Tinjauan Pustaka Pneumonia
Tinjauan Pustaka Pneumonia
PNEUMONIA
Pembimbing :
Disusun oleh :
29.11.1184.2013
PRODI KEDOKTERAN
PUSKESMAS PATARUMAN 1
2017
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, Shalawat dan Salam kami panjatkan bagi
Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti kegiatan Koas
Kedokteran Komunitas 1 kami sebagai mahasiswa dituntut agar bisa memahami
dan menerapkan ilmu tersebut dalam praktik kedokteran nanti setelah
menyelesaikan masa pendidikan di bangku perkuliahan. Penulisan tinjauan
pustaka ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas. Dalam
tinjauan pustaka ini penulis membahas mengenai “Pneumonia”, dalam tinjauan
pustaka ini dijelaskan dari mulai anatomi, mekanisme pertahanan paru, alur
diagnosis sampai pengobatan
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan
selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Anatomi
Paru-paru merupakan organ yang lunak, spongious dan elastis, berbentuk
kerucut atau konus, terletak dalam rongga toraks dan di atas diafragma,
atas paru) yang tumpul di kranial dan basis (dasar) yang melekuk
saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus. (1)
lobus. Lobus pada paru-paru kanan adalah lobus superius, lobus medius,
pada paru-paru kiri adalah lobus superius dan lobus inferius yg dipisahkan
oleh fissura oblique. Pada paru-paru kiri ada bagian yang menonjol seperti
lidah yang disebut lingula. Jumlah segmen pada paru-paru sesuai dengan
2.3 Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri.virus,jamur,protozoa). (3)
2.4 Epidemiologi
Infeksi M.Pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat
endemic. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim
panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua
tahun. Infeksi tersebar luas dari satu orang ke orang yang lainnya dengan percikan
air liur (droplet) sesaktu batuk. Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih
mudah antara populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama,
oemukiman yang padat dan camp militer.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan, prevalensi nasional ISPA: 25,5%, angka kesakitan (
morbiditas ) pneumonia pada bayi: 2,2%, balita: 3%, angka kematian ( mortalitas
) pada bayi 23,8% dan balita 15,5%. (2)
2.5 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri gram positif, Streptococcus
pneumonia. Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan
distribusi umur pasien, dan keadaan klinis terjadinya infeksi. (5)
Virus penyebab tersering pneumonia adalah respiratory syncytial virus
(RSV), parainfluenza virus, influenza virus dan adenovirus. Secara umum bakteri
yang berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumonia,
Haemophillus influenza, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B, serta
kuman atipik klamidia dan mikoplasma. (5)
Pada neonatus Streptococcus group B dan Listeriae monocytogenes
merupakan penyebab pneumonia paling banyak. Virus adalah penyebab
terbanyak pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan
bertambahnya usia. Selain itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab
paling utama pada pneumonia bakterial. Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydia pneumoniae merupakan penyebab yang sering didapatkan pada
anak diatas 5 tahun. Communityy-acquired acute pneumonia sering disebabkan
oleh streptokokkus pneumonia atau pneumokokkus, sedangkan pada Community-
acquired atypical pneumonia penyebab umumnya adalah Mycopalsma
pneumonia. Staphylokokkus aureus dan batang gram negatif seperti
Enterobacteriaceae dan Pseudomonas, adalah isolat yang tersering ditemukan
pada Hospital-acquired pneumonia. (5)
2.5.1 Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme Gram Positif atau
Gram Negatif seperti : Streptococcus pneumonia (Pneumokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumonia, Legionella,
Haemophillus influenza.
2.5.2 Virus
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncital adenovirus, chicken-pox
(cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus.
2.5.3 Jamur
Aspergillus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis, Histoplasma
kapsulatum
2.5.4 Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
2.6 Patofisiologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang
biak dan menimbulkan penyakit. (2)
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan
mikroorganisme untuk samoai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada
beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan (2) :
1. Infeksi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu
tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi.
berdarah. (2)
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-
kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi
basah kasar pada stadium resolusi. (2)
2. Pemeriksaan penunjang
a.Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah
diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering
disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkanKlebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
b.Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan
pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik.
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum
disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi.
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari. Pasien mula-mula kumur-kumur
dengan akuades biasa, setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian
membatukkan dahaknya. Dahak ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat.
Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih dari 4 jam). Jika terjadi
kesulitan mengeluarkan dahak, dapat dibantu nebulisasi dengan NaCl 3%. Kriteria
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biarkan
yaitu bila ditemukan sel PMN > 25/lpk dan sel epitel < 10/lpk. (2)
2.10 Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme
dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat
sebagai berikut (8) (2) :
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
Golongan Penisilin TMP-SMZ
Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan) Sefotaksim, Seftriakson dosis
tinggi
Marolid baru dosis tinggi
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem Siprofloksasin, Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
Vankomisin Teikoplanin Linezolid
Hemophilus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Sefalosporin gen. 2 atau 3 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
Doksisikin Makrolid
Fluorokuinolon
a. Pneumoni Komunitas
Kelompok I : pasien berobat jalan tanpa riwayat penyakit jantung paru dan
tanpa adanya faktor peubah (resiko pneumokokkus resisten, infeksi gram
negatif, resiko
infeksi P. Aeruginosa-RPA.
Kelompok II : pasien berobat jalan dengan riwayat penyakit jantung paru
dengan atau tanpa adanya faktor peubah.
Kelompok III a. : pasien dirawat di RS diluar ICU.
Kelompok III b. : pasien tidak disertai tidak disertai penyakit jantung – paru
dan tidak ada faktor pengubah.
Kelompok IV : pasien dirawat di ICU ( a. Tanpa resiko persisten P.
Aeruginosa-RPA dan b. Dengan resiko).
b. Pneumoni Nosokomial
Pemberian terapi empirik antibiotik awal untuk pneumonia nosokomial yang
tidak disertai faktor resiko untuk patogen resisten jamak, dengan onset dini
pada semua tingkat berat sakit adalah dengan antibiotic spektrum terbatas :
Atau dengan menggunakan antibiotik spektrum luas :
demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan
dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri
dada., pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang radiologi dan
pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme
dan hasil uji kepekaannya
Prognosis penyakit pneumonia secara umum baik, tergantung dari kuman
penyebab dan penggunaan antibiotika yang tepat serta adekuat
DAFTAR PUSTAKA
1. Price S, Wilson L. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. JAkarta:
EGC; 2005.
3. Soedarsono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR ; 2004.
4. DepKes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk
Penanggulangan Pneumonia Balita dalam Pelita VI. , Dirjen PPM & PLP; 2002.
5. Aru W, Bambang , Idrus A, Marcellus , Siti S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
6. Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV ed. Jakarta: FK UI; 2005.