelompok (15%)

Nilai Nilai
No Uraian
Maksimal Kelompok
1. Kesiapan makalah 5
2. Kesiapan power point 5
3. Kesiapan kelompok 5
4. Salam pembuka 5
5. Salam penutup 5
6. Mengendalikan audience 5
7. Ada eye contact dengan audience 5
8. Tutur kata 5
9. Sikap 5
10. Cara Penyampaian 5
11. Intonasi 5
12. Power point sesuai ketentuan (Awal, 5
Bahasa, Akhir)
13. Tulisan terbaca jelas 5
14. Komposisi gambar dan tulisan baik 5
15. Materi menarik perhatian (bukan 5
sekedar teori)
16. Materi sesuai dengan yang dipelajari 5
17. Kemampuan menjawab 5
18. Jawaban dikaitkan dengan teori 5
19. Singkat, padat, jelas, tepat sasaran 5
20. Waktu presentasi tepat 5
TOTAL 100

Konversi Penilaian
Skore Nilai Huruf Nilai Mutu

41
≥ 75,0 A 4
70,0 – 74,9 AB 3,5
65,0 – 69,9 B 3
60,0 – 64,9 BC 2,5
55,0 – 59,9 C 2
40,0 – 54,9 D 1
< 40,0 E 0

Fasilitator,

(........................................)

42

Anda mungkin juga menyukai